DALAM REHABILITASI SOSIAL DAN REINTEGRASI PADA SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK
B. URAIAN MATERI
Dalam sesi ini dibahas mengenai orientasi pelatihan secara partisipatif sebagai langkah awal
pelatihan bagi para peserta pelatihan yang terdiri dari:
✓ Perkenalan
✓ Tujuan Pelatihan
a) Perkenalan
1) Pertama – tama fasilitator mengucapkan “puji syukur dan merasa senang bisa
bertemu”dengan peserta yang luar bias.
3) Fasilitator menyimpulkan hasil hasil ice breaking dan brainstorming dilanjutkan pemaparan
materi
• Pengetahuan;
• kepekaan;dan
• keterampilan;
dalam menyelesaikan perkara anak yang berhadapan dengan hukum, dengan mengedepankan
faktor psikologis anak. Dalam proses pelatihan yang menempatkan peserta sebagai subyek
pelatihan, kebutuhan dan harapan peserta pelatihan menjadi bahan yang harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu, menggali kebutuhan dan harapan peserta tidak hanya dimaksudkan sebagai
kegiatan ritual kontrak belajar, melainkan menjadi dasar prinsip pelatihan partisipatif.
Pada sesi ini peserta diharapkan menyampaikan harapan dan kekhawatiran dalam mengikuti
pelatihan ini.
c) Tujuan Pelatihan
Peserta mampu menjelaskan :
5. Memfasilitasi penyediaan Panti Sosial Marsudi Putra, Rumah Perlindungan Sosial Anak dan
Pusat Trauma bagi anak yang berhadapan dengan hokum.
Dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) pada :
1. Pasal 58 Peksos mendampingi anak korban dan anak saksi dalam pemeriksaan langsung
jarak jauh dengan alat komunikasi audiovisual
2. Pasal 56 Kompetensi sertifikasi Pekerja Sosial Profesional
3. Pasal 82 LPKS menerima rujukan putusan Tindakan pada Anak
4. Pasal 90
5. Pasal 91
6. Pasal 103
7. Pasal 105
B. Peran dan Fungsi Peksos, TKS, LPKS
Pekerja Sosial adalah Seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang
memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.
Sedangkan Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara
profesional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau
seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup
kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial Anak.
Dalam melaksanakan pendampingan atau penangan ABH seorang Pekerja Sosial dan Tenaga
Kesejahteraan Sosial harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 68 Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) nomor 11 tahun 2012, disampingi prinsip-rinsip pekerjaan
sosial dan pedoman nilai pekerjaan sosial.
Peranan pekerja sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dalam penangan ABH dapat dilakukan
pada setiap tahapan mulai dari terungkapnya kasus permasalahan sosial anak dengan
mengupayakan pelaksanaan Restoratif Justice , proses diversi baik anak di berada dalam
keluarga masa titipan apabila anak ditempatkan di LPKS , proses diversi maupun anak dalam
melaksanakan tindakan putusan
LPKS merupakan Lembaga Pelayanan kesejahteraan Sosial yang telah di tunjuk melalui SK
Kementerian Sosial RI nomor 44 tahun 2015 tentang penetapan LPKS sebagai pelaksana
Rehabibiltasi Sosial bagi Anak Berhadapan Hukum. PSMP Handayani merupakan salah satu Unit
Pelayanan teknis dari Kementerian Sosial RI yang memiliki tugas dan fungsi rehabilitasi sosial
bagi Anak Berhadapan Hukum (ABH) baik anak sebagi pelaku, korban maupun saksi baik yang
bersifat titipan maupun anak menjalani masa tindakan. Tugas LPKS PSMP Handayani memiliki
merehabilitasi anak nakal (AN) dan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) melalui
pemberian bimbingan sosial, fisik, mental, pendidikan dan keterampilan agar anak mampu
mandiri dan berperan aktif dalam masyarakat, sedangkan fungsi LPKSA PSMP Handayani
sebagai pusat (sistem) rujukan, tempat uji coba model layanan dan pusat studi AN-ABH.
Pelaksanaan proses rehabilitasi dimulai tahapan penerimaan, registrasi, penempatan rumah
antara/rumah aman , asesmen , intervensi , resosialisasi, reintegrasi sampai dengan pembinaan
lanjut.
Untuk mersespon diberlakukannya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang otonomi Daerah
Kementerian Sosial RI mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 17 tahun 2018
tentang Peraturan Menteri Sosial Nomor: 17 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak di Lingkungan Ditjen Rehsos. Dengan adanya
peraturan tersebut yang tadinya panti atau Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) berubah menjadi
balai yaitu Balai Rehabilitasi Sosial yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK), yang
memiliki sasaran garapan sesuai dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak yaitu :
1. Anak dalam situasi darurat
2. Anak Berhaapan Hukum
3. Anak dalam kelompok minoritasdan terisolasi
4. Anak yang tereksploitasi ekonomi dan seksual
5. Anak yang menjadi korban NAPZA dan zat adiktif lainnya
6. Anak korban pornografi
7. Anak dengan HIV AID
8. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan
9. Anak korban fisik dan/psikis
10. Anak korban kejahatan seksual
11. Anak korban jaringan teroris
12. Anak penyandang disabel
13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran
14. Anak dengan penyimpang perilaku sosial
15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang Tuanya.
Program layanan BRSAMPK/LPKS Handayani meliputi
1. Layanan Dalam Balai
a. Terapi kecerdasanSekolah Formal SLBE (usia 5 SD - 3 SLTP)
b. Terapi kehidupan melalui Keterampilan (usia SLTA) terdiri Otomotif, Pendingin, Las ,
Sablon dan handy Craf
2. Unit Layanan Penanganan Anak Korban (Traumatic Center)
3. Layanan Luar Panti
a. Bantuan Sosial Berupa Tabungan
b. Penjangkauan melalui Pelayanan Jarak Jauh(PJJ) /aoutreacher
c. Peduli sekolah
d. Respon kasus
e. Bimbingan dan Pemantapan bagi LPKS
Intervensi Terminasi
Registration
Rujukan
Asesmen Rencana Intervensi Resosialisasi