Anda di halaman 1dari 4

BAB 2

PEMBAHASAN
A. Komponen Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu dewasa ini telah berkembang begitu pesat sehingga menjadi suatu bidang
pengetahuan yang amat luas dan mendalam.
Bidang garapan Filsafat ilmu terutama diarahkan pada komponen-komponen yang menjadi
tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, tiang penyangga itu ada tiga macam yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi.
1. Ontologi
Kata ontologi sendiri berakar dari bahasa Yunani. Onto berarti ada dan logos berarti ilmu.
Dengan demikian, ontologi dimaknai sebagai ilmu yang membahas tentang keberadaan. Atau
dengan kata lain, ontologi berarti cara untuk memahami hakikat dari jenis ilmu komunikasi.
Ontologi sendiri merupakan cabang ilmu filsafat mengenai sifat (wujud) atau fenomena
yang ingin diketahui manusia. Dalam ilmu sosial ontologi berkaitan dengan sifat pada
interaksi sosial atau komunikasi sosial. Ontology merupakan mengerjakan terjadinya
pengetahuan dari sebuah gagasan kita tentang realitas. 
Noeng Muhadjir mengatakan bahwa ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak
terkait oleh satu perwujudan tertentu. Sedangkan jujun mengatakan bahwa ontologi
membahas apa yang kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu atau dengan kata lain suatu
pengkajian mengenai teori tentang yang ada. Sidi Gazalba mengatakan bahwa ontologi
mempersoalkan sifat dan keadaan terakhir dari kenyataan. Karena itu ontologi disebut ilmu
hakikat, hakikat yang bergantung pada pengetahuan. Dalam agama ontologi memikirkan
tentang tuhan.
Jadi dapat disimpulakan bahwa ontologi adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada yang merupakan kebenaran dan kenyataan baik yang berbentuk jasmani atau konkret
maupun rohani atau abstrak.
2. Epistemologi
Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat
dan lingkup pengetahuan, pengendalaian-pengendalian, dan dasar-dasarnya serta pengertian
mengenai pengetahuan yang dimiliki, mula-mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan
pengenalanya ia dapat mencapai realitas sebagaimana adanya. Mereka mengandaliakan begitu
saja bahwa pengetahuan mengenai kodrat itu mungkin, meskipun beberapa di antara mereka
menyarankan bahwa pengetahuan mengenai struktur kenyataan dapat lebih dimunculkan dari
sumber-sumber tertentu ketimbang sumber-sumber lainya. Pengertian yang diperoleh oleh
manusia melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
a.   Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan hasil observasi
yang disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b.   Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah lebih
lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.hal yang harus ada dalam metode deduktif
adalah adanya perbandingan logis antara kesimpulan itu sendiri.penyelidikan bentuk logis itu
bertujuan apakah teori tersebut mempunyai sifat empiris atau ilmiah.
c.   Metode Positivisme

2
Metode ini dikeluarkan oleh Agus Comte (1798-1857). Metode ini berpangkal dari apa
yang telah diketahui, faktual dan positif. Ia menyampaikan segala uraian atau persoalan di
luar yang ada sebagai fakta.apa yang diketahui secara positif adalah segala yang tampak dari
segala gejala. Dengan demikian metode ini dalam bidang filsafat dan ilmu dibatasi kepada
bidang gejala saja.
d.   Metode Kontemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indera dan akal manusia untuk memperoleh
pengetahuan, sehingga objek yang dihasilkan pun berbeda-beda yang harusnya dikembangkan
suatu kemampuan akal yang disebut intuisi.
e.   Metode Dialektis
Dalam filsafat, dialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Metode ini diajarkan oleh Socrates. Namun Plato mengartikannya sebagai
diskusi logika. Kini dialektika berarti tahapan logika yang mengajarkan kaidah-kaidah dan
metode-metode penuturan, juga menganalisis sistematik tentang ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.
3.    Aksiologi
Aksiologi berasal dari bahasa Yunani yaitu axios yang berarti nilai dan logos yang berarti
teori. Jadi aksiologi adalah “teori tentang nilai“. Menurut Bramel, aksiologi terbagi dalam tiga
bagian yaitu moral conduct (tindakan moral), esthetic expression (ekspresi keindahan),
dan sosio-political life (kehidupan sosial politik). Sedangkan menurut Jujun S. Suriansumantri
dalam bukunya Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar mengartikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Dalam Encyclopedia of
Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan dengan Value and Valuation. Ada tiga
bentuk Value and Valuation yaitu nilai yang digunakan sebagai kata benda abstrak, nilai
sebagai benda konkret, dan nilai digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
member nilai dan dinilai.
Dari definisi di atas terlihat jelas bahwa aksiologi menjelaskan tentang nilai. Nilai yang
dimaksud disini adalah sesuatu yang dimiliki oleh manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai. Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika.
Makna “etika“ dipakai dalam dua bentuk arti yaitu suatu kumpulan pengetahuan
mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia, dan suatu predikat yang dipakai untuk
membedakan hal, perbuatan manusia. Maka akan lebih tepat kalau dikatakan bahwa objek
formal dari sebuah etika adalah norma kesusilaan manusia, dan dapat dikatakan pula bahwa
etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi baik dan tidak baik dalam suatu
kondisi. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang pengalaman keindahan yang
dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan fenomena di sekelilingnya.
B. Objek filsafat ilmu
Filsafat ilmu sebagaimana halnya dengan bidang-bidang ilmu lainnya juga memiliki dua
macam objek yaitu objek material dan objek formal.
1. Objek Material Filsafat Ilmu
Objek Material Filsafat Ilmu  Yaitu suatu bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu atau hal yang di selidiki, di Pandang atau di sorot oleh suatu
disiplin ilmu yang mencakup apa saja baik hal-hal yang konkrit ataupun yang abstrak.
Menurut Drs. H.A.Dardiri bahwa objek material adalah segala sesuatu yang ada, baik yang
ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan. Segala sesuatu
yang ada itu di bagi dua, yaitu:

3
 Ada yang bersifat umum (ontologi), yakni ilmu yang menyelidiki tentang hal yang ada
pada umumnya.
 Ada yang bersifat khusus yang terbagi dua yaitu ada secara mutlak (theodicae) dan
tidak mutlak yang terdiri dari manusia (antropologi metafisik) dan alam (kosmologi).

2.     Objek Formal Filsafat Ilmu


Objek formal adalah sudut pandang dari mana sang subjek menelaah objek materialnya.
Setiap ilmu pasti berbeda dalam objek formalnya. Objek formal filsafat ilmu adalah hakikat
ilmu pengetahuan yang artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatiannya terhadap problem
mendasar ilmu pengetahuan. Seperti apa hakikat ilmu pengetahuan, bagaimana cara
memperoleh kebenaran ilmiah dan apa fungsi ilmu itu bagi manusia. Problem inilah yang di
bicarakan dalam landasan pengembangan ilmu pengetahuan yakni landasan ontologis,
epistemologis dan aksiologis.

C. Metode Mempelajari Filsafat


Ahmad Tafsir menyatakan bahwa metode mempelajari filsafat ada tiga, yaitu:
1.  Metode Sistematis
Belajar dengan metode sistematis, dimulai dengan banyak membaca buku filsafat,
memahami pengertiannya, objek yang dikaji, sistematika filsafat, makna ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Sekadar menghafal istilah-istilah yang disajikan filsafat dan
memahami berbagai batasannya secara kognitif sudah cukup baik.
2.   Metode Historis
Belajar dengan metode historis adalah mempelajari sejarah filsafat, seluk-beluk, dan
kelahirannya. Filsafat di Yunani dan Barat, filsafat di dunia dan di kalangan filosof Muslim,
filsafat Kristiani, dan semua yang berbau sejarah dipelajari mendalam. Mempelajari tokoh
demi tokoh, pikiran-pikirannya, para pengikutnya, pengaruh filsafatnya terhadap dunia
pemikiran dan ilmu pengetahuan, dan biografi para filosof hingga cerita keatiannya. Semua
digali dengan seserius mungkin, apa yang terjadi dengan filsafat klasik; bagaimana filsafat
dewasa ini. Semua yang berbau sejarah dikumpulkan, dibaca, dihapalkan, dipahami, dan jika
mampu dianalisis.
3.  Metode Kritis
Metode ini untuk yang tingkat tinggi. Yang dapat dilakukan “untuk lebih hebat” dua
metode di atas sudah dilewati. Bagaimana mau mengkritisi, jika sejarah filsafat tidak tahu,
atau pengertian ontology saja belum hafal. Metode kritis sudah mulai melibatkan penalaran
yang kontemplatif dan radikal, bahkan pemikiran para filosof bukan sekedar difahami,
melainkan dikritisi.

D. Tujuan Filsafat Ilmu


Di tengah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ditandai semakin
menajamnya spesialisasi ilmu maka filsafat ilmu sangat diperlukan. Sebab dengan mempelajari
filsafat ilmu, kita akan menyadari keterbatasan diri dan tidak terperangkap ke dalam sikap
oragansi intelektual. Hal yang lebih diperlukan adalah sikap keterbukaan kita, sehingga mereka
dapat saling menyapa dan mengarahkan seluruh potensi keilmuan yang dimilikinya untuk
kepentingan bersama.

Filsafat ilmu sebagai cabang filsafat yang membicarakan tentang hakikat ilmu yang
mengandung manfaat sebagai berikut:

4
a.   Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah, sehingga orang menjadi kritis
terhadap kegiatan ilmiah.
b.   Filsafat ilmu merupakan usaha merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dan metode
keilmuan. Sebab kecenderungan kita menerapkan suatu metode ilmiah tanpa memperhatikan
struktur ilmu pengetahuan itu sendiri. Satu sikap yang diperlukan disini adalah menerapkan
metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan bukan sebaliknya.
c.    Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan. Setiap metode ilmiah
yang dikembangkan harus dapat dipertanggungjawabkan secara logis-rasional, agar dapat
dipahami dan dipergunakan secara umum.

E. Fungsi Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi filsafat ilmu
kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara keseluruhan, yakni :
1. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
2. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap pandangan filsafat
lainnya.
3. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan dunia.
4. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan.
5. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan dalam berbagai aspek kehidupan itu
sendiri, seperti ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari Agraha Suhandi
(1989).

Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk memberikan
landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya dikatakan pula, bahwa
filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu: sebagai confirmatory theories yaitu berupaya
mendekripsikan relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi dan theory of explanation yakni
berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil ataupun besar secara sederhana .

Anda mungkin juga menyukai