Anda di halaman 1dari 6

PERAN PEKERJA SOSIAL DAN TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL

DALAM REHABILITASI SOSIAL DAN REINTEGRASI PADA SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK

A. TUJUAN HASIL BELAJAR

Peserta mampu menjelaskan :

1. Tentang kebijakan Kemensosdalam penangananABH.


2. Memahami peran dan fungsi pekerja sosial dalam proses peradiilan dan rehabilitas sosial
terhadap ABH.
3. Memahami proses rehabilitasi sosial.
4. Memahami akses Peksos, TKS, dan LPKSA dalam penanganan ABH.

B. URAIAN MATERI
Dalam sesi ini dibahas mengenai orientasi pelatihan secara partisipatif sebagai langkah awal
pelatihan bagi para peserta pelatihan yang terdiri dari:

✓ Perkenalan
✓ Tujuan Pelatihan

a) Perkenalan
1) Pertama – tama fasilitator mengucapkan “puji syukur dan merasa senang bisa
bertemu”dengan peserta yang luar bias.

2) Fasilitator mengadakan ice breaking sekaligus brainstorming dengan menggunakan


permainan dengan memperkan diri dengan menyebut nama dan kata sifat sesuai dengan
huruf pertama pada namanya serta tentang peran pekerja sosial dalam SPPA

3) Fasilitator menyimpulkan hasil hasil ice breaking dan brainstorming dilanjutkan pemaparan
materi

b) Harapan, Kekhawatiran dan Kesepakatan Pelatihan


Pelatihan dengan menggunakan metode partisipatif menempatkan peserta menjadi subyek
pelatihan. Oleh karena itu, melalui penyelenggaraan pelatihan ini, diharapkan dapat disiapkan
aparat penegak hukum dan petugas instansi/lembaga terkait yang memiliki:

• Pengetahuan;
• kepekaan;dan
• keterampilan;
dalam menyelesaikan perkara anak yang berhadapan dengan hukum, dengan mengedepankan
faktor psikologis anak. Dalam proses pelatihan yang menempatkan peserta sebagai subyek
pelatihan, kebutuhan dan harapan peserta pelatihan menjadi bahan yang harus dipertimbangkan.
Oleh karena itu, menggali kebutuhan dan harapan peserta tidak hanya dimaksudkan sebagai
kegiatan ritual kontrak belajar, melainkan menjadi dasar prinsip pelatihan partisipatif.
Pada sesi ini peserta diharapkan menyampaikan harapan dan kekhawatiran dalam mengikuti
pelatihan ini.

c) Tujuan Pelatihan
Peserta mampu menjelaskan :

1. Tentang kebijakan Kemensosdalam penangananABH.


2. Memahami peran dan fungsi pekerja sosial dalam proses peradiilan dan rehabilitas sosial
terhadap ABH.
3. Memahami proses rehabilitasi sosial.
Memahami akses Peksos, TKS, dan BRSAMPK/LPKSA dalam penanganan ABH.
A. Kebijakan Kementerian Sosial tentang penangan Anak Berhadapan Hukum

Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak dalam Pasal 23


ayat (1) mengamanatkan Negara dan pemerintah menjamin perlindungan,
pemeliharaan, dan kesejahteraan anak, dengan memperhatikan hak dan kewajiban
orang tua, wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggungjawab terhadap anak.
Pasal tersebut mengakui tanggungjawab orangtua atau wali sebagai pihak pertama
yang memberikan perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak.
Pada saat orangtua, wali atau keluarga tersebut tidak mampu lagi memenuhi
tanggungjawabnya, maka Negara berkewajiban menjamin dan menyediakan
perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan anak tersebut. Kewajiban Negara
tersebut terjabarkan pada pasal 59 yang menyebutkan pemerintah dan lembaga Negara
lainnya berkewajiban dan bertanggungjawab untuk memberikan perlindungan khusus
kepada: 1) anak dalam situasi darurat, 2) anak berhadapan dengan hUkum, 3) anak
dari kelompok minoritas dan terisolasi, dan 4) anak tereksploitasi, yang mencakup
eksploitasi ekonomi dan/atau seksualitas, anak yang diperdagangkan, anak yang
menjadi korban penyalahgunaaan narkotika, alcohol, psikotropika dan zat adiktif lainnya
(napza), anak korban penculikan, penjualan dan perdagangan, anak korban kekerasan
baik fisik dan/atau mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan
salah dan penelantaran. Anak-anak ini dikategorikan sebagai anak-anak yang
memerlukan perlindungan khusus (Children in Needs of Special Protection / CNSP).
Secara operasional pemerintah menindaklanjuti kebijakan tersebut Keputusan Bersama
Ketua MA, Kejagung, Kapolri, Menkumham, Mensos RI, dan Menneg PP A tahun 2009
tentang tentang Penanganan Anak yang Berhadapan dengan Hukum. (15 Desember
2009), Kesepakatan Bersama antara Depsos, Depkumham, Depdiknas, Depkes,
Depag, dan Polri Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Anak yang
Berhadapan dengan Hukum (AB H). (22 Desember 2009) Tentang penangan Surat
Keputusan Bersama (SKB) antara Menteri Sosial RI Nomor: 75/HUK/2002, Kementerian
Sosial Sosial memperoleh mandat untuk:
1. Menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu pekerja sosial untuk penngan ABH
kekerasan
2. Mengemnbangkan panduan/pedoman, standard, prosedur penanganan ABH
3. Melakukan sosialisasi internal.
4. Melaksanakan perlindungan sosial kepada ABH melalui unit pelaksana teknis milik
pemerintah pusat dan pemerintah daerah

5. Memfasilitasi penyediaan Panti Sosial Marsudi Putra, Rumah Perlindungan Sosial Anak dan
Pusat Trauma bagi anak yang berhadapan dengan hokum.
Dalam Undang – Undang Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) pada :
1. Pasal 58 Peksos mendampingi anak korban dan anak saksi dalam pemeriksaan langsung
jarak jauh dengan alat komunikasi audiovisual
2. Pasal 56 Kompetensi sertifikasi Pekerja Sosial Profesional
3. Pasal 82 LPKS menerima rujukan putusan Tindakan pada Anak
4. Pasal 90
5. Pasal 91
6. Pasal 103
7. Pasal 105
B. Peran dan Fungsi Peksos, TKS, LPKS
Pekerja Sosial adalah Seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta yang
memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang
diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman praktik pekerjaan sosial untuk
melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial.
Sedangkan Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara
profesional untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau
seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup
kegiatannya di bidang kesejahteraan sosial Anak.
Dalam melaksanakan pendampingan atau penangan ABH seorang Pekerja Sosial dan Tenaga
Kesejahteraan Sosial harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 68 Undang-Undang
Sistem Peradilan Pidana Anak (SPPA) nomor 11 tahun 2012, disampingi prinsip-rinsip pekerjaan
sosial dan pedoman nilai pekerjaan sosial.
Peranan pekerja sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial dalam penangan ABH dapat dilakukan
pada setiap tahapan mulai dari terungkapnya kasus permasalahan sosial anak dengan
mengupayakan pelaksanaan Restoratif Justice , proses diversi baik anak di berada dalam
keluarga masa titipan apabila anak ditempatkan di LPKS , proses diversi maupun anak dalam
melaksanakan tindakan putusan
LPKS merupakan Lembaga Pelayanan kesejahteraan Sosial yang telah di tunjuk melalui SK
Kementerian Sosial RI nomor 44 tahun 2015 tentang penetapan LPKS sebagai pelaksana
Rehabibiltasi Sosial bagi Anak Berhadapan Hukum. PSMP Handayani merupakan salah satu Unit
Pelayanan teknis dari Kementerian Sosial RI yang memiliki tugas dan fungsi rehabilitasi sosial
bagi Anak Berhadapan Hukum (ABH) baik anak sebagi pelaku, korban maupun saksi baik yang
bersifat titipan maupun anak menjalani masa tindakan. Tugas LPKS PSMP Handayani memiliki
merehabilitasi anak nakal (AN) dan Anak yang Berhadapan dengan Hukum (ABH) melalui
pemberian bimbingan sosial, fisik, mental, pendidikan dan keterampilan agar anak mampu
mandiri dan berperan aktif dalam masyarakat, sedangkan fungsi LPKSA PSMP Handayani
sebagai pusat (sistem) rujukan, tempat uji coba model layanan dan pusat studi AN-ABH.
Pelaksanaan proses rehabilitasi dimulai tahapan penerimaan, registrasi, penempatan rumah
antara/rumah aman , asesmen , intervensi , resosialisasi, reintegrasi sampai dengan pembinaan
lanjut.
Untuk mersespon diberlakukannya Undang-Undang 23 tahun 2014 tentang otonomi Daerah
Kementerian Sosial RI mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Sosial Nomor 17 tahun 2018
tentang Peraturan Menteri Sosial Nomor: 17 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis Rehabilitasi Sosial Anak di Lingkungan Ditjen Rehsos. Dengan adanya
peraturan tersebut yang tadinya panti atau Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) berubah menjadi
balai yaitu Balai Rehabilitasi Sosial yang Memerlukan Perlindungan Khusus (BRSAMPK), yang
memiliki sasaran garapan sesuai dengan Undang-Undang nomor 35 tahun 2014 tentang
perlindungan anak yaitu :
1. Anak dalam situasi darurat
2. Anak Berhaapan Hukum
3. Anak dalam kelompok minoritasdan terisolasi
4. Anak yang tereksploitasi ekonomi dan seksual
5. Anak yang menjadi korban NAPZA dan zat adiktif lainnya
6. Anak korban pornografi
7. Anak dengan HIV AID
8. Anak korban penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan
9. Anak korban fisik dan/psikis
10. Anak korban kejahatan seksual
11. Anak korban jaringan teroris
12. Anak penyandang disabel
13. Anak korban perlakuan salah dan penelantaran
14. Anak dengan penyimpang perilaku sosial
15. Anak yang menjadi korban stigmatisasi dari pelabelan terkait dengan kondisi Orang Tuanya.
Program layanan BRSAMPK/LPKS Handayani meliputi
1. Layanan Dalam Balai
a. Terapi kecerdasanSekolah Formal SLBE (usia 5 SD - 3 SLTP)
b. Terapi kehidupan melalui Keterampilan (usia SLTA) terdiri Otomotif, Pendingin, Las ,
Sablon dan handy Craf
2. Unit Layanan Penanganan Anak Korban (Traumatic Center)
3. Layanan Luar Panti
a. Bantuan Sosial Berupa Tabungan
b. Penjangkauan melalui Pelayanan Jarak Jauh(PJJ) /aoutreacher
c. Peduli sekolah
d. Respon kasus
e. Bimbingan dan Pemantapan bagi LPKS

C. Rehabilitasi Sosial dan Reintegrasi


1. Rehabilitasi sosial menurut Undang – Undang nomor 9 tahun 2009
- Pasal 1 ayat 1 adalah Rehabilitasi Sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial agar dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar
- Pasal 7 Ayat 2 pemulihan dan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilaksanakan secara persuasif , motivatif, koersif, baik dalam keluarga, masyarakat maupun
panti sosial
- Pasal 7 Ayat 3 Rehabilitasi sosial dimaksud ayat (2) diberikan dalam bentuk a. Motivasi dan
diagnosis psikososial b. Perawatan dan pengasuhan c. Pelatihan vokasional dan
kewirausahaan d. Bimbinagn Menal spiritual e. Bimbingan fisik f. Bimbingan Sosial dan
konseling psikososial g. Aksesbilitas h. Bantuan dan asistensi sosial.
Tahapan rehabilitasi sosial di PSMP Handayani :
a. Tahap Penerimaan
b. Tahap bimbingan/terapi biopsikosoial (Terapi fisik, terapi psikososial, terapi kehidupan
dan terapi kecerdasan)
c. Tahap Resosialisasi
d. Tahap Reintegrasi
e. Tahap Bimbingan Lanjut
f. Dan Terminasi
2. REINTEGRASI
(UU No.11 Thn 2012 Pasal 91)
Pasal 91 Ayat 3 yang dimaksud “reintegrasi sosial” adalah proses penyiapan Anak, Anak
Korban, dan/atau Anak Saksi untuk dapat kembali ke dalam lingkungan keluarga dan
masyarakat” Tahapan dalam pelaksanaan reintegrasi :
1. Langkah-langkah :
2. Mempelajari laporan perkembangan penerima manfaat
3. Mempersiapkan penerima manfaat dalam proses reintegrasi
4. Mempersiapkan orang tua/keluarga/lembaga perujuk untuk menerima kembali
penerima manfaat didalam lingkungannya
5. Mempersiapkan administrasi serah terima
6. Pelaksanaan reintegrasi
7. Evaluasi
8. Penyusunan laporan

D. Alur layanan rehabilitasi sosial


Alur layanan rehabilitasi sosial adalah proses urutan layanan rehabilitasi sosial bagi Anak
Berhadapan Hukum di BRSAMPK Handayani, bertujuan agar sejak awal pengguna layanan
memperoleh informasi dan paham tehrhadap tahapan dan prosedur rehabilitasi.
Business Process
Balai Rehabilitasi Sosial Anak Memerlukan Perlindungan Khusus
❖ Keluarg
❖ Terapi Fisik a
❖ Terapi Psikososial ❖ Lemba
ga
Outreach/ ❖ Registrasi ❖ Terapi Penghidupan ❖ Dunia
Pelayanan Darurat:
Situasi Krisis: Rapid ❖ Kesehatan/Medi ❖ Kontrak ❖ Terapi Mental Kerja
TEPSA Assesmen s ❖ Pengasramaan ❖ Sekola
MEDIA t ❖ Rumah Antara Spiritual h
❖ APH

Intervensi Terminasi
Registration

Rujukan
Asesmen Rencana Intervensi Resosialisasi

Sumber Rujukan: Menyusun rencana


❖ TEPSA intervensi dan case Penelusuran, penyi
❖ Lembaga conference apan keluarga dan
❖ APH lingkungan sosial
❖ Dinas Sosial
❖ Media

E. Peran Pekerja Sosial dan tenaga Kesejahteraan Sosial


Dalam proses rehabilitasi sosial dan Reintegrasi Pekerja sosial memiliki peran yang sangat
penting, dimana pekerja sosial merupakan meneger kasus dalam memberikan pelayanan
rehabilitasi sosial bekerja sama dengan profesi lain yaitu Psikolog, dokter, psikikitri, pembing
agama, Aparat Penegak Hukum dan lain-lain tergantung dari permasalahan yang disandang
AMP. Pekerja Sosial memilik tugas dan fungsi dalam setiap tahapanproses pelayanan
rehabilitasi sosial.
Sesuai Undang-Undang 11 tahun 2012 tentang Sistim Peradilan Pidana Anak yang dimaksud
Pekerja Sosial Profesional adalah seseorang yang bekerja, baik di lembaga pemerintah
maupun swasta, yang memiliki kompetensi dan profesi pekerjaan sosial serta kepedulian
dalam pekerjaan sosial yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan/atau pengalaman
praktik pekerjaan sosial untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah
sosial Anak. Dalam pasal 66 Pekerja Sosial menyaratkan yang memiliki komptensi melalui uji
sertifikas. Peran Pekerja Sosial dalamUndang-Undang 11 tahun 2012 terdapat pada Pasal 8,
21, 27 dan 58.
Tenaga Kesejahteraan Sosial adalah seseorang yang dididik dan dilatih secara profesional
untuk melaksanakan tugas pelayanan dan penanganan masalah sosial dan/atau seseorang
yang bekerja, baik di lembaga pemerintah maupun swasta, yang ruang lingkup kegiatannya
di bidang kesejahteraan sosial Anak.

Anda mungkin juga menyukai