KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB X PENUTUP
10.1. Hakikat dan Kegunaan Ilmu
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT
BAB III
ONTOLOGI: HAKIKAT APA YANG DIKAJI
3.1 Metafisika
Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari setiap pemikiran filsafati termasuk
pemikiran ilmiah.
3.2 Beberapa Tafsiran Metafisika
1. Supernaturalisasi adalah paham yang menyatakan bahwa terdapat ujud-ujud bersifat gaib (supernatural) dan ujud-ujud
ini bersifat lebih tinggi atau lebikuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.
2.Naturalisme adalah paham yang menyatakan bahwa gjala-gejala alam tidak disebabkan oleh pengaruh kekuatan yang
bersifat gaib, melainkan oleh kekuatan yang tedapat dalam alam itu sendiri, yang dapat dipelajari dan dengan demikian
dapat kita ketahui.
3.3 Asumsi
Asumsi merupakan dugaan-dugaan sementara yang belum jelas kebenarannya, karena belum ada fakta pendukung
yang valid. Ilmu sebagai pengetahuan yang berfungsi membantu dalam memecahkan masalah praktis sehari-hari, tidaklah
perlu memiliki kemutlakan seperti halnya agam. Walaupun demikian sampai tahap tertentu ilmu memiliki keabsahan
dalam melakukan generalisasi.
3.4 Peluang
Peluang adalah kemungkinan kejadian.
BAB IV
EPISTIMOLOGI: CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN YANG BENAR
BAB V
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Keunikan manusia sebenarnya bukan terletak pada kemampuan berpikirnya melainkan terletak pada kemampuan
berbahasanya. Tanpa bahasa maka kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur tidak mungkin dilakukan, tanpa
kemampuan berbahasa manusia tidak menungkin mengembangkan kebudayaannya, selanjutnya tidak dapat
mengkomunikasikan pengetahuan kepada orang lain.
Jika kita berbicara maka hakikat informasi yang kita sampaikan mengandung unsur emotif, demikian jika kita
menyampaikan perasaan maka ekspresi itu mengandung unsur informatif. Bahasa mengkomunikasikan tiga hal yakni buah
pikiran, perasaan dan sikap
5.3 Matematika
Matematika
merupakan bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang kita sampaikan, lambang dari
matematika bersifat artifisialis, mempunyai arti jika diberikan sebuah makna kepadanya. Matematika bersifat kuantitatif
dan sebagai sarana berpikir deduktif.
5.4 Statistika
Peluang yang merupakan dasar dari teori statistika, merupakan konsep baru yang tidak dikenal dalam pemikiran Yunani
Kuno,Romawi dan bahkan Eropa dalam abad pertengahan. Teori mengenai kombinasi bilangan sudah terdapat dalam
aljabar yang dikembangkan sarjana Muslim namun bukan dalam lingkup teori peluang.
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variabel yang ditelaah dalam suatu populasi tertentu. Statistika
memberikan cara untuk dapat menaruk kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan mengamati hanya sebagian dari
populasi yang bersangkutan. Statistika mampu memberikan secara kuantitatif tingkat ketelitian dari kesimpulan yang
ditarik tersebut.
Statistika juga memberikan kemampuan kepada kita untuk mengetahui apakah suatu hubungan kausalita antara dua faktor
atau lebih bersifat kebetuln atau memang benar-benar terkait dalam suatu hubungan yang bersifat empiris.
BAB VI
AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU
BAB VII
ILMU DAN KEBUDAYAAN
7.1 Manusia dan Kebudayan
Manusia dalam kehidupan mempunyai kebutuhan yang banyak sekali. Adanya kebutuhan hidup iilah yang mendorong
manusia untuk melakukan berbagai tindakan dalam rangka pemenuhan kebutuhan tersebut. Dalam hal ini, menurut Ashley
Montagu, kebudayaan mencerminkan tanggapan manusia terhadapa kebutuhan dasar hidupnya.
Manusia berbeda dengan binatang bukan saja dalam banyaknya kebutuhan namun juga dalam cara memenuhi kebutuhan
tersebut. Kebudayaanlah, dalam konteks ini, yang memberikan garis pemisah antara manusia dan binatang. Maslow
mengidentifikasikan lima kelompok kebutuhan manusaia yakni kebutuhan fisiologi, rasa aman, afiliasi, harga diri dan
pengembangan potensi.
7.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Allport, Venon dan lindzey (1951) mengidentifikasikan enm nilai dasar dalam kebudayaan yakni nilai teori, ekonomi,
estetika, sosial, politik, dan agama .Yang dimaksud dengan nilai teori adalah hakikat penemuan kebenaran lewat berbagai
metode seperti rasionalisme, empirisme dan metoda ilmiah.
Setiap kebudayaan mempunyai skala hirarki mengenai mana yang lebih penting dan mana yang kurang penting dari nilai-
nilai tersebut di atas serta mempunyai penilaian sendiri dari tiap-tiap katagori.
7.3 Ilmu dan Perkembangan Kebudayaan Nasional
Ilmu merupakan bagian dari pengetahuan dan pengetahuan merupakan unsur kebudayaan. Ilmu dan kebudayaan berada
dalam posisi yang saling tergantung dan saling mempengaruhi.
Disatu pihak pengembangan ilmu dalam suatu masyarakat tergantung kondisi kebudayaannya, tapi dipihak lain
pengembangan ilmu akan mempengaruhi jalannya kebudayaan.
Menurut Talcot Persons :"Ilmu dan kebudayaan itu terpadu secara intim dengan seluruh struktur sosial dan tradisi
kebudayaan "
Peranan ganda ilmu dalam pengembangan kebudayaan nasional adalah sebagai berikut :
1.Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung terselenggaranya perkembangan kebudayaan nasional
2.Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak suatu bangsa.
Kedua hal ini terpadu satu sama lain dan sukar dibedakan. Pengkajian perkembangan kebudayaan nasioal tidak dapat
dilepaskan dari perkembangan ilmu.
Seiring perjalan waktu, dewasa ini kurun ilmu dan teknologi menjadi pengembangan utama bidang ilmu dan secara tidak
langsung kebudayaan kita tak terlepas dari pengaruhnya, sehingga kita harus ikut memperhitungkan hal ini. Untuk itu
dibicarakan peranan ilmu sebagai sumber nilai yang ikut mendukung pengembangan kebudayaan nasional.
7.4 Ilmu Sebagai Suatu Cara Berpikir
Berpikir ilmiah merupakan kegiatan berpikir yang memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, yang memiliki dua kriteria
utama, yaitu :
1. Pernyataan harus logis
2. Didukung fakta empiris (Empiris : berdasarkan pengalaman dan pengetahuan)
Kedua kriteria tersebut saling mengikat, yang pertama setiap pernyataan yang disampaikan harus logis dan diperolah dari
fakta-fakta empiris, merupakan hakikat berpikir ilmiah. Dari hakikat ini, kita dapat menyimpulakan beberapa karakteristik
ilmu :
1.Ilmu mempercayai rasio sebagai alat untuk mendapatkan pengetahuan yang benar
2.Akar berpikir yang logis yang konsisten dengan pengetahuan yang ada.
3.Pengujian secara empiris sebagai kriteria kebenaran objektif.
4.Mekanisme yang terbuka terhadap koreksi
Maka disimpulkan manfaat yang dapat diperoleh dari karakteristik ilmu ialah rasional,logis,objektif dan terbuka dan kritis
sebagai landasannya
7.5 Ilmu Sebagai Asas Moral
Artinya dalam menetapkan suatu pernyataan apakah itu benar atau tidak maka seorang ilmuwan akan menarik
kesimpulannya kepada argumentasi yang terkandung dalam pernyataan itu dan bukan kepada pengaruh yang berbentuk
kekuasaan dari kelembagaan yang mengeluarkan pernyataan itu.
Hal ini sering menempatkan ilmuwan pada tempat yang bertentangan dengan pihak yang berkuasa yang mungkin
mempunyai kriteria kebenaran yang lain.Kriteria ilmuwan dan politikus dalam membuat pernyataan adalah berbeda
menurut Szilard : jika seorang ilmuwan mengatakan sesuatu, rekan rekannya pertamakali akan bertanya apakah yang
dinyatakan itu mengandung kebenaran.
Sebaliknya jika seorang politikus mengatakan sesuatu maka rekan reknnya pertama kali akan bertanya, " mengapa ia
menyatakan hal itu " baru kemudian atau mungkin juga tidak, mereka mempertanyakan apakah pernyataan itu
mengandung kebenaran.
Disamping itu kebenaran bagi ilmuwan mempunyai kegunaan yang universal bagi umat manusia dalam meningkatkan
martabat ke manusiaanya. Secara nasional kaum ilmuwan tidak mengabdi kepada golongan, klik politik atau kelompok
lain, secara internasional kaum ilmu wan tidak mengabdi kepada ras,ideology, dan factor – factor pembatas olainnya. Dua
karakteristik ini merupkan asas moral bagi ilmuwan yakni me ninggikan kebenaran dan pengabdian secara universal.
Dalam kenyataannya pelaksanaan asas moral ini tidak mudah sebab tahap perkembangan ilmu yang sangat awal kegiatan
ilmiah ini dipengaruhioolehostrukturokekuasaanodarioluar.oMenurutoBachtiarodalamoJujun.oS. Suriasumantri
( 1998,275) lebih menonjol lagi pada Negara yang sedang berkembang , karena sebagian besar kegiatan keilmuan
merupakanokegiatanoaparaturoNegara.
7.6 Nilai-Nilai Ilmiah dan Pengembangan Kebudayaan Nasional
Ada 7 nilai yang terkandung dalam dari hakikat keilmuan yaitu kritis, rasional, logis, objektif , terbuka, menjunjung
kebenaran dan pengabdian universal.Ketujuh sifat ini sangat akan sangat konsisten untuk membentuk bangsa yang
modern. Karena bangsa yang modern akan menghadapi banyak tantangan di segala bidang kehidupan. Pengembangan
kebudayaan nasional pada hakikatnya adalah perubahan kebudayaan konvensional kearah yang lebih aspirasi.
7.7 Ke Arah Peningkatan Peranan Keilmuan
Jika menurut kita benar bahwasanya ilmu bersifat mendukung budaya nasional,maka kita perlu meningkatkan peranan
keilmuan dalam kehidupan kita.
Beberapa langkah yang dapat kita gunakan yang pada pokoknya mengandung beberapa pemikiran sebagai berikut:
1.Ilmu merupakan bagian kebudayaan,sehingga setiap langkah dalam kegiatan peningkatan ilmu harus memperhatikan
kebudayaan kita.
2.Ilmu merupakan salah satu cara menemukan kebenaran.
3.Asumsi dasar dari setiap kegiatan dalam menemukan kebenaran adalah percaya dengan metode yang digunakan.
4.Kegiatan keilmuan harus dikaitkan dengan moral.
5.Pengembangan keilmuan harus seiring dengan pengembangan filsafat
6.Kegiatan ilmah harus otonom dan bebas dari kekangan struktur kekuasaan.
Keenam hal ini merupakan langkah-langkah untuk memberi kontrol bagi masyarakat terhadap kegiatan ilmu dan
teknologi.
7.8 Dua Pola Kebudayaan
Dua pola kebudayaan dan ilmu yang begulir di Indonesia, adalah ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu social. Kenapa hal ini
terjadi,ini terjadi karena besarnya perbedaan antara ilmu social dan ilmu alam. Contohnya, jika kita belajar ilmu alam
dengan subjek batu, kira-kira saat lain di teliti lagi maka kemungkinan besar akan berhasil dengan nilai yang sama,tetapi
tidak demikin dalam ilmu social,dalam ilmu social, ilmu social bergerak lebih fleksibel dan dapt berubah sewaktu-waktu.
Namun kedua hal itu bukan merupakan masalah, kedua hal itu tidak mengubah apa yang menjadai tujuan penelitian
ilmiah. Ilmu bukan bermaksud mengumpulkan fakta tapi untuk mencari penjelasan dari gejala-gejala yang ada, yang
memungkinkan kita mengetahui kebenaran hakikat objek yang kita hadapi.
Ada dua factor yang menjadi landasan suatu analisis kuantitatif ilmu social yaitu: sulitnya melakukan pengukuran,karena
emosi dan aspirasi merupakan unsure yang sulit dan yang kedua banyaknya variable yang mempengaruhi tingkah laku
manusia.
Hal seperti inilah yang menyebabkan ilmu alam lebih maju dari pada ilmu social. Itu dikarenakan ilmu social lebih terpaku
pada tahap kualitatif,dan untuk mengubah ini ilmu social harus lebih masuk ketahap kuantitatif.
Di Indonesia hal seperti ini masih berlaku,tebukti adanya dua penjurusan dalam bidang kajian ilmu,yaitu ilmu social dan
ilmu alam,dan dalam pelaksanaannya ilmu alam selalu dianggap lebih bergengsi di banding ilmu social. Itu membuat
sebagian masyarakat kita terobsesi untuk masuk jurusan ilmu alam meski mungkin lebih berbakat dalam bidang social,
sehingga secara tidak langsung menghambat perkembangan ilmu social.
Pada akhirnya harus kita sadari bahwa adanya dua jurusan dalam bidang ilmu ini memerlukan suatu usaha yang
fundamental dan sistematis dalam menghadapinya. Perlu dicari titik temu diantara kedua bidang ini sehingga satu sama
lain akan saling melengkapi,bukan saling terpisah. Karena bagaimanapun ilmu social tidak dapat terpisah dan berdiri
sendiri dan begitupun ilmu alam tetap terikat secara social.
BAB VIII
ILMU DAN BAHASA
BAB IX
PENELITIAN DAN PENULISAN ILMIAH
BAB X
PENUTUP
S. Suriasumantri, Jujun. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007