Anda di halaman 1dari 36

MATA KULIAH PENGENTASAN ANAK

TUGAS RESUME

Oleh:

Fajar Putra Prastina R

STB. 3363

KEMENTRIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK ILMU PEMASYARAKATAN

DEPOK

TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Tuhan Yang Maha Esa telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga dapat terselesaikanya Tugas Resume mata kuliah Pengentasan Anak.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Drs. Budi Priyatmono, MH. dosen
pembimbing mata kuliah Pengentasan Anak yang telah membimbing, mengajarkan dan
memberikan ujian ini sehingga penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis menyadari, jawaban ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan ujian ini.

Surabaya, 31 Maret 2020

Fajar Putra Prastina R


STB. 3363

2
DAFTAR ISI

COVER …………………………………………………………………… (1)

KATA PENGANTAR …………………………………………………… (2)

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… (3)

RESUME TEMU 7 …………………………………………….……………… (4)

RESUME TEMU 8 …………………………………………………………… (13)

RESUME TEMU 9 …………………………………………………………… (28)

3
RESUME TEMU 7

Dalam resume temu ke 7 (tujuh) ini pada tahap pertamanya menjelaskan tentang maksud
dan tujuan Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) agar selaras dengan konsepsi dan
persepsi berpikir tentang semangat yang dibangun dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012
tentang Sistem Peradilan Pidana Anak dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang
Pemasyarakatan. Kemudian tujuan di buanya pedoman ini ialah untuk mewujudkan
terselenggaranya operasionalisasi penyelenggaraan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan
Khusus Anak (LPKA) yang efektif dan efisien dalam rangka peningkatan kualitas
penyelenggaraan pemasyarakatan bagi Anak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Tahap keduanya membahas mengenai dasar hukum yang meliputi konstitusi bangsa
Indonesia yaitu UUD NRI Tahun 1945, Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan
Presiden, Peraturan Menteri, Keputusan Menteri, hingga Keputusan Direktur Jendral
Pemasyarakatan.

Tahap ketiga dalam temu ke 7 (tujuh) ialah pengertian umum dan konsep dari pengertian
Sistem Peradilan Pidana Anak, Keadilan Restoratif, Diversi, Lembaga Penempatan Anak
Sementara, Lembaga Pembinaan Khusus Anak, Anak yang Berhadapan dengan Hukum, Anak
yang berkonflik dengan hukum, Registrasi Anak, Buku register Anak, Pendaftaran, Assessment
risiko, Assessment kebutuhan, Assesor, Klasifikasi, Pembimbing Kemasyarakatan,
Pembimbingan Klien Anak Pemasyarakatan, Pembinaan, Pembinaan kepribadian, Pembinaan
keterampilan, Pendidikan formal, Pendidikan nonformal, Pengasuh pemasyarakatan, Remisi,
Asimilasi, Cuti Mengunjungi Keluarga, Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti
Bersyarat, Grasi, Peninjauan kembali, hingga Sistem Database Pemasyarakatan.

Jadi di temu ke 7 (tujuh) ini menguraikan dasar, tujuan, dasar hukum hingga konsep-
konsep dasar. Sehingga dari temui ini dapat dijadikan dasar dalam memahami materi
selanjutnya.

Seperti yang saya jabarkan sebagaimana berikut:

4
BAB I Maksud dan Tujuan

 Sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, serta pelayanan petugas


pemasyarakatan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus
Anak (LPKA) agar selaras dengan konsepsi dan persepsi berpikir tentang semangat yang
dibangun dalam Undang-undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana
Anak dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan.

 sehingga diperoleh kesamaan pengertian, bahasa dan penafsiran tentang tugas pokok
Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) yang meliputi pembinaan, perawatan dan
penegakkan disiplin

 Acuan dalam penyelenggaraan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan

 Tujuan penyusunan pedoman ini adalah untuk mewujudkan terselenggaranya


operasionalisasi penyelenggaraan tugas dan fungsi Lembaga Pembinaan Khusus Anak
(LPKA) yang efektif dan efisien dalam rangka peningkatan kualitas penyelenggaraan
pemasyarakatan bagi Anak pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

BAB II DASAR HUKUM

 Dasar hukum yang digunakan di dalam Pedoman Perlakuan Anak di Lembaga


Pembinaan Khusus Anak (LPKA) ini mengikuti hierarki Peraturan Perundang undangan.
Dasar hukumnya berkaitan dengan substansi tugas dan fungsi LPKA.

Uraian umum dasar hukum pedoman adalah sebagai berikut:

A. Undang-Undang Dasar 1945

 Pasal 28b ayat (1) dan (2) serta huruf h ayat (2) Undang-undang Dasar 1945

 Pasal 31 ayat (1), (3) dan (4) Undang-Undang Dasar 1945

5
B. Undang-Undang

 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

 Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan

 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 Tentang Pengesahan International Covenant on


Civil and Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil dan Politik)

 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998 Tentang Ratifikasi Konvensi menentang


Penyiksaan dan Perlakuan/Hukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan
(CAT)

 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan

 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

C. Peraturan Pemerintah

 Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2015 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dan
Penanganan Anak Yang Belum Berumur 12 (Dua Belas) Tahun

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2013 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum dan Penyaluran Dana Bantuan Hukum

 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

6
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 1999 Tentang Syarat-Syarat
dan Tata Cara Pelaksanaan Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Perawatan Tahanan

 Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 1999 tentang Kerja Sama Penyelenggaraan


Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan
Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan


Warga Binaan Pemasyarakatan

 Peraturan Menteri Hukum dan Asasi Manusia Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Syarat Dan
Tata Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, CMK, PB, CMB Dan CB

 Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012 Tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak
Warga Binaan Pemasyarakatan.

 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2006 Tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan

 Peraturan Pemerintah Nomor 2 tahun 1988 Tentang Usaha Kesejahteran Anak bagi Anak
yang Mempunyai Masalah

 Peraturan Pemerintah RI Nomor 27 tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP

D. Peraturan Presiden

 Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 Tentang Organisasi Kementerian Negara

 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 Tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia

 Peraturan Presiden Nomor 175 Tahun 2014 Tentang Pendidikan dan Pelatihan Terpadu
bagi Penegak Hukum dan Pihak Terkait mengenai Sistem Peradilan Pidana Anak

7
 Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi
Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian
Negara sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011

E. Peraturan Menteri

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Syarat dan Tata
Cara Pemberian Remisi, Asimilasi, CMK, PB, CMB, dan CB

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor 25 Tahun 2012 Tentang Penanganan
Laporan Pengaduan di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM

 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.HH-
24.PK.01.01.01 Tahun 2011 Tentang Pengeluaran Tahanan Demi Hukum

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.01.PH.02.05 Tahun 2010 Tentang
RAN HIV dan Penyalahgunaan Narkotika pada Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan

 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH05.OT.01.01 Tahun
2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia

 Peraturan Menteri Hukum dan HAM Nomor M.HH.01.PK.07.02 Tahun 2009 Tentang
Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan di Lembaga
Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara

 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 72 Tahun 2013 Tentang


Penyelenggaraan Pendidikan Layanan Khusus

 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Standar Proses
Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B dan Program Paket C

8
 Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor PER/18/M.PAN/11/2008
Tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis

F. Keputusan Menteri

 Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.02PK.04.10 Tahun 1990


Tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan

 Keputusan Menteri Kehakiman Nomor M.01-PR.07.03 Tahun 1985 tentang Organisasi


dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan

G. Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan

 Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor E.22.PR.08.03 Tahun 2001 Tentang


Prosedur Tetap Pelaksanaan Tugas Pemasyarakatan

BAB III PENGERTIAN UMUM

 Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyelesaian perkara Anak
yang berhadapan dengan hukum mulai tahap penyelidikan sampai dengan tahap
pembimbingan setelah menjalani pidana

 Keadilan Restoratif adalah penyelesaian perkara tindak pidana dengan melibatkan


pelaku, korban, keluarga pelaku/korban, dan pihak lain yang terkait untuk bersama-sama
mencari penyelesaian yang adil dengan menekankan pemulihan kembali pada keadaan
semula, dan bukan pembalasan

 Diversi adalah pengalihan penyelesaian perkara Anak dari proses peradilan pidana ke
proses di luar peradilan pidana.

 Lembaga Penempatan Anak Sementara yang selanjutnya disingkat LPAS adalah tempat
sementara bagi Anak selama proses peradilan berlangsung

9
 Lembaga Pembinaan Khusus Anak yang selanjutnya disingkat LPKA adalah lembaga
atau tempat Anak menjalani masa pidananya

 Anak yang Berhadapan dengan Hukum yang selanjutnya disingkat ABH adalah Anak
yang berkonflik dengan hukum, Anak yang menjadi korban tindak pidana dan Anak
yang menjadi saksi tindak pidana

 Anak yang berkonflik dengan hukum yang selanjutnya disebut Anak adalah Anak yang
telah berumur 12 (dua belas) tahun tetapi belum berumur 18 (delapan belas) tahun yang
diduga melakukan tindak pidana

 Registrasi Anak adalah kegiatan pencatatan ke dalam buku register yang memiliki akibat
hukum dan sangat penting dalam menunjang organisasi LPKA

 Buku register Anak adalah buku tempat mencatat data (jati diri dan identitas) baik berupa
data informasi berdasarkan surat surat serta pemberian nomor register berdasarkan jenis
bukunya

 Pendaftaran adalah kegiatan pencatatan anak dan barang-barang bawaannya, penyiapan


administrasi, statistik dan dokumentasi

 Assessment risiko adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui tingkat risiko
pengulangan tindak pidana Anak

 Assessment kebutuhan adalah penilaian yang dilakukan untuk mengetahui kebutuhan


pembinaan atau pembimbingan yang paling tepat bagi Anak berdasarkan faktor-faktor
yang berkontribusi terhadap tindak pidana yang dilakukannya

 Assesor adalah petugas yang melakukan assessment risiko dan assessment kebutuhan
terhadap Anak

 Klasifikasi adalah pengelompokan atau penggolongan anak berdasarkan kriteria tertentu


sesuai dengan hasil asesmen risiko dan kebutuhan.

10
 Pembimbing Kemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang
melaksanakan penelitian kemasyarakatan, pembimbingan, pengawasan, dan
pendampingan terhadap Anak di dalam dan di luar proses peradilan pidana

 Pembimbingan Klien Anak Pemasyarakatan adalah segala kegiatan yang dilakukan


untuk memberikan bantuan dan tuntunan kepada Klien Anak Pemasyarakatan melalui
proses pendampingan, bimbingan dan pengawasan baik pada tahap pra adjudikasi,
adjudikasi maupun post adjudikasi.

 Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta
kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses peradilan
pidana.

 Pembinaan kepribadian adalah pembinaan yang diarahkan pada pembinaan mental dan
watak anak agar menjadi manusia seutuhnya, bertakwa dan bertanggung jawab pada diri
sendiri

 Pembinaan keterampilan adalah pembinaan yang dilaksanakan dengan maksud agar anak
memiliki keterampilan

 Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.

 Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat
dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang

 Pengasuh pemasyarakatan yang selanjutnya disebut pengasuh adalah wali


pemasyarakatan yang dalam kenyataannya menjalankan kekuasaan asuh sebagai orang
tua terhadap Anak di LPKA

 Remisi adalah pengurangan menjalani masa pidana yang diberikan kepada Narapidana
dan Anak Pidana yang memenuhi syarat yang ditentukan dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan

11
 Asimilasi adalah proses pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan yang
dilaksanakan dengan membaurkan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan dalam
kehidupan masyarakat

 Cuti Mengunjungi Keluarga adalah program pembinaan untuk memberikan kesempatan


kepada Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan untuk berasimilasi dengan keluarga
dan masyarakat

 Pembebasan Bersyarat, Cuti Menjelang Bebas, dan Cuti Bersyarat adalah program
pembinaan untuk mengintegrasikan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan
kedalam kehidupan masyarakat setelah memenuhi persyaratan yang telah ditentukan

 Grasi adalah pengampunan berupa perubahan, peringanan, pengurangan atau


penghapusan pelaksanaan pidana kepada anak yang diberikan oleh Presiden.

 Peninjauan kembali adalah salah satu upaya hukum luar biasa untuk melawan penetapan
hakim atau putusan pengadilan

 Sistem Database Pemasyarakatan yang selanjutnya disingkat SDP adalah aplikasi yang
berfungsi sebagai alat bantu kerja sesuai kebutuhan Unit Pelaksana Teknis
Pemasyarakatan, Kantor Wilayah dan Direktorat Jenderal Pemasyarakatan.

12
RESUME TEMU 8

Dalam materi temu ke 8 (delapan) maka dapat saya resume dimulai pada tahap
pertamanya ialah prinsip perlakuan Anak di lembaga pembinaan khusus anak dimana
mengedepankan asas sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi Perlindungan, Keadilan, Non
diskriminasi, Kepentingan terbaik Anak, Penghargaan terhadap pendapat Anak, Kelangsungan
hidup dan tumbuh kembang Anak, Pembinaan dan pembimbingan Anak, Proporsional,
Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir, dan Penghindaran
pembalasan. Namun bukan hanya asas tapi juga hak setiap anak dalam yang meliputi:
Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya,
Dipisahkan dari orang dewasa, Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif,
Melakukan kegiatan rekreasional, Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang
kejam, tidak manusiawi, serta merendahkan derajat dan martabatnya, Tidak dijatuhi pidana mati
atau pidana seumur hidup, Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya
terakhir dan dalam waktu yang paling singkat, Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak
yang objektif, tindak memihak, dan dalam sidang yang tertutup untuk umumTidak
dipublikasikan identitasnya, Memperoleh pendampingan orang tua/Wali/pengasuh dan orang
yang dipercaya oleh Anak, Memperoleh advokasi social, Memperoleh kehidupan pribadi,
Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi Anak cacat, Memperoleh pendidikan, Memperoleh
pelayanan kesehatan, Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan
juga hak lain seperti: Mendapat pengurangan masa pidana, Memperoleh asimilasi, Memperoleh
cuti mengunjungi keluarga, Memperoleh pembebasan bersyarat, Memperoleh cuti menjelang
bebas, Memperoleh cuti bersyarat, Memperoleh hak hak lain sesuai ketentuan , Hak sebagaimana

13
dimaksud dalam huruf b diberikan kepada anak yang telah memenuhi persyaratan sebagaimana
diatur dalam Peraturan Pemasyarakatan.

Kemudian pada tahap keduanya membahas mengenai teknis perlakuan Anak di LPKA
dimana pada prinsipnya sistem perlakuan dan pembinaan anak berdasarkan sistem
pemasyarakatan merupakan proses perlakuan terintegrasi, berkesinambungan dan terus menerus
sejak pra-ajudikasi, ajudikasi dan postadjudikasi bahkan sampai tahap pembimbingan setelah
menjalani pidana. Dimana Pembimbing Kemasyarakatan (PK) wajib memperhatikan setiap
perkembangan dan perubahan perilaku anak didik dengan melakukan pengawasan dan
melakukan evaluasi secara periodik terhadap proses dan tahapan pembinaan yang telah
ditetapkan sesuai proses dan tahap-tahap pembinaan yang telah ditentukan. Proses dan tahap-
tahap pembinaan pemasyarakatan, yang meliputi: Admisi, Orientasi dan Observasi.

Jadi di temu ke 8 (delapan) ini menguraikan prinsip, jak-hak anak hingga perlakuan
teknik kepada anak. Sehingga dari temui ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan teknis
dilapangan.

Seperti yang saya jabarkan sebagaimana berikut:

BAB IV PRINSIP PERLAKUAN ANAK DI LEMBAGA PEMBINAAN KHUSUS ANAK


(LPKA)

A. Umum

 Anak yang berdasarkan putusan pengadilan dijatuhi pidana penjara ditempatkan di


Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Anak sebagaimana dimaksud berhak
memperoleh pelayanan, perawatan, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan
pendampingan serta hak lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan hal sebagaimana dimaksud, petugas di LPKA wajib
mengedepankan asas Sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi:

- Perlindungan

- Keadilan

- Non diskriminasi

14
- Kepentingan terbaik Anak

- Penghargaan terhadap pendapat Anak

- Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak

- Pembinaan dan pembimbingan Anak

- Proporsional

-Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir, dan 10.


Penghindaran pembalasan

 Dalam menjalankan tugas dan fungsinya petugas LPKA wajib memperhatikan hak setiap
Anak dalam proses peradilan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana yang meliputi:

- Diperlakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan


umurnya.

- Dipisahkan dari orang dewasa

- Memperoleh bantuan hukum dan bantuan lain secara efektif

- Melakukan kegiatan rekreasional

- Bebas dari penyiksaan, penghukuman atau perlakuan lain yang kejam, tidak manusiawi,
serta merendahkan derajat dan martabatnya

- Tidak dijatuhi pidana mati atau pidana seumur hidup

- Tidak ditangkap, ditahan atau dipenjara kecuali sebagai upaya terakhir dan dalam waktu
yang paling singkat

- Memperoleh keadilan di muka pengadilan Anak yang objektif, tindak memihak, dan
dalam sidang yang tertutup untuk umumTidak dipublikasikan identitasnya

- Memperoleh pendampingan orang tua/Wali/pengasuh dan orang yang dipercaya oleh


Anak

15
- Memperoleh advokasi social

- Memperoleh kehidupan pribadi

- Memperoleh aksesibilitas, terutama bagi Anak cacat

- Memperoleh pendidikan

- Memperoleh pelayanan kesehatan

- Memperoleh hak lain sesuai dengan ketentuan perundang-undangan

 Petugas LPKA harus pula memperhatikan hak anak yang sedang menjalani pidana
sebagaimana diatur dalam Pasal 4 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012
Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak yang meliputi:

- Mendapat pengurangan masa pidana

- Memperoleh asimilasi

- Memperoleh cuti mengunjungi keluarga

- Memperoleh pembebasan bersyarat

- Memperoleh cuti menjelang bebas

- Memperoleh cuti bersyarat

- Memperoleh hak hak lain sesuai ketentuan

- Hak sebagaimana dimaksud dalam huruf b diberikan kepada anak yang telah memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemasyarakatan.

B. Teknis Perlakuan Anak di LPKA

 Pada prinsipnya sistem perlakuan dan pembinaan anak berdasarkan sistem


pemasyarakatan merupakan proses perlakuan terintegrasi, berkesinambungan dan terus
menerus sejak pra-ajudikasi, ajudikasi dan postadjudikasi bahkan sampai tahap

16
pembimbingan setelah menjalani pidana. Setiap perubahan dan perkembangan yang
terjadi dalam proses peradilan pidana Pembimbing Kemasyarakatan (PK) wajib
melakukan pendampingan, mengikuti perkembangan dan mencatat setiap peristiwa yang
terjadi, untuk menentukan program pembinaan dan pembimbingannya.

 Oleh karena itu program perlakuan dan pembinaan di LPKA wajib didasarkan pada
proses dan tahap-tahap pembinaan pemasyarakatan itu secara pasti. Proses Pembinaan di
LPKA dilaksanakan sampai Anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Setiap anak wajib
mengikuti dan menjalankan proses dan tahapan pembinaan itu secara pasti, yang penting
adalah bagaimana anak didik mengikuti prosesnya.

 Pembimbing Kemasyarakatan (PK) wajib memperhatikan setiap perkembangan dan


perubahan perilaku anak didik dengan melakukan pengawasan dan melakukan evaluasi
secara periodik terhadap proses dan tahapan pembinaan yang telah ditetapkan sesuai
proses dan tahap-tahap pembinaan yang telah ditentukan. Proses dan tahap-tahap
pembinaan pemasyarakatan adalah sebagai berikut:

1. Admisi, Orientasi dan Observasi

a. Penerimaan

 Proses penerimaan di LPKA meliputi penerimaan, pemeriksaan badan, pemeriksaan


kesehatan dan penandatanganan Berita Acara Penerimaan Anak. Penerimaan Anak di
LPKA wajib didasarkan pada surat dan dokumen yang sah. Penerimaan Anak di LPKA
dapat dilakukan pada saat jam dinas dan diluar jam dinas. Oleh karena itu, dalam proses
penerimaan Anak, hal yang perlu diperhatikan antara lain:

- Selama proses berlangsung, petugas LPKA wajib mengedepankan yang ramah, non
diskriminasi, menghormati harkat, martabat dan hak Anak. Petugas dilarang
menggunakan kekerasan verbal maupun non verbal.

- Penerimaan anak pertama kali dilakukan oleh petugas portir (pintu gerbang).

- Petugas Jaga yang Penerimaan anak yang baru masuk di LPKA wajib disertai surat-
surat yang sah.

17
- Menerima anak, segera meneliti keabsahan surat-surat, barang-barang milik anak, dan
mencocokkan dengan identitas anak.

 Petugas LPKA wajib menolak anak jika:

- Surat dan dokumen putusan tidak sah.

 Surat dan dokumen ekstra vonis/surat putusan dan eksekusi dikatakan tidak sah apabila
tidak terdapat:

- Nomor dan tanggal pada surat putusan/ekstra vonis dan eksekusi.

- Nama dan tanda tangan yang memutus dan mengseksekusi.

- Cap asli instansi yang memutus dan mengseksekusi

- Berita Acara pelaksanaan eksekusi.

 Surat dan dokumen putusan tidak lengkap. Surat dan dokumen pelaksanaan eksekusi
dikatakan tidak lengkap apabila tidak terdapat:

- Surat pengantar dari instansi yang mengeksekusi

- Surat Pelaksanaan Putusan Pengadilan

- Putusan Pengadilan

- Berkas penelitian kemasyarakatan

- Surat keterangan yang menunjukkan bahwa anak berusia 14 tahun atau lebih

- Surat keterangan dokter mengenai kondisi kesehatan anak. Khusus untuk anak wanita
wajib ditambahkan dengan hasil tes kehamilan

 Petugas portir mengantar anak beserta surat-surat kepada komandan jaga dan didampingi
oleh petugas dari instansi yang secara yuridis berwenang melakukan penahanan.

 Komandan jaga meneliti kembali keabsahan surat-surat, dan barang-barang bawaan untuk
dicocokkan dengan identitas anak.

18
 Untuk memastikan kesesuaian identitas anak perlu dilakukan wawancara terhadap anak
dengan menanyakan nama, usia dan tanggal lahir, tempat kelahiran, jenis kelamin,
kewarganegaraan, tempat tinggal, agama, pekerjaan, tindak pidana yang dituduhkan,
lama pidana, instansi yang memutus yang memutus dan mengeksekusi, masih ada
perkara lain atau tidak dan lain-lain yang dianggap perlu.

 Tanggung jawab atas sah tidaknya penerimaan Anak berada pada Kepala LPKA.

 Pada prinsipnya penerimaan anak wajib dilakukan pada saat jam kerja. Dalam keadaan
tertentu penerimaan anak dapat dilakukan di luar jam kerja.

 Dalam hal Kepala LPKA tidak berada di tempat maka tanggung jawab penerimaan
diserahkan kepada pejabat struktural yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas Kepala
LPKA.

 Dalam hal penerimaan anak di luar jam kerja, maka tanggung jawab penerimaan anak
diserahkan kepada piket pimpinan yang dijabat oleh pejabat struktural LPKA satu tingkat
di bawah Kepala LPKA.

 Setelah pencocokan identitas selesai, terhadap anak yang baru diterima wajib dilakukan
pemeriksaan badan dengan ketentuan sebagai berikut:

- Pemeriksaan badan wajib mengindahkan norma kesopanan dan prinsip penghargaan


terhadap harkat dan martabat anak

- Anak laki-laki diperiksa oleh petugas laki-laki dan anak perempuan diperiksa oleh
petugas perempuan

- Pemeriksaan badan harus dilakukan di ruang khusus dengan disaksikan oleh minimal
satu orang petugas lain dengan jenis kelamin yang sama.

 Jika dalam pemeriksaan badan ditemukan barang terlarang, maka barang tersebut wajib
dicatat, diamankan dan diselesaikan sesuai ketentuan yang berlaku.

19
 Barang-barang wajib dicatat dan dipisahkan berdasarkan kreteria yang telah ditentukan.
Barang-barang kebutuhan minimal yang boleh dibawa, barang berharga dan barang
terlarang dicatat sesuai jenis dan jumlah barang.

a) Barang yang boleh dibawa oleh anak

- Makanan

- Pakaian, jumlahnya dibatasi tidak boleh lebih dari 5 (lima) stel. Pakaian yang dibawa
harus mengindahkan norma kesopanan dan tidak merendahkan harkat dan martabat
Anak.

- Sepatu 1 (satu) pasang

- Sendal 1 (satu) pasang

- Perlengkapan sekolah, buku-buku pelajaran dan buku bacaan.

- Mainan yang tidak membahayakan

- Alat olahraga dan seni

b) Barang yang tidak boleh dibawa oleh anak

- Obat-obatan, jika Anak membawa obat-obatan maka harus dititipkan kepada petugas
medis dan penggunaannya diawasi.

- Narkotika, jika Anak ditemukan membawa narkotika maka wajib ditindaklanjuti dengan
proses penegakan disiplin.

- Pakaian, jika jumlahnya melebihi dari 5 (lima) stel, pakaian tersebut wajib
dikembalikan kepada keluarga pada saat kunjungan atau disimpan oleh petugas.

- Senjata tajam, jika Anak ditemukan membawa barang berbahaya maka wajib
ditindaklanjuti dengan proses penegakan disiplin.

- Alat komunikasi, jika Anak membawa alat komunikasi, petugas LPAS wajib menyita
dan mengembalikan kepada pihak keluarga pada saat kunjungan berlangsung.

20
- Setiap pemeriksaan badan wajib dibuat Berita Acara Pemeriksaan Badan dan
ditandatangani bersama oleh petugas pendamping, serta anak yang bersangkutan. Setelah
pemeriksaan badan cukup, komandan jaga memerintahkan pejabat yang ditunjuk untuk
mengantar anak beserta surat dan dokumen lainnya, serta barang-barang milik anak
kepada petugas pendaftaran.

b. Pendaftaran

 Petugas pendaftaran meneliti kembali keabsahan surat-surat, dokumen, dan barang-


barang milik anak untuk dicocokkan dengan identitas anak.

 Dalam hal masih terdapat keraguan terhadap keabsahan surat dan dokumen maka petugas
LPKA wajib melakukan koordinasi dengan atasan pejabat yang secara yuridis berwenang
melakukan eksekusi.

 Petugas LPKA mengambil sidik tiga jari tengah tangan kiri Anak di balik lembaran
putusan pengadilan.

 Petugas LPKA mengambil pas photo tampak muka (dua lembar), tampak samping kiri
dan tampak samping kanan (satu lembar).

 Pengambilan 10 (sepuluh) sidik jari dan foto dilakukan secara manual dengan
memperhatikan tata cara pengambilan sidik jari dan foto. Jika fasilitas SDP tersedia,
maka pengambilan sidik jari dan foto dilakukan dengan menggunakan finger scan dan
kamera yang akan terintegrasi langsung dengan SDP.

 Selain dilakukan secara manual ke dalam Buku Register, pencatatan Anak juga dilakukan
secara elektronik ke dalam Sistem Informasi Registrasi yang terintegrasi sehingga dapat
diakses oleh seluruh aparat penegak hukum yang terlibat dalam proses peradilan Anak.
Untuk LPAS yang telah terhubung dengan SDP maka pencatatan dilakukan ke dalam
SDP.

 Pelaksanaan input data Anak ke dalam SDP dilakuan berdasarkan pedoman pelaksanaan
yang telah dibuat dalam aplikasi program.

21
 Dalam hal anak yang dicatat dan didaftar merupakan anak yang melakukan pengulangan
tindak pidana maka dalam Buku Register Anak wajib dituliskan “R” (Residivis).

 Petugas registrasi menyerahkan kepada petugas Bimbingan kemasyarakatan untuk


memeriksa anak yang bersangkutan kepada dokter atau paramedis di LPKA.

 Dalam hal penerimaan di luar jam dinas maka pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan
surat dan dokumen oleh petugas LPKA dan pemeriksaan kesehatan fisik anak oleh
dokter/tenaga medis wajib dilakukan saat itu juga. Sedangkan pengambilan foto dan sidik
jari akan dilakukan keesokan harinya.

 Setiap anak wajib dilakukan Pemeriksaan kesehatan oleh dokter dan meliputi
pemeriksaan kondisi fisik dan psikis anak. Khusus untuk anak wanita, maka dokter di
LPKA wajib melakukan tes kehamilan. Dalam hal tidak ada dokter, maka petugas LPKA
harus berkoordinasi dengan puskesmas setempat.

 Jika terdapat kejanggalan pada anak saat pemeriksaan kesehatan, petugas LPKA wajib
mencatat dalam berita acara serah terima anak. Anak tersebut tetap diterima di LPKA
sejauh tidak membahayakan. Apabila dianggap membahayakan, maka petugas LPKA
wajib mengembalikan kepada instansi yang mengeksekusi untuk dipulihkan terlebih
dahulu kondisinya.

 Setelah pemeriksaan kesehatan, petugas pendaftaran membuat berita acara yang


ditandatangani bersama oleh petugas pendaftaran atas nama Kepala LPKA kemudian
mempersilahkan petugas pendamping dari instansi lain untuk meninggalkan LPKA.

 Dalam penerimaan pada saat jam dinas, penandatangan berita acara serah terima anak
dilakukan oleh petugas LPKA yang menerima anak dan ditandatangani pula oleh Kepala
LPKA. Jika Kepala LPKA sedang tidak ada di tempat maka penandatangan dilakukan
oleh pejabat struktural yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas Kepala LPKA.

 Dalam hal penerimaan di luar jam dinas maka Berita Acara Serah Terima yang
ditandatangani alah Berita acara Serah Terima Sementara. Berita Acara tersebut
ditandatangai oleh petugas yang menerima anak dan wajib diganti dengan Berita Acara

22
Serah Terima Anak dan diberikan kembali ke LPKA untuk ditandatangani kepala LPKA
pada jam kerja di hari berikutnya.

 Berita Acara serah terima harus dibuat rangkap dua. Satu untuk dibawa oleh instansi yang
mengeksekusi dan satu untuk pengarsipan di LPKA beserta dengan surat dan dokumen
yang lengkap.

 Setelah pemeriksaan kesehatan, petugas pendaftaran membuat berita acara yang


ditandatangani bersama oleh petugas pendaftaran atas nama Kepala LPKA kemudian
mempersilahkan petugas pendamping dari instansi lain untuk meninggalkan LPKA.

 Dalam penerimaan pada saat jam dinas, penandatangan berita acara serah terima anak
dilakukan oleh petugas LPKA yang menerima anak dan ditandatangani pula oleh Kepala
LPKA. Jika Kepala LPKA sedang tidak ada di tempat maka penandatangan dilakukan
oleh pejabat struktural yang ditunjuk sebagai pelaksana tugas Kepala LPKA.

 Dalam hal penerimaan di luar jam dinas maka Berita Acara Serah Terima yang
ditandatangani alah Berita acara Serah Terima Sementara. Berita Acara tersebut
ditandatangai oleh petugas yang menerima anak dan wajib diganti dengan Berita Acara
Serah Terima Anak dan diberikan kembali ke LPKA untuk ditandatangani kepala LPKA
pada jam kerja di hari berikutnya.

 Berita Acara serah terima harus dibuat rangkap dua. Satu untuk dibawa oleh instansi yang
mengeksekusi dan satu untuk pengarsipan di LPKA beserta dengan surat dan dokumen
yang lengkap.

 Selanjutnya anak diserahkan kepada petugas pembinaan untuk ditempatkan dalam


ruangan admisi, orientasi dan observasi sesuai ketentuan.

 Buku Register Anak Didik terdiri dari:

- Buku Register Anak Didik B I

- Buku Register Anak Didik B I digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik dengan
masa pidana penjara di atas 1 tahun.

23
- Buku Register Anak Didik B IIa

- Buku Register Anak Didik B IIa digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik
dengan masa pidana penjara di atas 3 (tiga) bulan sampai dengan 12 (dua belas) bulan.

- Buku Register Anak Didik B IIb

- Buku Register Anak Didik B IIb digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik
dengan masa pidana penjara 1 (satu) hari sampai dengan 3 (tiga) bulan

- Buku Register D

- Buku Register D digunakan untuk mencatat uang dan barangbarang titipan milik Anak
Didik.

- Buku Register E

- Buku Register E digunakan untuk mencatat identitas pengunjung atau pembesuk Anak
Didik.

- Buku Register G

- Buku Register G digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik yang mengalami
gangguan kesehatan (sakit)

- Buku Register H

- Buku Register H digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik yang diasingkan
karena sakit menular, kelainan jenis kelamin dan gangguan jiwa.

- Buku Register Titipan

Buku Register ini digunakan untuk mencatat identitas Anak Didik yang dititipkan oleh
LPKA dan instansi lain atau Anak Didik yang tertangkap pada saat sedang melarikan diri
dari LPKA, dengan jangka waktu yang telah ditentukan, dengan dilampirkan berkas yang
bersangkutan.

- Buku Klaper Anak Didik

24
Buku Klaper adalah buku pencatatan yang memuat daftar nama-nama Anak Didik yang
diurutkan berdasarkan abjad. Pembagian halaman pada Buku Klaper disesuaikan dengan
kebutuhan dengan memperhitungkan berdasarkan banyak sedikitnya huruf awal yang
biasa digunakan oleh nama-nama anak didik. Penulisan nama dalam Buku Klaper harus
sesuai dengan nama yang tercantum di dalam surat perintah penahanan, Putusan
Pengadilan maupun surat-surat keputusan pembimbingan. Nama marga, orang tua, gelar
kebangsawanan dan gelar-gelar lain ditulis di belakang nama. Apabila nama tersebut
dikeluarkan dari LPKA karena bebas, meninggal, pindah dan pengakhiran bimbingan
dicoret dari Buku Klaper dengan pensil merah dan diberi penjelasan dalam kolom
catatan.

 Buku Bantu Anak Didik terdiri dari:

- Buku Ekspirasi Anak Didik

- Buku Ekspirasi Anak Didik digunakan untuk mencatat nama Anak Didik yang akan
bebas yang ditandatangani oleh pejabat berwenang.

- Buku Jurnal Harian

Buku Jurnal Harian digunakan untuk mencatat keadaan isi LPKA. Penulisan pada Buku
Jurnal Harian juga disertai dengan pembuatan Buku Bantu Jurnal yang mencatat tambah
kurang dan pengalihan jenis penahanan (mutasi golongan) dari setiap penghuni LPKA.
Penulisan jurnal pada hari itu diisi dengan identitas jelas sesuai ketentuan. Orang yang
masuk LPKA pada hari itu dituliskan pada kolom tambahan dan yang bebas pada hari itu
dituliskan pada kolom pengurangan. Penghitungan tambah/kurang pada jurnal dihitung
mulai jam 00.00 Penambahan maupun pengurangan setelah jam 00.00 dianggap sebagai
isi pada hari berikutnya. Jurnal ditutup pada akhir bulan dengan cara melakukan
penghitungan jumlah baik pada kolom horizontal maupun pada kolom vertikal.

- Buku Ekspedisi Pengeluaran Anak Didik

Buku ini berisikan daftar nama Anak Didik yang dikeluarkan dari LPKA beserta dengan
alasan pengeluarannya yang ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

25
- Buku Ekspedisi Pemindahan Anak Didik

- Buku ini berisikan daftar nama Anak Didik yang dipindahkan ke LPKA lainnya yang
ditandatangani oleh pejabat yang berwenang

- Buku Ekspedisi Bebas

Buku ini berisikan daftar Anak Didik yang bebas pada hari itu yang ditandatangani oleh
pejabat yang berwenang.

c. Pengenalan Diri dan Lingkungan

 Sebelum ditempatkan anak akan dibagikan pakaian seragam, perlengkapan makan,


mandi, tidur, dan ibadah.

 Setelah di daftarkan/dicatat, Anak yang baru masuk diantar menuju kamar pada blok
masa pengenalan lingkungan.

 Anak yang sakit menular dan berbahaya ditempatkan terpisah dan dibuatkan catatan
tentang penyakitnya. Demikian juga yang berpenyakit lain dicatat dalam buku khusus
(Register G). yang semuanya bertujuan agar mereka dapat memperoleh perawatan yang
cepat dan tepat.

 Dalam penempatan anak wajib memperhatikan penggolongan anak berdasarkan:

- Jenis kelamin

- Umur

- Residivis

- Jenis kejahatan

- Lama pidana

- Hasil Asessmen / penilaian.

26
 Untuk mengetahui data anak per/blok, maka pada sebelah luar pintu setiap kamar
ditempel papan untuk mencantumkan daftar yang berisi: nama, nomor daftar, lama
pidana, tanggal lepas (ekspirasi) dan lain-lain yang dianggap perlu.

 Paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak diterima di LPKA, anak wajib mengikuti kegiatan
pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan.

 Masa pengamatan, penelitian dan pengenalan lingkungan (mapenaling) maksimal


dilakukan selama 1 (satu) bulan.

 Kegiatan pengenalan lingkungan dimaksudkan untuk:

- Memperkenalkan anak dengan petugas LPAS maupun sesama Anak serta lingkungan
LPKA.

- Menjelaskan dan memberi pemahaman tentang hak, kewajiban dan tata tertib yang
berlaku di LPAS. Anak harus diberikan salinan mengenai hak, kewajiban dan tata tertib
dalam bentuk tertulis.

- Menjelaskan proses pelaksanaan pembinaan dan perawatan Anak.

- Menggali informasi dan data tambahan yang dianggap penting dan belum diperoleh
pada saat registrasi.

- Dalam waktu 24 jam setelah ditempatkan di Wisma Admisi Orientasi, petugas LPKA
harus segera melakukan asesmen risiko dan kebutuhan terhadap Anak.

27
RESUME TEMU 9

Dalam materi temu ke 9 (sembilan) maka dapat saya resume dimulai pada tahap
pertamanya ialah konsep pembinaan dimana pembinaan merupakan kegiatahn untuk
meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan
perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di
dalam maupun di luar proses peradilan pidana. Dimana proses pembinaan yang dijelaskan dalam
temu 9 (Sembilan) ini meliputi: pembinaan tahap awal, perencanaan Program, sidang TPP,
Klasifikasi, hingga persiapan pelaksanaan program pembinaan.

Jadi di temu ke 9 (sembilan) inimenguraikan konsep pembinaan hingga teknis tahapan


pembinaan. Sehingga dari temui ini dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaan teknis ketika
kami taruna telah menjadi pegawa dan dipraktikan dilapangan.

2. Pembinaan

Berdasarkan Penjelasan Undang-undang SPPA, Pembinaan adalah kegiatan untuk


meningkatkan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan
perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani Anak baik di
dalam maupun di luar proses peradilan pidana.

Pembinaan bagi Anak sesuai PP No.31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan
Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan meliputi kegiatan Pembinaan Kepribadian dan

28
Pembinaan Kemandirian. Pasal 3 PP No. 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan
Warga Binaan Pemasyarakatan berbunyi bahwa Pembinaan dan Pembimbingan Kepribadian dan
Kemandirian meliputi ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, kesadaran berbangsa dan
bernegara, intelektual, sikap dan perilaku, kesehatan jasmani dan rohani, kesadaran hukum,
reintegrasi sehat dengan masyarakat, ketrampilan kerja dan latihan kerja dan produksi.

a. Tahapan Pembinaan

1) Pembinaan Tahap Awal

Pembinaan Tahap Awal dimulai sejak anak baru diterima di LPKA hingga 1/3 masa
pidana atau batas waktu yang ditentukan berdasarkan hasil Litmas. Tahap pembinaan awal
dimulai dengan proses registrasi yang terdiri darI kegiatan penerimaan, pendaftaran dan
penempatan serta pengenalan lingkungan sebagaimana telah diuraikan proses registrasi
sebelumnya. Dalam proses pembinaan tahap awal dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

(a) Penelitian Kemasyarakatan dan Asesmen.

(1) Penelitian Kemasyarakatan Penelitian kemasyarakatan wajib dilakukan


terhadap setiap anak. Penelitian Kemasyarakatan di LPKA dilakukan oleh Pembimbing
Kemasyarakatan. Penelitian Kemasyarakatan proses pengumpulan data dan informasi
yang didalamnya mencakup juga hasil profiling dan assesmen yang dilakukan oleh
assessor. Hasil Penelitian Kemasyarakatan adalah rekomendasi pembinaan atau
perlakuan untuk Anak selama di LPKA yang kemudian disampaikan kepada Kepala.
Hasil Penelitian Kemasyarakatan juga disampaikan kepada Wali/pengasuh untuk
dipelajari dalam rangka persiapan sidang TPP.

Sebelum Penelitian Kemasyarakatan dilakukan, petugas Pembimbing


Kemasyarakatan harus melakukan persiapan yang meliputi beberapa hal, yaitu:

- Penelitian Kemasyarakatan ditujukan kepada Anak yang baru masuk LPKA.

- Penelitian Kemasyarakatan dilakukan pada saat Anak berada di Blok Admisi Orientasi
dan selambat-lambatnya 24 jam setelah Anak diterima di LPKA.

29
- Dalam persiapan pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan, petugas Pembimbing
Kemasyarakatan wajib mengumpulkan dan mempelajari data pendukung berupa berkas Litmas
proses peradilan, proses diversi (risalah diversi), berkas penahanan, petikan/ putusan pengadilan,
hasil profiling, assessment dan lain sebagainya.

Dalam pelaksanaan Penelitian Kemasyarakatan yang dilakukan oleh Pembimbing


Kemasyarakatan, Pembimbing Kemasyarakatan wajib memperhatikan hal-hal berikut:

- Surat Permintaan atau pemberitahuan permintaan Litmas dari kepala LPKA.

- Pembimbing Kemasyarakatan melakukan wawancara kepada Anak dan mencatat


hasilnya ke dalam format Litmas.

- Pembimbing Kemasyarakatan melakukan verifikasi melalui berkas/dokumen


pendukung dan sumber informasi lainnya.

- Pembimbing Kemasyarakatan melakukan analisa secara menyeluruh terhadap hasil


wawancara dan verifikasi dokumen pendukung serta sumber rujukan teori yang mendukung.

- Pembimbing Kemasyarakatan mempelajari hasil profiling dan assessment yang


dilakukan oleh assessor.

- Pembimbing Kemasyarakatan Membuat rekomendasi sebagai dasar untuk menentukan


program pembinaan Anak.

(2) Asesmen

Asesmen di LPKA dilakukan oleh assessor. Hasil assesmen berupa rekomendasi diserahkan
kepada Kepala LPKA untuk disampaikan kepada Pembimbing Kemasyarakatan (PK) sebagai
bagian yang tidak terpisahkan dari dokumen penelitian kemasyarakatan (Litmas). Hasil assesmen
juga disampaikan kepada pengasuh pemasyarakatan untuk dipelajari dalam rangka persiapan
sidang TPP. Sebelum asesmen dilakukan, petugas LPKA harus melakukan persiapan yang
meliputi beberapa hal, yaitu:

30
- Asesmen dilakukan pada saat Anak berada di Wisma Admisi Orientasi dan selambat-lambatnya
24 jam setelah Anak diterima di LPKA.

- Dalam persiapan pelaksanaan asesmen, petugas asesor wajib mengumpulkan dan mempelajari
data pendukung berupa berkas litmas serta berkas penahanan.

- Instrumen yang digunakan dalam asesmen terdiri dari form asesmen risiko dan kebutuhan Anak
serta form isian data diri Anak.

Asesmen risiko dan kebutuhan wajib dilakukan secara cermat dan teliti dengan
memperhatikan hal-hal berikut:

- Sebelum asesmen risiko dan kebutuhan dilaksanakan, petugas LPKA perlu


mendapatkan persetujuan dari Anak yang dibuktikan dengan formulir persetujuan asesmen.

- Jika Anak tidak bersedia menandatangani formulir persetujuan asesmen, asesmen tetap
dilakukan berdasarkan data pendukung yang ada.

- Petugas melakukan wawancara dan mencatat hasilnya dalam form data diri Anak.

- Petugas melakukan verifikasi melalui berkas/dokumen pendukung dan sumber


informasi lainnya.

- Petugas melakukan analisa secara menyeluruh terhadap hasil wawancara dan verifikasi
dokumen pendukung

- Petugas melakukan penilaian dengan menggunakan instrumen asesmen risiko dan


kebutuhan.

Hasil asesmen risiko dan hal-hal penting dari verifikasi data Anak wajib dimasukkan ke
dalam catatan kasus/laporan perkembangan. Catatan akan selalu dibuat dan dikembangkan
selama masa penahanan Anak untuk melihat perkembangan perilaku dan program yang
diberikan kepada Anak.

Pelaksanaan asesmen risiko dan kebutuhan dilakukan paling lama 7 (tujuh) hari.

31
Hasil asesmen risiko dan kebutuhan yang dilakukan di LPAS wajib disertakan untuk
dijadikan pertimbangan dalam menentukan program pembinaan yang tepat bagi Anak.

Rekomendasi hasil asesmen sekurangkurangnya harus menjelaskan rekomendasi program


yang disarankan serta alasan yang mencakup risiko kesehatan, keselamatan dan kondisi
psikososial anak.

Perencanaan Program

 Kepala LPKA wajib meminta litmas kepada PK Bapas melalui Kepala Bapas.

 Berdasarkan hasil asesmen dan litmas, Petugas LPKA dan PK bersama-sama


membuat perencanaan program yang kemudian disampaikan kepada Kepala
LPKA untuk dibahas dalam sidang TPP.

 Sidang TPP akan memutuskan berdasarkan rekomendasi Litmas mengenai hal-hal


yang meliputi rencana klasifikasi, rencana penempatan, dan rencana program
pelayanan yang akan diberikan kepada Anak.

 Penyusunan rencana program harus memperhatikan prioritas kebutuhan Anak.


Jika Anak berdasarkan hasil asesmen kebutuhan dan persetujuan
direkomendasikan untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan pembinaan
keterampilan maka:

- dapat diberikan kedua-duanya, dipilih salah satunya berdasarkan prioritas Anak.

- Anak wajib diupayakan dan dipastikan untuk mendapat program pendidikan


dengan memperhatikan kesediaan dan kemampuan Anak untuk mengikuti
program. Apabila Anak tidak memiliki minat pada program pendidikan maka
Anak wajib diarahkan kepada program pembinaan kemandirian.

 Perencanaan program di dalamnya harus meliputi tujuan yang akan dicapai, jenis
program dan kegiatan, kebutuhan program yang sesuai dengan Anak dan waktu
pelaksanaan program.

Sidang TPP

32
Salah satu tugas Tim Pengamat Pemasyarakatan di LPKA adalah memberi saran dan
pertimbangan kepada Kepala LPKA mengenai bentuk dan program bagi Anak. Dalam
melakukan tugas tersebut, TPP mempunyai fungsi untuk melakukan sidang TPP. Rekomendasi
hasil perencanaan program yang sudah dibuat sebelumnya wajib dijadikan bahan pertimbangan
oleh TPP untuk memutuskan program yang tepat bagi Anak. Dalam pelaksanaan sidang TPP
perlu diperhatikan mengenai:

 Susunan keanggotaan TPP di LPKA terdiri dari:

 Ketua adalah pejabat struktural di bidang pelayanan.

 Sekretaris adalah pejabat struktural satu tingkat di bawah pejabat bidang


pelayanan atau salah satu jabatan fungsional umum di bidang pelayanan.

 Anggota adalah:

 Pejabat struktural bidang lainnya di LPKA

 Pembimbing Kemasyarakatan

 Jabatan fungsional lainnya di bidang pelayanan yang ditunjuk oleh Kepala


LPKA

Berkas Anak untuk sidang TPP meliputi:

 Hasil perencanaan program Anak

 Litmas Anak

Sidang TPP terdiri dari:

 Sidang Rutin yaitu sidang TPP yang dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua)


kali dalam 1 (satu) bulan untuk membahas perkembangan Anak.

Sidang Khusus yaitu sidang TPP yang dilaksanakan dan berlangsung setiap waktu sesuai
kebutuhan Anak dan membahas persoalan-persoalan yang menyangkut pelaksanan teknis
pelayanan, pendidikan dan pelatihan keterampilan maupun penegakan disiplin yang memerlukan
penyelesaian cepat.

33
Pengambilan keputusan dalam sidang TPP didasarkan atas musyawarah dan mufakat. Dalam hal
musyawarah dan mufakat tidak tercapai, maka pengambilan keputusan dilakukan dengan cara
pemilihan suara terbanyak dengan ketentuan bahwa keputusan diambil lebih dari setengah
ditambah 1 (satu).

Selama persidangan berlangsung, proses pembahasan dan masalah yang berkembang


dalam sidang TPP harus dicatat agar dapat diketahui dasar pengambilan keputusan dalam
penentuan program pelayanan Anak.

Ketentuan lebih rinci mengenai pelaksanaan sidang TPP merujuk pada Keputusan
Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.03 Tahun
1999 Tentang Pembentukan Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan Tim Pengamat
Pemasyarakatan

Klasifikasi (Penempatan dan Intensivitas Pengawasan)

Untuk kepentingan pemberian program pembinaan selanjutnya, pada saat masa


pengamatan dan pengenalan lingkungan telah mencapai 1 (satu) bulan, maka Anak wajib
dipindahkan ke dalam kamarnya masing-masing. Penempatan Anak sebagaimana dimaksud
harus memperhatikan:

Selama persidangan berlangsung, proses pembahasan dan masalah yang berkembang dalam
sidang TPP harus dicatat agar dapat diketahui dasar pengambilan keputusan dalam penentuan
program pelayanan Anak.

Ketentuan lebih rinci mengenai pelaksanaan sidang TPP merujuk pada Keputusan
Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia Nomor: M.02.PR.08.03 Tahun
1999 Tentang Pembentukan Balai Pertimbangan Pemasyarakatan dan Tim Pengamat
Pemasyarakatan.

Klasifikasi (Penempatan dan Intensivitas Pengawasan)

Untuk kepentingan pemberian program pembinaan selanjutnya, pada saat masa


pengamatan dan pengenalan lingkungan telah mencapai 1 (satu) bulan, maka Anak wajib

34
dipindahkan ke dalam kamarnya masing-masing. Penempatan Anak sebagaimana dimaksud
harus memperhatikan:

 Rekomendasi litmas, yang mencakup hasil asesmen risiko dan kebutuhan.

 Penggolongan usia, jenis kelamin, status penahanan, tindak pidana, lama


penahanan, pengulangan tindak pidana dan kewarganegaraan.

 Dalam hal terdapat kondisi khusus, maka penempatan Anak memperhatikan


ketentuan berikut:

 Anak yang sakit menular atau berbahaya dan dalam keadaan khusus wajib
ditempatkan secara terpisah.

 Anak yang memiliki gangguan kejiwaan harus dikonsultasikan dengan


dokter jiwa dan dilaporkan kepada instansi yang menahan untuk
mendapatkan perawatan sebagaimana mestinya. (c) Anak yang sakit dapat
dirawat di klinik LPKA.

 Anak yang sakit keras dapat dirawat di rumah sakit di luar LPKA setelah
melalui pertimbangan dokter LPKA setelah dilakukan pemeriksaan secara
teliti dengan seizin instansi yang menahan.

 Anak yang dianggap dapat membahayakan dirinya atau Anak lain


sehingga membahayakan ketertiban di LPKA dapat ditempatkan secara
terpisah.

Persiapan Pelaksanaan Program Pembinaan

Berdasarkan hasil keputusan sidang TPP yang telah disetujui oleh Kepala LPKA maka
program pelayanan bagi Anak dilaksanakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan
pelaksanaan program di LPKA adalah:

(1) Persiapan program harus memperhatikan manajemen

operasional program yang terdiri dari:

35
 Ketersediaan anak yang akan mengikuti program pembinaan;

 Kesiapan petugas pemasyarakatan dan tenaga instruktur yang telah


memenuhi kompetensi dan kualiKesiapan anggaran;

 fikasi;Tempat pelaksanaan pembinaan; dan Sebelum pelaksanaan


program, koordinasi wajib dilakukan dengan instansi yang
menahan untuk memberikan informasi mengenai program
pembinaan yang diikuti oleh Anak. Koordinasi dapat dilakukan
melalui telepon, surat maupun tatap muka.

Dalam hal program pembinaan dilaksanakan dengan mitra kerjasama, petugas LPKA
perlu membuat daftar mitra kerjasama, baik pemerintah maupun swasta, yang dapat diajak
bekerja sama dalam menyelenggarakan program pembinaan bagi Anak di LPKA. Penentuan
mitra kerjasama wajib mempertimbangkan prinsip-prinsip kepentingan terbaik bagi Anak.

Kesepakatan kerjasama dengan pihak ketiga wajib mengatur hal berikut:

 Hubungan kerjasama;

 Jangka waktu kerjasama;

 Tata cara kerjasama;

 Peran masing-masing pihak dalam pelaksanaan kerjasama.

(5) Khusus untuk program pendidikan formal dan non formal, tugas LPKA lebih bersifat
fasilitatif yaitu menyiapkan sarana prasarana dan peserta didik. Dengan demikian, dalam proses
belajar mengajar petugas LPKA tidak memberikan pembelajaran kecuali petugas tersebut
merupakan tenaga fungsional guru/tutor.

36

Anda mungkin juga menyukai