Anda di halaman 1dari 3

Untuk menjawab pertanyaan Mengapa Indonesia Perlu Program Reformasi Birokrasi?

Maka saya akan uraikan terlebih dahulu dari sudut sejarah, dimana sejak kemerdekaan bangsa
Indonesia pada tahun 1945 dilalui dengan permasalahan yang terkait dengan bidang
pemerintahan yang tidak berjalan secara efektif, pelayanan publik yang buruk, pemerintahan
yang tidak akuntabel, dan masih banyak permasalahan lainnya yang menyelemuti bangsa ini,
khususnya dalam bidang otorisasi pemerintahan. Krisis moneter yang terjadi di Indonesia tahun
1997 dengan ekses massal yang dialami oleh bangsa ini seakan-akan menjadi puncak dari
kekecewaan rakyat Indonesia. Kondisi krisis tersebut mengakibatkan lahirnya tuntutan
masyarakat yang kecewa oleh kejadian di atas sehingga masyarakat menuntut diadakannya
reformasi penyelenggaraan negara yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN).
Selanjutnya pada tahun 1998 terjadi krisis multidimensi yang salah satu penyebebnya
ialah banyaknya praktek KKN dalam pemerintahan sehingga mengakibatkan kerusuhan yang
meluas berdampak sangat signifikan pada permbangunan nasional sampai pada tahun-tahun
berikutnya bergulirlah reformasi hingga saat ini tahun 2022 orde reformasi telah berjalan
memasukin tahun ke dua puluh empat dan telah berhasil meletakkan landasan politik bagi
kehidupan demokrasi di Indonesia. Pasca reformasi tahun 1998, adapun agenda utama yang
harus diselesaikan ialah memberantas korupsi hingga ke akar akarnya untuk menyongsong
generasi emas.
Gagasan untuk melaksanakan program Reformasi Birokrasi pemerintahan di Indonesia
sebagaimana yang tengah bergulir saat ini, berawal dari ide dan gagasan yang dikemukakan oleh
pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di depan sidang kabinet Indonesia Bersatu pada
sekitar bulan Maret 2006.
Sasaran utama yang ingin dicapai dalam program Reformasi Birokrasi ini adalah (1)
meningkatnya kepastian hukum dan menurunnya kebocoran keuangan negara, sehingga dengan
demikian dapat diharapkan untuk (2) meningkatkan investasi serta (3) meningkatkan penerimaan
negara. Pada tahun 2007, Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara meneruskan dan
menyempurnakan gagasan Reformasi Birokrasi ini dengan menerbitkan buku Pedoman Umum
Reformasi Birokrasi yang kemudian disempurnakan terakhir melalui Pedoman Umum Reformasi
Birokrasi yang diterbitkan pada bulan Juli 2008.
Reformasi Birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan pembaruan dan
perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, terutama menyangkut
aspek-aspek berikut :
1. Kelembagaan (organisasi)
2. Ketatalaksanaan (business process)
3. sumber daya manusia aparatur
Berbagai permasalahan/hambatan yang mengakibatkan sistem penyelenggaraan
pemerintahan tidak berjalan atau diperkirakan tidak berjalan dengan baik, harus ditata ulang atau
diperbarui. Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka mewujudkan tata kelola
pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, Reformasi Birokrasi adalah
langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdaya guna dan berhasil guna
dalam mengemban tugas umum pemerintahan dan pembangunan nasional. Selain itu, dengan
pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi informasi dan komunikasi serta perubahan
lingkungan strategis menuntut birokrasi pemerintahan untuk direformasi dan disesuaikan dengan
dinamika tuntutan masyarakat. Oleh karena itu, harus segera diambil langkah langkah yang
bersifat mendasar, komprehensif dan sistemik, sehingga tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai dengan efektif dan efisien.
Reformasi di sini merupakan proses pembaruan yang dilakukan secara bertahap dan
berkelanjutan, sehingga tidak termasuk upaya dan/atau tindakan yang bersifat radikal dan
revolusioner. Disadari sepenuhnya, kondisi birokrasi pemerintahan saat ini masih belum seperti
yang dicita-citakan, yang antara lain diindikasikan dengan :
1. praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) masih berlangsung hingga saat ini;
2. tingkat kualitas pelayanan public yang belum mampu memenuhi harapan public;
3. tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas dari birokrasi pemerintahan belum
Optimal;
4. tingkat transparansi dan akuntabilitas birokrasi pemerintahan yang masih rendah;
5. tingkat disiplin dan etos kerja pegawai yang masih rendah;
6. tingkat efektifitas pengawasan fungsional dan pengawasan internal dari birokrasi
pemerintahan belum dapat berjalan secara optimal;
Kondisi birokrasi sebagaimana tersebut diatas semakin memperkuat tekad untuk
mempercepat proses Reformasi Birokrasi, reformasi harus dilakukan dari pejabat tertinggi,
seperti presiden dalam suatu negara atau menteri/kepala lembaga pada suatu departemen dan
kementerian negara/lembaga negara, sebagai motor penggerak utama diikuti oleh seluruh
aparatur dibawahnya.
Saya mengutip pernyatan dari Asman Abnur saat menjadi keynote speech dalam
konferensi tahunan pertama Conference on Economics, Business, Accounting, and Social
Science di Padang. Reformasi birokrasi sangat diperlukan untuk mendorong peningkatan kualitas
birokrasi agar memiliki kemampuan menjalankan sustainable development. "Tanpa kehadiran
pemerintahan yang bersih dan berkualitas, kita tidak mungkin mencapai tujuan
penerapan/pelaksanaan sustainable development,"
Sehingga berdasarkan uraian saya diatas maka dapat disimpulkan bahwa Bangsa dan
Negara Indonesia membutuhkan program reformasi birokrasi sebab reformasi birokrasi menjadi
langkah awal untuk mencapai kemajuan Bangsa dan Negara serta menjawab tantangan zaman
yang dilakukan oleh pemerintah untuk menciptakan pemerintahan yang baik (good governance)
dengan pengawasan dan upaya bersama seluruh komponen bangsa.
Contoh Negara yang berhasil melakukan reformasi birokrasi:
Korea Selatan, membangun sistem IT sehingga mampu membebaskan negeri dari tindak pidana
korupsi
Australia dan Selandia Baru, penghematan anggaran sanggup mengurangi belanja pegawainya
baik dari sisi nominal maupun persentase.
Jerman, memangkas jumlah pegawai negerinya. saat Jerman Barat dan Jerman Timur digabung
jumlah PNS di negara itu mencapai 6,5 juta orang. Dalam 10 tahun, jumlahnya dipangkas 
menjadi 4,5 juta. dijerman tidak semua jadi PNS. 50% PNS, 50% lagi pegawai dengan perjanjian
kerja kontrak 3 tahun-5 tahun. Jadi tidak semua PNS sehingga bisa lebih mobile.

Anda mungkin juga menyukai