Anda di halaman 1dari 17

TUGAS INDIVIDU

FILSAFAT ILM U

ANDI ZULKARNAIM SUMANG


P032192001

PROGRAM STUDI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


MAGISTER SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2019/2020
FILSAFAT ILMU

A. Intisari dari Filsafat Ilmu


Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang mempelajari dan mempertanyakan
secara sistematis mengenai hakikat pengetahuan ilmu yang berhubungan dalam
masalah-masalah filosofis dan fundamental yang terdapat pada ilmu untuk
mencapai pengetahuan yang ilmiah. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat,
asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan
ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi.
Filsafat ilmu berusaha menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu
konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut
dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan
alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan
penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk
mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap
masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri.
Terdapat banyak pendapat yang menjelaskan apa itu ilmu dan ilmiah. Karena itu,
banyak versi berkaitan dengan kajian filsafat ilmu. lmuwan dengan latar belakang yang
berbeda (eksakta dan non eksakta) mendefinisikan ilmu secara berbeda, dan
menjelaskan filsafat ilmu secara berbeda pula. Sampai saat ini masih terus menjadi
perdebatan antara ilmu (science) dan bukan ilmu (non-science). Suatu tinjauan kritis
tentang pendapat-pendapat ilmiah. Pembandingan atau pengembangan pendapat-
pendapat masa lampau terhadap pendapat-pendapat masa sekarang yang didukung
dengan bukti-bukti ilmiah.
Filsafat ilmu dalam satu aspek merupakan kritik terhadap pendapat ilmiah saat
ini dengan membandingkan dengan pandangan masa lalu yang telah terbukti, tetapi
filsafat ilmu jelas bukan disiplin otonom dari praktik ilmiah yang sebenarnya. Filsafat
ilmu adalah studi tentang asumsi, dasar, dan implikasi dari ilmu alam (yang biasanya
diartikan sebagai biologi, kimia, fisika, ilmu bumi dan astronomi, sebagai lawan dari
ilmu sosial yang berhubungan dengan perilaku manusia dan masyarakat. Filsafat ilmu
membahas dan mengevaluasi metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba
menemukan pentingnya upaya ilmiah.
Filsafat Ilmu merupakan bagian dari Epistemologi (filsafat pengetahuan) yang
secara spesifik mengkaji hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah). Filsafat ilmu merupakan
telaah kefilsafatan yang ingin menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu, yang
ditinjau dari segi ontologis, epistemelogis maupun aksiologisnya. Jadi jelas bahwa,
filsafat ilmu tidak sama dengan ilmu filsafat. Filsafat ilmu tidak dimaksudkan
untuk belajar filsafat, melainkan mempelajari hakekat ilmu: apa itu ilmu, apa
yang dapat dikategorikan sebagai ilmiah dan yang bukan ilmiah

Dengan Filsafat mencari Ilmu


Pada zaman Plato sampai pada masa Al-Kindi, batas antara filsafat dan ilmu
pengetahuan boleh dikatakan tidak ada. Seorang filosof (ahli filsafat) pasti menguasai
semua ilmu pengetahuan. Perkembangan daya fikir manusia yang mengembangkan
filsafat pada tingkat praktis dikalahkan oleh perkembangan ilmu yang didukung oleh
teknologi. Wilayah kajian filsafat menjadi lebih sempit dibandingkan dengan wilayah
kajian ilmu, sehingga ada anggapan bahwa filsafat tidak dibutuhkan lagi. Filsafat kurang
membumi, sedangankan ilmu lebih bermanfaat dan lebih praktis.
Padahal filsafat menghendaki pengetahuan yang komprehensif yang luas, umum,
dan universal dan hal tsb tidak dapat diperoleh dalam ilmu. Sehingga filsafat dapat
ditempatkan pada posisi dimana pemikiran manusia tidak mungkin dapat dijangkau
oleh ilmu. Ilmu bersifat pasteriori (kesimpulan ditarik setelah melakukan pengujian
secara berulang), sedangkan filsafat bersifat priory (kesimpulan ditarik tanpa pengujian
tetapi pemikiran dan perenungan). Keduanya sama-sama menggunakan aktifitas
berfikir, walaupun cara berfikirnya berbeda. Keduanya juga sama –sama mencari
kebenaran.
Kebenaran filsafat tidak dapat dibuktikan oleh filsafat sendiri, tetapi hanya dapat
dibuktikan oleh teori keilmuan observasi ataupun eksperimen untuk mendapatan
justifikasi. Filsafat dapat merangsang lahirnya keinginan dari temuan filosofis melalui
berbagai observasi dan eksperimen yang leahirkan ilmu-ilmu. Hasil kerja filsafat dapat
menjadi pembuka bagi lahirnya suatu ilmu. Oleh karena itu filsafat disebut juga sebagai
induk ilmu (mother of science). Untuk kepentingan perkembangan ilmu, lahir desiplin
filsafat yang mengkaji limu pengetahuan yang dikenal dengan filsafat ilmu pengetahuan.
Ruang lingkup filsafat ilmu
Filsafat ilmu sampai tahun sembilan puluhan telah berkembang pesat sehingga
menjadi bidang pengetahuan yang amat luas dan sangat mendalam. Ruang lingkup
sebagaimana yang dibahas para filsuf dapat dikemukakan secara ringkas oleh sejumlah
ahli antara lain (1) Peter Angeles; (2) A.Cornelius Benjamin; (3) Israel Scheffler; dan (4)
J.J.C.Smart.
Pertama, menurut Peter Angeles, ilmu mempunyai empat bidang konsentrasi
yang utama: (1) Telah mengenai berbagai konsep, pranggapan dan metode ilmu berikut
analisis, perluasan, dan penyusunannya dalam memperoleh yang lebih baik dan cermat;
(2) Telaah dan pembenaran mengenai proses penalaran dalam ilmu berikut strukturnya;
(3) Telaah mengenai saling kaitan di antara berbagai ilmu; (4) Telaah mengenai saling
kaitan di antara berbagai ilmu; dan (5) Telaah mengenai akibat pengetahuan ilmiah bagi
hal – hal yang berkaitan dengan penerapan dan pemahaman manusia.
Kedua, A. Cornelius Benjamin. Filsuf ini membagi pokok soal filsafat ilmu dalam
4 bidang : (1) Logika ilmu yang berlawanan dengan epistemologi ilmu; (2) Filsafat ilmu
kealaman yang berlawanan dengan filsafat ilmu kemanusiaan; (3) Filsafat ilmu yang
berlawanan dengan telaah filsafati dari sesuatu ilmu khusus; dan (4) Filsafat ilmu yang
berlawanan dengan sejarah ilmu.
Ketiga, Israel Scheffler. Lingkupannya dibagi menjadi tiga bidang yaitu: (1)
Peranan ilmu dalam masyarakat; (2) Dunia sebagaimana digambarkan oleh ilmu; dan (3)
Landasan – landasan ilmu.
Keempat, J.J.C.Smart. Filsuf ini menganggap filsafat ilmu mempunyai dua
komponen utama yaitu, (1) Bahasan analitis dan metodologis tentang ilmu; dan (2)
Penggunaan ilmu untuk membantu pemecahan problem.

Objek Kajian Filsafat Ilmu


Pada dasarnya setiap ilmu mempunyai dua macam obyek yaitu obyek material
dan obyek formal. Obyek material adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan,
seperti tubuh adalah obyek material ilmu kedokteran. Adapun obyek formalnya adalah
metode untuk memahami obyek material tersebut, seperti pendekatan induktif dan
deduktif.
Filsafat sebagai proses berfikir yang sistematis dan radikal juga memiliki obyek
material dan obyek formal. Obyek material filsafat adalah segala yang ada, baik
mencakup ada yang tampak maupun ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah
dunia empiris, sedang ada yang tidak tampak adalah alam metafisika. Sebagian filosuf
membagi obyek material filsafat atas tiga bagian, yaitu: yang ada dalam alam empiris,
yang ada dalam alam pikiran, dan yang ada dalam kemungkinan. Adapun obyek formal
filsafat adalah sudut pandang yang menyeluruh, radikal, dan rasional tentang segala
yang ada.
1. Dilihat dari obyek material (lapangan)
Filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang ada (realita)
sedangkan obyek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan empiris.
Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secara kaku dan
terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu.
2. Dilihat dari obyek formal (sudut pandang)
Filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala
sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Objek fromal filsafat ilmu
adalah hakekat atau esensi ilmu. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan
intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifat teknik, yang berarti bahwa cara
ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Landasan
pengembangan ilmu terdiri dari landasan ontologis, epistemologis dan aksiologis
Filsafat ilmu pada prinsipnya memiliki dua obyek substantif dan dua obyek
instrumentatif, yaitu:
1. Obyek Subtantif, yang terdiri dari dua hal :
a. Fakta (Kenyataan)
Yaitu empiris yang dapat dihayati oleh manusia. Dalam memahami
fakta (kenyataan ini ada beberapa aliran filsafat yang meberikan pengertian
yang berbeda-beda, diantaranya adalah positivisme, ia hanya mengakui
penghayatan yang empirik dan sensual. Sesuatu sebagai fakta apabila ada
korespondensi antara yang sensual satu dengan yang sensual lainnya. Data
empirik sensual tersebut harus obyektif tidak boleh masuk subyektifitas
peneliti. Fakta itu yang faktual ada phenomenology. Fakta bukan sekedar data
empirik sensual, tetapi data yang sudah dimaknai atau diinterpretasikan,
sehingga ada subyektifitas peneliti.
b. Kebenaran
Positivisme, benar substantif menjadi identik dengan benar faktual
sesuatu dengan empiris sensual. Kebenaran pisitivistik didasarkan pada
diketemukannya frekwensi tinggi atau variansi besar. Bagi positivisme
sesuatu itu benar apabila ada korespondensi antara fakta yang satu dengan
fakta yang lain phenomenology, kebenaran dibuktikan berdasarkan
diketemukannya yang esensial, pilah dari yang non esensial atau eksemplar
dan sesuai dengan skema moral tertentu. Secara esensial dikenal dua teori
kebenaran, yaitu teori kebenaran korespondensi dan teori kebenaran
koherensi.
2. Obyek Instrumentatif, yang terdiri dari dua hal:
a. Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah untuk menjelaskan, memprediksi proses dan
produk yang akan datang atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut
dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut dengan menggunakan landasan:
asumsi, postulat atau axioma yang sudah dipastikan benar. Pemaknaan juga
dapat ditampilkan sebagai konfirmi probabilistik dengan menggunakan
metode induktif, deduktif, reflektif.
b. Logika Inferensi
Studi logika adalah studi tentang tipe-tipe tata pikir. Pada mulanya
logika dibangun oleh Aristoteles (384-322 SM) dengan mengetengahkan tiga
prinsip atau hukum pemikiran.

Dimensi Filsafat Ilmu


1. Ontologi

Ontologi merupakan salah satu dimensi kefilsafatan yang membahas persoalan


hakekat. Dalam ontologi orang menghadapi persoalan bagaimanakah kita menerangkan
hakikat dari segala yang ada ini? Pertama kali orang dihadapkan pada adanya berupa
materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Kajian
tentang hakikat sangatlah luas, yaitu segala yang ada dan yang mungkin ada. Hakikat
adalah realitas; realitas adalah ke-real-an, artinya kenyataan yang sebenarnya.
2. Epistemologi

Epistemologi adalah dimensi filsafat yang berurusan dengan metodologi dan


lingkup pengetahuan meliputi; pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
pengertian mengenai pengetahuan yang dimiliki. Pengertian yang diperoleh manusia
melalui akal, indra, dan lain-lain mempunyai metode tersendiri dalam teori
pengetahuan, di antaranya adalah:
a) Metode Induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan-pernyataan
hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih umum.
b) Metode Deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik
diolah lebih lanjut dalam suatu sistem pernyataan yang runtut.
c) Metode Positivisme
Metode ini berpangkal dari apa yang telah diketahui.
3. Aksiologi

Aksiologi membahas tentang “nilai” atau “value” sebuah ilmu. Ilmu merupakan
sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan ilmu semua keperluan dan
kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih cepat dan lebih mudah. Melalui ilmu
juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti transportasi, pemukiman,
pendidikan, komunikasi, dan sebagainya. Seorang ilmuwan akan dihadapkan pada
kepentingan-kepentingan pribadi ataukah kepentingan masyarakat akan membawa
pada persoalan etika keilmuan serta masalah bebas nilai. Di bidang etika, tanggugung
jawab seorang ilmuan, bukan lagi memberi informasi namun harus memberi contoh.
Dia harus bersifat objektif, terbuka, menerima, kritik menerima pendapat orang lain,
kukuh dalam pendirian yang dianggap benar dan berani mengakui kesalahan.

Tujuan Belajar Filsafat Ilmu :


Belajar filsafat sangat penting karena memberikan beberapa manfaat, antara
lain :
1. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mahasiswa semakin kritis dalam
sikap ilmiahnya. Mahasiswa sebagai insan kampus diharapkan untuk bersikap
kritis terhadap berbagai macam teori yang dipelajarinya di ruang kuliah maupun
dari sumber-sumber lainnya.
2. Mempelajari filsafat ilmu mendatangkan kegunaan bagi para mahasiswa sebagai
calon ilmuwan untuk mendalami metode ilmiah dan untuk melakukan penelitian
ilmiah.
3. Dengan mempelajari filsafat ilmu diharapkan mereka memiliki pemahaman yang
utuh mengenai ilmu dan mampu menggunakan pengetahuan tersebut sebagai
landasan dalam proses pembelajaran dan penelitian ilmiah.
4. Mempelajari filsafat ilmu memiliki manfaat praktis. Setelah mahasiswa lulus dan
bekerja mereka pasti berhadapan dengan berbagai masalah dalam pekerjaannya.
5. Untuk memecahkan masalah diperlukan kemampuan berpikir kritis dalam
menganalisis berbagai hal yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi.
6. Membiasakan diri untuk bersikap logis-rasional dalam Opini & argumentasi yang
dikemukakan.
7. Mengembangkan semangat toleransi dalam perbedaan pandangan (pluralitas).
Karena para ahli filsafat tidak pernah memiliki satu pendapat, baik dalam isi,
perumusan permasalahan maupun penyusunan jawabannya.
8. Mengajarkan cara berpikir yang cermat dan tidak kenal lelah.
9. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan ilmiah dengan
melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah dengan cermat dan
kritis.
10. seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian kebenaran ilmiah
dengan tepat dan benar dalam persoalan yang berkaitan dengan ilmunya (ilmu
budaya, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu keperawatan, ilmu hukum, ilmu
sosial, ilmu ekonomi dan sebagainya) tetapi juga persoalan yang menyangkut
seluruh kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa sejarah,
kehidupan sosial politik dan sebagainya.
11. Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa terdapat dampak
kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu (misalnya alat yang
digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan masyarakat yaitu
berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut misalnya
masalah euthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis dan
problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan
terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya
ilmiah.
12. Dengan berfilsafat, seseorang akan lebih menjadi manusia, karena terus
melakukan perenungan akan menganalisa hakikat jasmani dan hakikat rohani
manusia dalam kehidupan di dunia agar bertindak bijaksana.
13. Dengan berfilsafat seseorang dapat memaknai makna hakikat hidup manusia,
baik dalam lingkup pribadi maupun sosial.
14. Kebiasaan menganalisis segala sesuatu dalam hidup seperti yang diajarkan
dalam metode berfilsafat, akan menjadikan seseorang cerdas, kritis, sistematis,
dan objektif dalam melihat dan memecahkan beragam problema kehidupan,
sehingga mampu meraiih kualitas, keunggulan dan kebahagiaan hidup.
15. Dengan berfilsafat manusia selalu dilatih, dididik untuk berpikir secara universal,
multidimensional, komprehensif, dan mendalam.
16. Belajar filsafat akan melatih seseorang untuk mampu meningkatkan kualitas
berfikir secara mandiri, mampu membangun pribadi yang berkarakter, tidak
mudah terpengaruh oleh faktor eksternal, tetapi disisi lain masih mampu
mengakui harkat martabat orang lain, mengakui keberagaman dan keunggulan
orang lain.
17. Belajar filsafat akan memberikan dasar-dasar semua bidang kajian pengetahuan,
memberikan pandangan yang sintesis atau pemahaman atas hakikat kesatuan
semua pengetahuan dan kehidupan manusia lebih dipimpin oleh pengetahuan
yang baik.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin
menjadikan orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia
yang tidak terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Berfilsafat ialah
berusaha menemukan kebenaran tentang segala sesuatu dengan menggunakan
pemikiran secara serius, kemampuan berfikir serius diperlukan oleh orang biasa,
penting bagi orang-orang penting yang memegang posisi penting dalam membangun
dunia, Plato menghendaki kepada negara seharusnya filosof kemampuan berfikir serius
itu mendalam adalah salah satu cirinya, tidak akan dimiliki tanpa melalui latihan.
Belajar filsafat merupakan salah satu bentuk latihan untuk memperoleh
kemampuan berfikir serius, kemampuan ini akan memberikan kemampuan
memecahkan masalah secara serius menemukan akar persoalan yang terdalam
menemukan sebab terakhir suatu penampakan. Jadi, filsafat membantu untuk
mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.
Fungsi dan Arah Filsafat Ilmu
Alat untuk menelusuri kebenaran segala hal-hal yang dapat disaksikan dengan
panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah. Memberikan pengertian
tentang cara hidup dan pandangan hidup. Panduan tentang ajaran moral dan etika.
Sumber ilham dan panduan untuk menjalani berbagai aspek kehidupan. Sarana untuk
mempertahankan, mendukung, menyerang atau juga tidak memihak terhadap
pandangan filsafat lainnya.
Berdasarkan pemahaman dasarnya, persepsi ini tidak tepat, meskipun di
dalamnya terkandung manfaat. Secara khusus, filsafat merupakan perbincangan
mencari hakikat sesuatu gejala atau segala hal yang ada. Artinya, filsafat merupakan
landasan dari sesuatu apapun , tumpuan segala hal, jika salah tentulah berbahaya,
sedikitnya akan merugikan. Apabila kehidupan berpengetahuan itu diibaratkan sebuah
pohon maka filsafat adalah akarnya, yaitu bagian yang berhyubungan langsung dengan
sumber kehidupan pohon itu, sedangkan batang, dahan, ranting, daun, bunga, dan buah
menjadi bahan kajian ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu berperan fundamental dalam
melahirkan, memelihara, dan mengembangkan ilmu pengetahuan.
Fungsi filsafat ilmu adalah didasarkan pada pengertian filsafat sebagai suatu
integrasi atau pengintegrasi sehingga dapat melakukan fungsi integrasi ilmu
pengetahuan. Sebagian besar orang hanya menyangkutkan apa yang paling dekat dan
apa yang paling dibutuhkannya pada saat dan tempat tertentu.
1. Fungsi Filsafat Ilmu Dalam Kehidupan Praktis :
Filsafat memang abstrak, namun tidak berarti filsafat sama sekali tidak
bersangkut paut dengan kehidupan sehari-hari yang kongkret. Keabstrakan filsafat
tidak berarti bahwa filsafat itu tak memiliki hubungan apa pun juga dengan kehidupan
nyata setiap hari.
a) Filsafat ilmu menggiring manusia kepengertian yang terang dan pemahaman
yang jelas. Kemudian, filsafat itu juga menuntun manusia ketindakan dan
perbuatan yang konkret berdasarkan pengertian yang terang dan pemahaman
yang jelas.
b) Filsafat ilmu membantu kita mengerti tentang diri kita sendiri dan dunia kita,
karena filsafat mengajarkan bagaimana kita bergulat dengan
pertanyaan-pertanyaan mendasar.
c) Filsafat ilmu merupakan salah satu cabang dari filsafat. Oleh karena itu, fungsi
filsafat ilmu kiranya tidak bisa dilepaskan dari fungsi filsafat secara
keseluruhan, yakni :
d) Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena yang ada.
e) Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri netral terhadap
pandangan filsafat lainnya.
f) Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan hidup dan pandangan
dunia.
g) Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna dalam kehidupan
h) Filsafat ilmu berfungsi untuk menjelaskan keberadaan manusia di dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan alat untuk
membuat hidup menjadi lebih baik.
i) Filsafat ilmu memberikan kebiasaan dan kebijaksanaan untuk memandang
dan memecahkan persoalan-persoalan dalam kehidupan sehari-hari. Orang
yang hidup secara dangkal saja, tidak mudah melihat persoalan-persoalan,
apalagi melihat pemecahannya.
j) Filsafat ilmu mengajak untuk berpikir secara radikal, holistik dan sistematis,
hingga kita tidak hanya ikut-ikutan saja, mengikuti pada pandangan umum,
percaya akan setiap semboyan dalam surat-surat kabar, tetapi secara kritis
menyelidiki apa yang dikemukakan orang, mempunyai pendapat sendiri,
dengan cita-cita mencari kebenaran.
Sedangkan Ismaun (2001) mengemukakan fungsi filsafat ilmu adalah untuk
memberikan landasan filosofik dalam memahami berbagi konsep dan teori sesuatu
disiplin ilmu dan membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Selanjutnya
dikatakan pula, bahwa filsafat ilmu tumbuh dalam dua fungsi, yaitu:
a) sebagai confirmatory theories yaitu berupaya mendekripsikan relasi normatif
antara hipotesis dengan evidensi; dan
b) theory of explanation yakni berupaya menjelaskan berbagai fenomena kecil
ataupun besar secara sederhana.
2. Arah Filsafat Ilmu
Arah-arah Filsafat Ilmu sangat berkaitan erat bahkan dapat dikatakan terpusat
pada konsep tentang manusia. Oleh karena itu arah filsafat ilmu secara potensial turut
mendorong berkembangnya pemikiran tentang hakikat manusia sehingga
menghasilkan perbaikan-perbaikan validitas dan signifikansi konsep Filsafat Ilmu. Hal
ini mengandung arti turut mendorong berkembangnya filsafat tentang manusia atau
antropologi filsafat.Sehubungan dengan ini lahirlah arah dan konsep tentang hakikat
manusia sebagai : animal rasionale, animal sociale, animal symbolicum, homo sapiens,
homo economicus, homo homini lupus, homo ludens dan sebagainya.
Berbagai arah filsafat ilmu tersebut di atas, memberikan dampak terciptanya
konsep-konsep atau teori-teori ilmu yang beragam. Masing-masing konsep akan
mendukung filsafat ilmu tersebut. Dalam membangun teori-teori pendidikan, filsafat
ilmu juga mengingatkan agar teori-teori itu diwujudkan diatas kebenaran berdasarkan
kaidah-kaidah keilmuan. Dengan kata lain, teori-teori pendidikan harus disusun
berdasarkan hasil-hasil penelitian ilmiah.

Filsafat Lingkungan
Filsafat lingkungan adalah salah satu cabang dari filsafat yang membicarakan
lingkungan secara kritis, radikal, sampai menyentuh hal yang mendasar dalam
hubungannya dengan antara manusia dan lingkungan. Filsafat lingkungan bukan hanya
sekedar sebagai sebuah cabang ilmu filsafat, namun juga sebagai pandangan hidup yang
memberikan kesadaran akan lingkungan, baik bagi semua pihak yang berhubungan
dengan ilmu ini. maupun kesadaran umum bagi manusia, masyarakat dan bangsa.
Definisi lingkungan menurut UU no 32 tahun 2009 tentang Pengelolaan dan
Perlindungan Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya. Secara sederhana lingkungan manusia didefinisikan sebagai segala
sesuatu yang berada di sekitar manusia yang berpengaruh pada kehidupan manusia itu
sendiri.
Membahas filsafat lingkungan tidak dapat dilepaskan dari pengertian ekologi.
Inti permasalahan lingkungan hidup adalah hubungan makhluk hidup, khususnya
manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik makhluk
hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Oleh karena itu permasalahanan
lingkungan hidup pada hakikatnya adalah permasalahanan ekologi.
Istilah ekologi pertama kali digunakan oleh Haeckel seorang ahli biologi Jerman
dalam pertengahan 1860-an. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang
berarti rumah dan logos yang berati ilmu. Ekologi secara harafiah berarti ilmu tentang
makhluk hidup dalam rumahnya atau dapat juga diartikan sebagai ilmu rumah tangga
makhluk hidup.

Pengertian Ilmu
1. Pengertian ilmu dapat dirujukkan pada kata ‘ilm (Arab), science (Inggris),
watenschap (Belanda), dan wissenschaf (Jerman)
Ilmu berasal dari bahasa Arab: ‘alima, ya’lamu, ‘ilman yang berarti mengetahui,
memahami dan mengerti benar-benar. Dalam bahasa Inggris disebut Science, dari
bahasa Latin yang berasal dari kata Scientia (pengetahuan) atauScire
(mengetahui). Sedangkan dalam bahasa Yunani adalah Episteme (pengetahuan).
2. R. Harre menulis ilmu adalah a collection of well-attested theories which explain
the patterns regularities and irregularities among carefully studied phenomena,
(kumpulan teori-teori yang sudah diuji coba yang menjelaskan tentang pola-pola
yang teratur atau pun tidak teratur di antara fenomena yang dipelajari secara
hati-hati. (R. Harre, The Philosophies of Science, an Introductory Survey (London:
The Oxford University Press, 1995), hal. 62.)
3. Pengetahuan yang dapat disepakati sehingga menjadi suatu “ilmu”.
Menurut Archie J. Bahm, Ilmu dapat diuji dengan enam komponen utama yang
disebut dengan six kind of science, yang meliputi: problems, attitude, method,
activity, conclusions, dan effects.
4. Seringkali ilmu diartikan sebagai pengetahuan, tetapi tidak semua pengetahuan
dapat dinamakan sebagai ilmu (akan dijelaskan dalam kuliah minggu
berikutnya),
5. Ilmu adalah pengetahuan yang diperoleh dengan cara-cara tertentu
berdasarkan-kesepakatan para ilmuwan.
6. Akhirnya Ilmu dapat didefinisikan :
Ilmu adalah rangkaian aktivitas penelaahan yang mencari penjelasan suatu
metode untuk memperoleh pemahaman secara rasional-empiris mengenai dunia
ini dalam berbagai seginya, dan keseluruhan pengetahuan sistematis yang
menjelaskan berbagai gejala yan ingin dimengerti manusia (The Liang Gie, 1987)
7. Dalam kamus Bahasa Indonesia, ilmu adalah:
Pengetahuan tentang suatu bidang yang tersusun secara bersistem menurut
metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala
tertentu dibidang itu (Kamus Bahasa Indonesia, 1998)
Ilmu berusaha menjelaskan karakter alam yang sebenarnya dan cara teori ilmu
pengetahuan dapat menjelaskan fenomena yang terjadi di alam. Untuk tujuan ini, ilmu
menggunakan bukti dari eksperimen, deduksi logis serta pemikiran rasional untuk
mengamati alam dan individual di dalam suatu masyarakat.

Tujuan Ilmu
Kaum realist ilmiah mengklaim bahwa sains bertujuan pada kebenaran dan
bahwa seseorang harus menganggap teori-teori ilmiah sebagai benar, kira-kira benar,
atau mungkin benar. Sebaliknya, anti-realist ilmiah berpendapat bahwa sains tidak
bertujuan (atau setidaknya tidak berhasil) pada kebenaran, terutama kebenaran
tentang hal-hal yang tidak dapat diobservasi seperti elektron atau alam semesta lainnya.
Instrumentalis berpendapat bahwa teori-teori ilmiah seharusnya hanya dievaluasi pada
apakah mereka berguna. Dalam pandangan mereka, apakah teori itu benar atau tidak,
tidak penting, karena tujuan ilmu pengetahuan adalah untuk membuat prediksi dan
memungkinkan teknologi yang efektif.

Nilai dan Ilmu


Nilai berpotongan dengan ilmu dalam berbagai cara. Ada nilai-nilai epistemik
yang terutama memandu penelitian ilmiah. Kaidah ilmiah tertanam dalam nilai-nilai
budaya tertentu melalui praktisi individu. Nilai-nilai muncul dari ilmu pengetahuan,
baik sebagai produk dan proses dan dapat didistribusikan di antara beberapa budaya di
masyarakat. Jika tidak jelas apa yang dianggap sebagai ilmu pengetahuan, bagaimana
proses konfirmasi teori bekerja, dan apa tujuan ilmu pengetahuan, ada ruang lingkup
yang cukup besar untuk nilai-nilai dan pengaruh sosial lainnya untuk membentuk ilmu
pengetahuan.
Memang, nilai-nilai dapat berperan mulai dari menentukan penelitian mana yang
patut didanai hingga memengaruhi teori mana yang mencapai konsensus ilmiah.
Misalnya, pada abad ke-19, nilai-nilai budaya yang dipegang oleh para ilmuwan tentang
penelitian tentang evolusi, dan nilai-nilai mengenai kelas sosial memengaruhi
perdebatan mengenai frenologi (dianggap ilmiah pada saat itu). Para filsuf feminis sains,
sosiolog sains, dan lainnya mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai sosial memengaruhi
ilmu.

Hubungan antara Filsafat dan Ilmu


Pada dasarnya filsafat ilmu bertugas memberi landasan filosofi untuk minimal
memahami berbagai konsep dan teori suatu disiplin ilmu, sampai membekalkan
kemampuan untuk membangun teori ilmiah. Secara substantif fungsi pengembangan
tersebut memperoleh pembekalan dan disiplin ilmu masing-masing agar dapat
menampilkan teori subtantif. Selanjutnya secara teknis dihadapkan dengan bentuk
metodologi, pengembangan ilmu dapat mengoprasionalkan pengembangan konsep tesis,
dan teori ilmiah dari disiplin ilmu masing-masing.
Sedangkan kajiaan yang dibahas dalam filsafat ilmu adalah meliputi hakekat
(esensi) pengetahuan, artinya filsafat ilmu lebih menaruh perhatian terhadap
problem-problem mendasar ilmu pengetahuan seperti; ontologi ilmu, epistimologi ilmu
dan aksiologi ilmu. Dari ketiga landasan tersebut bila dikaitkan dengan Islamisasi ilmu
pengetahuan maka letak filsafat ilmu itu terletak pada ontologi dan epistimologinya.
Ontologi disini titik tolaknya pada penelaahan ilmu pengetahuan yang didasarkan atas
sikap dan pendirian filosofis yang dimiliki seorang ilmuwan, jadi landasan ontologi ilmu
pengetahuan sangat tergantung pada cara pandang ilmuwan terhadap realitas.

B. Filsafat Ilmu sebagai Matakuliah Wajib oleh DIKTI


Filsafat ilmu menjadi mata kuliah wajib yang ditetapkan oleh DIKTI mulai tahun
2014. Sesuai dengan muatan kurikulum KKNI, Magister dan Doktor adalah ilmuwan
(seharusnya). Namun banyak magister dan doctor di Indonesia tidak paham apa itu ilmu
dan apa yang bukan ilmiah dan karenanya tidak dapat berfikir logis dan ilmiah.
Dibandingkan dengan negara maju seperti Jepang, jumlah magister dan doktor di
Indonesia berlipat-lipat lebih banyak, tetapi tidak nampak ada kemajuan di bidang
science dan tecnologi di negeri ini
Sebaliknya banyaknya magister, doktor, dan bahkan professor yang kena tipu
dukun pengganda uang, MLM, dan investasi abal-abal menunjukkan betapa rendahnya
kualitas ilmiah imuwan di Indonesia. Sebagai ilmuwan kita perlu mengerti apa itu ILMU.
Penting peranannya terhadap penalaran manusia untuk membangun ilmu. Sebab,
filsafat ilmu akan menyelidiki, menggali, dan menelusuri sedalam , sejauh, dan seluas
mungkin semua tentang hakekat ilmu.
Dari uraian di atas, bahwa DIKTI menjadikan mata kuliah filsafat ilmu sebagai
mata kuliah wajib itu penting guna membagun insan intelektual indonesia dalam
membangun indonesia dengan sains dan teknologi. Namun proses itu tidak seperti
membuat mie instan. Butuh proses yang lama dan manusia yang mengerti akan
hakekat ilmu tersebut. Filsafat ilmu diberikan kepada orang yang ingin mendalami
hakekat ilmu dan kaitannya dengan pengetahuan yang lainnya.
Karena ilmu sekarang dianggap sebagai hafalan saja. Bukan sebagai
pengetahuan yang mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan gejala alam untuk
kesejahteraan dan kenyamanan hidup. Illmu sekarangpun tercabut dari nilai luhur kita,
yaitu untuk mensejahterakan umat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi bahwa ilmu
dan teknologi menjadi bencana bagi kehidupan manusia, seperti pemanasan global dan
dehumanisasi, yang harusnya ilmu dan teknologi jalan berbaringan guna untuk
mensikronisasikan kemajuan dari seluruh aspek kehidupan.
Kita masyarakat Indonesia memiliki nilai religius yang tinggi yang sudah terpatri
dari kehidupan kita. Dengan diwajibkannya matakuliah filsafat ilmu juga menyelaraskan
antara filsafat ilmu dengan nilai-nilai agama sehingga melahirkan insan akademis
menggunakan akal fikiran ilmiah yang logis sehingga ilmu dan teknologi tidak
tercerabut dari nilai agama, kemanusiaan, dan lingkungan. Dengan belajar filsafat, kita
akan mendapatkan beberapa ketrampilan memikirkan suatu masalah secara mendalam
dan kritis, membentuk argumen dalam bentuk lisan maupun tulisan secara sistematis
dan kritis, mengkomunikasikan ide secara efektif, dan mampu berpikir secara logis
dalam menangani masalah-masalah kehidupan yang selalu tak terduga.
Dengan belajar filsafat, kita dilatih menjadi manusia yang utuh, yakni yang
mampu berpikir mendalam, rasional, komunikatif. Apapun profesi kita,
kemampuan-kemampuan ini amat dibutuhkan. Di sisi lain, dengan belajar filsafat, anda
juga akan memiliki pengetahuan yang luas. Kemampuan berpikir logis dan abstrak,
kemampuan untuk membentuk argumen secara rasional dan kritis, serta kemampuan
untuk menyampaikan ide secara efektif, kritis, dan rasional, akan membuat anda
mampu berkarya di berbagai bidang, mulai dari bidang informasi-komunikasi,
jurnalistik, penerbitan, konsultan, pendidikan, agamawan, ataupun menjadi wirausaha.
KESIMPULAN
Filsafat dan ilmu pada dasarnya adalah dua kata yang saling terkait, baik secara
substansial maupun historis, karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat.
Perubahan pola pikir membawa perubahan yang cukup besar dengan ditemukannya
hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan bagaimana
perubahan-perubahan itu terjadi. Dari sinilah lahir ilmu-ilmu pengetahuan yang
selanjutnya berkembang menjadi lebih terspesialisasi dalam bentuk yang lebih kecil
dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.Filsafat sebagai induk dari
segala ilmu membangun kerangka berfikir dengan meletakkan tiga dasar utama, yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Tujuan belajar filsafat ilmu merupakan salah satu bentuk latihan untuk
memperoleh kemampuan berfikir serius, kemampuan ini akan memberikan
kemampuan memecahkan masalah secara serius menemukan akar persoalan yang
terdalam menemukan sebab terakhir suatu penampakan. Jadi, filsafat membantu untuk
mendalami pertanyaan asasi manusia tentang makna realitas dan ruang lingkupnya.
Pada umumnya dapat dikatakan bahwa dengan belajar filsafat semakin menjadikan
orang mampu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia yang tidak
terletak dalam wewenang metode-metode ilmu khusus. Arah filsafat ilmu memberikan
dampak terciptanya konsep-konsep atau teori-teori ilmu yang beragam. Masing-masing
konsep akan mendukung filsafat ilmu tersebut.

Anda mungkin juga menyukai