Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ahmad Hidayat

Nim : 2120201002

Mata kuliah : Falsafah ilmu dan sains

Tugas 3

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai ilmu, filsafat tidak hanya kita lihat sebagai pandangan hidup atau falsafah hidup tetapi kita
juga dapat melihatnya sebagai ilmu. Pada perkembangan selanjutnya, ilmu terbagi dalam beberapa
disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, objek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara
disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya (Semiawan, 2005).

Filsafat ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan mengenai segala hal yang
menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala segi dari kehidupan manusia (The
Liang Gie, 2004). Sedangkan menurut (Jujun Suriasumantri 2005), filsafat ilmu bertujuan membahas
dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menemukan nilai dan
pentingnya upaya ilmiah sebagai suatu keseluruhan.

Filsafat ilmu memberikan spirit bagi perkembangan dan kemajuan ilmu dan sekaligus nilai-nilai
moral yang terkandung pada setiap ilmu baik pada tataran ontologis, epistemologis maupun
aksiologi. Kemudian, dengan mensyaratkan observasi, sains harus bersifat empiris, baik
berhubungan dengan benda-benda fisik, kimia, biologi, dan astronomi maupun berhubungan dengan
psikologi dan sosiologi. Inilah karakter sains yang paling mendasar dalam pandangan epistemologi
konvensional.

Sains merupakan produk eksperimen yang bersifat empiris. Eksperimen dapat dilakukan, baik
terhadap benda-benda mati (anorganik) maupun makhluk hidup sejauh hasil eksperimen dapat
diobservasi secara indrawi. Eksperimen pun dapat dilakukan terhadap manusia, seperti yang
dilakukan Waston dan penganut aliran behaviorisme klasik lainnya.

Salah satu cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan,
asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh pengetahuan, validitas dan kebenaran
pengetahuan merupakan bagian dari epistimologi sains. Disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun
teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya
dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya.

Setiap jenis pengetahuan selalu mempunyai ciri-ciri yang spesifik mengenai apa (ontologi),
bagaimana (epistemologi) dan untuk apa (aksiologi) pengetahuan tersebut disusun. Kalau kita ingin
membicarakan epistemologi ilmu, maka hal ini harus dikaitkan dengan ontologi dan aksiologi ilmu.
Ketiga landasan ini saling berkaitan; ontologi ilmu terkait dengan epistemologi ilmu, epistemologi
ilmu terkait dengan aksiologi ilmu dan seterusnya. Secara jelas, tidak mungkin bahasan epistemologi
terlepas sama sekali dari ontologi dan aksiologi. Dalam membahas dimensi kajian filsafat ilmu
didasarkan model berpikir sistemik, sehingga harus senantiasa dikaitkan. Oleh karena itu maka
setiap berbicara tentang Filsafat Ilmu pastilah salah satunya membicarakan Ontologi, Epistemologi
dan Aksiologi.

B. Rumusan masalah

Bagaimana hakikat dari ontologi, epistimologi dan aksiologi dalam ilmu sains?

Bagaimana mengetahui ukuran kebenaran dari sains ?

Bagaimana sain dalam menyelesaikan suatu masalah ?

C. Tujuan

Menjelaskan hakikat dari cabang ilmu filsafat, yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi.

Untuk mengetahuui ukuran kebenaran dari sains

Memahami dalam penyelesaian suatu masalah

D. Manfaat

Manfaat yang dapat diambil dari penyusunan makalah ini adalah memberikan kontribusi pihak-pihak
terkait. Di sini manfaat yang dapat diambil makalah ini terbagi dalam sisi teoritis dan prakatis, yaitu:

Secara teoritis hasil dari makalah ini diharapkan mempunyai arti yang positif dan bermanfaat bagi:

Pengembang ilmu pengetahuan terutama tentang filsafat sains.

Sebagai masukan bagi konsep Manajemen Pendidikan yang berkaitan dengan pengembangan
sains/ilmu pengetahuan dalam pembelajaran.

Praktis

Adapun secara praktis hasil makalah ini diharapkan memberi manfaat guru:
Memberikan informasi kepada pihak lembaga sehingga Manajemen Pendidikan dalam
memanajemen organisasi yang baik dan dapat menjalankan tugasnya secara maksimal.

Sebagai bahan masukan bagi guru/pendidik, masyarakat dan mahasiswa khususnya dalam proses
pemblajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan.

BAB II PEMBAHASAN

A. Ontologi Sains

Menurut bahasa, Ontology berasal dari bahasa Yunani yaitu : On/Ontos = ada, dan Logos = ilmu. Jadi,
ontologi adalah ilmu tentang yang ada. Ontology adalah ilmu yang membahas tentang hakikat yang
ada dan merupakan ultimate reality baik yang berbentuk jasmani/konkret maupun rohani/abstrak
(Bakhtiar 2004). Ontology membahas tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh kita ingin
tahu atau dengan kata lain suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada” (Suriasumantri 1985).

1) Hakikat Pengetahuan Sains

Hakikat pengetahuan sains pertama, masalah rasional. Hipotesis harus berdasarkan rasio, dengan
kata lain hipotesis harus rasional. Contohnya adalah “untuk bisa memiliki tenaga maka manusia
harus makan, karena itu logis jika manusia tidak makan tubuh menjadi lemas”.Kebenarannya
barulah dugaan, tetapi hipotesis tersebut telah mencukupi dari segi kerasionalannya. Dengan kata
lain, hipotesis tersebut rasional. Kata ”rasional”disini menunjukkan adanya hubungan sebab akibat.

Kedua masalah empiris. Cara kerja dalam memperoleh teori itu adalah cara kerja metode ilmiah.
Rumus baku metode ilmiah ialah logico-hypothetico–verificatif (buktikan bahwa itu logis, tarik
hipotesis, ajukan bukti empiris). Pada dasarnya cara kerja sains adalah mencari hubungan sebab-
akibat atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi dasar sains adalah tidak ada
kejadian tanpa sebab.

Asumsi ini oleh Fred N. Kerlinger (Foundation of behavior research, 1973;378) dirumuskan dalam
ungkapan post hoc, ergo propter hoc (ini tentu disebabkan oleh ini). Asumsi ini benar bila sebab
akibat itu memiliki hubungan rasional.

2) Struktur Pengetahuan Sains

Dalam garis besar sains dibagi menjadi dua; yaitu sains kealaman dan sains sosial, yang menjelaskan
struktur sains dalam bentuk nama-nama ilmu.
a) Sains Kealaman

Fisika ; mekanika, bunyi, cahaya, dan optic, fisika,nuklir

Kimia : kimia organik, kimia teknik;

Ilmu bumi ; paleontology, ekologi, geofisika, geokimia, mineralogy, geografi;

Ilmu hayat ; biofisika, botani, zoology

Astronomi

b) Sains Sosial

Sosiologi: sosiologi komunikasi, sosiologi politik,sosiologi pendidikan

Antropologi : antropologi budaya, antropologi ekonomi, antropologipolitik

Psikologi : psikologi pendidikan, psikologi anak,psikologi abnormal

Ekonomi : ekonomi makro, ekonomi lingkungan, ekonomi pedesaan

Politik ; politik dalam negeri, politik hukum, politik internasional

c) Humaniora sebagai pelengkap dari kedua sains

Seni : seni abstrak, seni grafik, seni pahat, seni tari

Hukum : hukum pidana, hukum tata usaha negara, hukum adat

Filsafat : logika, etika, estetika

Bahasa : sastra inggris, sastra jerman, sastra Indonesia

Agama : Islam, Kristen, Hindu, Budha, Protestan

Sejarah : sejarah Indonesia, sejarah dunia, sejarah umum

B. Epistemologi Sains

Epistemologi berasal dari bahasa Yunani episteme yang berarti pengetahuan tatu ilmu atau teori
pengetahuan. Epistemologi adalah cabang filsafat yang memberikan fokus perhatian pada sifat dan
ruang lingkup ilmu pengetahuan. Epistemologi membicarakan hakikat pengetahuan, unsur-unsur
dan susunan berbagai jenis pengetahuan, pangkal tumpuannya yang fundamental, metode-metode
dan batasan-batasannya.

1) Objek Pengetahuan Sains


Objek pengetahuan sain (yaitu objek-objek yang diteliti sain) adalah semua objek yang empiris sebab
bukti-bukti yang empiris diperlukan untuk menguji bukti rasional yang telah dirumuskan dalam
hipotesis. Jujun S. Suriasumantri (Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer, 1994:105) menyatakan
bahwa objek kajian sain hanyalah objek yang berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia.
Yang dimaksud pengalaman adalah pengalaman indera.

Objek-objek yang dapat diteliti oleh sain banyak sekali: alam, tetumbuhan, hewan dan manusia dan
kejadian-kejadian disekitar alam, semuanya dapat diteliti oleh sains. Dari penelitian itulah muncul
teori-teori sains. Teori-teori dikelompokkan dalam masing-masing cabang sains.

2) Cara Memperoleh Pengetahuan Sains

Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur
pengetahuan belum didukung oleh empiris. Pengetahuan dicari dengan akal, temuannya diukur oleh
akal pula. Dicari dengan akal ialah dicari dengan logis. Diukur dengan akal artinya diuji apakah
temuan itu logis atau tidak. Bila logis, benar; bila tidak, salah. Dengan akal itulah aturan untuk
mengatur manusia dan alam.

Empirisme adalah paham filsafat yang mengajarkan bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti
empiris yang didasarkan pada pengalaman yang menggunakan indera. Empirisme juga disebut
sebagai ilmu bukti, kaum ahli ilmu pengetahuan empiris itu diperoleh dengan jalan observasi
(pengamatan) atau experiment (praktik).

Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis, ada bukti empirisnya, yang tertukur.
Positivisme mengatakan air kopi ini 80 derajat celcius. Ukuran-ukuran ini operasional, kuantitatif dan
tidak memungkinkan perbedaan pendapat. Positivisme sudah dapat disetujui untuk memulai upaya
membuat aturan untuk mengatur manusia dan alam.

Metode Ilmiah mengatakan untuk memperoleh pengetahuan yang benar dilakukan langkah berikut:
logico–hypothetico–verificartif. Maksudnya, mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian ajukan
hipotesis kemudian lakukan pembuktian hipotesis itu secara empiris. Metode Ilmiah secara teknis
dan rinci dijelaskan dalam satu bidang ilmu yang disebut Metode Riset.

3) Ukuran Kebenaran Sains

Ilmu berisi teori-teori, Seperti dalam teori Sain Ekonomi: bila penawaran sedikit permintaan banyak,
maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, sehingga ditingkatkan menjadi hukum yang disebut
hukum penawaran dan permintaan. Berdasarkan hukum ini, maka barangkali benar dihipotesiskan:
Jika hari hujan terus, mesin pemanas gabah tidak diaktifkan, maka harga beras akan naik.

Jika hari hujan terus, maka orang tidak dapat menjemur padi, penawaran beras akan menurun,
jumlah orang yang memerlukan tetap, orang berebutan membeli beras, kesempatan itu digunakan
pedagang beras untuk memperoleh untung sebesar mungkin, maka harga beras akan naik. Jika
didukung oleh kenyataan (beras naik) maka hipotesis itu menjadi teori, dan teori itu benar, karena ia
logis dan empiris.

Jika hipotesis terbukti, maka pada saatnya ia menjadi teori. Jika suatu teori selalu benar, maka teori
itu naik tingkat keberadaannya menjadi hukum atau aksioma. Hipotesis (dalam sains) ialah
pernyataan yang sudah benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya. Belum atau tidak ada
bukti empiris bukanlah merupakan bukti bahwa hipotesis itu salah. Hipotesis itu benar, bila logis.
Ada atau tidak ada bukti empirisnya adalah soal lain. Kelogisan suatu hipotesis juga teori lebih
penting daripada bukti empirisnya.

C. Aksiologi Sains

1) Kegunaan Sains

Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya pengetahuan sains memiliki nilai guna yang membatu
hubungan kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Paling sedikit ada tiga kegunaan teori sains
antara lain sebagai alat eksplanasi, sebagai alat peramal dan sebagai alat pengontrol.

a) Teori Sebagai Alat Eksplanasi

Sains merupakan suatu sistem eksplanasi yang paling dapat diandalkan dibandingkan dengan sistem
lainnya dalam mempelajari masa lampau, menjalani masa sekarang, serta mempersiapkan untuk
masa depan, (T. Jacob, 1993). Menurut teori sains pendidikan, anak-anak yang orang tuanya cerai
atau sering disebut broken home, pada umumnya akan berkembang menjadi anak yang nakal.
Penyebabnya ialah karena anak-anak itu tidak mendapat pendidikan yang baik dari kedua orang
tuanya. Padahal pendidikan dari kedua orang tua amat penting dalam pertumbuhan anak menuju
dewasa.

b.) Teori Sebagai Alat Peramal

Ketika membuat eksplanasi, biasanya para ilmuwan telah mengetahui faktor yang menyebabkan
timbulnya suatu gejala. Dari faktor tersebut para ilmuwan dapat membuat sebuah ramalan atau
prediksi. Sebagai contoh, jika banyak kasus perceraian antara hubungan rumah tangga, maka dapat
diramalkan bahwa kenakalan remaja akan meningkat, meningkatnya aksi anarkis remaja seperti
pada kasus geng motor.

c.) Teori Sebagai Alat Pengontrol

Eksplanasi merupakan bahan untuk membuat ramalan atau prediksi dan alat pengontrol. Perbedaan
antara prediksi dengan alat pengontrol adalah prediksi lebih cenderung bersifat pasif, karena ketika
timbul gejala tertentu, maka kita dapat membuat prediksi, misalnya akan terjadi keadaan atau
kondisi tertentu pula. Sedangkan alat pengontrol lebih bersifat aktif terhadap sesuatu keadaan,
contohnya kita membuat tindakan efektif yang mampu meminimalisir dampak yang ditimbulkan dari
adanya suatu gejala tersebut.

2) Cara Sains Menyelesaikan Masalah

Dalam menyelesaikan masalah ada beberapa langkah di dalam sains yaitu pertama, dengan
mengidentifikasi masalah. Dalam mengindentifikasi masalah ini biasanya dilakukan sebuah
penelitian untuk memperoleh informasi sebanyak-banyaknya dan mengetahui secara lebih
mendetail pada gejala yang timbul di tengah kehidupan masyarakat. Kedua, dengan mencari teori
tentang sebab-akibat yang diambil dari sebuah literatur.

Hal ini bertujuan untuk mengetahui beberapa teori yang menjelaskan penyebab dari gejala yang
timbul. Ketiga, dengan membaca kembali literatur. Setelah mengetahui penyebab dari gejala yang
timbul maka kita harus membaca kembali literartur untuk mengetahui tindakan apa yang paling
tepat untuk mengatasi gejala-gejala tersebut.

3) Netralitas Sains

Netral biasanya diartikan tidak memihak. Dengan kata lain sains disebut netral artinya adalah sains
tidak memihak pada kebaikan dan tidak juga pada kejahatan selain itu sains juga tidak memberikan
nilai baik atau buruk, halal atau haram, sopan maupun tidak sopan. Sains hanya memberikan nilai
benar atau salah. Pengertian tersebut menyebabkan bahwa sains itu netral atau sering diganti
dengan istilah sains bebas nilai (value free) bukan terikat nilai (value bound).

Sains dianggap netral memiliki keuntungan dan juga kerugian sebagai berikut, apabila sains
sebaiknya netral maka dampak positif yang diberikan adalah perkembangan sains akan cepat terjadi.
Hal ini disebabkan karena tidak adanya halangan dalam penelitian ketika memilih objek yang hendak
diteliti, cara meneliti dan ketika menggunakan hasil penelitian. Di sisi lain, sebagian orang yang
menganggap sains tidak netral, akan membatasi penelitian dalam memilih objek penelitian, cara
meneliti ataupun menggunakan produk penelitian.

Suatu contoh ketika kita akan meneliti anatomi dan cara kerja jantung manusia, orang yang
beranggapan bahwa sains tidak netral akan mengambil jantung hewan yang paling mirip anatominya
dengan jantung manusia, akan meneliti jantung tersebut dengan cara tidak menyakiti hewan
penelitiannya, dan menggunakan hasil dari penelitian tersebut hanya untuk kebaikan. Sedangkan,
orang yang beraliran sains itu netral, kemungkinan akan mengambil jantung dari seorang
tunawisma, tanpa mempedulikan objek penelitiannya merasa menderita atau tidak, serta
menggunakan hasil dari penelitian tersebut secara bebas.

Paham sains netral sebenarnya telah melawan atau menyimpang dari maksud penciptaan sains,
yang semula sains digunakan untuk membantu manusia dalam menghadapi masalah tetapi ini malah
menambah masalah baru. Berdasarkan uraian sederhana sebelumnya, dapat disimpilkan bahwa
yang paling bijaksana adalah kita memihak pada pemahaman bahwa sains tidaklah netral. Sains
adalah bagian dari kehidupan, sementara kehidupan secara keseluruhan tidaklah netral.

4) Pengembangan Ilmu

Solly Lubis (2012) mengatakan dasar pendekatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan
adalah sama, tetapi di dalam perkembangan metode yang digunakan mengalami perbedaan dalam
penggunaan pendekatan metode penelitian. Penelitian dapat berperan dalam ilmu pengetahuan di
dalam hal berikut: Pertama, menemukan bidang baru pengetahuan dengan penemuan dan motivasi.
Kedua, memantapkan dan mengukuhkan bidang baru itu melalui pengujian atas hipotesis yang
relevan dengan bidang ilmu yang dikaji. Ketiga, mengembangkan jangkauan wewenang ilmu itu
dengan teori dan disiplin.

Pemikiran rasional yaitu setiap pemikiran yang sesuai dengan norma-norma logika. Yang dimaksud di
sini yaitu membedakan benda-benda tidak identik dan diikuti dengan proses penalaran silogistik
tentang hubungan dari benda atau sesuatu. Tetapi rasionalitas logis tidak mempunyai hubungan
satu-satu dengan ilmu pengetahuan, sebab rasionalitas juga menjadi sumber yang lainnya, seperti
keindahan, rasa, dan etik. Ilmu pengetahuan hanya ada jika sesuatu yang tersedia untuk dirasakan
oleh indra kita atau oleh instrumen ilmiah. Oleh karena itu ilmu pengetahuan harus rasional dan
empiris.

Fungsi utama ilmu pengetahuan yaitu sebagai himpunan ide siatematik dan umum yang merupakan
inti dari ilmu pengetahuan modern yang telah berkembang. Yang dimaksud dengan skema
konseptual yaitu sistem umum proposisi dari acuan empiris yang menyatakan kondisi penentu di
mana fenomena empiris berhubungan satu sama lain. Skema konseptual yang baik merupakan
komponen kumulatif yang utama dari ilmu pengetahuan.
Bentuk ideal dari skema konseptual yaitu yang memiliki generalitas yang luas, yakni yang didalamnya
jumlah dari kategori konseptual atau variabel kecil dalam artian proporsi umum yang abstrak. Hal
seperti ini hanya terdapat dalam ilmu pengetahuan alam, tetapi tidak demikian dalam ilmu
pengetahuan sosial. Tetapi skema konseptual memiliki acuan kepada data empiris, maka harus ada
teknik untuk mengumpulkan data dan teknik lain untuk menyusun data itu kepada kategori
konseptual yang sesuai. Hubungan antara skema konseptual dan teknik bukanlah sesuatu yang
sederhana, kendatipun ada ketergantungan satu sama lain.

Anda mungkin juga menyukai