Anda di halaman 1dari 22

Nama : Dorothea Mantiri (2111036)

Kelas A Manajemen
Ringkasan Buku Filsafat Ilmu : Sebuah Pengantar Populer Oleh
Jujun S. Suariasumantri

BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

1.1 Ilmu dan Fisafat


Pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan
filsafat dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat didorong untuk mengetahui apa yang
telah kita tahu dan apa yang kita belum tahu. Berfilsafat berarti berendah hati bahwa tidak
semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tak terbatas ini.
Berfilsafat tentang ilmu berarti kita berterus terang kepada diri kita sendiri apakah
sebenarnya yang saya ketahui tentang ilmu? Apakah cirri-cirinya yang hakiki yang
membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya yang bukan ilmu? Mengapa
kita mesti mempelajari ilmu ? Dsb.

1.2 Karakteris Filsafat


1. Menyeluruh : tidak puas mengenali ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
2. Mendasar : tidak percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar.
3. Spekulatif : mencurigai atau memilih buah pikir yang dapat kita andalkan.

1.3 Filsafat: Peneratas Pengetahuan


Filsafat merupakan langkah awal untuk mengetahui segala pengetahuan.Semua ilmu baik
ilmu alam maupun ilmu soaial, bertolak dari pengembangannya bermula sebagai filsafat.
Sekiranya kita sadar bahwa filsafat adalah marinir bukan pionir karena bukan pengetahuan
yang bersifat merinci.
1.4 Bidang Telaah Filsafat
Filsafat menelaah segala masalah yang mungkin dapat dipikirkan oleh manusia. Sesuai
dengan fungsinya sebagai pionir dia mempermasalahkan hal-hal yang pokok, terjawab
masalah yang satu diapun mulai merambah

1.5 Cabang Cabang Filsafat


Cabang cabang Filsafat Adalah Epistimologi (Filsafat Pengetahuan), Etika (Filsafat Moral),
Etestika (Filsafat Seni), Metafisika, Politik (Filsafat Pemerintahan), Filsafat Agama, Filsafat
Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah Dan Filsafat Matematika.

1.6 Filsafat ilmu


Filsafat ilmu merupakan bagian dari epistimologi yang secara spesifik mengkaji hakikat ilmu
(pengetahuan ilmiah). Filsafat Ilmu dibagi menjadi filsafat ilmu-ilmu alam dan filsafat ilmu-
ilmu social, namun tidak terdapay perbedaan yang prinsipil antara ilmu-ilmu alam dan ilmu-
ilmu social dimana keduanya memiliki cirri-ciri keilmuan yang sama.

1.7 Kerangka Pengkajian Buku


Pembahasan buku ini ditunjukan kepada orang awam yang ingin mengetahui aspek
kefilsafatan dari bidang keilmuan dan bukan ditujukan kepada mereka yang menjadikan
filsafat ilmu sebagai bidang keahlian. Pada dasarnya buku ini mencoba membahas
aspek ontologis, epistimologis dan aksiologis keilmuan sambil membandingkan dengan
beberapa pengetahuan lain.
Dalam kaitan-kaitan ini akan dikaji hakikat beberapa saran berpikir ilmiah yakni, bahasa,
logika, matematika dan statistika. Setelah itu dibahas beberapa aspek yang berkaitan erat
dengan kegiatan keilmuan seperti aspek moral, sosial, pendidikan dan kebudayaan.
Akhirnya buku ini ditutup dengan pembahasan mengenai struktur penelitian dan penulisan
ilmiah dengan harapan agar dapat membantu mereka yang berkarya dalam bidang
keilmuan.
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN

2.1 Penalaran
Penalaran adalah berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Dengan penalaran
inilah manusia mampu mengembangkan pengetahuannya dengan cepat dan mantap.
Disamping itu manusia juga mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi
dan jalan pikiran yang melatarbelakangi informasi tersebut.
2.2 Hakikat Penalaran.
Penalaran mempunyai ciri-ciri: proses berpikir logis atau dan analitis.Penalaran juga
merupakan suatu proses berfikir dalam menarik kesimpulan yang berupa ilmu pengetahuan.
2.3 Logika
Logika didefinisikan sebagai pengkajian untuk berpikir secara sahih (Valid). Logika berguna
dalam proses penenarikan kesimpulan. Logika dibagi menjadi logika induktif dan logika
deduktif.
2.4 Sumber Pengetahuan
Sumber Pengetahuan, pada dasarnya terdapat dua cara kita mendapatkan pengetahuan
yang benar yaitu mendasarkan diri pada rasio atau disebut rasionalisme dan mendasarkan
diri pda pengalaman atau disebut empirisme, namun masih terdapat cara lain
yaitu intusi (pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu)
dan wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh tuhan kepada manusia lewat
perantara nabi-nabi yang diutusnya).
1. Kriteria Kebenaran:
1.Teori Koherensi yaitu suatu pernyataan dianggap benar bila pernyataan itu bersifat
koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap
benar. Misalnya bila kita menganggap bahwa, "semua manusia pasti akan mati"
adalah suatu pernyataan benar maka pernyataan bahwa, "si polan adalah seorang
manusia dan si polan pasti akan mati" adalah benar pula karena kedua pernyataan
kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama.
2.Teori Korespondensi yang ditemukan oleh Bertrand Russell (1872-1970). Suatu
pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu
berkorespondensi (berhubungan) dengan obyek yang dituju oleh pernyataan
tersebut. Misalnya jika seseorang mengatakan bahwa ibukota republik Indonesia
adalah Jakarta maka pernyataan tersebut adalah benar sebab pernyataan itu dengan
obyek yang bersifat faktual yakni Jakarta yang memang menjadi ibukota republik
Indonesia.
3.Teori Pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Pierce (1839-1914). Suatu pernyataan
adalah benar jika pernyataan itu atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai
kegunaan praktis dalam kehidupan manusia.Misalnya jika orang menyatakan sebuah
teori X dalam pendidikan, dan dengan teori X tersebut dikembangkan teknik Y dalam
meningkatkan kemampuan belajar, maka teori X itu dianggap benar sebab teori X ini
fungsional dan mempunyai kegunaan.
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI

3.1 Metafisika
Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap
pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah.

3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika


1. Supernaturalisasi adalah paham yang menyatakan bahwa terdapat ujud-ujud bersifat gaib
(supernatural) dan ujud-ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebikuasa dibandingkan dengan
alam yang nyata.
2.Naturalisme adalah paham yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak disebabkan
oleh pengaruh kekuatan yang bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam
alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian dapat kita ketahui.

3.3 Asumsi
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena
belum ada fakta pendukung yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi
membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah perlu memiliki
kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki
keabsahan dalam melakukan generalisasi.

3.4 Peluang
Peluang adalah kemungkinan kejadian.

3.5 Beberapa Asumsi Dalam Ilmu


1.Asumsi yang mendasari telah ilmiah
2.Asumsi yang mendasari telaah moral

3.6 Batas-Batas Penjelajahan Ilmu


Batas-Batas Penjelajahan Ilmiah adalah pengalaman manusia dan pengetahuan yang telah
diuji kebenaranya secra empiris.
3.7 Cabang-Cabang Ilmu
Dua cabang utamanya yaitu:
1.Filsafat alam yang kemudian menjadi ilmu-ilmu alam (the natural science)
2.Filsafat moral yang kmudian menjadi ilmu-ilmu sosial (the social science)
Disamping itu terdapat juga : Ilmu Humaniora dan Ilmu Matematika.]
BAB IV
EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR

4.1 Jarum Sejarah Pengetahuan


Jarum Sejarah Pengetahuan pada paktu dulu kriteria kesamaan yang menjadi konsep dasar.
Semua meyatu dalam kesatuan yang batas-batasnya kabur dan mengambang. Tidk terdapat
jarak antara objek yang satu dengan objek yang lain, antara ujud yang satu dengan ujud
yang lain. Konsep dasar ini baru mengalami perubahan fundamental dengan
berkembangnya abad
Penalaran pada pertengahan abad ke 17. Pohon pengetahuan mulai dibeda-bedakan paling
tidak berdasarkan apa yang diketahui, bagaimana cara mengetahuinya dan untuk apa
pengetahuan itu dipergunakan. Berdasarkan objek yang ditelaah mulai dibedakan ilmu-ilmu
alam dan ilmu-ilmu social. Dari cabang ilmu yang satu sekarang ini diperkirakan berkembang
lebih dari 650 cabang disiplin ilmu.

4.2 Pengetahuan
Pengetahuan pada hakekatmya merupakan segenap apa yang kita ketahui tentang suatu
obyek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu. Jadi ilmu merupakan bagian dari
pengetahuan yang diketahui oleh manusia disamping berbagai jenis pengetahuan lainya
seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara
langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita.
Jika ilmu mencoba mengembangkan sebuah model yang sederhana mengenai dunia
empiris dengan mengabstraksikan realitas menjadi beberapa variable yang terikat dalam
sebuah hubungan yang bersifat rasional, maka seni (paling tidak seni sastra), mencoba
mengungkapkan obyek penelaahan itu sehingga menjadi bermakna bagi pencipta dan
mereka yang meresapinya, lewat berbagai kemampuan manusia untuk menangkapnya,
seperti pikiran emosi dan pancaindra.
Seni menurut Moctar Lubis, merupakan produk dari daya inspirasi dan daya cipta manusia
yang bebas dari cengkraman dan belenggu berbagai ikatan. Karya seni bersifat penuh dan
rumit namun tidak bersifat sistematik.
4.3 Metode Ilmiah
Metode Ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu.
Jadi ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak semua pengetahuan disebut ilmu sebab ilmu
merupakan pengetahuan yang cara mendapatkannya harus memenuhi syarat tertentu.
Syarat yang harus dipenuhi agar pengetahuan dapat disebut ilmu tercantum dalam apa yang
dinamakan dengan metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara
bekerjanya pikiran, sehingga pengetahuan yang dihasilkan mempunyai karakteristik tertentu
yang diminta oleh pengetahuan ilmiah, yaitu sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
tubuh pengetahuan yang disusun merupakan pengetahuan yang dapat diandalkan.
Dalam hal ini metode ilmiah mencoba menggabungkan cara berpikir deduktif dan induktif
dalam membangun tubuh pengetahuannya. Proses kegiatan ilmiah menurut Ritchie Calder
dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Sehingga, karena masalah ini berasal dari dunia
empiris, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek yang
bersangkutan yang bereksistensi dalam dunia empiris pula.
Karena masalah yang dihadapinya adalah nyata maka ilmu mencari jawaban pada dunia
yang nyata pula. Ilmu dimulai dengan fakta dan diakhiri dengan fakta pula, apapun juga
teori yang menjembataninya (Einstein).
Teori merupakan suatu abstraksi intelektual dimana pendekatan secara secara rasional
digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan suatu penjelasan
rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Adapun tahapan dalam
kegiatan ilmiah, yaitu:
1.Perumusan Masalah
2.Penyusunan kerangka berpikir
3.Perumusan hipotesis
4.Pengujian hipotesis
5.Penarikan kesimpulan.

4.4 Struktur Pengetahuan Ilmiah


Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah merupakan pengetahuan yang
memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah
atau ilmu. Ada pun struktur pengetahuan ilmiah sebagai berikut :
1.Teori yang merupakan pengetahuan ilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu
faktor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.
2.Hukum yang merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variabel atau
lebih dalam suatu kaitan sebab akibat.
3.Prinsip yang dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi
sekelompok gejala-gejala tertentu yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi.
4.Postulat yang merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut
pembuktiannya.
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH

5.1 Sarana Berpikir Ilmiah


Untuk dapat melakukan kegiatan berpikir ilmiah demham baik, maka diperlukan sarana
yang berupa bahasa, logika, matematika dam statistika.

5.2 Bahasa
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan
terletak pada kemampuan berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara
sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa kemampuan berbahasa manusia tidak
menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat mengkomunikasikan
pengetahuan kepada orang lain.
Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif,
demikian jika kita menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur informatif.
Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah pikiran, perasaan dan sikap

5.3 Matematika
Matematika merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan
yang kita sampaikan, lambang dari matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika
diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif dan sebagai sarana
berpikir deduktif.

5.4 Statistika
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak
dikenal dalam pemikiran Yunani Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan.
Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam aljabar yang dikembangkan
sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu
populasi tertentu. Statistika memberikan cara untuk dapat menaruk kesimpulan yang
bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari populasi yang bersangkutan.
Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut.

BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

6.1 Ilmu dan Moral


Benarkah bahwa makin cerdas, maka makin pandai kita menemukan kebenaran, makin
benar maka makin baik pula perbuatan kita? Apakah manusia mempunyai penalaran tinggi,
lalu makin berbudi, sebab moral mereka dilandasi oleh anlisis yang hakiki, atau sebaliknya
makin cerdas maka makin pandai pula kita berdusta?. Masalah moral berkaitan dengan
metafisika keilmuan, maka dalam tahap manipulasi ini masalah moral berkaitan dengan cara
penggunaan pengetahuan ilmiah.
Ontologi diartikan sebagai pengkajian mengenai hakikat realitas dari objek yang di telaah
dalam membuahkan pengetahuan, aksiologi diartikan sebagai teori nilai yang berkaitan
dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh. Sokrates minum racun, John Huss
dibakar sebagai contoh betapa ilmuan memiliki landasan moral, jika tidak ilmuan sangat
mudah tergelincir dalam prostitusi intelektual.

6.2 Tanggung Jawab Sosial Ilmuan


Seorang ilmuan mempunyai tanggung jawab sosial di bahunya. Bukan saja karena ia adalah
warga masyarakat yang kepentingannya terlibat secara langsung dengan di masyarakat yang
yang lebih penting adalah karena dia mempunyai fungsi tertentu dalam keberlangsungan
hidup manusia.
Sampai ikut bertanggung jawab agar produk keilmuannya sampai dan dapat dimanfaatkan
oleh masyarakat. Sikap sosial seorang ilmuan adalah konsisten dengan proses penelaahan
keilmuan yang dilakukan. Sering dikatakan bahwa ilmu itu bebas dari sistem nilai. Ilmu itu
sendiri netraldan para ilmuanlah yang memberikannya nilai.

6.3 Nuklir dan Pilihan Moral


Seorang ilmuan secara moral tidak akam membiarkan hasil penemuannya dipergunakan
untuk menindas bangsa lain meskipun yang mempergunakan itu adalah bangsanya sendiri.
Seorang ilmuan tidak boleh berpangku tangan, dia harus memilih sikap, berpihak pada
kemanusiaan. Pilihan moral memang terkadang getir sebab tidak bersifat hitam di atas
putih. Seperti halnya yang terjadi pada Albert Einstein diperintahkan untuk membuat bom
atom oleh pemerintah negaranya.
Seorang ilmuan tidak boleh menyembunyikan hasil penemuannya, apapun juga bentuknya
dari masyarakat luas serta apapun juga konsekuensi yang akan terjadi dari penemuannya
itu. Seorang ilmuan tidak boleh memutar balikkan temuannya jika hipotesis yang dijunjung
tinggi tersusun atas kerangkan pemikiran yang terpengaruh preferensi moral ternyata
hancur berantakan karena bertentangan dengan fakta-fakta pengujian
6.4 Revolusi Genetik
Revolusi Genetik merupakan babakan baru dalam sejarah keilmuwan manusia sebab
sebelum ini ilmu tidak pernah menyentuh manusia sebagai objek penelaah itu sendiri. Hal
ini buka berarti bahwa sebelumnya tidak pernah ada penelaahan ilmiah yang berkaitan
dengan jasad manusia, tentu saja banyak sekali, namun penelaahan-penelaahan itu
dimaksudkan untuk mengembangkan ilmu dan teknologi.
Dengan penelitian genetika maka masalahnya menjadi sangat lain, kita tidak lagi menelaah
organ-organ manusia dalam upaya untuk menciptakan teknologi yang memberikan
kemudahan bagi kita, melainkan manusia itu sendiri sekarang menjadi objek penelaah yang
akan menghasilkan bukan lagi teknologi yang memberikan kemudahan, melainkan teknologi
untuk mengubah manusia itu sendiri. Pembahasan ini berdasarkan kepada asumsi bahwa
penemuan dalam riset genetika akan dipergunakan dengan itikad baik untuk keluhuruan
manusia.
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
7.1 Manusia dan Kebudayan
Manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan
hidup iilah yang mendorong manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley Montagu, kebudayaan
mencerminkan tanggapan manusia terhadapa kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan namun juga
dalam cara memenuhi kebutuhan tersebut. Kebudayaanlah, dalam konteks ini, yang
memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow mengidentifikasikan lima
kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan
pengembangan potensi.

7.2 Kebudayaan dan Pendidikan


Allport, Venon dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enm nilai dasar dalam kebudayaan
yakni nilai teori, ekonomi, estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud dengan nilai
teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai metode seperti rasionalisme,
empirisme dan metoda ilmiah.
Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana
yang kurang penting dari nilai-nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian sendiri dari
tiap-tiap katagori.

7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir


Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan
tertentu, yang memiliki dua kriteria utama, yaitu :
1. Pernyataan harus logis
2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan)
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan
harus logis dan diperolah dari fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari
hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah
rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis sebagai landasannya
7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral
Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang
ilmuwan akan menarik kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam
pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk kekuasaan dari kelembagaan
yang mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering menempatkan ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang
berkuasa yang mungkin mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan
politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda menurut Szilard : jika seorang
ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertamakali akan bertanya apakah yang
dinyatakan itu mengandung kebenaran.
Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya pertama kali
akan bertanya, " mengapa ia menyatakan hal itu " baru kemudian atau mungkin juga tidak,
mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu mengandung kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat
manusia dalam meningkatkan martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan
tidak mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok lain, secara internasional kaum
ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan factor – factor pembatasolainnya. Dua
karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan yakni me ninggikan kebenaran dan
pengabdian secara universal.

7.6 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional


Ada 7 nilai yang terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif ,
terbuka, menjunjung kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh sifat ini sangat akan
sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang modern. Karena bangsa yang modern akan
menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan. Pengembangan kebudayaan
nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih
aspirasi.
7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Jika menurut kita benar bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya nasional,maka kita
perlu meningkatkan peranan keilmuan dalam kehidupan kita.
Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa
pemikiran sebagai berikut:
1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan
ilmu harus memperhatikan kebudayaan kita.
2.Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
3.Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan
metode yang digunakan.
4.Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
5.Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
6.Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat
terhadap kegiatan ilmu dan teknologi.

7.8 Dua Pola Kebudayaan


Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan ilmu-
ilmu social. Kenapa hal ini terjadi,ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu social
dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam dengan subjek batu, kira-kira saat lain
di teliti lagi maka kemungkinan besar akan berhasil dengan nilai yang sama,tetapi tidak
demikin dalam ilmu social,dalam ilmu social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt
berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa yang
menjadai tujuan penelitian ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tapi untuk
mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang memungkinkan kita mengetahui
kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua factor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya
melakukan pengukuran,karena emosi dan aspirasi merupakan unsure yang sulit dan yang
kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku manusia.
Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang
kajian ilmu,yaitu ilmu social dan ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu
dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat sebagian masyarakat kita
terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam bidang
social, sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu sosial.

7.9 Laku Manusia.


Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu
dikarenakan ilmu social lebih terpaku pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah ini ilmu
social harus lebih masuk ketahap kuantitatif.
Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang
kajian ilmu,yaitu ilmu social dan ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu
dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat sebagian masyarakat kita
terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam bidang
social, sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu social.
Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini
memerlukan suatu usaha yang fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu
dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama lain akan saling
melengkapi,bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu social tidak dapat terpisah
dan berdiri sendiri dan begitupun ilmu alam tetap terikat secara social.
BAB VIII
ILMU DAN BAHASA

8.1 Tetang Terminologi : Ilmu, Ilmu Pengetahuan dan sains ?


Dua Jenis Ketahuan
Manusaia dengan segenap kemampun kemanusiannya seperti perasaan, pikiran,
pengalaman, pancaindra dan intuisi mampu menangkap alam hidupnya dan
mengabstraksikan tangkapan tersebut dalam dirinya dalam berbagai bentuk "ketahuan
umpamanya kebiasaan, akal sehat, seni, sejarah, filsafat.
Terminologi ketahuan ini adalah termonologi artifisial yang bersifat sementara sebagai
analisis yang pokoknya diartikan sebagai keseluruhan bentuk dari produk kegiatan manusia
dalam usaha untuk mengetahui sesuatu . Apa yang kita peroleh dalam proses mengetahui
tersebut tanpa memperhatikan obyek, cara dan kegunaannya kita masukan kedalam
kategori yang disebut ketahuan ini. Dalam bahasa inggris sinonim dari ketahuan ini
adalah knowledge.
Ketahuan atau knowledge ini merupakan terminologi generik yang mencakup segenap
bentuk yang kita tahu seperti filsafat, ekonomi, seni, beladiri, cara menyulam dan biologi itu
sendiri.

8.2 Politik Bahasa Nasional


Pada tanggal 28 oktober 1928 bangsa Indonesia telah memilih Bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasioal. Alasan utama pada waktu itu lebih ditekankan pada fungsi kohesif bahasa
Indonesia sebagai sarana untuk mengintegritaskan berbagai suku kedalam satu bangsa
yakni Indonesia. Tentu saja terdapat juga evalusai yang berkonotasi dengan ketentuan
Bahasa Indonesia selaku fungsi komunikatif yakni fakta bahwa Bahasa Indonesia
merupakan lingua franca dari sebaian besar penduduk, namun kalau dikaji lebih dalam ,
maka kriteria bahasa sebagai fungsi kohesif itulah yang merupakan kriteria yang
menentukan.
Selaku alat komuniksi pada pokonya bahsa mencakup tiga unsur yakni, pertama, bahasa
selaku alat komunikasi untuk menyampaikan pesan yang berkonotasi perasaan (emotif),
kedua, berkonotasi sikap (afektif) dan, ketiga, berkonotasi pikiran (penalaran). Atau secara
umum dapat dikatakan bahwa fungsi komunikasi bahasa dapat diperinci lebih lanjut
menjadi fungsi emotif, afektif dan penalaran.
Perkembangan bahasa tentu saja tidak dapat dilepaskan dari sektor-sektor lain yang juga
tumbuh dan berkembang. Sekiranya bahasa berkembang terisolasi dari perkembangan
sektor-sektor lain maka bahasa mungkin bersifat tidak berfungsi dan atau bahkan kontra
produktif (counter-productive).
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH

1. Struktur Penelitian dan Penulisan Ilmiah


1. Pengajuan Masalah
 Latar Belakang Masalah
 Identifikasi Masalah
 Pembatasan Masalah
 Perumusan Masalah
 Tujuan Penelitian
 Kegunaan Penelitian
2. Penyusunan Kerangka Teoritis Dan Pengajuan Hipotesis
 Pengkajian mengenai teori-teori yang akan dipergunakan
dalam analisa.
 Pembahasan mengenai penelitian-penelitian lain yang relevan;
 Penyusunan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis
dengan mempergunakan premis-premis sebagaimana tercantum
dalam butir (1) dan butir (2) dengan mennyatakan secara tersurat
postulat, asumsi dan prinsip yang dipergunakan (sekiranya
dipergunakan);
 Perumusan hipotesis

3. Metodologi Penelitian
 Tujuan penelitian secara lengkap dan operasional dalam
bentuk pernyataan yang mengidentifikasi variabel-variabel dan
karakteristik hubungan yang akan ditelit;
 Tempat dan waktu penelitian dimana akan dilakukan
generalisasi mengenai variabel-variabel yang diteliti;
 Metode penelitian yang ditetapkan berdasarkan tujuan
penelitian dan tingkat generalisai yang diharapkan;
 Teknik pengambilan contoh yang relevan dengan tujuan
penelitian, tigkat keumuman dan metode penelitian.
 Teknik pengumpulan data yang mencakup identifikasi variabel
yang akan dikumpulkan, sumber, teknik pengukuran, instrumen
dan teknik mendapatkan data.
 Teknik analisis data yang mencakup langkah-langkah dan
teknik analisis yang dipergunakan yang ditetapkan berdasarkan
pengajuan hipotesis ( sekiranya mempergunakan statistika maka
tulisan hipotesis nol dan hipotesis tandingan; H0 / H1).

4. Hasil penelitian
 Menyatakan variabel-variabel yang diteliti;
 Menyatakan teknik analisis data;
 Mendeskripsikan hasil analisis data;
 Memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data;
5. Ringkasan dan Kesimpulan
 Deskripsi singkat mengenai masalah, krangka teoretis,
hipotesis, metodologi dan penemuan penelitian;
 Kesimpulan penelitian yang merupakan sintesis berdasarkan
keseluruhan aspek tersebut di atas;
 Pembahasan kesimpulan penelitian dengan melakukan
perbandingan terhadap penelitian lain dan pengetahuan ilmiah
yang relevan;
 Mengkaji implikasi penelitian;
 Mengjukan saran
6. Abstrak
7. Daftar Pustaka
8. Riwayat Hidup
9. Usulan Penelitian
10. Lain-lain
11. Penutup
12. Catatan Akhir
9.2 Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik Penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat
pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah
yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang
memungkinkan proses penyampaian pesan yag bersifat reproduktif dan impersonal.
Bahasa yang dipergunakan harus jelas di mana pesan mengenai obyek yang ingin
dikomunikasikan mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si
penerima betul-betul mengerti tentang isi pesan yang disampaikan kepadanya.

9.3 Teknik Notasi Ilmiah


Tanda catatan kaki diletakan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka
arab yang diketik naik setengah spasi. Catatan kaki pada tiap bab diberi nomor urut mulai
dari anka 1 sampai habis dan diganti dengan nomor 1 kembali pada bab yang baru. Satu
kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kalimat itu terdiri dari
beberapa kutipan. Semua kutipan, baik yang dikutup secara langsung maupun secara tidak
langsung, Sumbernya kemudian kita sertakan dalam daftar pustaka.
BAB X
PENUTUP

10.1 Hakikat dan Kegunaan Ilmu


Ilmu memiliki fungsi yang bersifat estetik, yang kalau kita konsumsikan dengan baik,
memberikan kenikmatan batiniah atau kepuasan jiwa. Jiwa kita tergetar, terharu,
tersenyum oleh komunikasi aristik, menyebabkan dunia makna yang tak terjangkau kasat
mata. Jiwa kita bertambah kaya, persepsi kita bertambah dewasa, yang selanjutnya akan
mengubah sikap dan kelakuan kita.

Anda mungkin juga menyukai