Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang cara mendapatkannya melalui
langkah-langkah tertentu. Dimulai dengan mengajukan suatu permasalahan, menyusun
kerangka teori, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis dan menarik kesimpulan
(Mulyo, 2005: 9).
Berkaitan dengan ilmu pengetahuan ini, filsafat ilmu turut adil sebagai cara
pemikirannya. Hal ini terkait dengan hakikat ilmu itu sendiri, proses mendapatkan ilmu
tersebut serta kegunaan ilmu itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, makalah ini bermaksud memberikan ilmu pengetahuan kepada pembaca
mengenai pergertian ilmu filsafat dan ruang lingkupnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat ilmu?
2. Apa saja ruang lingkup filsafat ilmu?
3. Apa saja noktah-noktah ruang lingkup kajian filsafat ilmu?
4. Bagaimana proses perkembangan filsafat ilmu?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksudd dengan filsafat ilmu.
2. Untuk mengetahui macam-macam ruang lingkup filsafat ilmu.
3. Untuk mengetahui noktah-noktah ruang lingkup kajian filsafat ilmu.
4. Untuk mengetahui perkembangan filsafat ilmu.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Ilmu


Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan yang bersifat ekstensial artinya sangat
erat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan dapat dikatakan filsafatlah
yang menjadi motor penggerak kehidupan kita sehari-hari. Sebagai manusia pribadi
maupun sebagai manusia kolektif dalam bentuk suatu masyarakat atau bangsa.
Dengan mempelajari filsafat ilmu, maka kita akan mengetahui dan sekaligus kita
akan menyadari pada hakekatnya ilmu itu tidak bersifat statis (tetap) namun dinamis
seirama dengan perkembangan akal dan budi. Sesuatu yang dulunya dianggap sebagai
ilmu yang dianutnya tetapi pada masa tertentu akan basi dan ditinggalkan karena sudah
tidak sesuai dengan zaman.

Pengertian filsafat ilmu dari sejumlah ilmuwan atau filsuf:

1. Jerome R. Ravert, Filsafat ilmu berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat


dalam penelitian ilmiah: Prosedur-prosedur, pengamatan, pola-pola argument,
metode penyajian dan penghitungan, perandaian-perandaian metafisik dan
seterusnya. Kemudian mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut
pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika.
2. Lewis While Beck, filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode
pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah
sebagai suatu keseluruhan
3. A. Cornelius Benjamin, cabang pengetahuan filsafati yang merupakan telaah
sistematis mengenai sifat dasar ilmu, khususnya metode-metodenya, konsep-
konsepnya dan paragrapan-paragrapannya, serta letaknya dalam kerangka umum dari
cabang-cabang pengetahuan intelektual.

2
4. Peter Caws, filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat, yang mencoba berbuat
bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman
manusia. Filsafat melakukan dua macam hal disatu pihak, ini membangun teori-teori
tentang manusia dan alam semesta, dan menyajikannya sebagai landasan-landasan
bagi keyakinan dan tindakan. Di pihak lain filsafat memeriksa secara kritis segala hal
yang dapat disajikan sebagai suatu landasan bagi keyakinan atau tindakan, termasuk
teori-teorinya sendiri, dengan pengharapan pada penghapusan ketakajegan dan
kesalahan.
5. Anthony Flew, ilmu empiris yang teratur menyajikan hasil yang paling mengesankan
dari rasionalitas manusia dan merupakan salah satu dari calon yang diakui terbaik
untuk pengetahuan. Filsafat ilmu berusa menunjukkan dimana letak rasionalitas itu;
apa yang khusus mengenai penjelasannya-penjelasannya dan konstruksi-konstruksi
teorinya; apa yang memisahkannya dari pikiran dan ilmu-semu serta membuat
ramalan-ramalannya dan berbagai teknologi berharga untuk dipercaya; yang
terpenting apakah teori-teorinya dapat diterima sebagai mengungkapkan kebenarn
tentang suatu realitas objektif yang tersembunyi.
6. Stephen R. Toulmin, Sebagai suatu cabang ilmu, filsafat ilmu mencoba pertama-tama
menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penyelidikan ilmiah, prosedur-
prosedur pengamatan, pola-pola perbincangan, metode-metode penggantian dan
perhitungan, praanggapan-praanggapan metafisis, dan seterusnya dan selanjutnya
menilai landasan-landasan bagi kesehannya dari sudut-sudut tinjauan logika formal,
metodologi praktis, dan metafisika.
7. Koento Wibisono, Filsafat ilmu adalah refleksi filsafati yang tidak pernah mengenal
titik henti dalam menjelajahi kawasan ilmiah untuk mencapai kebenaran atau
kenyataan, sesuatu yang tidak pernah akan habis dipikirkan dan tidak pernah akan
selesai diterangkan.
8. The Liang Gie, Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-
persoalan mengenai segala hal yang menyangkut landasan ilmu dengan segala segi
dari kehidupan manusia.

3
9. Conny Semiawan, filsafat yang menelusuri dan menyelidiki sedalam dan seluas
mungkin segala sesuatu mengenai semua ilmu, terutama hakikatnya, tanpa melupakan
metodenya.

B. Ruang Lingkup Filsafat Ilmu


Apa yang merupakan objek dan ruang lingkup ilmu? Ilmu membatasi lingkup
pada batasan pengalaman manusia juga disebabkan metode yang dipergunakan dalam
menyusun kebenaran yang secara empiris.
Objek dari ilmu itu sendiri adalah ilmu merupakan suatu berkah penyelamat bagi
umat manusia. Ilmu itu sendiri bersifat netral, ilmu tidak mengenal baik buruk. Atau
dengan kata lain netralitas ilmu terletak pada epistemologinya, jika hitam katakan hitam,
jika putih katakana putih, tanpa berpihak pada siapapun selain kebenaran.
1. Ontologi ilmu
Secara etimologis, istilah ontology berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri
dari dua kata ontos yang berarti ada atau keberadaan dan logos yang berarti studi atau
ilmu tentang. Jadi secara sederhana, ontologi berarti ilmu atau studi tentang
keberadaan atau ada. Sedangkan dalam kamus oxford, ontologi (ontology) merupakan
sebuah cabang filsafat yang berhubungan dengan inti keberadaan (a branch of
philosophy that deals with the nature of existence).
Sedangkan secara terminologis, dalam kajian filsafat, terdapat sejumlah
pengertian umum tentang ontologi, yakni: Pertama, studi tentang ciri-ciri esensial dari
yang ada dalam dirinya sendiri yang berada dari studi tentang hal-hal yang ada dalam
dirinya sendiri yang berada dari studi tentang hal-hal yang ada secara khusus. Dalam
mempelajari yang ada dalam bentuknya yang sangat abstrak studi tersebut
melontarkan pertanyaan seperti: “Apa itu ada dalam dalam dirinya sendiri?” , “Apa
hakikat ada sebagai ada?”
2. Epistemologi ilmu
Dari sudut pandang epistemology, segala sesuatu yang kita klaim kita ketahui,
apakah dalam bidang sains, sejarah, maupun fenomena kehidupan sehari-hari akan

4
kecil nilainya jika kita tidak mampu mendukung pengetahuan kita secara
argumentatif.
Tidak hanya itu, semua tentang konsep-konsep twntang kehidupan manusia,
teori-teori tentang alam semesta, bahkan penegasan tentang kejadian sehari-hari,
membutuhkan semacam pembenaran rasional. Dengan demikian, pertanyaan-
pertanyaan epistemologis mendasari seluruh penjelajahan filosofis lainnya.
3. Aksiologi ilmu
Secara etimologgis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari dua
kata yaitu axios yang berarti layak atau pantas dan logos yang berarti ilmu atau studi
mengenai.
Secara historis, aksiologi atau teori umum tentang nilai bermula dari
perdebatan Alexius Meinong dengan Christian Von Ahrenfels pada tahun 1890-an
berkaitan dengan sumber nilai. Meinong memandang bahwa sumber nilai adalah
perasaan atau perkiraan, atau kemiungkinan adanya kesenangan terhadap suatu objek
menyatu dengan nilai melalui keinginan actual atau yang kemungkinan, artinya suatu
objek memiliki nilai karena ia menarik. Menurut kedua pendapat itu nilai adalah milik
objek itu sendiri.
Perbedaan antara fakta dan nilai ini kiranya dapat diilustrasikan dengan contoh
sebagai berikut ini. Kita andaikan saja bahwa pada tahun sekian tanggal sekian di
tempat tertentu ada gunung berapi meletus. Hal ini merupakan suatu fakta yang dapat
dilukiskan secara objektif. Kita bias mengukur tingginya awan panas yang keluar dari
kawah, kita bias menentukan kekuatan gempa bumi yang menyertai letusan itu, kita
bias memastikan letusan-letusan sebelumnya serta jangka waktu di antaranya, dan
seterusnya. Tapi serentak juga letusan gunung bias dilihat sebagai nilai atau justru
disesalkan sebagai nonnilai, pokoknya, bias menjadi objek penilaian.

C. Noktah-noktah Ruang Lingkup Kajian Filsafat Ilmu


1. Membicarakan asumsi-asumsi, landasan-landasan, metode-metode, dan teori-teori
ilmiah.
2. Menilai asumsi-asumsi, landasan-landasan, metode-metode, danteori-teori ilmiah.

5
3. Analisis terhadap struktur-struktur fundamental ilmu pengetahuan dan melihat
hubungannya dengan ilmu secara keseluruhan.
4. Menyikap struktur rasionalitas ilmu-ilmu empiris dan prediksi-prediksinya bagi
kehidupan.
5. Mengkritis sekaligus memperbaiki ketidaktetapan dan kesalahan teori-teori ilmu
pengetahuan.Analisis tanpa henti terhadap perkembangan ilmu pengetahuan untuk
menggapai kebenaran.
6. Menyelidiki hakikat dan metode semua ilmu pengetahuan.

Kita biasa mempelajari ruang lingkup telaah filsafat ilmu dari filsuf Peter Angeles
dan Arthur Pap. Dalam sudut pandang Peter Angeles, filsafat ilmu mempunyai empat
bidang.
1. Telaah mengenai berbagai konsep, praanggapan dan metode ilmiah, berikut analisis,
perluasan, dan penyusunannya untuk memperoleh pengetahuan yang lebih ajeg dan
cermat.
2. Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut struktur
perlambangannya.
3. Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu.
4. Telaah mengenai akibat-akibat pengetahuan ilmiah bagi hal-hal yang berkaitan
dengan pencerapan dan pemahaman manusia terhadap realitas, entitas, teoretis,
sumber dan keabsahan pengetahuan, serta sifat dasar kemanusiaan.

Sedangkkan Arthur Pap membedakan kajian filsafat ilmu dalam dua sebagai berikut:

1. Philosophy of science in-general (filsaf ilmu secara umum), filsafat ilmu ini menelaah
konsep-konsep dan metode-metode yang terdapat dalam semua ilmu, misalnya
pengertian penjelasan, generalisasi induktif dan kebenaran.
2. Filsafat ilmu-ilmu khusus (philosophies of specific sciences) seperti misalnya filsafat
fisika atau filsafat psikologi. Masing-masing filsafat ilmu khusus itu menangani
konsep-konsep yang khusus berlaku dalam lingkupnya masing-masing seperti

6
misalnya unsur-unsur waktu dan gaya dalam fisika, realitas objektif dalam mekanika
kuantum, variable sela dalam psikologi, dan penjelasan teologis dalam biologi.

D. Perkembangan Historis Filsafat Ilmu


1. Periode klasik dan Abad Tengah: Permulaan Filsafat Alam

Padamulanya persoalan-persoalan ilmu adalah di seputar metode dan


substansi yang tidak terpisahkan dari apa yang telah lama disebut sebagai filsafat
alam. Usaha pertama melampaui mitologi-mitologi tradisional menuju penjelasan
rasional atas alam, dimulai oleh para filsuf Ionia dan Italia Selatan 600 tahun sebelum
masehi. Mereka mencari unsur-unsur atau entitas-entitas yang dikandung oleh semua
benda. Pertimbangan-pertimbangan empiris atau hasil pengamatan yang mendalam,
yang mendukung penjelasan yang satu atau penjelasan saingannya, masih premature.

2. Abad ke-17 dan ke-18: Dari Manifesto Hingga Kritik

Antara tahun 1600-1800 perdebatan dalam filsafat ilmu hampir tak dapat
dipisahkan dari perdebatan dalam ilmu itu sendiri. Sejak Bacon dan Galileo melalui
Descartes dan Leibniz hingga Laplce dan Kant, semua peserta utama perdebatan
filosofis memainkan peranan penting di pentas ilmiah. Demikianlah Francis Bacon,
pengarang metode induksi yang seksama, dan Rene Descartes keduanya memikirkan
tujuan intelektual yang sama, yakni merumuskan secara eksplisit suatu metode baru
bagi kemajuan intelek.

3. Sampai perang dunia I: Filsafat Fisika Klasik

Abad belakangan, dalam tahun 1880-an, para filsuf ilmu dengan cara yang
berbeda-beda, seperti Ernst Mach, fenomenalis Austria, dan Heinrich Hertz, perintis
teori gelombang elektromagnetik, keduanya melanjutkan persoalan-persoalan yang
dibukakan oleh Kant, dan beberapa implikasinya masih diteliti dalam tahun 1970-an.
Dalam istilah-istilah umum tesis utama Kant yakni, bahwa manusia memberikan
suatu struktur pada pengetahuannya melalui konsep-konsep dan kategori-kategori
yang bermuara pada pembentukan dan pebafsiran pegalaman terbukti sangat subur.

7
4. Perdebatan Abad ke-20: Pra Positivistis Versus Sejarawan
Di pertengahan abad ke-20, perdebatan dalam filsafat ilmu menjadi semakin
mendalam, rumit, dan kriti. Dalam kenyataannya dalam 50 tahun, kita telah melihat
topic itu akhirnya mendapat status sebagai suatu disiplin professional yang mantap.
Tidak sedikit di antara penyebab perkembangan ini ialah perubahan-perubahan
mendalam yang telah terjadi sejak tahun 1900 di dalam fisika teoretis dan cabang-
cabang fundamental ilmu alam.
E. Objek Material Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki
dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek Material
Objek Material filsafat ilmu yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan atau hal yang di selidiki, dipandang atu di sorot oleh
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit atau abstrak.

Menurut Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu yang ada itu di
bagi dua:
a) Ada yang bersipat umum, yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada pada
umumnya.
b) Ada yang bersifat khususyang terbagi dua yaitu ada secara mutlak dan tidak
mutlak yang terdiri dari manusia dan alam.
2. Objek Formal Filsafat Ilmu
Objek Formal adalah sudut pandang darimana sang subjek menelaah objek
materialnya. Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat
ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh
perhatiannya terhadap problem mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu
pengetahuan. Bagaimana cara memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu
bagi manusia. Problem inilah yang akan di bicarakan dalam landasan pengembangan
ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis.

8
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Bidang garapan filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang
menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu
antologi, epistemology dan aksiologi.
Filsafat ilmu sebagaimana halnyadengan bidang-bidang ilmu lainnya juga
memiliki dua macam objek yaitu objek material dan objek formal.
Fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan landasan filosofi dalam memahami
berbagai konsep dan membekali kemampuan untuk membagun teori ilmiah.
B. SARAN
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
baik lagi dalam penulisan makalah. Maka diperlukan saran dari pembaca ini agar
makalah ini bisa diperbaiki ke depannya.

9
10

Anda mungkin juga menyukai