Anda di halaman 1dari 19

1.

Pengertian dan ruang lingkup filsafat pengetahuan (ontologi, objek kajian


filsafat dan aliran dalam metafisika.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menelaah segala sesuatu yang ada
secara mendasar dan mendalam dengan mempergunakan akal sampai pada
hakikatnya. Hubungan filsafat dengan ilmu, ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan
adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Hubungan filsafat dengan ilmu, suatu telaah kritis terhadap metode yang di
gunakan oleh ilmu tertentu.upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-
dasar keemperisan, kerasionalan, dan kepragmatisan. Studi gabungan yang
terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang di tunjukkan untuk
menetapkan batas yang tegas mengenal ilmu tertentu.

Ruang lingkup filsafat ilmu


- Ontologi ilmu
- Epistologi ilmu
- Aksiologi ilmu
Ruang lingkup filsafat ilmu menurut para ahli :
-israel Scheffter membagi lingkupnya di bagi menjadi tiga bidang yaitu;
a. peranan ilmu dalam masyarakat
b. dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu
c. landasan-landasan ilmu
- cornelius benjamin filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam empat
bidang :
a. logika ilmu yang berlawanan dengan epistimilogi ilmu
b. filsafat ilmu keamanan yang berlawanan dengan filsafat ilmu
kemanusiaan
c. filsafat ilmu yang berlawanan dengan telaah masalah filsafat dari sesuatu
ilmu khusus.
d. Filsafat ilmu yang berlawanan dengan sejarah ilmu.
Cabang filsafat aristoteles, logika ajaran tentang berpikir yang secara ilmiah
membicarakan bentuk pikiran itu sendiri dan hukum-hukum yang menguasai
pikiran. Filsafat Teoritis, membicarakan aturan-aturan atau hukum yang
bersangkutan dengan masalah-masalah, antara lain logika dan metafisika atau
ontologi. Filsafat praktis adalah bagian studi filsafat yang mempelajari tentang
apa yang semestinya ada. Filsafat peotika merupakan filsafat keenian yakni
filsafat yang membicarakan tentang keindahan.

Antologi pengetahuan serta aliran metafisika ontologi, ajaran tentang hakikat


yang ada berdasarkan kepercayaan yang benar.

- Monoisme, paham ini mengangap bahwa hakikat yang berasal dari


kenyataan adalah satu saja, tidak mungkin dua.
- Dualisme, benda berdiri dari dua macam hakikat sebagai asal sumbernya,
yaitu hakikat materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit
- Pluralsime, paham ini beranggapan bahwa segenap macam bentuk
merupakan kenyataan.
- Nihilisme, nihilisme ini menyatakan bahwa dunia terbuka untuk kebebasan
dan kreativitas manusia.
- Agnostisisme, aliran agnostisisme menganut paham bahwa manusia tidak
mungkin mengetahui hakikat sesuai dibalik kenyataannya

Objek kajian filsafat pengetahuan terbagi atas dua yaitu ;

- Objek material, bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan


pengetahuan atau hal yang di selidiki, di pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang
abstrak.
- Objek formal, objek formal filsafat ilmu adalah hakikat ilmu pengetahuan
yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan.
2. Epistemologi dalam filsafat ilmu (pengertian, metode ilmiah, struktur
pengetahuan ilmiah dan aliran dalam epistemologi.
A.pengertian epistemologi, secara etimologi, istilah epistemologi berasal dari
kata yunani episteme, yang artinya penegtahuan dan logos yang artinya ilmu
atau teori. Jadi epistemologi dapat didefenisikan sebagai cabang filsafat yang
mempelajari asal mula atau sumber, struktur, metode, dan syahnya (validitas)
pengetahuan. Epistemologi dapat di artikan sebagai teori pengetahuan yang
benar( theory of knowledges). Menurut conny semiawan epistemologi adalah
cabang filsafat yang menjelaskan tentang masalah-masalah filosofis sekitar
teori pengetahuan.
B. Pengetahuan, pengetahuan yang di peroleh oleh manusia melalui akal, indera,
dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan, diantaranya
adalah sebagai berikut ;

1. metode induktif.
2. metode deduksi
3. metode positivisme
4. metode kontemplatif
5. metode dialektis.
C. persyaratan epistemologi
Menurut conny R. Semiawan (2005;90) syarat-syarat terpenting bagi suatu
pengetahuan untuk dapat tergolong ke dalam ilmu pengetahuan atau pengetahuan
ilmiah ialah dasar pembenaran, sifat sistematis, dan sifat intersubjektif.
D. Landasan Epistemologi, landasan epistemologi ilmu di sebut metode ilmiah, yaitu
cara yang di lakukan ilmu dalam pengetahuan yang benar. Metode ilmiah
merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang di sebut ilmu, jadi, ilmu
pengetahuan merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan di sebut ilmiah, sebab ilmu merupakan pengetahuan yang vara
mendapatkannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti yang telah
dikemukakan pada pembahasan sebelumnya.
Menurut burhanuddin salam metode ilmiah dapat dideskripsikan dalam langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Penemuan atau penentuan masalah
2. Perumusan kerangka masalah
3. Pengajuan masalah
4. Hipotesis dan deduksi
5. Pembukaan hipotesis
6. Penerimaan hipotesis menjadi teori ilmiah

E. Aliran Epistemologi
Menurut Ahmad tafsir (2005: 24-25) ada beberapa aliran yang mengkaji tentang
cara memperoleh pengetahuan tersebut, antara lain :
1. Aliran Empirisme
2. Aliran Rasionalisme
3. Aliran postivisme.
3.kegunaan filsafat ilmu (aksiologi dalam filsafat, ilmu dan moral serta
tanggung jawab ilmuan, serta objek aksiolog)
A. Pengertian aksiologi filsafat ilmu
Aksiologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang asal kata berasal dari bahasa
yunani, terdiri dari dua suku kata- axios dan logos- yaitu, nilai dan ilmu. Jadi
pengertian sederhananya aksiologi ialah ilmu penegtahuan yang menyelidiki hakekat
nilai, pada umumnya di tinjau dari sudut pandangan kefilsafatan.

Menurut jujun s suriasumantri, aksiologi adalah teori nilai yang berkaitan dengan
kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Kegunaan filsafat dapat di
kelompokkan menjadi guna filsafat secara teorotis dan guna filsafat secara praktis.

Secara umum guna filsafat yaitu membawa berfikri logis, runtut dan sitematis;
mengarahkan untuk memiliki wawasan luas; secara mendalam; menambah
ketakwaan; menjadikan manusia sadar akan kedudukannya.

B. Ilmu, dan Amal, serta tanggung jawab sosial ilmuwan aksiologi dalam filsafat.
Dalam kajian filsafat ilmu, khususnya pembahasan aksiologi sebagai salah satu
kegunaan ilmu (ilmu pengetahuan), dan tanggung jawab sosial ilmuan. Aksiologi
sebagai kegunaan ilmu pengetahuan terkait dalam filsafat yang mengacu kepada
teori, fakta, dan teknologi. Ilmu telah berkembang pesat dan makin eksetoris
sehingga ilmuan telah mengetahua apa yang mungkin terjadi apabila adanya
penyalahgunaan. Ilmu dapat mengubah manusia dan kemanusiaan yang paling
hakikat. Berkenalan dengan nilai guna ilmu, tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu
sangat bermanfaat bagis eluruh umat manusia, dengan ilmu seseorang dapat
mengubah wajah dunia. Berkaitan dengan hal ini, menurut francis bacon yaitu
bahwa “ pengetahuan adalah kekuasaan” ilmu memiliki sifat netral, ilmu tidak
mengenal baik ataupun buruk melainkan tergantung pada pemilik dalam
menggunakannya. Bagi ilmuan aksiologoi, ilmu, dan moral (amal), harus menjadi
tanggung jawabnya. Menurut abdul kadir tanggung jawab terbagi ke dalam empat
macam atau jenis :

 Tanggung jawab terhadap diri sendiri


 Tanggung jawab terhadap manusia atau masyarakat dengan siapa atau
dimana dia hidup
 Tanggung jawab terhadap lingkungan
 Tanggung jawab terhadap Tuhan.

Identifikasi dan objek bila di hubungkan dengan aksiologi dalam filsafat ilmu, adalah
sesuai dengan pengertian aksiologi tersebut yaitu ilmu yang mempelajari tentang
nilai, maka identifikasi objek aksiologi dalam filsafat ilmu adalah ilmu dan nilai. Ilmu
(pengetahuan) dan nilai (moral) merupakan satu kesatuan yang utuh. Apabila
berbicara soal ilmu berarti juga membicarakan nilai, dan juga berarti membicarakan
aksiologi.

Penilaian yang di gunakan dalam aksiologi, etika bersal dari bahasa yunani yaitu
ethos yang berarti karakter, watak, kesusilaan atau adat istiadat di mana etika
berhubungan erat dengan konsep individu atau kelompok sebagai alat penilaian
kebenaran atau evaluasi terhadap sesuatu yang telah di lakukan.

Estetika adalah cabang ilmu yang membahas masalah keindahan. Bagaimana


keindahan bisa tercipta dan bagaimana orang bisa merasaknnya dan memberi
penilaian terhadap keindahan tersebut. Maka filsafat estetika akan selalu berkaitan
dengan baik atau buruk, indah dan jelek.

4. Aliran dalam pengetahuan sains (defenisi, aliran dalam sains, contoh2


pengetahuan sains)
Ilmu sains adalah serangkaian aktivitas berupa pertanyaan, penyelidikan alam
semesta, penemuan dan penangkapan berbagai rahasia alam. Sains adalah
suatu proses untuk menghasilkan pengetahuan emperik melalui pengamatan
fenomena alam.
Ciri-ciri sains
1. Sains adalah logis, rasional, wajar.
2. Memiliki objek kajian yang konkrit dan nyata
3. Di kembangkan dengan metode yang sistematis
4. Harus objektif dan apa adanya
5. Berdasarkan pengalaman yang nyata
6. Teori sains bersifat universal
7. Bersifat flaksible atau dapat di buktikan
8. Bisa di ulang dengan hasil yang sama
9. Tidak menerima kebetulan yang tidak di sengaja.

Aliran filsafat dalam sains


- Rasionalisme, berpegang teguh pada akal
- Emprisme , memerlukan pembuktian secara indriawi untuk menentukannya.
- Positivisme, aliran filsafat yang bersifat faktual.
- Kritisme, aliran filsafat yang melakukan penyelidikan terhadap rasio beserta
batas-batasannya.
- Idealisme, aliran filsafat yang percaya bahwa sesuatu yang konkret hanyalah
hasil pemikiran manusia.
- Naturalisme, aliran filsafat dari hasil berlakunya hukum alam fisik.
- Materialisme, aliran filsafat yang menghakikatkan materi sebagai segalanya.

Contoh ilmu sains, kimia (chemistry), bilogi (biology), fisika (physic), ilmu bumi (earth
science)
Tujuan sains

 Untuk dapat menghasilkan suatu model yang dapat di gunakan untuk realitas.
 Sabagai sarana untuk mengungkapkan sebuah fakta
 Untuk dapat melakukan metode penelitian ilmiah seperti observasi, hipotesis,
prediksim penelitian dan kemudian kesimpulan.

Jenis-jenis Sains

 Ilmu alam
 Ilmu budaya
 Ilmu sosial

Ruang lingkup sains

 IPA atau ilmu pengetahuan alam


 IPS atau ilmu pengetahuan sosial.
5. Logika ilmu dalam berpikir ilmiah (hakikat berpikir ilmiah, bahasa keilmuan,
kriteria berpikir ilmiah, dan kelemahan berpikir ilmiah)
Hakikat berpikir ilmiah memperlihatkan bahwa pada dasarnya, kegiatan berpikir
adalah proses dasariah dari pengetahuan manusia. Proses berpikir ilmiah berusaha
mendapatkan sebuah kebenaran. Untuk mendapatkan sebuah kebenaran, kegiatan
penalaran harus memenuhi dua persyaratan penting, yakni logis kegiatan berpikir
ilmiah harus mengikuti suatu aturan atau memenuhi pola pikir (logika) tertentu,
analitis melibatkan suatu analisa dengan menggunakan pola pikir (logika)
Beripikir ilmiah dalam dua faktor mendasar yaitu : 1, sumber pengetahuan berpikir
ilmiah berdasarkan sumber pengetahuan pada rasio dan pengamatan manusia. 2,
ukuran kebenaran berpikir ilmiah berdasarkan ukuran kebenarannya pada logis dan
analisa suatu pengetahuan.

Bahasa Keilmuan

Bahasa merupakan sarana komunikasi maka segala sesuatu yang berkaitan dengan
komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti halnya berpikir sistematis dalam
memperoleh ilmu.

Bahasa merupakan pernyataan, pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi


manusia yang terdiri dari kata-kata atau istilah-istilah dan sintaksis.

Unsur-unsur yang terdapat dalam bahasa menurut Bakhtiar (2004), yaitu :

Simbol- simbol vokal

●Simbol- simbol vokal arbitrer

●Suatu sistem yang terstruktur dari simbol- simbol arbitrer

●Dipergunakan oleh para anggota suatu kelompok sosial sebagai alat bergaul satu
sama lain.

Bahasa sebagai sarana ilmiah mempunyai kelemahan. Kelemahan tersebut menurut


Suriasumantri (2003) antara lain :

●Bahasa sebagai multifungsi

●Bahasa memiliki arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung oleh kata-kata
yang membangun bahasa.

●Bahasa mempunyai beberapa kata yang memberikan arti yang sama.

●Konotasi bahasa yang bersifat emosional


Kriteria ilmiah :

●Kriteria adalah suatu prinsip atau standar yang digunakan untuk menilai sesuatu

●Ilmiah adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan teruji kebenarannya,sistematis
dan objektif.

Menurut Nazir umar, ada beberapa kriteria berpikir ilmiah, yaitu:

Ada tiga kriteria berpikir ilmiah, yaitu:

Objektivitas adalah suatu sikap atau cara pandang yang konsisten dan jujur
terhadap sesuatu.

Generalisasi adalah sebuah pernyataan yang berlaku untuk semua atau sebagain
besar gejala yang di amati

Sistemasisasi adalah penataan, penertiban, pengaturan, pengorganisasian,


pensisteman.

Adapun kelemahan-kelemahan dari berpikir ilmiah, yaitu:

● Pertama, metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada kajian objek-
objek material yang dapat diindra.

● Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh informasi


sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan keberadaanya.

● Ketiga, kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak pasti
(dugaan) ;

6. ilmu dan kebudayaan (dasar ilmu dan kebudayaan, hubungan masyarakat


dengan kebudayaan, pola2 kebudayaan)
1. ILMU DAN KEBUDAYAAN
A. Pengertian Ilmu
Berbicara masalah ilmu dan kebudayaan tidak lepas dari sumber ilmu.
dan kebudayaan tersebut, yaitu akal. Maka penulis akan menjelaskan
terlebih dahulu tentang hakikat akal. Secara bahasa kata akal memiliki
banyak arti, antara lain “sesuatu menjadi tetap”.
Akal adalah jauharun anil madah fi dzatihi muqoronum lahafi fi’lihi wa hiya
al-nafsu al-natiqah, yaitu mutiara yang terbatas dari materi dan bersamaan
padanya dalam tindakannya, dan itu adalah ciri yang cerdas (berpikir). Akal
juga merupakan mutiara rohani yang di ciptakan Allah yang terkait dengan
badan manusia. Akal juga adalah cahaya hati yang akan mampu
membedakan antara yang haq dan yang bathil. Menahan diri dan berusaha
menahan. Sebagian lain menterjemahkan akal dengan berusaha keras (asy-
syadd). Itulah beberapa pengertian pokok bagi kata akal yang hampir
melingkupi seluruh buku bahasa. Dan semua makna lain sebenarnya telah
mencakup ke dalam pengertian di atas tidak berbeda secara signifikan.
b. Pengertian Kebudayaan
Kebudayaan adalah hasil karya cipta (pengolahan, pengerahan dan
penghargaan terhadap alam) oleh manusia dengan kekuatan jiwa (pikiran,
perasaan, kemauan, imajinasi, dan fakultas-fakultas ruhaniah lainnya) dan
raganya, yang menyatakan dalam berbagai kehidupan ruhaniah ataupun
kehidupan lahirlah manusia, sebagai jawaban atas segala tantangan, tentuan
dan dorangan dari intra diri manusia dan ekstra diri manusia, menuju arah
terwujudnya kebahagiaan dan kesejahteraan (spritual dan material) manusia,
baik “individu” maupun “masyarakat”.

Kebudayaan berarti mempelajari sesuatu soal dari kehidupan manusia,


baik seorang pribadi maupun sebagai anggota masyarakat dalam
hubungannya dengan alam sekitarnya. Karena kebudayaan adalah alam
pikiran dan mengasah budi.

Dalam hubungannya dengan manusia, ada beberapa alternatif kedudukan


ilmu yaitu menjadi alat pengantar ke arah kesejahteraan manusia. Di samping
itu, dalam hal pengembangan kebudayaan ilmu mempunyai dua kedudukan
yaitu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya
pengembangan watak manusia, masyarakat atau bangsa.
Antara ilmu dan kebudayaan berada dalam posisi yang saling tergantung
dan saling mempengaruhi, pada sisi pengembangan ilmu dalam suatu
masyarakat tergantung pada kondisi kebudayaannya. Sedangkan disisi lain
pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan. Dan dalam
beberapa tipe masyarakat, ilmu dapat berkembang pesat, demikian pula
sebaliknya.

c. Hubungan Manusia dan Kebudayaan


Dalam kehidupan manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan maka
hal inilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah dalam
konteks ini yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang.
Maslow mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusia yakni
kebutuhan fisiologis dan rasa aman dan memenuhi kebutuhan ini secara
instinktif. Karena manusia tidak mempunyai kemampuan bertindak secara
otomatis yang berdasarkan instink tersebut maka manusia berpaling kepada
kebudayaan yang mengajarkan tentang cara hidup.
Nilai-nilai budaya ini adalah jiwa dari kebudayaan dan menjadi dasar dari
segenap wujud kebudaya ini merupakan perwujudan yang bersifat fisik yang
merupakan produk dari kebudayaan atau alat yang memberikan kemudahan
dalam kehidupan. Keseluruhan fase dari kebudayaan itu erat hubungannya
dengan pendidikan sebab semua materi yang terkandung dalam suatu
kebudayaan diperoleh manusia secara sadar lewat proses belajar. Lewat
kegiatan belajar inilah kebudayaan di teruskan dari generasi ke generasi
selanjutnya.
Manusia dan kebudayaan merupakan dua hal yang sangat erat berkaitan
satu sama lain. Manusia di alam dunia ini memegang peranan yang unik, dan
dapat dipandang dari berbagai segi. Dalam ilmu sosial manusia merupakan
makhluk yang ingin memperoleh keuntungan atau selalu memperhitungkan
setiap kegiatan sering disebut homo economicus (ilmu ekonomi). Manusia
merupakan makhluk sosial yang tidak dapat berdiri sendiri (sosialofi). Makhluk
yang selalu ingin mempunyai kekuasaan (politik), makhluk yang berbudaya
dan lain sebagainya.
d. Dua Pola Kebudayaan
Dua pola kebudayaan dan ilmu yang bergulir di Indonesia, adalah ilmu-
ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Kenapa hal ini terjadi, ini terjadi karena
besarnya perbedaan antara ilmu sosial dan ilmu alam. Contohnya, jika kita
belajar ilmu alam dengan subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka
kemungkinan besar akan berhasil dengan nilai yang sama, tetapi tidak
demikian dalam ilmu sosial, dalam ilmu sosial, ilmu bergerak lebih fleksibel
dan dapat berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak
mengubah apa yang menjadi tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud
mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang
ada, Yang memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita
hadapi. Ada dua faktor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu
sosial yaitu: sulitnya melakukan pengukuran, karena emosi dan aspirasi
merupakan unsur yang sulit dan yang kedua banyaknya variable yang
mempengaruhi tingkah laku manusia.

7.teori kebenaran ilmiah dalam filsafat ilmu (kebenaran koherasi, korespondsi,


pragmatis, performatif, proporsisi, konstruktivisme, dan kebenaran
religiusisme serta berikan contoh masing2)
a. Pengertian Kebenaran
Kebenaran adalah satu nilai utama di dalam kehidupan human. Sebagai
nilai-nilai yang menjadi fungsi rohani manusia. Artinya sifat manusiawi atau
martabat kemanusiaan (human dignity) selalu berusaha “memeluk” suatu
kebenaran.[2]Berbicara tentang kebenaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari
makna dan fungsi ilmu itu sendiri sejauh mana dapat digunakan dan
dimanfaatkan oleh manusia. Di samping itu proses untuk mendapatkannya
haruslah melalui tahap-tahap metode ilmiah.
Kriteria ilmiah dari suatu ilmu memang tidak dapat menjelaskan fakta dan
realitas yang ada. Apalagi terhadap fakta dan kenyataan yang berada dalam
lingkup religi ataupun yang metafisika dan mistik, ataupun yang non ilmiah
lainnya. Di sinilah perlunya pengembangan sikap dan kepribadian yang
mampu meletakkan manusia dalam dunianya. Penegasan di atas dapat kita
pahami karena apa yang disebut ilmu pengetahuan diletakkan dengan
ukuran, pertama, pada dimensi fenomenalnya yaitu bahwa ilmu pengetahuan
menampakkan diri sebagai masyarakat, sebagai proses dan sebagai produk.
Kedua, pada dimensi strukturalnya, yaitu bahwa ilmu pengetahuan harus
terstruktur atas komponen-komponen, obyek sasaran yang hendak diteliti
(begenstand), yang diteliti atau dipertanyakan tanpa mengenal titik henti atas
dasar motif dan tata cara tertentu, sedang hasil-hasil temuannya diletakkan
dalam satu kesatuan system.
Tampaknya anggapan yang kurang tepat mengenai apa yang disebut ilmiah
telah mengakibatkan pandangan yang salah terhadap kebenaran ilmiah dan
fungsinya bagi kehidupan manusia. Ilmiah atau tidak ilmiah kemudian
dipergunakan orang untuk menolak atau menerima suatu produk pemikiran
manusia
Dalam bahasan, makna “kebenaran” dibatasi pada kekhususan makna
“kebenaran keilmuan (ilmiah)”. pengetahuan itu harus yang dengan aspek
obyek yang diketahui. Jadi pengetahuan benar adalah pengetahuan obyektif.
b. Hubungan antara metode dengan kebenaran
Kebenaran ilmiah muncul dari hasil penelitian ilmiah, artinya suatu kebenaran
tidak mungkin muncul tanpa adanya tahapan-tahapan yang harus dilalui
untuk memperoleh pengetahuan ilmiah. Secara metafisis kebenaran ilmu
bertumpu pada objek ilmu, melalui penelitian dengan dukungan metode serta
sarana penelitian maka diperoleh suatu pengetahuan. Semua objek ilmu
benar dalam dirinya sendiri, karena tidak ada kontradiksi di dalamnya.
Kebenaran dan kesalahan timbul tergantung pada kemampuan menteorikan
fakta.

Bangunan suatu pengetahuan secara epistemologis bertumpu pada suatu


asumsi metafisis tertentu, dari asumsi metafisis ini kemudian menuntut suatu
cara atau metode yang sesuai untuk mengetahui objek. Dengan kata lain
metode yang dikembangkan merupakan konsekuensi logis dari watak objek.
Oleh karena itu pemaksaan standard tunggal pengetahuan dengan
paradigma (metode, dan kebenaran) tertentu merupakan kesalahan, apapun
alasannya, apakah itu demi kepastian maupun objektivitas suatu
pengetahuan.
Teori-Teori Kebenaran
Ilmu pengetahuan terkait erat dengan pencarian kebenaran, yakni kebenaran
ilmiah. Ada banyak yang termasuk pengetahuan manusia, namun tidak
semua hal itu langsung kita golongkan sebagai ilmu pengetahuan. Hanya
pengetahuan tertentu yang diperoleh dari kegiatan ilmiah, dengan metode
sistematis, melalui penelitian analisis dan pengujian data secara ilmiah yang
dapat kita sebut sebagai ilmu pengetahuan. Dalam sejarah filsafat, terdapat
beberapa teori tentang kebenaran antara lain :
1) Teori Kebenaran Korespondensi(penyesuaian)
Adalah teori yang berpandangan bahwa pernyataan-pernyataan adalah benar
jika berkorespondensi (berhubungan) terhadap fakta yang ada. Kebenaran
atau suatu keadaan dikatakan benar jika ada kesesuaian antara arti yang
dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Teori ini sering diasosiasikan
dengan teori-teori empiris pengetahuan.
Ujian kebenaran yang didasarkan atas teori korespondensi paling diterima
secara luas oleh kelompok realis. Menurut teori ini, kebenaran adalah
kesetiaan kepada realita obyektif(fidelity to objective reality). Kebenaran
adalah persesuaian antara pernyataan tentang fakta dan fakta itu sendiri,
atau antara pertimbangan(judgement) dan situasi yang dijadikan
pertimbangan itu,serta berusaha untuk melukiskannya, karena Kebenaran
mempunyai hubungan erat dengan pernyataan atau pemberitaan yang kita
lakukan tentang sesuatu. (Titus,1987:237)
Jadi secara sederhana dapat disimpulkan bahwa berdasarkan teori
korespondensi suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang
dikandung pernyataan itu berkorespondensi(berhubungan) dan sesuai
dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut(susiasumantri, 1990:57).
Misalnya jika seseorang mengatakan “Matahari terbit dari Timur” maka
pernyataan itu adalah benar sebab pernyataan tersebut bersifat faktual atau
sesuai dengan fakta yang ada bahwa Matahari terbit dari timur dan tenggelam
diufuk barat.
2) Teori Koherensi atau konsistensi
Berdasarkan teori ini suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu
bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang
dianggap benar. Artinya pertimbangan adalah benar jika pertimbangan itu
bersifat konsisten dengan pertimbangan lain yang telah diterima
kebenarannya, yaitu menurut logika.
Misalnya, bila kita menganggap bahwa “maksiat perbuatan yang dilarang oleh
Allah” adalah suatu pernyataan yang benar. Maka pernyataan bahwa
“mencuri perbuatan maksiat, maka mencuri dilarang oleh Allah” adalah benar
pula, sebab pernyataan kedua konsisten dengan pernyataan yang pertama.
3) Teori Pragmatik
Adalah teori yang berpandangan bahwa arti dari ide dibatasi oleh referensi
pada konsekuensi ilmiah, personal atau sosial. Benar tidaknya suatu teori
tergantung pada peran fungsi teori tersebut bagi manusia untuk
kehidupannya dalam lingkup ruang waktu tertentu. Teori ini juga dikenal
dengan teori problem solving, artinya teori yang dengan itu dapat
memecahkan segala aspek permasalahan.
Kebenaran suatu pernyataan harus bersifat fungsional dalam kehidupan
praktis. Apa yang diartikan dengan benar adalah yang berguna (useful) dan
yang diartikan salah adalah yang tidak berguna(useless). Bagi para
pragmatis, ujian kebenaran adalah kegunaan(utility), dapat dikerjakan
(Workability) dan akibat atau pengaruhnya yang memuaskan.
Misalnya, seiring perkembangan zaman, teknologi pun semakin canggih.
Para ilmuan menemukan teknologi-teknologi baru untuk mempermudah
pekerjaan manusia, telepon genggam berupa smartphone contohnya.
Penemuan dan pengaplikasian smartphone tersebut dikatakan benar karena
dapat berguna untuk mempermudahkan pekerjaan manusia.
4) Teori Performatif
Teori ini menyatakan bahwa kebenaran diputuskan atau dikemukakan oleh
pemegang otoritas tertentu. Misalnya mengenai penetapan 1 syawal.
Sebagian muslim di Indonesia. ●Kriteria adalah suatu prinsip atau standar
yang digunakan untuk menilai sesuatu.

●Ilmiah adalah suatu ilmu yang bersifat rasional dan teruji


kebenarannya,sistematis dan objektif

● Pertama, metode berpikir ilmiah tidak dapat digunakan kecuali pada kajian
objek-objek material yang dapat diindra.
● Kedua, metode ilmiah mengasumsikan adanya penghapusan seluruh
informasi sebelumnya tentang objek yang dikaji, dan mengabaikan
keberadaanya.
● Ketiga, kesimpulan yang didapat ini adalah bersifat spekulatif atau tidak
pasti (dugaan).

8. Etika ilmiah dalam penelitian ilmiah (etika ilmu, hubungan etika ilmu dan
masyrakat ilmiah, ciri masyarakat berbudaya ilmu pengetahuan

A. PENEGERTIAN ETIKA ILMIAH DALAM PENELITIAN


Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, Ethos yang berarti wataK
kesusilaan / adat.
Menurut K.Bertens : Etika adalah nilai – nilai dan norma-norma moral, yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam mengatur
tingkah lakunya.

Ada dua macam etika :


 Etika deskriptif
 Etika ormative

Dengan demikian dapat disumpulkan bahwa etika ilmiah dan penelitian adalah suatu
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh fakta-fakta dengan menganalisis data
secara sistematis dan sesuai dengan nilai-nilai dan moral-moral yang berkembang
pada masyarakat dan menjadi pegangan bagi seseorang/sekelompok orang dalam
mengatur tingkah lakunya dalam melakukan penelitian ilmiah.

prinsip utama etika penelitian yang diterapkan oleh para peneliti, yaitu:

Manfaat :

Dalam menerapkan prinsip, asas manfaat tersebut antara lain adalah untuk
mempertimbangkan rasio antara manfaat dan resiko yang akan dibebankan pada
peneliti itu sendiri.

Menghargai sesama :

Hak yang dimaksud adalah hak untuk menetapkan diri dan hak untuk mendapatkan
penjelasan yang lengkap.

Hak Keadilan
Selain hak untuk mendapatkan keadilan dan kebebasan, peneliti juga harus mampu
memperlakukan orang lain dengan baik dan membuat penelitian tersebut memiliki
manfaat yang merata kepada setiap orang.

B. ETIKA ILMU
Etika ilmu berhubungan dengan efek berbahaya yang mungkin timbul dari
hasil suatu penelitian. Efek jangka panjang dari hasil ilmu mungkin tak
terduga, tetapi hasil apa yang diharapkan dari suatu karya ilmiah dapat
diperkirakan dengan mengetahui siapa yang menjadi sponsor penelitian itu
C. HUBUNGAN ETIKA ILMU DAN MASYARAKAT
Definisi Etika
Secara etimologi, etika berasal dari kata Yunani ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat.
Secara terminologi, etika adalah cabang ilmu filsafat yang membicarakan
tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungan baik dan buruk.
Etika dapat dibedakan menjadi 2 :
1. Etika deskriptif yaitu hanya melukiskan, menggambarkan, menceritakan,
dan tidak memberikan penilaian.
2. Etika normatif yaitu sudah memberikan penilaian yang baik dan buruk,
yang harus dikerjakan
Keterkaitan antara etika dan ilmu Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah
ajaran. Aristoteles mengatakan bahwa ilmu itu tidak mengabdi kepada pihak
lain. Ilmu digunakan oleh manusia demi kepentingan diri sendiri.
Etika adalah sebuah ilmu bukan sebuah ajaran.

D. CIRI MASYARAKAT BERBUDAYA ILMU PENGETAHUAN

1. Ciri-ciri masyarakat ilmiah berbudaya ilmu pengetahuan:


•Obyektif
•Analitis
•Kreatif dan konstruktif
•Terbuka dan berlapang dada untuk menerima kritik
•Menghargai waktu dan prestasi ilmiah/akademik
•Dsb.
9. Tanggung jawab moral keilmuan (sumber2 keilmuan, etika keilmuan, sikap
serta kesadaran moral keilmuan)
Arti tanggung jawab moral keilmuan
•Istilah tanggung jawab, secara etimologis menunjuk pada dua sikap dasar ilmu
dan ilmuwan, yaitu; tanggung dan jawab. Ilmu dan ilmuan, termasuk lembaga
keilmuan, dalam hal ini, wajib menanggung dan wajib menjawab setiap hal yang
diakibatkan oleh ilmu itu sendiri m aupun permasalahan-permasalahan yang
tidak disebabkan olehnya. Berbicara mengenai tanggung jawab keilmuan, adalah
sesuatu hal yang secara tidak langsung mengenai tanggung jawab manusia,
dalam hal ini, ilmuwan yang; mencari, mempraktikkan, dan menerapkan, atau
menggunakan ilmu atau pengetahuan tersebut dalam kehidupan. Maksudnya,
ilmu sebagai bagian dari kebijaksanaan manusia dengan segala usaha sadar
yang dilakukan untuk memanusiakan diri dan lingkungannya, tidak dapat
dipisahkan dari aspek tanggung jawab dimaksud.
•Kadang-kadang, tanggung jawab keilmuan tidak disebabkan oleh ilmu itu
sendiri, misalnya; dalam hal menyelesaikan setiap persoalan kemanusiaan,
seperti; bencana alam, keadaan alam yang kritis, konflik sosial, dan sebagainya.
Tanggung jawab keilmuan bukan saja dalam arti yang normative, misalnya
berkaitan dengan aspek moral yang bersifat legalistik saja, tetapi mencakup
aspek yang lebih luas. Misalnya, tanggung jawab keilmuan dalam menyelasaikan
berbagai bentuk akibat perubahan sosial yang berdampak terhadap tatanan
moral masyarakat. Jadi, tanggungjawab keilmuan juga memilki arti,
mendudukkan manusia pada kedudukan martabat dirinya, sehingga di satu sisi
tidak diperalat oleh ilmu dan ilmuwan demi mencapai prestise dan supremasi
ilmu, atau di sisi lain, tidak tergilas oleh kebodohan dan kemelaratan hidup
karena lingkaran setan ketidaktahuan yang melilit dirinya.
Sikap Keilmuan Serta Kesadaran Moral
Sikap keilmuan dalam hal ini merupakan sikap ilmiah dari seorang peneliti atau
ilmuan. Sikap ilmiah adalah sikap-sikap yang seharusnya dimiliki oleh setiap
ilmuwan dalam melakukan tugasnya untuk mempelajari meneruskan, menolak
atau menerima serta merubah atau menambah suatu ilmu.
Enam macam sikap ilmiah diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Obyektivitas, dalam peninjauan yang penting adalah obyeknya.
2) Sikap serba relatif, lmu tidak mempunyai maksud mencari kebenaran mutlak,
ilmu berdasarkan kebenaran-kebenaran ilmiah atas beberapa postulat, secara
priori telah diterima sebagai suatu kebenaran. Malahan teori-teori dalam ilmu
sering untuk mematahkan teori yang lain.
3) Sikap Skeptis adalah sikap untuk selalu ragu-ragu terhadap pernyataan-
pernyataan yang ragu.
10. Penegtahuan mistis serta aliran2nya (penegertian, objek pengetahuan
mistis, gambaran pengetahuan mistis)
A. Pengertian mistis.
Pengetahuan mistis atau yang sering disebut dengan pengetahuan
Metafisika.Metafisika merupakan cabang filsafat yang membicarakan tentang
hal-hal yang sangat mendasar yang berada di luar pengalaman
manusia.Ditinjau dari segi filsafat secara menyeluruh Metafisika adalah ilmu
yang memikirkan hakikat di balik alam nyata tanpa di batasi pada sesuatu
yang dapat di serap oleh pancaindera.
B. Objek penhetahuan mistis
Objek pengetahuan mistis ialah objek-objek yang tidak dapat di pahami oleh
rasio, yaitu objek-objek supra-natural (supra-rasional)seperti kebal, debus,
pelet, penggunaan jin, santet, dan lain-lain.
C. Aliran -aliran mistis
1. Dualisme
2. Pluralisme
3. Nikhilisme
4. Monolisme
5. Agnotisme
D. Struktur pengetahuan mistis
Struktur pengetahuan mistis
- Mistis biasa, jika di dalam islam, mistis biasa adalah tasawafuf karena tanpa
mengandung kekuatan tertentu.
- Mistis magis, mistis magis adalah sesuatu yang mengandung kekuatan
tertentu . magis ini terbagi menjadi 2 yaitu : magis putih, dan magis hitam

Anda mungkin juga menyukai