Anda di halaman 1dari 20

ERA HELENISME DAN FILSAFAT YUNANI

Ahmad Muzaeni,1 Firman Al’ Amin,2


Mughni Azizzah,3
1
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(muzaenial01@gmail.com)
2
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(fiman.alamin2901@gmail.com)
3
Jurusan Manajemen Pendidikan Islam – Institut PTIQ Jakarta
(mughniazizzah19@gmail.com)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang pengaruh filsafat yunani di barat dan
timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan jenis penelitian
kepustakaan. Hasil dari penelitian ini adalah Filsafat merupakan dasar-dasar dari
keseluruhan yang terjadi pada diri manusia serta makhluk hidup lain yang ada di muka
bumi ini baik dari awal penciptaan manusia dimuka bumi ini, ilmu-ilmu pengetahuan, dan
ilmu-ilmu lainnya. Lahirnya filsafat karena rasa ingin ketahuan manusia terhadap sesuatu
hingga lahirlah para-para filsuf baik dari belahan Bumi Barat maupun dari belahan Bumi
Timur. Dengan adanya filsafat ini manusia dapat berfikir dari alur yang berpikir rasional
dan meninggalkan alur pikir yang selalu mengaitkan sesuatu dengan mitos atau mistis yang
kejadiannya bisa saja secara kebetulan. Filsafat merupakan teoritis ilmu yang dapat
mematahkan teori lain dengan adanya pembuktian yang menyatakan bahwa teori itu dapat
diterima dengan akal pikiran serta terbukti kebenarannya atau disebut empirisme.
Hellenisme adalah merupakan roh dan kebudayaan Yunani dan memberikan ciri-cirinya
kepada bangsa yang bukan yunani disekitar lautan tengah, dan mengadakan perubahan
terhadap keadaan bangsa itu dalam hal antara lain: Kesusasteraan dan Agama. Terdapat
beberapa ciri yang merupakan perpindahan pemikiran filsafat, yakni dari filsafat yang
teoritis menjadi filsafat yang praktis, dan filsafat semakin lama semakin dirasakan sebagai
suatu seni dalam hidup sehingga muncul banyak aliran yang berusaha untuk menentukan
cita-cita hidup bagi manusia,

ABSTRACT

This study aims to determine the influence of Greek philosophy in the west and east. This
study uses a qualitative descriptive approach with the type of library research. The result of
this research is that philosophy is the basics of everything that happens to humans and other
living things on this earth from the beginning of human creation on this earth, sciences, and
other sciences. The birth of philosophy because humans want to know something to the
birth of philosophers both from the Western hemisphere and from the Eastern hemisphere.
With this philosophy, humans can think from a rational line of thinking and leave the line of
thought that always associates something with a myth or mystic which can happen by
chance. Philosophy is a theoretical science that can break other theories with evidence
1
stating that the theory can be accepted with reason and proven true or called empiricism.
Hellenism is the spirit and culture of Greece and gives characteristics to non-Greek nations
around the Mediterranean, and makes changes to the state of that nation in terms of, among
others: Literature and Religion. There are several characteristics that constitute the transfer
of philosophical thought, namely from a theoretical philosophy to a practical philosophy,
and philosophy is increasingly being perceived as an art in life so that there are many
schools that seek to determine the ideals of life for humans.

Keyword : Era Helenisme, Filsafat Yunani,

1. PENDAHULUAN

Filsafat lahir karena perdebatan akal dengan hati tentang segala

sesuatu didalam alam semesta, tentang asal muasal segala sesuatu yang ada

didunia. Bahkan filsafat menanyakan akan asal muasal manusia. Filsafat

muncul dan berkembang sejak berabad-abad lalu. Perkembangan filsafat

tidak hanya dalam satu wilayah, melainkan meluas sampai keseluruh negeri

dengan masa kejayaan yang berbeda-beda. Para filsuf muncul dengan

pemikiranya tentang asal muasal segala sesuatu yang ada didunia ini.

Dua filsafat yang berkembang pesat dan bertolak belakang yaitu

filsafat barat dan filsafat timur. Keduanya memiliki waktu tertentu dalam

mencapaimasa keemasanya, sehingga mempengaruhi pemikiran-pemikiran

yang berkembang pada masa itu sampai pada masa sekarang. Ada beberapa

tokoh penting yang turut menyumbang pemikirannya dalam mendominasi

konsepfilsafat barat maupun timur sesuai dengan periodesasinya. Sehingga,

antara filsafat Barat dan Timur terdapat perbedaan yang mencolok. Dan

penting untuk para penikmat filsafat dalam menelaah lebih dalam lagi akan

konsep-konsep yang diterima sebelum akhirnya dijadikan landasan dalam

berfikir.

2. METODE

Pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menekankan pada hal

yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa. Hal terpenting dari suatu barang

2
atau jasa berupa kejadian atau fenomena atau gejala sosial, hal tersebut

bermakna dibalik kejadian yang bisa dijadikan pelajaran berharga bagi suatu

pengembangan konsep teori.1 Jenis penelitian ini yang digunakan adalah

kepustakaan. Penelitian kepustakaan adalah suatu studi yang digunakan

dalam mengumpulkan informasi dan data dengan bantuan berbagai macam

material yang ada diperpustakaan seperti dokumen, buku, majalah, kisah-

kisah sejarah dan sebagainya.2 Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini

adalah mencari informasi yang sesuai dengan judul, kemudian mencari dan

menemukan bahan bacaan yang diperlukan dan mengklasifikasi bahan

bacaan tersebut, selanjutnya meriview bacaan yang sudah dibaca dan terakhir

mulai menulis penelitian ini sampai menemukan kesimpulannya. 3 Penelitian

ini bersumber dari buku, jurnal, artikel dan skripsi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Rasionalisme-Ilmiah Aristoteles

Rasionalisme secara etimologis berasal dari kata bahasa Inggris


rationalims, dan kata ini berakar dari bahasa Latin ratio yang berarti
“akal”. Rasionalisme adalah faham filsafat yang menyatakan bahwa akal
(reason) adalah alat terpenting untuk memperoleh pengetahuan dan
mengetes pengetahuan. Jika empirisme mengatakan bahwa pengetahuan
diperoleh dengan alam mengalami objek empiris, maka rasionalisme
mengajarkan bahwa pengetahuan diperoleh dengan dengan cara berpikir.
Alat dalam berpikir itu adalah kaidah-kaidah logis atau aturan- aturan
logika.4
Rasionalisme tidak mengingkari kegunaan indera dalam
memperoleh pengetahuan. Pengalaman indera diperlukan untuk
merangsang akal dan memberikan bahan-bahan yang menyebabkan akal

1 Djam’an Satori dan Aan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta,
2014), 22
2Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian
Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6, no 01, (2020), 43
3 Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam Penelitian

Pendidikan IPA”,... 44
4
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum; Akal dai Hati Sejak Thales Sampai Capra,(Bandung: Remaja
Rosdakasya, 2004), 25
3
dapat bekerja. Akan tetapi, untuk sampainya manusia kepada kebenaran,
adalah semata-mata dengan akal. Laporan indera menurut rasionalisme
merupakan bahan yang belum jelas dan kacau. Bahan ini kemudian
dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir. Akal mengatur
bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar. Akal
dapat bekerja dengan bantuan indera, tetapi akal juga dapat menghasilkan
pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi,
akal dapat menghasilkan pengetahuan tentang objek yang betul-betul
abstrak.5
Logika Aristoteles adalah suatu sistem berpikir deduktif (deductive
reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih dianggap sebagai dasar dari
setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun demikian, dalam
penelitian ilmiahnya ia menyadari bahwa pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking). Logika yang
digunakan untuk menjelaskan cara menarik kesimpulan yang
dikemukakan oleh Aristoteles didasarkan pada susunan pikir. 6
Aristoteles mengemukakan beberapa pandangan mengenai
rasionalismenya, antara lain:
a. Tidak ada ide bawaan
Tingkat realitas paling tinggi dalam teori aristoteles adalah
sesuatu yang kita lihat dengan indra kita. Pendapatnya mengatakan
benda-benda yang ada dalam jiwa manusia itu semata-mata cerminan
obyek-obyek alam maka alam adalah dunia nyata. Aristoteles
menyangkal bahwa manusia mempunyai akal bawaan seperti yang
dikatakan Menurutnya akal adalah ciri khas plato. yang membedakan
mausia dengan mahluk-mahluk lainnya tapi akal kita sama sekali
kosong sampai kita mengalami sesuatu. Jadi manusia tidak
mempunyai ide-ide bawaan.
b. Bentuk suatu benda adalah ciri khasnya
Setelah mencapai kesepakatan dengan teori Plato tentang ide,
Aristoteles memutusakan bahwa realitas terdiri dari berbagai benda
terpisah yang menciptakan suatu bentuk dan subtansi. Subtansi adalah
bahan untuk membuat benda-benda sedangkan bentuk. adalah ciri kas
masing-masing benda. Ketika Aristoteles membicarakan subtansi dan

5
Ahmad Tafsir, Filsafat Umum…, h. 25
6
Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), cetakan ke-4, h. 30
4
bentuk-bentuk benda ia tidak hanya mengacu pada bentuk-bentuk
saja. Sebagaimana sudah menjadi bentuk ayam untuk berkotek
mengepak-ngepakkan sayapnya untuk bertelur, maka bentuk batu
adalah jatuh ke tanah.
c. Sebab Terakhir

Jika kita memebicarakan "sebab" dari suatu hal kita akan

mencari bagimana hal itu bisa terjadi. Aristoteles berkeyakinan bahwa

ada sebab-sebab yang berbeda di alam, yaitu jika melihat hujan dan

kita ditanya kenapa bisa terjadi sebuah hujan maka kita akan

menjawab seperti yang dijelaskan dalam ilmu biologi. Akan tetapi

Aristoteles tidak, ia akan menambahkan dengan, kenapa hujan turun

karena binatang dan tumbuhan membutuhkannya. Aristoteles

menyebutnya sebagai "sebab terakhir".

d. Logika

Sesungguhnya dialah yang mendirikan logika. Dia

menunjukkan sebuah hukum yang mengatur kesimpulan-kesimpulan

atau bukti-bukti yang sah. Sebuah contoh jika semua makhluk hidup

akan mati (premis kedua), dan Toni adalah makhluk hidup (premis

kedua) maka dapat disimpulkan bahwa Toni akan Mati.

e. Tangga Alam

Ketika Aristoteles membuat penjelasan tentang kehidupan,

maka yang pertama yang ia nyatakan ialah, segala sesuatu di alam ini

bisa dibagi menjadi dua kategori utama yaitu, benda mati dan benda

hidup. Aristoteles juga membagi kategori benda hidup menjadi dua,

yaitu manusia dan binatang. Ini adalah kategori kategori yang masih

sederhan yang akan di sempurnakan pada masa modern yang akan

datang.

f. Etika

5
Menurut Aristoteles, bentuk dari manusia itu terdiri dari jiwa.

Yang bentuknya sama di setiap individu. Dalam menjalani hidup kita

membutuhkan sebuah kebahagiaan yang oleh Aristoteles di bagi

menjadi tiga, yaitu pertama, hidup senang dan nikmat. Kedua, menjadi

warga Negara yang bebas dan bertanggung jawab. Ketiga, menjadi

seorang ahli fikir dan filosof. Setiap individu yang menginginkan

kebahagiaan, maka memenuhi ketiga kriteria tersebut.

g. Politik

Menurut pandangan Aristoteles, semua manusia adalah Hewan

politik. Dimana mereka perlu memuaskan kebutuhannya akan

makanan, kehangatan, perkawinan, dan pendidikan anak. Tapi bentuk

tertinggi dari persahabatan hanya ada di Negara. Dan ini

memunculkan pertanyaan bagaimana Negara itu harus diatur. Maka

muncullah system pemerintahan seperti monarki, aristokrasi, oligari,

dll.

h. Pandangan mengenai wanita

Aristoteles wanita dalam sangat berbeda memahami dengan

plato. Menurut Aristoteles, wanita adalah pria yang belum sempurna.

Karena kebanyakan pria itu lebih aktif dan wanita itu pasif. Dan

begitulah pandangan Aristoteles tentang Wanita.7

3.2 Era Helenisme

Masa kejatuhan filsafat Yunani ditandai dengan wafatnya Aristoteles

sekitar abad 322 SM. Hal ini disebabkan terjadinya kekosongan filosof pada

masa itu. Ditambah lagi Alexander The Great atau Iskandar Agung

menginginkan penyatuan daerah-daerah yang dikuasainya. Meskipun ia

juga salah seorang murid dari Aristoteles, tetapi ia memilih jalan yang

berbeda dengan gurunya. Konsekuensi logis dari cita-cita tersebut ialah

7
https://id.scribd.com/presentation/501641481/rasionalisme-aristoteles, diakses tanggal 24 Maret 2022,
pukul 14.00 WIB
6
terjadinya saling mempengaruhi antara budaya Yunani dengan daerah-

daerah di Asia minor. Sehingga kelak muncul istilah “hellenizein” yang

merujuk pada orang-orang yang berbicara atau berkelakuan seperti orang

Yunani.8

Term “Hellenisme” pertama kali diperkenalkan oleh ahli sejarah dari

Jerman, J.G. Droysen. Ia menggunakan perkataan “hellenismus” sebagai

sebutan untuk masa yang dianggapnya sebagai periode peralihan antara

Yunani kuna dan dunia Kristen. Droysen sepertinya lupa akan peranan

Roma dalam agama Kristen (dan membatasi seolah-olah hanya Yunani saja

yang berperan).

Namun, ia diakui telah berhasil mengidentifikasi suatu kenyataan

sejarah yang amat penting. Biasanya zaman Hellenik yang disebut-sebut

sebagai peralihan itu adalah masa sejak tahun 323 sampai 30 S.M. atau dari

kematian Iskandar Agung sampai penggabungan Mesir (setelah

ditakluknya Cleopatra) ke dalam kekaisaran Romawi. Sebab dalam periode

itu muncul banyak kerajaan di sekitar Laut Tengah, khususnya di pasisir

timur dan selatan, seperti Syiria dan Mesir yang diperintah oleh bangsa

Mecedonia dari Yunani.

Akibatnya, mereka ini membawa berbagai perubahan besar dalam

banyak bidang di kawasan itu, antara lain bahasa (daerah-daerah itu

didominasi oleh bahasa Yunani) dan pemikirannya (ilmu pengetahuan,

terutama filsafat), diserap oleh daerah-daerah itu melalui berbagai cara.

Terdapat beberapa ciri yang merupakan perpindahan pemikiran

filsafat, yakni dari filsafat yang teoritis menjadi filsafat yang praktis, dan

filsafat semakin lama semakin dirasakan sebagai suatu seni dalam hidup

sehingga muncul banyak aliran yang berusaha untuk menentukan cita-cita

8
https://ibtimes.id/filsafat-hellenisme-sebuah-retrospeksi/, diakses tanggal 23 Maret 2022, pukul 15.00
WIB
7
hidup bagi manusia, maka zaman ini dikenal dengan zaman munculnya

alran-aliran besar sebagai berikut :9

1) Epikurisme

Salah satu aliran yang didirikan oleh Epikuros ( 341 270 SM)

yang mengarahkan pada satu tujuan yakni bagaimana memberi

kebahagiaan kepada manusia, sehinga dalam ajarannya sangat

mengutamakan etika yang berdasar dari logika dan fisikanya.

Menurutnya pengalaman berkali-kali dapat mengakibatkan

pengertian, pengertian inilah yang dapat mengantarkan seseorang

kepada pengetahuan tentang dasar-dasar yang sedalam-dalamnya dan

yang tersembunyi itulah yang dianamai "atom", atom ini karena

kecilnya tak dapat dijangkau dengan indera biasa. Jiwa manusia tidak

lain adalah benda juga, tetapi termasuk benda halus, karena dengan

kehalusannya manusia dapat mencapai pengertian, karena jiwa

menerima sinar dari benda lainnya dan jiwa itu tak akan mungkin

hidup tanpa badan. Setelah orang meninggal ,maka jiwanya larut ke

dalam atom lagi.

Dalam Etika Epikuros bermaksud memberikan "ataraxia"

(ketenangan jiwa kepada manusia, karena ketenangan batin itu sering

diancam oleh ketakutan (dari berbagai penyebab dan arah mungkin

dari sesama manusia, sesama makhluk atau dewa, pada hal ketakutan

itu tak ada dasarnya dan tidak masuk akal. Dalam kepercayaan Yunani

bahwa Dewa itu tidak menjadikan jagat raya dan tidak mengurusinya,

karena manusia tidak akan mengganggu dewa ,maka dewa tidak akan

mengganggu juga manusia, sehingga orang tidak perlu menakuti

dewa, dan juga kematian /maut tidak perlu ditakuti, karena maut itu

tidak lain hanyalah jiwa larut kedalam atom sebagai asalnya.

9Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka Almaida
Makassar, 2017), h. 119-120
8
Berdasarkan dari kepercayaan ini sehingga tidak ada keyakinan

tentang hukuman akhirat, setelah orang mati tidak akan menikmati

apa-apa lagi dan tidak akan menderita apa-apa lagi jadi tidak ada

hidup sesudah mati, bila mati telah tiba berarti sudah berahir dari

segala rangkaian hidup manusia. 10

2) Stoa

Didirikan oleh Zeno lahir di Siprus ( 336 264 SM). Aliran ini

disebut Stoa karena pengajaran dilakukan di ganggang antara tiang-

tiang dalam bahasa yunani disebut " Stoa Poikile '. Selain Zeno tokoh

aliran ini antara lain adalah: Antistenes ( stoa pertengahan), sedang

stoa baru pada zaman Romawi ( 50- 200 SM). Tokohnya adalah Sineca

dan kaisar markus Aurelius.

Pandangan Aliran Stoa tentang filsafat ada tiga bagian yakni: (1)

Fisika; yang berfungsi sebagai ladang beserta pohon pohonnya; (2).

Logika yang berfungsi sebagai pagarnya; (3). Etika yang berfungsi

sebagai buahnya. Pandangan dunia Stoa adalah Materialistis, karena

yang dianggap nyata hanyalah yang berupa jasmaniyah, segala yang

tidak jasmaniah tidak ada tempatnya dan dianggap tidak ada.

Walaupun ada kaum Stoa percaya adanya Allah namun allah itu

dianggap juga sebagai hal yang bersifat jasmaniyah. Sehingga Allah

diidentikkan dengan alam.

Segala sesuatu dijadikan oleh kekuatan alam/ Ilahi yang bersifat

jasmaniyah dan menjiwai seluruhnya. Dari pandangan inilah sehingga

kekuatan Ilahi sebagai nafsu dunia dapat menimbulkan empat anasir

yaitu : (a) Api dianggap yang terpenting; (b) Hawa (c) Air dan (d)

Tanah keempat anasir ini saling meresapi dan dari sinilah berkembang

dunia dengan segala isinya.

10
Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka Almaida
Makassar, 2017), h. 120
9
Bagi Stoa ada empat macam rasa atau efek dalam diri manusia

yakni : (1). Hedone (nafsu) yang timbul karena pengertian yang keliru

terhadap benda- benda duniawi sekarang ini. (2). Epithumia

(Keinginan) yang timbul karena pengertian yang keliru terhadap

benda dimasa depan. (3). Lupe (Kesedihan) yang timbul karena

pengertian yang keliru terhadap kejahatan masa kini. (4). Phebos (

ketakutan) yang timbul karena pengertian yang keliru terhadap

kejahatan dimasa depan.11

3) Skeptisme

Adalah aliran yang dirintis oleh Pyrrho ( 365- 275 SM).

Pandangan filsafatnya berdasarkan tingkahlaku manusia atas logika.

Menurut aliran ini manusia tidak mungkin mencapai kepastian dan

pengetahuan kita tidak boleh dipercaya, jika orang ingin mencapai

ketenangan hidup, maka ia harus tidak menentukan putusan, orang

yang tidak mengambil putusan, maka ia tidak pernah keliru. Artinya

segala sesuatu itu harus lebih dahulu diragukan. Ia ragu-ragu dengan

pasti jadi berarti ada kepastian padanya.

Dianjurkan dalam ajaran Skeptis bahwa seseorang kalau ingin

tenang bahagia ,amak jangan mengambil keputusan, namun untuk

melakukan anjuran ini, haruslah ia mengambil putusan lebih dulu

dalam arti menetapkan putusan untuk tidak ada keputusan atau harus

meragukan, jadi kalau hendak malakukan kebijaksanaan secara

skepsis, haruslah mulai dengan tidak bijaksana. Secara logika berarti

anjuran ini mengandung pertentangan, maka dari itu dapat dipahami

sebagai suatu kemustahilan.

Pengaruh Skeptis cukup besar dari abad masehi yunani sampai

Roma, orang meragukan akan segala hal, para cendekiawan bimbang

11
Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka
Almaida Makassar, 2017), h.121-122
10
kan segala hal, kepastian tidak ada. Berhubung waktu itu banyak

aliran agama dari timur yang memberi pedoman hidup, karena filsafat

tidak ada kepastian,maka minat orang banyak terarah kepada

"mistik".12

4) Neoplatonisme

Kurang lebih lima abad sesudah Aristoteles, maka muncul lagi

pemikiran filsfat kuno untuk kali yang akhir didalam suatu sistem

dikenal dengan Neoplatonisme. Waktu pembentukan aliran ini

menunjukkan, bahwa kebangkitan pikiran filsuf kuno bersamaan

dengan timbulnya agama keristen katolik bahkan ada pergumulan

yang dahsyat dengan agama keristen tersebut.

Aliran ini didirikan oleh Ammonius Sakkas dari Alexanderia

(175-242M) ajaran hampir tidak dapat diketahui karena tidak

meninggalkan tulisan, walaupun pelopor Neoplatonisme yang

sebenarnya adalah Plotinus murid dari Ammonius Saakkas.

Neoplatonisme dipandang sebagai usaha terakhir roh yunani untuk

menentang agama kristen yang sedang tumbuh, maka tokohnya

hendak menghidupkan kembali ajaran Plato dengan tujuan untuk

menyelamatkan dunia, dengan memperkaya sistim yang terbaik dan

disesuaikan dengan kebutuhan zaman, maka dimasukkanlah dalam

ajaran Neoplatonisme itu antara lain :

Ajaran Plato, Aristoteles, Stoa dan Philo; usaha ini bertujuan

untuk menghidupkan roh pemikiran Plato kepada kemurniannya

secara sempurna. Memaparkan dualisme Plato kepada tingkatan yang

lebih tinggi, maksudnya dengan menjadikan "yang Ilahi " menjadi asas

segala " yang ada " dan menjadi asas bersama dari segala sesuatu, baik

12
Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka
Almaida Makassar, 2017), h.122-124
11
yang dapat diamati secara lansung maupun yang tidak dan

menjadikan tujuan terakhir dari segala yang ada.13

Pasca Aristoteles, Filsafat Yunani mengalami penurunan yang

signifikan. Pengkajian tentang filsafat tidak lagi semarak sebagaimana

terjadi pada masa-masa sebelumnya. Hal ini dikarenakan munculnya

ilmu-ilmu spesial yang berkembang dan berdiri sendiri. Seperti ilmu alam,

gramatika, filologi, sejarah kesusasteraan dan lain sebagainya. Keadaan

seperti ini menyebabkan ilmu filsafat tidak lagi menjadi prioritas utama.

Di samping itu, dalam fase ini filsafat juga telah menyimpang dari asas

pokoknya, yaitu dari akal ke arah mistik. Peralihan filsafat Yunani menjadi

filsafat Helen-Romawi disebabkan terutama oleh seorang yang bernama

Alexandros, murid Aristoteles. Tindakannya yang imperialis menyatukan

seluruh dunia Greek ke dalam satu kerajaan Macedonia. Sesudah itu ia

menaklukkan bangsa-bangsa di Asia Minor dan mengembangkan

kekuasaannya sampai ke India. Semuanya itu dijadikan beberapa provinsi

kerajaan Macedonia.14 Bahkan Imperium Persia, kekaisaran terbesar yang

pernah disaksikan dunia, diremukkan lewat tiga pertempuran.

Keadaan demikian menyebabkan filsafat Yunani bukan lagi murni

produk asli Yunani, tetapi telah terpengaruh oleh budaya bangsa lain.

Adat istiadat kuno bangsa Babilonia, beserta takhayul kuno mereka

menjadi tak asing lagi bagi pemikiran orang Yunani, demikian pula

dualisme Zoroastrian dan agama-agama India, pun membaur dengan

pemikiran Yunani. Dan pada akhirnya malihat kawasan yang ditaklukkan

semakin luas, akhirnya Alexandros memberlakukan kebijakan yang

13
Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka
Almaida Makassar, 2017), h. 124-125
14 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: Tintamas, 1986), cet. 3, h. 140

12
menganjurkan pembauran secara damai antara bangsa Yunani dengan

bangsa lainnya.15

Pada era ini, orang berpaling lagi kepada sistem metafisika yang

bercorak keagamaan. Dengan bersatunya beberapa bangsa yang dipimpin

oleh kerajaan Roma, telah merampas hak-hak bangsa lain yang ingin

merdeka. Hal itu menimbulkan lagi pandangan keagamaan, memupuk

lagi hati manusia untuk hidup beragama. Tindakan bala tentara Roma

yang keras dan ganas dapat memperkuat rasa kemanusiaan, dan dipupuk

pula oleh berbagai macam agama lama, yaitu agama Kristen dan Budha.

Maka pada saat itu, ajaran filsafat dan ajaran agama kembali

berkontaminasi.16

Menurut Bertrand Russell, pengaruh agama dan non Yunani terhadap

dunia Helenisme pada dasarnya buruk, meski tak sepenuhnya demikian.

Hal ini semestinya tak perlu terjadi. Kaum Yahudi, Persia, dan Buddhis

semuanya memiliki agama yang jauh lebih unggul daripada politeisme

rakyat Yunani, dan bahkan bisa dipelajari oleh para filosof terbaik dengan

hasil yang bermanfaat. Sayangnya, adalah bangsa Babilonia, atau

Chaldea, yang menananamkan pengaruh paling mendalam terhadap

imajinasi bangsa Yunani.17

Ciri-ciri pada masa helenisme

a. Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini belajar,

seperti pada abad ke-20 ini, menjadi lebih terspesialisasi.

15 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio- politik dari
zaman kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. 2, h. 298

16 Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: Tintamas, 1986), cet. 3, h. 142

17 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio-politik dari zaman
kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), cet. 2, h. 308.

13
b. Sifat spekulasi mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada

masalah aplikasi. Perhatian yang lebih besar adalah pada penemuan

mekanika.

c. Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran, dan kita menemukan

pusat-pusat pengetahuan yang baru seperti Antakya (Antioch),

Rhodes, perganum, dan Alexandria.

d. Filsafat dipopulerkan sehingga memikat peminat yang lebih luas. Ada

tendensi kekurang pedulian terhadap metafisika, diganti dengan

perhatian yang lebih besar pada masalah-masalah sosial.

e. Etika dijadikan perhatian yang dominan. Sekarang yang dipersoalkan

ialah bagaimana manusia dapat mencapai kehidupan yang tebaik;

filosof kurang tertarik pada kosmologi dibandingkan dengan kepada

penyelamatan moral.

f. Jiwa filsafat Helenisme ialah elektrik; usaha-usaha diarahkan untuk

mensintesis dan mengharmoniskan pendapat yang berlawanan.

Usaha ini serimg memperlihatkan kekurangaslian pemikiran

g. Muncul filosof yang justru lebih senang pada riset, tetapi tidak

memiliki teori sendiri. Mereka lebih mementingkan sifat akademis.

Jika menjadi pengulas, hanya sedikit keberanian memberikan

interpretasi.

h. Watak ekstrem muncul. Di satu pihak ekstrem takhyul, di pihak lain

muncul ekstrem skeptis. Dalam etika ditemukan ekstrem skeptisisme,

di satu pihak dan asetesisme di pihak lain.

i. Pada zaman ini filsafat lebih lengket dengan agama dibandingkan

dengan pada zaman helenis lama (Yunani). Beberapa filosof

memberikan penjelasan simbolis dan alegoris tentang agama.

Perspektif filsafat dan sastra semakin pendek. Kurang stabilnya


14
mental,sebagaimana kondisi fisik, diikuti oleh kurang stabilnya

mental,sebagaimana juga terlihat pada abad ke-20.18

3.3 Penyebaran Peradaban Yunani

Yunani memiliki sejarah peradaban yang sangat panjang, bahkan

sejarah peradabannya sudah dimulai sejak tahun 3000 SM. Namun karena

keterbatasan sumber sejarah, maka rekonstruksi sejarah Yunani pada

masa kuno hanya didasarkan kepada mithos, legenda dan cerita rakyat.

Dalam masyarakat Yunani mithos merupakan suatu usaha untuk

memahami pertanyaan-pertanyaan yang hidup di dalam hati manusia.

Melalui mitos manusia mencari keterangan tentang asal-usul alam

semesta dan kejadian-kejadian yang berlangsung di dalamnya.

Yunani kuno adalah tempat bersejarah di mana sebuah bangsa

memilki peradaban. Oleh karenanya Yunani kuno sangat identik dengan

filsafat yang merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Padahal filsafat

dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para

filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di

tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan

ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka

pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga

sekarang. Menurut Bertrand Russel, diantara semua sejarah, tak ada yang

begitu mencengangkan atau begitu sulit diterangkan selain lahirnya

peradaban di Yunani secara mendadak. Memang banyak unsur

peradaban yang telah ada ribuan tahun di Mesir dan Mesopotamia.

Namun unsur-unsur tertentu belum utuh sampai kemudian bangsa

18 Ahmatd Tafsir, Fisafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Caprahal, (Jakarta: PT
Remaja Rodaskarya, 2008), cet, 16, h. 63

15
Yunanilah yang menyempurnakannya.19

Seiring dengan berkembangannya waktu, filsafat dijadikan sebagai

landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan,

sehingga berkembang pada generasi-generasi setelahnya. Itu ibarat

pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya

terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat Yunani

merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.20

Zaman ini berlangsung dari abad 6 SM sampai dengan sekitar abad 6

M. Zaman ini menggunakan sikap an inquiring attitude (suatu sikap yang

senang menyelidiki sesuatu secara kritis), dan tidak menerima

pengalaman yang didasarkan pada sikap receptive attitude (sikap

menerima segitu saja). Sehingga pada zaman ini filsafat tumbuh dengan

subur. Yunani mencapai puncak kejayaannya atau zaman keemasannya.

Pada zaman ini banyak bermunculan ilmuwan yang terkemuka. Di

antaranya adalah Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari

Plato dan guru dari Alexander yang Agung. Ia memberikan kontribusi di

bidang Metafisika, Fisika, Etika, Politik, Ilmu Kedokteran, dan Ilmu Alam.

Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan

dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis.

Sementara itu, di bidang politik, Aristoteles percaya bahwa bentuk politik

yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan monarki. Dari

kontribusinya, yang paling penting adalah masalah logika dan Teologi.

Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa

Aristoteles (384-322 SM). Ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-

persoalan besar filsafat yang dipersatukannya dalam satu sistem: logika,

matematika, fisika, dan metafisika. Logika Aristoteles berdasarkan pada

19Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat dan Kaitannya dengan Kondisi Sosio-Politik dari Zaman
Kuno Hingga Sekarang (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 3-4
20
Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 edisi revisi), h. 22
16
analisis bahasa yang disebut silogisme.21

Selain nama-nama di atas, masih ada filosof-filosof seperti

Anaximander (610 SM-546 SM) dengan diktum falsafinya bahwa

permulaan yang pertama, tidaklah bisa ditentukan karena tidaklah

memiliki sifat-sifat zat yang ada sekarang. Anaximenes yang hidup pada

abad ke 6 SM., masih satu generasi dengan Anaximander, ia berpendapat

bahwa zat yang awal ada adalah udara. Ia menganggap bahwa semuanya

di alam semesta dirasuki dengan udara. Demokreitos (460-370 SM), ia

mengembangkan teori mengenai atom sebagai dasar materi, sehingga ia

dikenal sebagai “Bapak Atom Pertama”. Empedokles (484-424 SM) adalah

seorang filsuf Yunani berpendapat bahwa materi terdiri atas empat unsur

dasar yang ia sebut sebagai akar, yaitu air, tanah, udara, dan api. Selain

itu, ia menambahkan satu unsur lagi yang ia sebut cinta (philia). Hal ini

dilakukannya untuk menerangkan adanya keterikatan dari satu unsur ke

unsur lainnya. Empedokles juga dikenal sebagai peletak dasar ilmu-ilmu

fisika dan biologi pada abad 4 dan 3 SM. Dan juga Archimedes, (sekitar

287-212 SM) ia adalah seorang ahli matematika, astronom, filsuf,

fisikawan, dan insinyur berbangsa Yunani. Archimedes dianggap sebagai

salah satu matematikawan terbesar sepanjang masa, hal ini didasarkan

pada temuannya berupa prinsip matematis tuas, sistem katrol (yang

didemonstrasikannya dengan menarik sebuah kapal sendirian saja), dan

ulir penak, yaitu rancangan model planetarium yang dapat menunjukkan

gerak matahari, bulan, planet-planet, dan kemungkinan konstelasi di

langit. Dari karya-karyanya yang bersifat eksperimental, ia kemudian

dijuluki sebagai Bapak IPA Eksperimental17.22

Sebelum masuk periode Islam ada yang menyebut sebagai periode

21 Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), cetakan ke-4, h. 30
22 Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi

Aksara, 2007), h. 85
17
pertengahan. Zaman ini masih berhubungan dengan zaman sebelumnya.

Karena awal mula zaman ini pada abad 6 M sampai sekitar abad 14 M.

Zaman ini disebut dengan zaman kegelapan. Zaman ini ditandai dengan

tampilnya para Theolog di lapangan ilmu pengetahuan. Sehingga para

ilmuwan yang ada pada zaman ini hampir semua adalah para Theolog.

Begitu pula dengan aktifitas keilmuan yang mereka lakukan harus

berdasar atau mendukung kepada agama. Ataupun dengan kata lain

aktivitas ilmiah terkait erat dengan aktivitas keagamaan. Pada zaman ini

filsafat sering dikenal dengan sebagai Theologiae (Pengabdi Agama).

Selain itu, yang menjadi ciri khas pada masa ini adalah dipakainya karya-

karya Aristoteles dan Kitab Suci sebagai pegangan.23

23 Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu : Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, h. 16


18
4. KESIMPULAN

Filsafat merupakan dasar-dasar dari keseluruhan yang terjadi pada

diri manusia serta makhluk hidup lain yang ada di muka bumi ini baik dari

awal penciptaan manusia dimuka bumi ini, ilmu-ilmu pengetahuan, dan

ilmu-ilmu lainnya. Lahirnya filsafat karena rasa ingin ketahuan manusia

terhadap sesuatu hingga lahirlah para-para filsuf baik dari belahan Bumi

Barat maupun dari belahan Bumi Timur. Dengan adanya filsafat ini manusia

dapat berfikir dari alur yang berpikir rasional dan meninggalkan alur pikir

yang selalu mengaitkan sesuatu dengan mitos atau mistis yang kejadiannya

bisa saja secara kebetulan. Filsafat merupakan teoritis ilmu yang dapat

mematahkan teori lain dengan adanya pembuktian yang menyatakan bahwa

teori itu dapat diterima dengan akal pikiran serta terbukti kebenarannya atau

disebut empirisme.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtiar, Amsal. Filsafat Ilmu (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013 edisi revisi).

Djam’an Satori dan Aan Komariah. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:

Alfabeta, 2014)

Hatta, Mohammad. Alam Pikiran Yunani, (Jakarta: Tintamas, 1986).

Jerome R. Ravertz, Filsafat Ilmu: Sejarah dan Ruang Lingkup Bahasan, (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2004).

Milya Sari dan Asmendri, “Penelitian Kepustakaan (Library Research) dalam

Penelitian Pendidikan IPA”, Jurnal Penelitian Bidang IPA dan Pendidikan IPA 6,

no 01, (2020).

Nurnaningsing Nawawi, Tokoh Filsuf Dan Era Keemasan Filsafat, (Makassar : Pusaka

Almaida Makassar, 2017).

19
Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat; dan kaitannya dengan kondisi sosio- politik

dari zaman kuno hingga sekarang, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004).

Surajiyo, Filsafat Ilmu dan Perkembangannya Di Indonesia: Suatu Pengantar

(Jakarta: Bumi Aksara, 2007).

Tafsir, Ahmad. Fisafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Caprahal, (Jakarta:

PT Remaja Rodaskarya, 2008).

20

Anda mungkin juga menyukai