Anda di halaman 1dari 8

Nama: Adi Pamungkas.

NIM: 2111048

Kelas: A Manajemen

BAB 1

RUANG LINGKUP FILSAFAT

A. Ilmu Sebagai Objek Kajian Filsafat

setiap ilmu memiliki dua macam objek, yaitu objek material dan objek formal. Objek material
adalah sesuatu yang dijadikan sasaran penyelidikan, seperti tubuh manusia adalah objek material
ilmu kedokteran. Adapun objek formalnya adalah metode untuk memahami objek material
tersebut, seperti pendekatan induktif dan deduktif. Objek material filsafat adalah segala yang ada.
Segala yang ada mencakup ada yang tampak dan ada yang tidak tampak. Ada yang tampak adalah
dunia empiris, sedangkan ada yang tidak tampak adalah alam metafisika.

B. Pengertian Filsafat Ilmu

Filsafat dalam bahasa Inggris, yaitu: philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari bahasa
Yunani: philosophia, yang terdiri atas dua kata: philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik
kepada) dan sophos (‘hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis,
inteligensi). Jadi, secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of
wisdom).

Pythagoras (572-497 SM) adalah filosof yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia
mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe: mereka yang mencintai.
Kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan.

Aristoteles (384-332 SM), tokoh utama filosof klasik, mengatakan bahwa filsafat menyelidiki
sebab dan asas segala terdalam dari wujud. Karena itu, ia menamakan filsafat dengan “teologi”
atau “filsafat pertama”.

Adapun beberapa ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain adalah:

1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan
dibuktikan. Berbeda dengan iman, yaitu pengetahuan didasarkan atas keyakinan kepada
yang gaib dan penghayatan serta pengalaman pribadi.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah meng- artikan kepingan pengetahuan satu
putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke
objek (atau alam objek) yang sama dan saling berkaitan secara logis. Karena itu, koherensi
sistematik adalah hakikat ilmu.
Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli, di antaranya adalah:

 Mohammad Hatta, mendefinisikan ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan
hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut
kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunan- nya dari dalam.

 Ralph Ross dan Ernest Van Den Haag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional,
umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
Harsojo, Guru besar antropolog di Universitas Pajajaran, menerangkan bahwa ilmu adalah:

1. Merupakan akumulasi pengetahuan yang disistemasikan.

2. Suatu pendekatan atau metode pendekatan terhadap seluruh dunia empiris, yaitu dunia
yang terikat oleh faktor ruang dan waktu, dunia yang pada prinsipnya dapat diamati oleh
panca indera manusia.

3. Suatu cara menganalisis yang mengizinkan kepada ahli- ahlinya untuk menyatakan sesuatu
proposisi dalam bentuk: "Jika..., maka...".
Dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat
tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan
kumulatif (bersusun timbun).

Adapun perbedaan antara ilmu dan pengetahuan ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang
terklasifikasi, tersistem dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris.
Pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik
maupun fisik.

Setelah dipahami pengertian filsafat, ilmu, dan pengetahuan, maka dapat disimpulkan bahwa
filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu
perlu menjawab beberapa persoalan berikut:

1. Pertanyaan landasan ontologis:


Objek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana
korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa, dan
mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari landasan onto- logis ini adalah dasar untuk
mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu.
2. Pertanyaan landasan epistemologis:
Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi
ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri?
Apakah kriterianya? Cara/ teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan
pengetahuan yang berupa ilmu?
3. Pertanyaan landasan aksiologis
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu diperguna kan? Bagaimana kaitan antara
cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan
metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik
prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
 Persamaan dan Perbedaan Filsafat dan Ilmu
Persamaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:

1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki objek selengkap-lengkapnya


sampai ke akar-akarnya.

2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara
kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-sebabnya.

 Adapun perbedaan filsafat dan ilmu adalah sebagai berikut:


1. Objek material (lapangan) filsafat itu bersifat universal (umum), yaitu segala sesuatu yang
ada (realita) sedangkan objek material ilmu (pengetahuan ilmiah) itu bersifat khusus dan
empiris.
2. Objek formal (sudut pandangan) filsafat itu bersifat non- fragmentaris, karena mencari
pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar.
Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif.

C. TUJUAN FILSAFAT ILMU

Tujuan filsafat ilmu adalah:

1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita dapat memahami sumber,
hakikat dan tujuan ilmu.

2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan ilmu di berbagai bidang,


sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secara historis.

3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tinggi,
terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.

4. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami ilmu dan
mengembangkannya.

5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada
pertentangan.
BAB 2

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU

A. LANDASAN ILMU PADA ZAMAN YUNANI

Periode filsafat Yunani merupakan periode sangat penting dalam sejarah peradaban manusia
karena pada waktu ini terjadi perubahan pola pikir manusia dari mitosentris menjadi logosentris.
Pola pikir mitosentris adalah pola pikir masyarakat yang sangat mengandalkan mitos untuk
menjelaskan fenomena alam, seperti gempa bumi dan pelangi. Gempa bumi tidak dianggap
fenomena alam biasa, tetapi Dewa Bumi yang sedang menggoyangkan kepalanya. Namun, ketika
filsafat diperkenalkan, fenomena alam tersebut tidak lagi dianggap sebagai aktivitas dewa, tetapi
aktivitas alam yang terjadi secara kausalitas.

B. PERKEMBANGAN ILMU ZAMAN ISLAM

Pandangan Islam tentang pentingnya ilmu tumbuh bersamaan dengan munculnya Islam itu
sendiri. Ketika Rasulullah Saw. Menerima wahyu pertama, yang mula-mula diperintahkan
kepadanya adalah “membaca”.

C. ILMU ZAMAN RENAISANS DAN MODERN

 Masa Renaisans (Abad ke-15-16)


Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi per- kembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan
gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi gereja Katolik Roma, bersamaan dengan
berkembangnya Humanisme.

D.KEMAJUAN ILMU ZAMAN KONTEMPORER

Yang dimaksud dengan zaman kontemporer dalam konteks ini adalah era tahun-tahun terakhir
yang kita jalani hingga saat sekarang ini. Hal yang membedakan pengamatan tentang ilmu di zaman
modern dengan zaman kontemporer adalah bahwa zaman modern adalah era perkembangan ilmu
yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer memfokuskan sorotannya
pada berbagai perkembangan terakhir yang hingga saat sekarang.

BAB 3

PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

A.DEFINISI DAN JENIS PENGETAHUAN

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu knowledge. Dalam
Encyclopedia of Phisolophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar
(knowledge is justified true belief).
Sedangkan secara terminologi akan dikemukakan beberapa definisi tentang pengetahuan. Menurut
Drs. Sidi Gazalba, pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu
tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua
milik atau isi pikiran.

B. HAKIKAT DAN SUMBER PENGETAHUAN

Pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia karena
manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan secara sungguh-
sungguh. Binatang juga mempunyai pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas untuk
kelangsungan hidupnya (survival).

Ada dua teori untuk mengetahui hakikat pengetahuan itu, yaitu:

a. Realisme

Teori ini mempunyai pandangan realistis terhadap alam. Pengetahuan menurut realisme adalah
gambaran atau kopi yang sebenarnya dari apa yang ada dalam alam nyata (dari fakta atau hakikat).

b. Idealisme

Ajaran idealisme menegaskan bahwa untuk mendapatkan pengetahuan yang benar-benar sesuai
dengan kenyataan adalah mustahil. Pengetahuan adalah proses-proses mental atau proses
psikologis yang bersifat subjektif.

2. Sumber Pengetahuan

Pengetahuan yang ada pada kita diperoleh dengan menggunakan berbagai alat yang merupakan
sumber pengetahuan tersebut. Sumber pengetahuan antara lain:

a. Empirisme

Kata ini berasal dari kata Yunani empeirikos, artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia
memperoleh penge- tahuan melalui pengalamannya.

b. Rasionalisme

Aliran ini menyatakan bahwa akal adalah dasar kepastian pengetahuan. Pengetahuan yang benar
diperoleh dan diukur dengan akal.

c.Intuisi

Menurut Henry Bergson intuisi adalah hasil dari evolusi pemahaman yang tertinggi. Menurutnya,
intuisi mengatasi sifat lahiriah pengetahuan simbolis, yang pada dasarnya bersifat analisis,
menyeluruh, mutlak, dan tanpa dibantu oleh penggambaran secara simbolis.
C. UKURAN KEBENARAN

Secara umum orang merasa bahwa tujuan pengetahuan adalah untuk mencapai kebenaran, namun
masalahnya tidak hanya sampai di situ saja. Problem kebenaran inilah yang memacu tumbuh dan
berkembangnya epistemologi. Telaah epistemologi terhadap "kebenaran" membawa orang kepada
sesuatu kesimpulan bahwa perlu dibedakan adanya tiga jenis kebenaran, yaitu kebenaran
epistemologis, kebenaran ontologis, dan kebenaran semantis.

D.KLASIFIKASI DAN HIERARKI ILMU

Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu berguna dan yang tak berguna. Kategori ilmu
yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, geografi,
logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai ilmu keagamaan. Ilmu sihir, alkemi
dan yang numerologi (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkan ke dalam golongan
cabang-cabang ilmu tidak berguna.

BAB 4

DASAR-DASAR ILMU

A.ONTOLOGI

Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani: On = being, dan Logos = logic. Jadi Ontologi adalah
The theory of being qua being (teori tentang keberadaan sebagai keberadaan).3 Louis O.Kattsoff
dalam Elements of Filosophy mengatakan, Ontologi itu mencari ultimate reality dan menceritakan
bahwa di antara contoh pemikiran ontologi adalah pemikiran Thales, yang berpendapat bahwa
airlah yang menjadi ultimate subtance yang mengeluarkan semua benda.

B.EPISTEMOLOGI

Epistemologi atau teori pengetahuan ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan
lingkup pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dan dasar-dasarnya serta pertanggungjawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.

C.AKSIOLOGI

Aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi
aksiologi adalah "teori tentang nilai". Sedangkan arti aksiologi yang terdapat di dalam bukunya
Jujun S. Suriasumantri Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer bahwa aksiologi diartikan sebagai
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
BAB 5

SARANA ILMIAH

A.BAHASA

Bahasa memegang peranan penting dan suatu hal yang lazim dalam hidup dan kehidupan manusia.
Adapun yang diutarakan oleh Ernest Cassirer, sebagaimana yang dikutip oleh Jujun, bahwa
keunikan manusia bukanlah terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada
kemampuannya berbahasa. Oleh karena itu, Ernest menyebut manusia sebagai Animal Symbolicum,
yaitu makhluk yang mempergunakan simbol. Secara generik istilah ini mempunyai cakupan yang
lebih luas dari istilah homo sapiens, sebab dalam kegiatan berpikir manusia mempergunakan
simbol.

1. Fungsi Bahasa

Aliran filsafat bahasa dan psikolinguistik melihat fungsi bahasa sebagai sarana untuk
menyampaikan pikiran, perasaan, dan emosi, sedangkan aliran sosiolinguistik berpendapat bahwa
fungsi bahasa adalah sarana untuk perubahan masyarakat.

B. MATEMATIKA

Banyak sekali ilmu-ilmu sosial sudah memper- gunakan matematika sebagai sosiometri,
psychometri, econometri, dan seterusnya. Hampir dapat dikatakan bahwa fungsi matematika sama
luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan.

1.Matematika sebagai bahasa

Lambang-lambang matematika bersifat “artifisial” yang baru mempunyai arti setelah sebuah
makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka matematika hanya merupakan kumpulan rumus
rumus yang mati.

2.Matematika sebagai sarana berpikir deduktif

Nama ilmu deduktif diperoleh karena penyelesaian masalah-masalah yang dihadapi tidak didasari
atas pengalaman seperti halnya yang terdapat di dalam ilmu-ilmu empirik, melainkan didasarkan
atas deduksi- deduksi (penjabaran-penjabaran).

3.Matematika untuk ilmu alam dan ilmu sosial

Matematika merupakan salah satu puncak kegemilangan intelektual. Di samping pengetahuan


mengenai matematika itu sendiri, matematika juga memberikan bahasa, proses, dan teori yang
memberikan ilmu suatu bentuk dan kekuasaan.

C.STATISTIK
Secara etimologi, kata “statistik” berasal dari kata status (bahasa Latin) yang mempunyai
persamaan arti dengan kata state (bahasa Inggris), yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan
dengan negara. Pada mulanya, kata “statistik” diartikan sebagai “kumpulan bahan keterangan
(data), baik yang berwujud angka (data kuantitatif) maupun yang tidak berwujud angka (data
kuantitatif), yang mempunyai arti penting dan kegunaan yang besar bagi suatu negara”.

D. LOGIKA

Logika adalah sarana untuk berpikir sistematis, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Karena
itu, berpikir logis adalah berpikir sesuai dengan aturan-aturan berpikir, seperti setengah tidak
boleh lebih besar daripada satu.

BAB 6

TANTANGAN DAN MASA DEPAN ILMU

A.KEMAJUAN ILMU DAN KRISIS KEMANUSIAAN

Kemajuan ilmu dan teknologi yang semula bertujuan untuk mempermudah pekerjaan manusia,
tetapi kenyataannya teknologi telah menimbulkan keresahan dan ketakutan baru bagi kehidupan
manusia. Begitu juga kemajuan ilmu dan teknologi, yang semula untuk memudahkan urusan
manusia, ketika urusan itu semakin mudah, maka muncul "kesepian" dan "keterasingan baru, yakni
lunturnya rasa solidaritas, kebersamaan dan silaturrahim.

B.AGAMA, ILMU, DAN MASA DEPAN MANUSIA

Agama dan ilmu dalam beberapa hal berbeda, namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan.
Agama lebih mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), cenderung
eksklusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, tidak terlalu terikat dengan etika,
progresif, bersifat inklusif, dan objektif. Kendati agama dan ilmu berbeda, keduanya memiliki
persamaannya, yakni bertujuan memberi ketenangan dan kemudahan bagi manusia.

Anda mungkin juga menyukai