Anda di halaman 1dari 7

TUGAS MAKALAH

KONSEP DASAR ILMU DAN FILSAFAT

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 1

 NIRWANA
 JUMARNY
 CHAIRUNNISA
 SRI FAUZIAH

PENDIDIKAN BAHASA MANDARIN


TAHUN AKADEMIK 2016-2017
Alam semesta merupakan tempat berbagai makhluk hidup dan benda tak hidup. Makhluk hidup seperti
manusia dan hewan menjalani kehidupan mereka di alam semesta dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang
mereka miliki. Pengetahuan yang dimiliki hewan adalah pengetahuan berdasarkan insting dan bersifat statis,
sedangkan pengetahuan yang dimiliki manusia bersifat dinamis, terus-menerus berkembang dari zaman ke zaman.
Manusia merupakan makhluk allah yang terpilih diberi anugerah akal oleh allah; dengan akalnya, manusia mencerna
berbagai pengalaman, maupun merenung, melakukan refleksi terhadap pengalamannya, serta melakukan penalaran
dan penelitian terhadap lingkungannya. Kegiatan ini dilakukan manusia sepanjang hidupnya sehingga ia memperoleh
ilmu yang terus dikembangkannya. Inilah yang membedakan kemampuan manusia dengan hewan.

A. ILMU

Menurut Suhartono (2008) secara terminologis ilmu dan science punya pengertian yang sama, yaitu
pengetahuan. Ilmu berasal dari bahasa Arab, alima, yang berarti tahu. Sementara dari bahasa Latin, berasal dari kata
scio, scire yang artinya tahu. Ilmu adalah akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dun yang pada
prinsipnya dapat diamati oleh pancaindra. Atau bisa juga dikatakan berdasarkan pengalaman(terutama yang
diperoleh dari penemuan, percobaan, pengamatan yang telah dilakukan.

Sebagai makhluk yang berakal, manusia selalu diliputi oleh hasrat ingin tahu. Oleh sebab itu, pengetahuan
dimulai dari hasrat ingin tahu. Semakin kuat hasrat ingin tahu manusia, maka semakin banyak pengetahuannya.
Berbagai pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar yang dilakukan manusia membuat manusia mampu
membuka rahasia alam yang ada di balik struktur yang tersembunyi.

Ilmu dan pengetahuan berkaitan erat dengan penalaran manusia, yang mana kemampuan penalaran
menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan tahasia kekuatan manusia itu
sendiri.

Pada dasarnya, ilmu mempunyai dua macam objek yaitu objek material dan objek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti manusia adalah sasaran dari penyelidikan ilmu
pendidikan, ilmu sosial, dan psikologi. Tubuh manusia menjadi sasaran ilmu kedokteran, ilmu farmasi, dan ilmu-ilmu
lainnya yang berhubungan. Objek formal yaitu ilmu yang berkaitan dengan pendekatan dan metode yang digunakan
dalam melakukan pemahaman dan penyelidikan terhadap objek material ilmu. Pada hakikatnya, pendekatan dan
metode tersebut dapat terbagi ke dalam tiga kelompok yaitu:

 Pendekatan deduktif, yang menghasilkan metode-metode penyelidikan atau penelitian berbasis


penalaran deduktif.
 Pendekatan induktif dan metode penelitian yang berbasis penalaran induktif.
 Pendekatan yang menggabungkan penalaran deduktif dan induktif atau biasa disebut mix method.

1. Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Menurut Preus (2007), ilmu merupavkan pengetahuan yang mencoba menafsirkan alam ini
sebagaimana adanya. Karena itu kita tidak bisa melepaskan diri dari masalah yang ada di dalamnya,
dan mau tidak mau, masalah itu akan muncul dalam setiap penjelajahan ilmiah. Ilmu pengetahuan
sangat diperlukan untuk mengarungi kehidupan yang lebih bermanfaat dan berguna bagi masa-masa
selanjutnya.
Pada awalnya ilmu berkembang dari filsafat. Sehingga sering dinyatakan bahwa filsafat
merupakan induk atau ibu dari semua ilmu.
Selanjutnya Suhartono (2008) mengatakan, karena ilmu berkembang dari filsafat, antara
ilmu dan filsafat memiliki pengertian yang berlapis. Hal ini berlangsung untuk jangka waktu yang
lama dalam rentang sejarah perkembangan pemikiran dan pengetahuan manusia. Oleh karena itu,
penting untuk memahami bagaimana hubungan antara keduanya dalam perspektif historis.
Pengetahuan yaitu sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari
kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang
bersumber dari kehendak atau kemauan.
Siswomihardjo (2003) mengemukakan, ada hubungan timbal balik antara ilmu dan filsafat.
Banyak masalah filsafat yang memerlukan landasan pada pengetahuan ilmiah apabila
pembahasannya tidak ingin dikatakan dangkal dan keliru. Ilmu dewasa ini dapat menyediakan bagi
filsafat sejumlah besar bahan yang berupa fakta yang sangat penting bagi perkembangan ide-ide
filsafati yang tepat, sehingga sejalan dengan pengetahuan ilmiah.
Surajiyo (2009) mengatakan, perkembangan ilmu pengetahuan hingga seperti sekarang ini
tidaklah berlangsung secara mendadak, tetapi melalui proses bertahap dan evolutif. Karenanya,
untuk memahami sejarah perkembangan ilmu pengetahuan harus melakukan pembagian atau
klasifikasi secara periodik. Ilmu hanya merupakan salah satu pengetahuan dari sekian banyak
pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas ontologis tertentu.
Dalam setiap periode sejarah perkembangan ilmu pengetahuan menampilkan ciri khas
tertntu. Perkembangan pemikiran secara teoretis senantiasa mengacu kepada peradaban Yunani.
Periodisasi perkembangan ilmu dimulai dari peradaban Yunani dan diakhiri pada zaman
kontemporer.
2. Dasar-dasar ilmu
Fuad dan Hamid (2012) mengatakan ada tiga dasar ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan
aksiologi. Oleh Jujun Suriasumantri (2010) dijelaskan, landasan ontologis membicarakan mengenai
objek apa yang ditelaah ilmu? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek itu? bagaimana hubungan
antara objek tadi dan daya tangkap manusia yang membuahkan pengetahuan? Ontologi berarti
ajaran mengenai yang ada atau segala sesuatu yang ada. Dengan kata lain, tema ontologi yaitu tema
yang membahas masalah keberadaan tentang sesuatu.
Selanjutnya, landasan epistemologi membahas menganai bagaimana proses yang
memungkinkan ditimbanya pengetahuan yang berupa ilmu? Bagaimana prosedurnya? Hal-hal apa
yang harus diperhatikan agar mendapatkan pengetahuan yang benar? Apakah kriterianya? Apa yang
disebut kebenaran itu? adakah kriterianya? Cara/teknik/sarana/ apa yang membantu kita dalam
mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu? Dengan kata lain, epistemologi yaitu tema yang
mengkaji tentang pengetahuan. Dalam pembahasan epistemologi, dibalas berbagai hal seperti batas
pengetahuan, sumber pengetahuan, serta kriteria tentang kebenaran.
Berikutnya, landasan aksiologis membahas pertanyaan untuk apa pengetahuan yang berupa
ilmu itu digunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dan kaidah-kaidah moral?
Bagaimana penentuan objek yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana kaitan
antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma
moral dan profesional. Jadi, aksiologi membahas tentang masalah nilai atau norma yang berlaku
pada kehidupan manusia.

B. FILSAFAT

Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia, yang terdiri dari dua suku kata yaitu philos dan shopia.
Philos berarti cinta dan sophia berarti kebijaksanaan. Oleh sebab itu, secara etimologis filsafat berarti “love is
wisdom”. Dalam bahasa Arab, filsafat disebut dengan kata falsafah, yang saat ini menjadi kata dalam bahasa
Indonesia. Dalam bahasa Inggris, filsafat disebut dengan kata philosophy. Filsafat pada hakikatnya berkaitan dengan
cara mencari kebenaran yang menjadi pemicu manusia berpikir, melakukan pengamatan dan berbagai penelitian.
Berikut beberapa definisi filsafat seperti yg dikemukakan oleh ahli filsafa atau filsuf sebagai berikut :
1. Socrates mendefinisikan filsafat sebagai suat proses yang mempertanyakan ttg arche atau dasar atau
awal mula atau asal usul alam dan berusaha menjawabnya dengan menggunakan logos atau rasio dan
tidak mempercayai lagi hal-hal yang berkaitan dengan mitos atau legenda. Dengan demikian, filsafat
adalah penyelidikan yang dilakukan dalam rangka memahami hakikat alam dan realitasnya dengan
mengandalkan akal budi.
2. Plato (427-347 SM) mengatakan filsafat adalah pengetahuan tentang segala yang ada, filsafat yaitu ilmu
pengetahuan yang dapat memenuhi keinginan mereka yang berminat mencapai kebenaran yang
sesungguhnya. Dan mendefinisikan filsafat sebagai penyelidikan tentang sebab-sebab dan asas-asas yang
paling akhir dari segala sesuatu yang ada.
3. Aristoteles (384-322 SM) dia mengatakan filsafat melakukan telaah tentang sebab dan asas segala benda.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliput kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu metafisika,
logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Dan mendefinisikan filsafat sebagai suatu upaya
mencari prinsip-prinsip dan penyebab-penyebab berbagai realitas yang ada.
4. Rene Descartes (2590-1650) mendefinisikan filsafat sebagai himpunan dari segala pengetahuan yang
pangkal penyelidikannya berkaitan dengan Tuhan, alam, manusia.
5. Al-Farabi , seorang filsuf muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata bahwa filsafat adalah ilmu tentang
alam maujud dan bertujuan menyelidiki hakikat yang sebenarnya.
6. Ibnu Rusyd mengemukakan bahwa filsafat merupakan pengetahuan otonom yang perlu dikaji oleh
manusia karena ia dikaruniai akal. Al-Qur’an mewajibkan manusia berfilsafat untuk menambah dan
memperkuat keimanan kepada Tuhan.
7. Titus mendefinisikan filsafat sebagai suatu proses pemikiran terhadap yang benar yang bersifat kritis,
terbuka, toleran, bersedia meninjau masalah dari berbagai sudut tanpa prasangka.
8. Immanuel Kant (1724-1804), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menjadi pokok dan pangkal dari
segala pengetahuan yang tercakup di dalamnya metafisika, etika, agama, dan antropologi.
9. Marcus Tulliu Cicero (106-43 SM) mengatakan, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang sesuatu yang
maha agung dan usaha untuk mencapainya.
10. Fuad Hasan, menyatakan bahwa filsafat adalah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal dalam arti mulai dari
radic suatu gejala dari akar suatu hal yang hendak dimasalahkan, dan dengan jalan penjajakan yang
radikal filsafat berusaha untuk sampai kepada kesimpulan yang universal.
11. Rosenberg, menyatakan bahwa filsafat berkenaan dengan dua pertanyaan, yaitu pertama pertanyaan
tentang ilmu, yakni fisika, biologi, dan sosial.
Bertitik tolak dari berbagai definisi tersebut maka filsafat dapat didefinisikan sebagai berikut:
“Filsafat adalah suatu proses mencari kebenaran yang hakiki tentang Tuhan, alam, dan manusia. Kebenaran
tersebut diperoleh dengan jalan melakukan perenungan dan penyelidikan yang dilaksanakan melalui pengamatan,
penyelidikan, dan penelitian. Pengamatan, penyelidikan, dan penelitian dilakukan dengan pendekatan dan penalaran
deduktif, induktif atau gabungan keduanya yang dilakukan secara kritis, terbuka, toleran, ditinjau dari berbagai sudut
pandang tanpa prasangka, bebas dari mitos, dan legenda.”

Filsafat diibaratkan sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pendaratan pasukan infantri.
Pasukan infantri adalah sebagai pengetahuan yang di antaranya adalah ilmu. Filsafatlah yang memenangkan tempat
berpijak bagi keilmuan. Telaah filsafat menyangkut proses berpikir filsafat yang memiliki karakteristik sebagai
berikut.
1. Berpikir Radikal
Berfilsafat adalah berpikir atau melakukan penelaahan secara radikal yang berarti tidak pernah terpaku
pada fenomena entitas tertentu atau wujud realitas tertentu.
2. Mencari Asas
Filsafat bukan hanya proses mencari kebenaran yang hanya mengacu kepada bagian tertentu dari
realitas melainkan secara keseluruhan. Pada zaman Socrates dan Plato asas kebenaran adalah ide yang
dilakukan dengan dialektika-kritis melalui penalaran deduktif. Namun kemudian, Aristoteles
mengemukakan asas kebenaran melalui pengamatan yang dilakukan melalui penalaran induktif.
3. Memburu Kebenaran
Filsafat adalah proses memburu kebenaran dari hakikat seluruh realitas dan setiap hal yang dapat
dipermasalahkan. Oleh sebab itu, berfilsafat adalah memburu kebenaran tentang segala sesuatu.
4. Mencari Kejelasan
Salah satu penyebab lahirnya filsafat adalah keraguan. Untuk menghilangkan keraguan perlu dicari
berbagai penjelasan mengenai seluruh realitas. Kejelasan berarti dapat dijelaskan secara tuntas, tidak
bersifat mistik, serba rahasia atau kabur, dan gelap.
5. Berpikir Rasional
Telaah filsafat yang bersifat radikal, mencari asal, memburu kebenaran, dan mencari kejelasan tidak
mungkin dapat dilakukan tanpa proses berpikir rasional. Berpikir rasional berarti berpikir logis, kritis,
dan sistematis.
Filsafat, terutama filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke-7 SM. Filsafat muncul ketika
orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak
menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan. Filsafat adalah studi tentang
seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat
tidak didalami dengan melakukan eksperimen dan percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis,
mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu.
Akhir dari proses itu dimasukkan ke dalam suatu dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika
berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan suatu ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filsafat menjadi suatu ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat,
yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran, dan ketertarikan.
Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh
oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal. Banyak yang bertanya mengapa filsafat
muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab lain kala itu, seperti Babilonia, Yudea (Israel), atau Mesir.
Jawabannya sederhana. Di Yunani tidak seperti di daerah lainnya, tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual
orang lebih bebas. Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir
barat Turki. Tetapi para filsuf Yunani yang terbesar tentu saja antara lain : Socrates, Plato, dan Aristoteles. Socrates
iadalah guru Plato sedangkan Aristoteles ialah murid Plato. Bahkan ada yang berpendapat bahwa sejarah filsafat
tidak lain hanyalah “komentar-komentar karya Plato belaka.” Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar
pada sejarah filsafat. Buku karangan Plato yang terkenal yaitu berjudul Etika, Republik, Apologi, Phaedo, dan Krito.

Bertitik tolak dari berbagai pembahasan yang telah dilakukan pada bagian sebelumnya dapat diketahui
bahwa berfilsafat adalah suatu proses mencari hakikat kebenaran tentang realitas secara menyeluruh. Proses
tersebut mencakup lima dimensi yaitu mana yang disebut salah dan mana yang disebut benar (logika), mana yang
dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), apa yang termasuk indah dan apa yang tidak indah (estetika),
tentang hakikat kebenaran zat, tentang hakikat pikiran dan kaitannya antara zat dan pikiran yang terangkum dalam
metafisika dan tentang politik yaitu kajian mengenai organisasi sosial dan pemerintahan yang ideal. Berdasarkan hal
tersebut maka cabang-cabang filsafat sebagai berikut:
 Epistemologi (filsafat pengetahuan)
 Filsafat Moral
 Filsafat Seni
 Metafisika
 Filsafat Pemerintahan
 Filsafat Agama
 Filsafat Ilmu
 Filsafat Pendidikan
 Filsafat Hukum
 Filsafat Sejarah
 Filsafat Matematika

C. KESIMPULAN DAN SARAN


a. Kesimpulan
Ilmu merupakan akumulasi pengetahuan yang sistematis, suatu pendekatan atau metode
pendekatan terhadap selurub dunia empiris dan mencakup tiga dasar ilmu yaitu ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Ketiga dasar ilmu ini menunjukkan bahwa manusia dalam hidupnya harus
dapat memahami apa yang akan dilakukan, bagaimana melakukan hal itu, dan untuk apa hal itu
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Sedangkan Filsafat adalah suatu proses mencari kebenaran yang hakiki tentang Tuhan, alam, dan
manusia. Kebenaran tersebut diperoleh dengan jalan melakukan perenungan dan penyelidikan yang
dilaksanakan melalui pengamatan, penyelidikan, dan penelitian.

filsafat sesungguhnya mencakup seluruh ilmu pengetahuan, kemudian berkembang sedemikian


rupa menjadi semakin rasional dan sistematis. Seiring dengan perkembangan itu, wilayah pengetahuan
manusia semakin luas dan bertambah banyak, tetapi juga semakin mengkhusus atau spesifik. Lalu
lahirlah berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang satu persatu mulai memisahkan diri dari filsafat.
b. Saran
Sudah selayaknya kita mengoptimalkan akal kita untuk berpikir yang lebih positif. Jangan sampai
kita memanjakan akal kita dengan berpikir lebih negatif, terutama untuk kalangan muda. Sesekali kita
harus mengasah kemampuan kita untuk mempelajari ilmu dan filsafat secara dalam.
Telah dikemukakan di atas bahwa penjelasan mengenai ilmu dan filsafat itu sangat luas atau
complex. Jadi kami merasa ilmu dan filsafat tiada habisnya jika ingin dijelaskan, dan keterkaitan Ilmu
dan Filsafat membuat kami berpikir bahwa apa yang kita pelajari saat ini merupakan suatu hal yang
harus memiliki pemahaman yang tinggi untuk memahaminya.
Kita harus memiliki niat yang besar dalam menelaah suatu hal atau mencari solusi dalam suatu
masalah untuk menyelesaikan segala persoalan, meski terkadang kita tidak menemukannya. Karena
seseorang yang mampu berpikir lebih dalam maka dia mempunyai pandangan yang luas

Anda mungkin juga menyukai