NPM : 2010010817
1. Apa yang dimaksud dengan filsafat, jelaskan baik secara bahasa maupun istilah?
Jawaban:
Filsafat berasal dari bahasa Yunani kuno “philosophia”, dari akar kata philo berarti cinta,
dan sophia yang berarti kebijaksanaan atau hikmah. Jadi filsafat secara etimologi (bahasa)
berarti Love of Wisdom (Cinta kepada kebijaksanaan atau kearifan). Pengertian
filsafat secara terminologi (istilah) sangat beragam. Bagi Socrates (469-399 SM) filsafat
ialah kajian mengenai alam semesta ini secara teori untuk mengenal diri sendiri.
Sedangkan menurut Plato (427-347 SM) dan Aristoteles (384-322 SM) filsafat adalah
kajian mengenai hal-hal yang bersifat asasi dan abadi untuk menghamonikan kepercayaan
mistik atau agama dengan menggunakan akal pikiran.
(Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, Cetakan tanggal 1 September 2019, Hal: 6)
(Buku: Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan , penulis Afifuddin
Harisah, tahun 2018, Hal: 2 )
(Buku: Pengantar Filsafat Ilmu, penulis Suaedi, tahun 2016, Hal: 22-23)
4. Apa yang dimaksud dengan ontologi, dan apakah dasar ontologi bagi ilmu
(science)?
Jawaban:
Ontologi adalah bagian filsafat yang membahas hakekat realitas atau hakekat yang ada,
termasuk hakekat ilmu pengetahuan sebagai sebuah realitas. Ada tiga macam yang ada
(realitas) yang menjadi obyek pemikiran filsafat, yaitu alam fisik (cosmos), manusia
(antropos), dan Tuhan (Teos). Pemikiran mengenai alam fisik menimbulkan filsafat alam
atau kosmologi; pembahasan mengenai manusia menimbulkan fisafat manusia atau
atropologi filsafat; dan pembahasan mengenai Tuhan menimbulkan filsafat ketuhanan
atau teologi. Filsafat alam misalnya, dipersoalkan apakah alam ini pada hakekatnya satu
(monistik) atau banyak (pluralistik), apakah ia bersifat menetap (permanent) atau berubah
(change), apakah ia merupakan sesuatu yang aktual atau hanya kemungkinan (potensial).
(Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, Cetakan tanggal 1 September 2019, Hal: 38)
Dan dasar antologi bagi ilmu (science) adalah tentang hakikat terdalam dari objek
keilmuan.
(Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, Cetakan tanggal 1 September 2019, Hal: 12)
Mengapa rasionalisme dan empirisme menjadi dasar bagi epistemology ilmu (science)
Karena aliran rasionalisme memberi tekanan pada akal (reason) sebagai sumber
pkngetahuan, sedangkan aliran empirisme mengangap bahwa sumber pengetahuan yang
utama adalah pengalaman inderawi manusia (sense experience). Kedua macam sumber
ilmu pengetahuan itu, yaitu akal dan indera, pada dasarnya bersumber pada manusia,
karena akal dan indera itu dimiliki oleh manusia.
(Kuku Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, tanggal Cetakan 1 September 2019, Hal: 64)
6. Apa saja tiga asumsi dasar ilmu mengenai objek empiris, dan mengapa tiga asumsi
dasar ini penting bagi perkembangan ilmu?
Jawaban:
Tiga asumsi dasar ilmu mengenai objek empiris :
1) Asumsi pertama menganggap obyek-obyek tertentu mempunyai keserupaan satu
sama lain, umpamanya dalam hal bentuk, struktur, sifat dan sebagainya.
2) Asumsi yang kedua adalah anggapan bahwa benda tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu tertentu.
3) Asumsi yang ketiga adalah Determinisme. Determinisme dalam pengertian ilmu
mempunyai konotasi yang bersifat peluang (probabilistic)
Tiga asumsi dasar ini penting bagi pengembangan ilmu karena untuk mendapatkan
pengetahuan ini ilmu membuat beberapa andaian (asumsi) mengenai objek-objek empiris.
Asumsi ini perlu, sebab pernyataan asumtif inilah yang memberi arah dan landasan bagi
kegiatan penelaahan kira. Sebuah pengetahuan baru dianggap benar selama kita bisa
menerima asumsi yang dikemukakannya.
(Makalah: Filsafat Ilmu Kelompok 8 Peluang, dibuat oleh Asep Jaenudin dan Franscy)
(Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, Cetakan tanggal 1 September 2019, Hal: 65)
10. Apa yang dimaksud dengan aksiologi ilmu? Mengapa penggunaan ilmu berwajah
ganda, baik dan buruk?
Jawaban :
Aksiologi yang mempersoalkan tentang nilai-nilai kehidupan. Axiologi disebut juga
filsafat nilai, yang meliputi meliputi: etika, estetika, dan religi.
(Buku: Filsafat Ilmu Pengetahuan Perspektif Barat dan Islam, penulis Darwis
A.Soelaiman, Cetakan tanggal 1 September 2019, Hal: 12)
Penggunaan ilmu berwajah ganda baik dan buruk karena nilai kegunaan ilmu tidak lepas
dari kaidah-kaidah moral dan prosedur ilmiah yang tepat, kegunaan suatu ilmu bisa
menimbulkan efek posistif dan negatif sehingga struktur penilaian harus memenuhi
kaidah moral demi mencapai pengetahuan yang benar dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia.
(Jurnal: Aliran Rasionalisme dan Empirisme dalam Kerangka Ilmu Pengetahuan, Susanti
Vera1, R. Yuli dan A. Hambal, 2021, Hal: 67)