Anda di halaman 1dari 22

LBM 1 MODUL METODOLOGI PENELITIAN

SGD 12
STEP 1

Ontologis : Cabang filsafat mengenai sifat/wujud/lebih sempit lagi sifat

fenomena yang ingin kita tahu, berkaitan dengan interaksi social.


Objek yang ditelaah dalam sebuah ilmu (objek)
Epistemologis : Cara yang digunakan untuk mengkaji/menelaah ilmu

tersebut (cara untuk mengkaji suatu ilmu)


Axiologis : penerapan hasil penemuan, dari penggunaan ilmu tersebut

dengan tujuan untuk kepentingan manusia.


Induksi : penarikan kesimpulan dari bersifat khusus ke umum (inti

masalah dalam penelitian terletak di akhir)


Deduksi : penarikan kesimpulan dari yang bersifat umum ke khusus

(inti masalah dalam penelitian terletak di awal)


Filsafat Ilmu : Suatu ilmu pengkajian tidak hanya berdasarkan pada
fakta, melebihi sampai jauh diluar fakta (sampai batas kemampuan
logika manusia)

STEP 2
Sistematika dari cara berfikir
Filsafat ilmu
Tujuan Metode penelitian (kenapa penelitian dilakukan?)
o Filsafat ilmu dan alasan dari sebuah penelitian
STEP 3
1. Filsafat Ilmu
a. Definisi
Suatu ilmu pengkajian tidak hanya berdasarkan pada fakta,
melebihi sampai jauh diluar fakta (sampai batas kemampuan
logika manusia)
b. Tujuan
Mencari kebenaraan didasarkan bukti-bukti yang logis dan
diterima oleh akal sehat

Memperluas ilmu pengetahuan


Penerapan ilmu di kehidupan manusia (kepentingan
manusia)
Sarana pengujian suatu ilmu sehingga orang tersebut lebih
kritis dalam kegiatan ilmiah
c. Cabang filsafat ilmu
i. Filsafat alam hubungan dg alam, berkembang menjadi
ilmu-ilmu alam
1. Ilmu alam/Physical Science
2. Ilmu Hayat/Biologic Science
ii. Filsafat Moral berkembang menjadi ilmu social
1. Anthropology
2. Sosiologi
3. Ekonomi
4. Politik
5. Psikologi
d. Manfaat
i. Mendapatkan Kebenaran
ii. Dapat menelaah ilmu dengan lebih mendalam
e. Hubungan dengan metode penelitian
Filsafat ilmu merupakan landasan dalam pembuatan
penelitian
f. Hubungan filsafat dengan pengetahuan
g. Landasan Ilmu
1. Ontologis
2. Epistemologis
3. Axiologis

2. Alasan dari suatu penelitian


a. Latar belakang
i. Non ilmiah : Intuisi, Prasangka, Kebetulan, Otoritas, Akal
sehat, asumsi, ??????
ii. Ilmiah : berdasarkan teori dan di aplikasikan dalam
eksperimen. Didasarkan pada referensi. Yang nantinya
dilakukan verifikasi.
1. Ontologis
2. Epistemologis
3. Axiologis
4. Deduksi

5. Hipotesis
6. Verifikasi
7. Induksi
3. Cara penelitian
a. Syarat seorang peneliti
i. Peneliti bersifat jujur
ii. Peneliti bersifat kritis
iii. Menguasai materi yang diteliti
b. Penyusunan permasalahan
i. Dalam kalimat pertanyaan yang sesuai dengan penelitian
c. Fungsi Penelitian
d. Jenis Penelitian
e. Pentingnya Masalah
f. Rumusan tujuan penelitian
i. Fokus Masalah

STEP 5
1. Filsafat Ilmu
a. Definisi
Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu philosophy, adapun istilah
filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang terdiri atas dua
kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan
shopia

(hikmah,

kebijaksanaan,

pengetahuan,

keterampilan,

pengalaman praktis, inteligensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti


cinta kebijaksanaan atau kebenaran. Plato menyebut Socrates sebagai
philosophos (filosof) dalam pengertian pencinta kebijaksanaan.
Kata falsafah merupakan arabisasi yang berarti pencarian yang
dilakukan oleh para filosof. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan
dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada,
sebab asal dan hukumnya.
filsafat berarti upaya manusia untuk memahami segala sesuatu
secara sistematis, radikal, dan kritis. Berarti filsafat merupakan sebuah

proses bukan sebuah produk. Maka proses yang dilakukan adalah


berpikir kritis yaitu usaha secara aktif, sistematis, dan mengikuti
pronsip-prinsip

logika

untuk

mengerti

dan

mengevaluasi

suatu

informasi dengan tujuan menentukan apakah informasi itu diterima


atau ditolak. Dengan demikian filsafat akan terus berubah hingga satu
titik tertentu (Takwin, 2001).
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan atau sering juga
disebut epistimologi. Epistimologi berasal dari bahasa Yunani yakni episcmc
yang berarti knowledge, pengetahuan dan logos yang berarti teori. Istilah ini
pertama kali dipopulerkan oleh J.F. Ferier tahun 1854 yang membuat dua
cabang filsafat yakni epistemology dan ontology (on = being, wujud, apa +
logos = teori ), ontology ( teori tentang apa). Secara sederhana dapat
dikatakan bahwa filsafat ilmu adalah dasar yang menjiwai dinamika proses
kegiatan memperoleh pengetahuan secara ilmiah.

b. Tujuan
i.
ii.
iii.
iv.
v.

Filsafat Manusia
Filsafat Alam
Filsafat KeTuhanan
Filsafat Etika
Filsafat Pengetahuan
Filsafat Pengetahuan Umum
Filsafat Ilmu Pengetahuan
diperlukan ilmu alam
ilmu pasti
ilmu kemanusiaan
Filsafat Barat
Filsafat Barat adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di
universitas-universitas di Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat
ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani kuno. Menurut Takwin (2001)
dalam pemikiran barat konvensional pemikiran yang sistematis, radikal, dan
kritis seringkali merujuk pengertian yang ketat dan harus mengandung

kebenaran logis. Misalnya aliran empirisme, positivisme, dan filsafat analitik


memberikan criteria bahwa pemikiran dianggap filosofis jika mengadung
kebenaran korespondensi dan koherensi. Korespondensi yakni sebuah
pengetahuan dinilai benar jika pernyataan itu sesuai dengan kenyataan
empiris. Contoh jika pernyataan Saat ini hujan turun, adalah benar jika
indra

kita

menangkap

hujan

turun,

jika

kenyataannya

tidak

maka

pernyataannya dianggap salah. Koherensi berarti sebuah pernyataan dinilai


benar jika pernyataan itu mengandung koherensi logis (dapat diuji dengan
logika barat). Dalam filsafat barat secara sistematis terbagi menjadi tiga
bagian besar yakni: (a) bagian filsafat yang mengkaji tentang ada (being),
(b) bidang filsafat yang mengkaji pengetahuan (epistimologi dalam arti luas),
(c)

bidang

filsafat

yang

mengkaji

nilai-nilai

menentukan

apa

yang

seharusnya dilakukan manusia (aksiologi). Beberapa tokoh dalam filsafat


barat yaitu:
1. Wittgenstein mempunyai aliran analitik (filsafat analitik) yang
dikembangkan di negara-negara yang berbahasa Inggris, tetapi juga
diteruskan di Polandia. Filsafat analitik menolak setiap bentuk filsafat yang
berbau metafisik. Filsafat analitik menyerupai ilmu-ilmu alam yang empiris,
sehingga kriteria yang berlaku dalam ilmu eksata juga harus dapat
diterapkan pada filsafat.
Yang menjadi obyek penelitian filsafat analitik sebetulnya bukan barangbarang, peristiwa-peristiwa, melainkan pernyataan, aksioma, prinsip. Filsafat
analitik menggali dasar-dasar teori ilmu yang berlaku bagi setiap ilmu
tersendiri. Yang menjadi pokok perhatian filsafat analitik ialah analisa logika
bahasa sehari-hari, maupun dalam mengembangkan sistem bahasa buatan.
2. Imanuel Kant mempunyai aliran atau filsafat kritik yang tidak mau
melewati batas kemungkinan pemikiran manusiawi. Rasionalisme dan
empirisme ingin disintesakannya. Untuk itu ia membedakan akal, budi, rasio,
dan pengalaman inderawi. Pengetahuan merupakan hasil kerja sama antara
pengalaman indrawi yang aposteriori dan keaktifan akal, faktor priori.
Struktur pengetahuan harus kita teliti. Kant terkenal karena tiga tulisan: (1)

Kritik atas rasio murni, apa yang saya dapat ketahui. Ding an sich, hakikat
kenyataan yang dapat diketahui. Manusia hanya dapat mengetahui gejalagejala yang kemudian oleh akal terus ditampung oleh dua wadah pokok,
yakni ruang dan waktu. Kemudian diperinci lagi misalnya menurut kategori
sebab dan akibat dst. Seluruh pengetahuan kita berkiblat pada Tuhan, jiwa,
dan dunia. (2) Kritik atas rasio praktis, apa yang harus saya buat. Kelakuan
manusia ditentukan oleh kategori imperatif, keharusan mutlak: kau harus
begini dan begitu. Ini mengandaikan tiga postulat: kebebasan, jiwa yang tak
dapat mati, adanya Tuhan. (3) Kritik atas daya pertimbangan. Di sini Kant
membicarakan peranan perasaan dan fantasi, jembatan antara yang umum
dan yang khusus.
3. Rene Descartes. Berpendapat bahwa kebenaran terletak pada diri subyek.
Mencari titik pangkal pasti dalam pikiran dan pengetahuan manusia, khusus
dalam ilmu alam. Metode untuk memperoleh kepastian ialah menyangsikan
segala sesuatu. Hanya satu kenyataan tak dapat disangsikan, yakni aku
berpikir, jadi aku ada. Dalam mencari proses kebenaran hendaknya kita
pergunakan ide-ide yang jelas dan tajam. Setiap orang, sejak ia dilahirkan,
dilengkapi dengan ide-ide tertentu, khusus mengenai adanya Tuhan dan
dalil-dalil matematika. Pandangannya tentang alam bersifat mekanistik dan
kuantitatif. Kenyataan dibaginya menjadi dua yaitu: res extensa dan res
copgitans.
Filsafat Timur
Filsafat Timur adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia,
khususnya di India, Tiongkok, dan daerah-daerah lain yang pernah
dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas filsafat timur ialah dekatnya
hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk filsafat barat, terutama di Abad Pertengahan, tetapi di Dunia
Barat filsafat an sich masih lebih menonjol daripada agama. Namanama
beberapa filosof: Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi, dan lain-lain. Pemikiran
filsafat timur sering dianggap sebagai pemikiran yang tidak rasional, tidak
sistematis, dan tidak kritis. Hal ini disebabkan pemikiran timur lebih

dianggap agama dibanding filsafat. Pemikiran timur tidak menampilkan


sistematika seperti dalam filsafat barat. Misalnya dalam pemikiran Cina
sistematikanya berdasarkan pada konstrusksi kronologis mulai dari
penciptaan alam hingga meninggalnya manusia dijalin secara runut (Takwin,
2001). Belakangan ini, beberapa intelektual barat telah beralih ke filsafat
timur, misalnya Fritjop Capra, seorang ahli fisika yang mendalami taoisme,
untuk membangun kembali bangunan ilmu pengetahuan yang sudah
terlanjur dirongrong oleh relativisme dan skeptisisme (Bagir, 2005).
Skeptisisme terhadap metafisika dan filsafat dipelopori oleh Rene Descartes
dan William Ockham.
Filsafat Islam
Filsafat Islam ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat
dari sejarah, para filosof dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga
merupakan ahli waris tradisi Filsafat Barat (Yunani). Terdapat dua pendapat
mengenai sumbangan peradaban Islam terhadap filsafat dan ilmu
pengetahuan, yang terus berkembang hingga saat ini. Pendapat pertama
mengatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat dari filosof Yunani seperti
Aristoteles, melalui kitab-kitab yang disalin oleh St. Agustine (354430 M),
yang kemudian diteruskan oleh Anicius Manlius Boethius (480524 M) dan
John Scotus. Pendapat kedua menyatakan bahwa orang Eropa belajar filsafat
orang-orang Yunani dari buku-buku filsafat Yunani yang telah diterjemahkan
ke dalam bahasa Arab oleh filosof Islam seperti Al-Kindi dan Al-Farabi.
Terhadap pendapat pertama Hoesin (1961) dengan tegas menolaknya,
karena menurutnya salinan buku filsafat Aristoteles seperti Isagoge,
Categories, dan Porphyry telah dimusnahkan oleh pemerintah Romawi
bersamaan dengan eksekusi mati terhadap Boethius, yang dianggap telah
menyebarkan ajaran yang dilarang oleh negara. Selanjutnya dikatakan
bahwa seandainya kitab-kitab terjemahan Boethius menjadi sumber
perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan di Eropa, maka John Salisbury,
seorang guru besar filsafat di Universitas Paris, tidak akan menyalin kembali
buku Organon karangan Aristoteles dari terjemahanterjemahan berbahasa

Arab, yang telah dikerjakan oleh filosof Islam (Haerudin, 2003). Majid Fakhri
cenderung mengangap filsafat Islam sebagai mata rantai yang
menghubungkan Yunani dengan Eropa modern. Kecenderungan ini disebut
europosentris yang berpendapat filsafat Islam telah berakhir sejak kematian
Ibn Rusyd. Pendapat ini ditentang oleh Henry Corbin dan Louis Massignon
yang menilai adanya eksistensi filsafat Islam. Menurut Kartanegara (2006)
dalam filsafat Islam ada empat aliran yakni:
1. Peripatetik (memutar atau berkeliling) merujuk kebiasaan Aristoteles yang
selalu berjalan-jalan mengelilingi muridnya ketika mengajarkan filsafat. Ciri
khas aliran ini secara metodologis atau epistimologis adalah menggunakan
logika formal yang berdasarkan penalaran akal (silogisme), serta penekanan
yang kuat pada daya-daya rasio. Tokoh-tokohnya yang terkenal yakni: Al
Kindi (w. 866), Al Farabi (w. 950), Ibnu Sina (w. 1037), Ibn Rusyd (w. 1196),
dan Nashir al Din Thusi (w.1274).
2. Aliran Iluminasionis (Israqi). Didirikan oleh pemikir Iran, Suhrawardi Al
Maqtul (w. 1191). Aliran ini memberikan tempat yang penting bagi metode
intuitif (irfani). Menurutnya dunia ini terdiri dari cahaya dan kegelapan.
Baginya Tuhan adalah cahaya sebagai satu-satunya realitas sejati (nur al
anwar), cahaya di atas cahaya.
3. Aliran Irfani (Tasawuf). Tasawuf bertumpu pada pengalaman mistis yang
bersifat supra-rasional. Jika pengenalan rasional bertumpu pada akal maka
pengenalan sufistik bertumpu pada hati. Tokoh yang terkenal adalah
Jalaluddin Rumi dan Ibn Arabi.
4. Aliran Hikmah Mutaaliyyah (Teosofi Transeden). Diwakili oleh seorang
filosof syiah yakni Muhammad Ibn Ibrahim Yahya Qawami yang dikenal
dengan nama Shadr al Din al Syirazi, Atau yang dikenal dengan Mulla Shadra
yaitu seorang filosof yang berhasil mensintesiskan ketiga aliran di atas.
c. Manfaat
a. Menurut Agraha Suhandi (1989) :
i. Sebagai alat mencari kebenaran dari segala fenomena
yang ada.

ii. Mempertahankan, menunjang dan melawan atau berdiri


netral terhadap pandangan filsafat lainnya.
iii. Memberikan pengertian tentang cara hidup, pandangan
hidup dan pandangan dunia.
iv. Memberikan ajaran tentang moral dan etika yang berguna
dalam kehidupan
v. Menjadi sumber inspirasi dan pedoman untuk kehidupan
dalam berbagai aspek kehidupan itu sendiri, seperti
ekonomi, politik, hukum dan sebagainya. Disarikan dari
b. Menurut Ismaun :
vi. untuk memberikan landasan filosofik dalam memahami
berbagi konsep dan teori sesuatu disiplin ilmu dan
membekali kemampuan untuk membangun teori ilmiah.
c. Confirmatory dan Explanation Functions
vii. Confirmatory function yaitu berupaya mendekripsikan
relasi normatif antara hipotesis dengan evidensi
viii. Explanation function yakni berupaya menjelaskan berbagai
fenomena kecil ataupun besar secara sederhana.
d. Hubungan dengan metode penelitian
e. Landasan Ilmu
i. Obyek apa yang ditelaah ilmu ? Bagaimana wujud yang
hakiki dari obyek tersebut? Bagaimana hubungan antara
obyek tadi dengan daya tangkap manusia yang
membuahkan pengetahuan ? (Landasan ontologis)
Filsafat dipelajari karena ketakjuban manusia atas fakta (Plato +
Aristoteles, 381-322 SM).
Philosophi = The Greek Miracle (Keajaiban Yunani).
Philein = Philos = Cinta
Sophia = Kebijaksanaan
Filsafat :
Ilmu tentang Kebijaksanaan atau Ilmu mencari kebijaksanaan
Ilmu pengetahuan umum tentang kebijaksanaan / kebenaran
Filsuf = Pencinta / Pencari Kebenaran atau kebijaksanaan (K)
= Pencari kebijaksanaan (relatif) akal budi untuk tindakan.
Kebijaksanaan Absolut : - ada pada Tuhan
- Adimanusiawi

Pythagoras (582-496 SM) -> Seorang Filsuf = Filosofos -> mendapatkan


Rumus Pythagoras, namun tidak merasa hebat.

Philosophos = Kawan kebijaksanaan, bukan orang bijaksana


= Pencari / Pencinta Kebijaksanaan
Bukan Sofis yang merasa hebat tahu segalanya.
Mitos = kepercayaan akan kebenaran (mis. Hantu) merupakan warisan
turun temurun, tabu ditanyakan, dan menghindari ratio (logos, akal
budi)
Setiap fakta dari aspek ontologi dapat dinyatakan kebenaran
definisinya dan dapat dipandang dari dua obyek, yaitu obyek materi
dan obyek formal.
Filsafat (Ontologi) : Ilmu tentang kebijaksanaan atau kebenaran
Yang dipelajari adalah obyek sebenarnya
Obyek sebenarnya :
Obyek materi : Seluruh fakta kenyataan, misalnya : manusia, alam,
dll
Obyek formal : bidang kajian semua pengetahuan, mis : biologi, faal,
kedokteran, dll
Menurut Witgenstein, Titus :
Filsafat : Usaha untuk menyatakan kebenaran fakta secara
menyeluruh, mendalam dan sejelas mungkin.
ii. Bagaimana proses yang memungkinkan ditimbanya
pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya?
Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar mendakan
pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang
disebut kebenaran itu? Adakah kriterianya?
Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? (Landasan
epistemologis)
WHY :
karena keinginan berfilsafat untuk menemukan kebenaran dengan :
memakai ratio-logos-akal budi. Seterusnya ditanyakan mengapa
benar karena didiskusikan, dianalisis dengan ratio untuk
menemukan kebenaran.
mengapa ditanyakan oleh karena :

1. Ketakjuban akan dirinya yang ada (Plato & Aristoteles 350


SM), dan
ketakjuban akan moral hukum dan langit dengan bintang. Imanuel
Kant
( 1750) memikirkan untuk ditemukan bagaimana kebenarannya.
2. Kesangsian kemampuan panca indra (Agustinus 400, Descartes
1600) karena indrawi seringkali menipu -> bagaimana
kebenarannya
3. Kesadaran eksistensi dirinya yang kecil dibanding alam semesta
-> bagaimana kebenaran fakta / kenyataan tersebut.
iii. Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu
dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan
tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana
penentuan obyek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan
moral ? Bagaimana kaitan antara teknik prosedural yang
merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan normanorma moral/profesional ? (Landasan aksiologis). (Jujun S.
Suriasumantri, 1982)
A. Filsafat = Ilmu tanpa batas dan universal untuk menemukan
pengetahuan secara menyeluruh dan dapat diungkapkan dengan jelas
B. Filsafat = Ilmu yang mencari kebenaran paling dalam tentang seluruh
kenyataan.
Usaha menjawab secara metodis, sistematis koheren tentang seluruh fakta /
kenyataan
C. Filsafat = Ilmu pengetahuan umum untuk mencari kebenaran seluruh
fakta / kenyataan
Filsafat (Aksiologi) : Adalah untuk mencari kebenaran tentang
seluruh fakta / kenyataan.
Kegunaannya : 1. Menemukan kebenaran
2. Menimbulkan keyakinan
3. Menemukan ide
SUBSTANSI FILSAFAT ILMU
1). Fakta atau kenyataan
Menurut :

Positivistik berpandangan bahwa sesuatu yang nyata bila ada

korespondensi antara yang sensual satu dengan sensual lainnya.


Fenomenologik memiliki dua arah perkembangan mengenai pengertian
kenyataan ini. Pertama, menjurus ke arah teori korespondensi yaitu
adanya korespondensi antara ide dengan fenomena. Kedua, menjurus
ke arah koherensi moralitas, kesesuaian antara fenomena dengan

sistem nilai.
Rasionalistik menganggap suatu sebagai nyata, bila ada koherensi

antara empirik dengan skema rasional, dan


Realisme-metafisik berpendapat bahwa sesuatu yang nyata bila ada

koherensi antara empiri dengan obyektif.


Pragmatisme memiliki pandangan bahwa yang ada itu yang berfungsi
2). Kebenaran (truth)
3 teori kebenaran yaitu koherensi, korespondensi dan pragmatik (Jujun

S. Suriasumantri, 1982)
Michel William mengenalkan 5 teori kebenaran dalam ilmu, yaitu :
kebenaran koherensi, kebenaran korespondensi, kebenaran

performatif, kebenaran pragmatik dan kebenaran proposisi.


Noeng Muhadjir menambahkannya satu teori lagi yaitu kebenaran

paradigmatik
2).a. Kebenaran koherensi
Kebenaran koherensi yaitu adanya kesesuaian atau keharmonisan antara
sesuatu yang lain dengan sesuatu yang memiliki hirarki yang lebih tinggi
dari sesuatu unsur tersebut, baik berupa skema, sistem, atau pun nilai.
2).b. Kebenaran korespondensi
Berfikir benar korespondensial adalah berfikir tentang terbuktinya sesuatu
itu relevan dengan sesuatu lain. Koresponsdensi relevan dibuktikan adanya
kejadian sejalan atau berlawanan arah antara fakta dengan fakta yang
diharapkan, antara fakta dengan belief yang diyakini, yang sifatnya spesifik
2).c. Kebenaran performatif
Ketika pemikiran manusia menyatukan segalanya dalam tampilan aktual dan
menyatukan apapun yang ada dibaliknya, baik yang praktis yang teoritik,
maupun yang filosofik, orang mengetengahkan kebenaran tampilan aktual.
Sesuatu benar bila memang dapat diaktualkan dalam tindakan.
2).d. Kebenaran pragmatik

Yang benar adalah yang konkret, yang individual dan yang spesifik dan
memiliki kegunaan praktis.
2).e. Kebenaran proposisi
Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks,
yang merentang dari yang subyektif individual sampai yang obyektif. Suatu
kebenaran dapat diperoleh bila proposisi-proposisinya benar
2).f. Kebenaran struktural paradigmatik
Sesungguhnya kebenaran struktural paradigmatik ini merupakan
perkembangan dari kebenaran korespondensi. Sampai sekarang analisis
regresi, analisis faktor, dan analisis statistik lanjut lainnya masih dimaknai
pada korespondensi unsur satu dengan lainnya. Padahal semestinya
keseluruhan struktural tata hubungan itu yang dimaknai, karena akan
mampu memberi eksplanasi atau inferensi yang lebih menyeluruh.
3). Konfirmasi
Fungsi ilmu adalah menjelaskan, memprediksi proses dan produk yang
akan datang, atau memberikan pemaknaan. Pemaknaan tersebut
dapat ditampilkan sebagai konfirmasi absolut atau probalistik.
Menampilkan konfirmasi absolut biasanya menggunakan asumsi,
postulat, atau axioma yang sudah dipastikan benar. Tetapi tidak salah
bila mengeksplisitkan asumsi dan postulatnya. Sedangkan untuk
membuat penjelasan, prediksi atau pemaknaan untuk mengejar
kepastian probabilistik dapat ditempuh secara induktif, deduktif,
ataupun reflektif.
4). Logika inferensi
Penarikan kesimpulan baru dianggap sahih kalau penarikan kesimpulan
tersebut dilakukan menurut cara tertentu, yakni berdasarkan logika.
Secara garis besarnya, logika terbagi ke dalam 2 bagian, yaitu logika
induksi dan logika deduksi. (Jujun Suriasumantri)
f. Hubungan filsafat dengan pengetahuan

2. Alasan dari suatu penelitian


a. Latar belakang
b. Syarat seorang peneliti

Syarat menjadi peneliti dan penulis produktif adalah Intelligent, Interest,


Imagination, Initiative, Information, Industrious, Intense Observation, Integrity
(Iman), Infectious Enthusiasm, Indefatigable Writer, Incentive, Insya Allah. Berikut
rincian dengan contoh kasus yang sebagian besar ada dalam pelajaran hidup :
Intelligent
Merupakan syarat masuk ke berbagai jenjang pendidikan, kadang-kadang ada
taman kanak-kanak yang men-test masuk pakai syarat ini. Untuk di perguruan
tinggi, ijazah yang diterima sebelumnya seharusnya sudah cukup sebagai syarat
bahwa intelegensia mahasiswa tersebut memenuhi syarat, kecuali jika ijazah dapat
beli di institusi yang tidak jelas kuliah/ujiannya. Hati-hati untuk menerima

penawaran kemudahan mendapat advance degree seperti ini, sekarang telah ada
undang-undangnya dengan ancaman denda yang cukup tinggi.
Interest
Harus memiliki keinginan tahu yang mendalam dan spesifik. Di Departemen
Budidaya Pertanian, Dr Fred Rumawas adalah contoh peneliti yang interestnya tidak
pernah luntur. Jangan kita meneliti karena ikut-ikutan teman, atau merasa dipaksa.
Beberapa contoh misalnya : kasus Edna dengan Jagung, kasus ketua peneliti di
daerah transmigran, anak TK yang ingin tahu kelamin kucing, Abi yang ingin tahu
pertumbuhan kelamin laki-laki.
Di usia kelas empat SD, Edna lebih percaya kakak kelasnya yang kelas enam
tentang jagung yang dapat dipanen dalam waktu satu buloan untuk direbus,
dibanding ibunya yang setiap hari bergulat untuk mendapatkan jagung hibrida.
Keingintahuan yang mendalam membuat dia mengadakan pengamatan dari jagung
yang dia tanam, sampai yakin bahwa dia salah karena setelah 25 hari keluar
bunganya saja belum! Kasus ketua peneliti di daerah transmigrasi ternyata hanya
dikenal pada awal penelitian ketika yang bersangkutan memperkenalkan para
enumerator. Contoh bahwa ybs kurang memiliki rasa ingin tahu sebagai seharusnya
seorang peneliti.
Imagination
Tanpa kehadiran pengarang/penulis seperti cerita komik Flash Gordon dengan
perang bintang dsb, mungkin kita belum sampai ke bulan. Daya khayal dengan
memamfaatkan inteligensia sebenarnya bukan sesuatu omong kosong. Di usia 25
35 tahun biasanya dapat muncul ide yang mungkin aneh tetapi sebenarnya
briliant, seperti umumnya penerima hadiah Nobel yang mulai memunculkan
gagasan awalnya di usia muda. Perhatikan imaginasi anak kecil, contoh Abi dengan
petiole cherry.
Initiative
Menunda pekerjaan merupakan kebiasaan yang dapat sangat menghambat
kegiatan penelitian/penulisan. Kerjakan apa yang dapat dikerjakan hari ini. Uang
dan tenaga dapat diganti, tetapi waktu yang sudah berlalu tidak akan diperoleh
kembali (kecuali bila time machine telah ditemukan!). contoh kasus pencarian benih
sampai 2-3 minggu, euweuh kahayang, nggak ada guam, memble. Jangan juga
sradak sruduk dengan tidak jelas referensinya.
Information

Jika kita langsung saja meneliti, mungkin sekali penelitian berakhir dengan reinventing the wheel, padahal roda sudah lama sekali ditemukan! Malahan yang
ditemukan kemudian mungkin tidak bundar! Usahakan untuk mencari informasi di
pustaka, langsung ke sumbernya, di internet, dan lain-lain. Patent search sebelum
meneliti, terutama ke arah perbaikan teknologi, merupakan suatu keharusan.
Mengenai teknik sepetu roda ternyata sudah lebih dari 300 temuan yang
dipatenkan, namun demikian paten baru tetap muncul.
Inventive
Usahakan untuk dapat menemukan sesuatu baru. Pembuatan peneliti, pulpen (bulu
angsa, tempat tinta, ball point, dan sebagainya) pada awalnya invention yang
dipatenkan. Mengerjakan sesuatu dengan metode yang berbeda dibandingkan
dengan yang biasa, merupakan suatu invention. Tentunya harus ada nilai tambah,
sepertli lebih praktis, murah, nyaman, aman, teliti dsb. Contohnya : cara
pengambilan sample, data, pipet otomatis, alur tempat kerja, cara panen singkong,
tanam kedele 1000 ajir, dsb.
Industrious
Budidaya pertanian banyak memerlukan kerja fisik. Namun jangan sampai
menimbang pupuk urea pakai sarung tangan, sehingga tidak bisa membedakan
urea vs gula pasi, atau masuk ke sawah dengan kaki dibungkus plastik, dsb.
Kelemahan umum lulusan PT adalah kurang praktek (?), lebih pada teori. Hands on
experience sangat diperlukan. Dalam berorganisasi misalnya cari dana jangan
sampai harus diarahkan. Jadilah manager : undang selebritis, beli makanan jadi, jual
lebi mahal untung lebih kecil!
Intense Observation
Observasi yang dilakukan sendiri di lapang sering menghasilkan tambahan
observasi yang tidak tertulis di proposal, tetapi di akhir penelitian ternyata
observasi tersebut dapat menjawab keanehan data/hasil yang mungkin terjadi.
Terkadang kita perlu menambah penelitian di lab atau penambahan perlakuan
dalam eksperimen. Contoh : pengaruh hujan, angin, rebah, tanaman jagung muda
yang dimakan sapi, dsb. Penelitian membutuhkan cucuran keringat, dan seringkali
juga air mata! Hiduplah dengan penelitian!
Integrity (Iman)
Integritas/kejujuran/iman merupakan syarat yang tidak dapat ditawar. Bila suka
mengotak-atik angka atau data agar sesuai dengan kemauan peneliti, atau suka me

mark up biaya, sebaiknya jangan jadi peneliti. Bekerja di Valas mungkin lebih cocok,
karena bidang tersebut memerlukan keberanian berspekulasi. Hasil yang tidak
sama dengan hipotesis, justru harus dicari sebabnya (contoh kasus kenaf).
Kegagalan yang dilaporkan apa adanya dapat mencegah peneliti lain bebuat hal
yang sama.
Infectious Enthusiasm
Alamarhum Prof Andi Hakim Nasoetion pernah mengungkapkan kenapa pencuri di
kampus hanya mencuri barang elektronik, tetapi bukan hasil penelitian! Hati-hati
bila ada satu atau kelompok kecil peneliti yang sangat berahasia dengan
kegiatannya. Apakah ada paten yang akan diajukan atau ada kesalahan yang takut
diketahui orang lain? Ajakan dengan penuh antusias akan memberikan empati, dan
pada saatnya dapat menguntungkan kegiatan kita secara keseluruhan. Contoh
kasus : Field day (Hari Temu Lapang) seminar.
Indefatigable Writer
Ungkapan publish or perish merupakan salah satu kelemahan ilmuwan Indonesia
yang terbiasa menuliskan hasil penelitiannya dalam jurnal ilmiah yang berkualitas,
baik pada tingkat nasional terlebih lagi pada tingkat internasional. Mata ajaran
Teknik Penulisan ilmiah yang saya asuh mencoba mengatasi hal ini. Ilmuwan
indonesia kurang dikenal, karena tulisannya tidak banyak diterbitkan. Publikasi
harus mengikuti aturan khusus penulisan, singkat, padat, jelas. Memiliki
kemampuan menulis skripsi, tesis, disertasi merupakan modal penting, meskipun
belum menjamin dapat menulis untuk publikasi ilmiah di jurnak ilmiah. Diperlukan
pelatihan dan latihan agar tidak mudah putus asa dalam menulis. Contoh : bolakbalik konsultasi ke pembimbing atau ke dewan editor.
Incentive
Jika motivasi utama untuk menjadi peneliti/penulis produktif adalah insentif materi,
maka kemungkinan besar yang bersangkutan akan tetap menjadi peneliti yang
mengejar materi, bukan temuan ilmu. Bagi seorang ilmuwan, insentif yang
diperoleh dapat berupa kepuasan batin yang sulit diukur, kenaikan pangkat atau
jabatan, undangan ke pertemuan dengan para peneliti di tingkat nasional atau
internasional, dapat paten, paten dibeli, dapat royalties dst. Siapa tahu hadiah
Nobel yang sangat bergensi tersebut suatu hari akan menjadi insentif bagi peneliti
di Indonesia.
Insya Allah

Manusia hanya bisa berusaha, segalanya Tuhan yang menentukan. Semoga kita
selalu dalam lindunganNYa

3. Cara penelitian
a. Penyusunan permasalahan
b. Fungsi Penelitian
MEMAHAMI MASALAH
Peneliti memperjelas suatu masalah/informasi yang tidak
diketahui dan selanjutnya menjadi tahu
MEMECAHKAN MASALAH
Peneliti meminimalkan/menghilangkan masalah
MENGANTISIPASI MASALAH
Peneliti mengupayakan agar masalah tidak terjadi
c. Jenis Penelitian
d. Pentingnya Masalah
e. Rumusan tujuan penelitian
PENEMUAN
Sebelumnya belum pernah diketahui
PEMBUKTIAN
Membuktikan keraguan terhadap informasi/ pengetahuan
tertentu
PENGEMBANGAN
Memperdalam dan memperluas pengetahuan yang sudah
ada
Manfaat Filsafat Ilmu

Dapat digunakan untuk menggambarkan tentang keadaan apa yang di


teliti

Dapat digunakan untuk menggambarkan kemampuan sumber daya


dan kemungkinan sumber daya tsb. Digunakan untuk mendukung
pengembangan apa yang diteliti

Dapat dijadikan sarana diagnosa dalam mencari sebab masalah yang


diteliti atau kegagalan yang terjadi di dalam masalah yang diteliti

Dapat dijadikan sarana untuk menyusun kebijaksanaan dalam


menyusun strategi pengembangan system yang diteliti

Dapat melukiskan kemampuan dalam pembiayaan, peralatan,


pembekalan, ketenagaan baik secara kuantitas maupun kualitas guna
mendukung yang diteliti

(metodologi penelitian kesehatan, Soekidjo)

Tujuan penelitian

Untuk mengetahui deskripsi pelbagai fenomena alam,

Untuk menerangkan hubungan anatara pelbagai kejadian,

Untuk memecahkan pelbagai masalah yang ditemukan dalam


kehidupan,

Untuk memperlihatkan efek tertentu.


(Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis ed 2, Prof. DR. Dr.sudigdo
sastroasmoro, Sp.A(K))

Tujuan utama penelitian adalah untuk mengumpulkan informasi


bagi

Perencanaan kegiatan medik klinik maupun medik sosial,

Mengembangkan substansi ilmu kedokteran atau kesehatan sendiri.


(Dasar-dasar Metode Penelitian Kedokteran dan Kesehatan, Dr.
Ahmad Watik Pratiknya)

Untuk menemukan teori, konsep, dalil atau generalisasi baru tentang


kesehatan atau kedokteran,

Untuk memperbaiki atau modifikasi teori, sistem atau program


pelayanan kesehatan/ kedokteran.

Untuk memperkokoh teori, konsep, sistem, atau generalisasi yang


sudah ada.
(Metode Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmojo)

Macam-macam Penelitian

Ditinjau dari segi manfaat atau kegunaannya

penelitian dasar dilakukan untuk memahami dan menjelaskan gejala


yang muncul pada suatu ikhwal.

Penelitian terapan dilakukan untuk memperbaiki atau memodifikasi


proses suatu system atau program, dengan menerapkan teori
kesehatan yang ada,

Penelitian tindakan dilakukan terutama untuk mencari suatu dasar


pengetahuan prkatis guna memperbaiki suatu situasi atau keadaan
kesehatan masyarakat, yang dilakukan secara terbatas.

Penelitian evaluasi dilakukan untuk melakukan penelitian terhadap


sautu pelaksanaan kegiatan atau program yang sedang dilakukan
dalam rangka mencari umpan balik yang akan dijadikan dasar untuk
memperbaiki suatu program atau system.

Dibagi 2 yaitu tinjauan (dilakukan untuk mengetahui sejauh mana


program itu berjalan, dan sejauh mana program tersebut mempunyai
hasil atau dampak) dan pengujian (dilakukan untuk menguji efektivitas
dan efisiensi suatu pengobatan atau program yang lain)

Ditinjau dari segi tujuan

Penelitian penjelajahan bertujuan untuk menemukan problematic


baru dalam dunia kesehatan atau kedokteran.

Penelitian pengembangan ber7an untuk mengembangkan


pengetahuan atau teori baru di bidang kesehatan atau kedokteran.

Penelitianverifikatif ber7an untuk menguji kebenaran suatu teori


dalam bidang kesehatan atau kedokteran.

Ditinjau dari segi t4 atau sumber data dari mana penelitian itu
dilakukan

Penelitian perpustakaan dilakukan hanya dengan mngumpulkan dan


mempelajari data dari buku literature, laporan dan dokumen lainnya
yang ada di perpustakaan.

Penelitian laboratorium dilakukan dalam laborat, pada umumnya


digunakan dalam penelitian klinis.

Penelitian lapangan dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat


sendiri sebagai objek penelitian.

Ditinjau dari segi area masalah kesehatan

Penelitian klinik termasuk keperawatan dilakukan di pelayanan


kesehatan dengan sasaran orang sakit atau pasien

Penelitian kesehatan masyarakat biasanya dilakukan dalam


masyarakat, dengan sasaran orang yang sehat dalam rangka
pencegahan dan pemeliharaan kesehatan mereka.

(Metode Penelitian Kesehatan, Dr. Soekidjo Notoatmojo)

Sikap yang harus dimiliki

Menguasai substansi ilmu yang akan diteliti

Memiliki kemampuan mengeksplorasi data medik

Pengguasaan metode keilmuan dengan cara mampu berpikir secara


ilmiah, yang biasanya digambarkan dalam sifat : kritis, obyektif, logis,
analitis, dan sistematis.

Watik Pratiknya. 2003. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran &


Kesehatan

seorang peneliti harus dapat melakukan pengembangan ilmu yang


mengacu pada kesejahteraan umat manusia, tidaklah layak bila
peneliti bersikap membabi buta, yakni mengembangkan ilmu untuk
ilmu sendiri

peneliti hendaknya tetap berpegang teguh pada norma yang berlaku

peneliti hendaknya dapat mempertanggungjawabkan penelitiannya


kepada masyarakat dan kepada Tuhan.

Peneliti dituntut untuk dapat memberikan keterangan yang sejujurnya.

(Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Edisi Ke-2, Prof. Dr.Dr. Sudigdo


Sastroasmoro, Sp.A (K) dan Prof. Dr. Sofyan Ismael, Sp. A (K))

Anda mungkin juga menyukai