Anda di halaman 1dari 5

NAMA : DAHLANTINO

NIM : 2281131140
KELAS : A23
MAKUL : FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
DOSEN : Dr. ILHAM, M.Pd.I.

PERTANYAAN

1. Berikan rangkuman dari sistimatika pendidikan Islam dari kajian ontologi, epistemologi,
dan aksiologi !
2. Berikan penjelasan saudara apa manfaat dari cara berfikir ontologi, epistemologi, dan
aksiologi dalam pendidikan Islam!

JAWABAN

1. Rangkuman
Kata ontologi, epistemologi, dan aksiologi berasal dari bahasa Yunani. Kata Ontologi
berasal dari kata “Ontos” yang berarti “menjadi (yang ada)”. Kata epistemologi berasal dari
bahasa Yunani yang berarti pengetahuan, pengertian. Kata ini terdiri dari dua suku kata,
yaitu logia yang berarti pengetahuan dan episteme yang berarti pengetahuan. Dengan
demikian, memahami secara etimologi, maka dapat dikatakan bahwa epistemologi adalah
pengetahuan tentang pengetahuan. Dan kata Aksiologi berasal dari kata “Axios” yang
berarti “bermanfaat”. Selain ketiga kata tersebut, ada juga kata “logos” yang berarti “ilmu,
doktrin, dan teori”.
Menurut istilah ini, ontologi adalah ilmu esensial yang mempelajari dunia nyata dan
realitas segala sesuatu. Epistemologi merupakan ilmu yang mendalami seluruh proses
mengkonstruksi pengetahuan yang benar. Sedangkan aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat nilai dari sudut pandang filsafat. Jadi, ontologi adalah ilmu yang
mempelajari segala sesuatu yang ada. Epistemologi adalah ilmu yang membahas teori-
teori, sedangkan aksiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang nilai ilmu.
a. Ontologi
Ontologi adalah bagian paling umum dari filsafat, atau bagian dari metafisika, dan
metafisika adalah salah satu bab dari filsafat. Objek penelitian ontologis adalah apa
yang ada tidak berkaitan dengan suatu manifestasi tertentu, ontologi membahas apa
yang ada secara universal, yaitu mencoba menemukan inti yang terkandung dalam
setiap realitas, mencakup seluruh realitas dalam segala bentuknya. Setelah menjelajahi
semua bidang utama filsafat, seperti filsafat manusia, alam, pengetahuan, kehutanan,
etika, dan isu-isu sosial, maka uraian ontologis pun disiapkan.
Oleh karena itu, ontologi sulit dipahami jika dipisahkan dari bagian dan bidang filsafat
lainnya. Dan ontologi adalah bidang filsafat yang paling sulit. Metafisika membahas
segala sesuatu yang dikatakan ada, mengajukan pertanyaan tentang alam. Esensi ini
tidak dapat diakses oleh panca indera karena tidak mempunyai bentuk, waktu dan
tempat. Dengan mempelajari alam, kita dapat memperoleh ilmu dan menjawab
pertanyaan tentang apa itu hakikat ilmu.
Dari sudut pandang ontologis, ilmu pengetahuan terbatas pada penelitian empiris.
Subjek penelitian ilmiah mencakup seluruh aspek kehidupan yang dapat diteliti dengan
panca indera manusia. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa hal-hal yang berada di
luar jangkauan manusia tidak dibicarakan oleh ilmu pengetahuan karena tidak dapat
dibuktikan secara metodologis dan eksperimental, sedangkan ilmu pengetahuan
mempunyai ciri khas tersendiri, yaitu diarahkan pada dunia empiris.
Menurut objek penelitiannya ilmu pengetahuan ada dua macam:
1. Benda materi (bahan obektum, benda materi) adalah segala bidang atau bahan yang
dijadikan obyek penelitian dalam ilmu pengetahuan.
2. Objek formal (obiectum formale, objek formal) menentukan cara pandang objek
material.
b. Epistemologi
Kajian epistemologis membahas tentang proses memperoleh pengetahuan dan faktor-
faktor yang perlu diperhatikan dalam memperoleh pengetahuan. Apa itu kebenaran, apa
yang disebut kebenaran, dan apa kriterianya. Tujuan penelitian epistemologis adalah
menanyakan bagaimana sesuatu itu terjadi, bagaimana kita mengetahuinya, bagaimana
kita membedakannya dengan benda lain, yang selanjutnya berhubungan dengan situasi
dan kondisi spasial dan temporal suatu objek tertentu. Lalu apa yang mendasari pada
tataran epistemologis ini, proses apa yang memungkinkan manusia memperoleh
pengetahuan logika, etika, estetika, cara dan tata cara untuk mencapai kebenaran
ilmiah, kebaikan moral dan keindahan artistik, apa yang disebut dengan kebenaran
ilmiah, keindahan artistik, dan kebaikan moral.
Perdebatan filosofis yang sengit sedang terjadi seputar pengetahuan manusia, sebuah
isu yang menempati posisi sentral dalam isu-isu filsafat, khususnya filsafat modern.
Pengetahuan manusia merupakan titik tolak kemajuan filsafat, berkembangnya filsafat
yang kokoh tentang alam semesta dan dunia. Oleh karena itu, sumber gagasan, kriteria,
dan nilai-nilai manusia belum ditetapkan, sehingga tidak mungkin dilakukan penelitian
apa pun, apa pun bentuknya.
Secara umum pengetahuan (kognisi) terbagi menjadi dua. Pertama, pengertian atau
pengetahuan sederhana. Kedua, tashdiq (persetujuan atau pembenaran), yaitu ilmu yang
mengandung penilaian. Desain dapat diilustrasikan dengan pemahaman kita tentang
panas, cahaya atau suara. Tashdiq dapat diilustrasikan dengan pengamatan bahwa panas
adalah energi yang berasal dari matahari dan matahari lebih terang dari bulan dan atom
dapat meledak. Oleh karena itu, desain dan tashdiq sangat erat kaitannya, karena desain
adalah tentang menggenggam suatu objek tanpa menilai objek tersebut, sedangkan
tashdiq memberikan justifikasi terhadap objek tersebut.
Pengetahuan yang diperoleh dari perspektif ontologis kemudian dipindahkan ke
perspektif epistemologis untuk diuji keasliannya dalam kegiatan ilmiah. Kami
memahami bahwa kontak manusia dengan dunia empiris membuatnya berpikir tentang
realitas alam. Setiap jenis pengetahuan mempunyai ciri khas mengenai apa, bagaimana,
dan untuk apa, yang disusun secara cermat ke dalam ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Epistemologi sendiri selalu dikaitkan dengan ontologi dan aksioma ilmu
pengetahuan. Persoalan utama yang dihadapi setiap epistemologi ilmu pada hakikatnya
adalah bagaimana memperoleh ilmu yang benar dengan mempertimbangkan aspek
ontologis dan aksiomatik masing-masing ilmu.
c. Aksiologi
Aksioma berasal dari istilah Yunani yaitu; axios artinya pantas atau masuk akal.
Meskipun logos berarti ilmu, aksioma juga bisa disebut teori.
merek dagang. Aksiologi merupakan salah satu cabang filsafat ilmu yang membahas
tentang tujuan ilmu pengetahuan dan cara manusia memanfaatkan ilmu tersebut.
Dalam hal ini yang ingin dicapai oleh aksioma tersebut adalah hakikat dan manfaat
yang terkandung dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, aksioma di sini
menyangkut pertanyaan tentang nilai pragmatis pengetahuan. Saat ini istilah axios =
nilai dan logos = teori sebenarnya lebih umum digunakan dalam terminologi filosofis.
Untuk aksioma dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, aksioma adalah penerapan ilmu
pengetahuan dalam kehidupan manusia; atau studi tentang nilai-nilai, khususnya etika.
Selain itu, aksioma menyertakan nilai parameter untuk apa yang disebut kebenaran
atau kenyataan. Karena kita hidup di alam yang berbeda-beda, seperti alam sosial, alam
fisik, dan alam simbolik, maka masing-masing alam mempunyai aspeknya masing-
masing. Lebih lanjut aksiologi juga menunjukkan kaidah-kaidah apa saja yang harus
kita perhatikan ketika menjalankan ilmu praktis. Dalam pendekatan aksiomatik ini,
ilmu pengetahuan harus dimanfaatkan untuk kemaslahatan manusia dengan
memperhatikan berbagai aspek kehidupan disekitarnya.
Ada dua kategori aksiomatik dasar, yaitu (1) objektivisme dan (2) subjektivisme.
Keduanya bermula dari pertanyaan yang sama: apakah nilai bergantung atau tidak
bergantung pada manusia? Dari sini muncul empat pendekatan etis, dua pendekatan
pertama bersifat obyektivis dan dua pendekatan berikutnya bersifat subyektif.
Ketiganya adalah (1) teori nilai intuitif, (2) teori nilai rasional, (3) teori nilai alamiah,
dan (4) teori nilai emosional. Namun aksiologi pendidikan berkaitan dengan persoalan
ilmu pengetahuan dan pengetahuan (kognisi), yaitu memikirkan tentang hakikat
pengetahuan atau hakikat keberadaan segala sesuatu yang bersifat material, dan
metafisika, baik yang umum maupun yang khusus. Oleh karena itu penelitian diarahkan
pada landasan pengetahuan berupa nalar, logika, sumber ilmu dan kriteria kebenaran.
Untuk itu perlu dipahami bahwa aksioma pendidikan pada hakikatnya adalah
tercapainya peserta didik dalam memahami ilmu pengetahuan dan menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat
a. Ontologi
Ada beberapa hipotesis mengenai manfaat eksperimen yang dibawa oleh ilmu
pengetahuan, yaitu:
1). Misalkan beberapa kelebihan mempunyai kesamaan di antara keduanya, misalnya
dalam bentuk, struktur, sifat, dan lain-lain.
2). Misalkan suatu benda tidak berubah dalam jangka waktu tertentu.
3). Determinisme adalah hipotesis yang menyatakan bahwa tidak semua fenomena
merupakan peristiwa acak. Hipotesis yang dikemukakan ilmu pengetahuan
bertujuan untuk memperoleh pengetahuan analitis yang mampu menjelaskan
berbagai hubungan antar fenomena yang berkaitan dengan pengalaman manusia.
Hipotesis ini juga dapat dikembangkan jika pengalaman manusia dianalisis
menggunakan berbagai disiplin ilmu dengan memperhatikan beberapa hal; Pertama,
hipotesis harus sesuai dengan bidang dan tujuan penilaian ilmiah. Hipotesis ini harus
dilaksanakan dan menjadi dasar evaluasi teoritis. Kedua, asumsi harus disimpulkan dari
“bagaimana keadaannya” dan bukan dari “bagaimana seharusnya”. Hipotesis pertama
merupakan landasan penelitian ilmiah, sedangkan
Hipotesis kedua inilah yang mendasari moralitas. Oleh karena itu, seorang ilmuwan
harus benar-benar memahami asumsi-asumsi yang digunakan dalam analisis ilmiahnya,
karena menggunakan asumsi yang berbeda berarti konsep mental yang digunakan
berbeda. Penyelidikan ilmiah harus didasarkan pada hipotesis tertentu, yaitu hipotesis
yang jelas, karena hipotesis yang belum dirumuskan dianggap tidak diketahui atau
belum menjadi pendapat umum.
b. Epistemologi
Untuk memperoleh pengetahuan yang dapat diandalkan, berpikir rasional atau
sebaliknya berpikir empiris saja tidak cukup, karena keduanya mempunyai keterbatasan
dalam mencapai kebenaran ilmiah. Dengan demikian, realisasi kebenaran ilmiah
dicapai melalui metode ilmiah yang merupakan gabungan atau gabungan antara
rasionalisme dan empirisme sebagai satu kesatuan yang saling melengkapi. Terdapat
banyak pendapat para ahli mengenai metode ilmiah namun penulis hanya memaparkan
sedikit metode ilmiah yang tidak berbeda jauh dengan prosedur yang diikuti dalam
metode ilmiah. Metode ilmiah adalah serangkaian prosedur tertentu yang diikuti untuk
memperoleh jawaban tertentu dari orang tertentu. pernyataan.
Epistemologi metode ilmiah akan lebih mudah dibahas jika kita memusatkan perhatian
pada suatu rumusan yang mengatur tahapan-tahapan proses berpikir yang disusun
dalam urutan tertentu. Kerangka dasar proses ilmiah dapat digambarkan dalam enam
langkah sebagai berikut:
1). Mengenali masalah dan merumuskan masalah
2). Amati dan kumpulkan data yang relevan
3). Meringkas atau memperjelas data
4). Bangun hipotesis
5). Kesimpulan dari hipotesis
6). Periksa keakuratan (verifikasi) tes
Keenam langkah dalam metode ilmiah masing-masing mengandung unsur empiris dan
rasional. Metode deduktif dan metode induktif. Kedua pendekatan ini tidak dapat
dipisahkan dengan hanya menggunakan satu saja, karena inferensi yang tidak diperkuat
dengan induksi dapat dianggap sebagai permainan mental tanpa kualitas kebenaran,
sedangkan induksi tanpa inferensi akan menghasilkan pemikiran yang steril. Proses
metode ilmiah akhirnya berhenti sejenak ketika mencapai titik “uji kebenaran” untuk
menentukan benar atau tidaknya suatu ilmu. Ada tiga ukuran kebenaran yang muncul
dalam bidang pembahasan terkait teori kebenaran, yaitu teori korespondensi, teori
koherensi, dan teori pragmatik. Evaluasi ini sangat menentukan dalam menerima,
menolak, melengkapi atau memodifikasi hipotesis, sehingga menciptakan suatu teori
ilmiah.
c. Aksiologi
Arti aksiologi dalam dunia pendidikan adalah mengkaji dan mengintegrasikan nilai-
nilai dalam kehidupan manusia serta menanamkan sikap dalam diri siswa. Memang
menjelaskan apa yang benar, baik, buruk, atau jelek tidaklah mudah. Selanjutnya, baik,
benar, indah dan jahat, guna mengembangkan kepribadian ideal anak, jelas menjadi
tugas utama pendidikan. Pendidikan harus memberikan siswa pemahaman atau definisi
menyeluruh tentang benar, benar, salah, dll. dari segi etika, estetika dan nilai-nilai
sosial.
Dalam masyarakat, nilai-nilai saling berintegrasi dan berinteraksi. Nilai-nilai rumah,
keluarga, tetangga, kota, dan pedesaan merupakan nilai-nilai yang tidak bisa diabaikan
dalam dunia pendidikan, malah sebaliknya harus menarik perhatian. Ajaran Islam
merupakan seperangkat sistem nilai, khususnya prinsip-prinsip hidup menurut Islam,
sesuai dengan tuntunan Allah SWT. Aksioma pendidikan Islam berkaitan dengan nilai,
tujuan dan sasaran yang ingin dicapai dalam pendidikan Islam. Sekaligus, tujuan
pendidikan Islam adalah mencetak manusia bertakwa, taat beribadah dan gemar
beramal shaleh untuk kehidupan selanjutnya.
Pendidikan Islam dalam hal ini tentu bertujuan untuk mengantarkan manusia pada taraf
tertinggi dalam hidupnya. Ilmu pengetahuan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan
keimanan. Dalam Islam, keimanan seseorang dibangun atas dasar ilmu, sehingga
menambah ilmu berarti menambah keimanan. Pendidikan Islam adalah pendidikan
yang berdasarkan pada landasan ajaran Islam, khususnya Al-Quran dan Hadits sebagai
pedoman hidup bagi seluruh umat Islam. Melalui pendidikan ini kita dapat memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sesuai dengan ketentuan Al-Quran dan
Sunnah. Dalam hal ini, tingkat pemahaman, penghayatan, dan pengamalan kita
terhadap ajaran Islam sangat bergantung pada tingkat kualitas pendidikan Islam yang
kita terima.
Konsep yang diajukan dalam penelitian ini adalah memahami nilai pendidikan Islam.
Selain itu, pendidikan juga bertujuan untuk membawa manusia pada realitas kehidupan
yang tertinggi. Namun Islam, sebagai agama yang disesuaikan dengan tuntutan zaman,
harus mampu menawarkan solusi yang berharga. Oleh karena itu, pendidikan Islam
menawarkan konsep yang komprehensif, meliputi nilai spiritual, nilai teoritis, dan nilai
praktis. Tujuan akhir dari masing-masing nilai tersebut adalah berupaya membawa
manusia kepada realitas kehidupan yang tertinggi yaitu Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai