Anda di halaman 1dari 9

Slide 1

Assalamualaikum wb.
Selamat pagi pak, selamat pagi bu. Salam sehat, semoga kita selalu dalam lindungan Tuhan.
Yth. Bapak Abas Basuni selaku dosen penguji
Ibu Dwi Yuliani selaku dosen Pembimbing sekalis penguji
Dan yang saya hormati ibu Sulistyary Ardyantika selaku notulen.

Terimakasih kesempatan yang telah diberikan kepada saya


Perkenalkan nama saya Helping Indah Kartini Zai, NRP 17.04.405, Praktikan di Kelurahan
Pasanggrahan Kecamatan Ujung Berung.

Pada kesempatan ini saya akan memaparkan hasil Laporan Praktikum 1 yang berjudul
Pengenalan masalah, Potensi dan sumber, Kebijakan dan Program Kesejahteraan Sosial
Anak dengan Kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung Kota
Bandung tahun 2020.
Laporan ini terdiri dari 5 bab yaitu Bab I pendahuluan, Bab II Kajian Literatur, Bab III
Deskripsi Hasil Studi Lapangan, Bab IV Pembahasan, Bab V Kesimpulan dan Rekomendasi.
Slide 2
Bab I Pendahuluan
Praktikum I dilaksanakan pada tanggal 20 Februari-26 Maret 2020 dengan lokasi praktikum di Kelurahan
Pasanggrahan Kecamatan Ujungberung.
Adapun Tujuan Praktikum I ialah:
1. Agar mahasiswa Mengenal dan memahami jenis-jenis permasalahan kesejahteraan sosial.
2. Agar mahasiswa Mempelajari dan mendalami praktik pekso seting mikro & makro.
3. Agar mahasiswa Mengenal dan memahami tentang PPKS, PSKS serta kebijakan dan program
kesejahteraan sosial
4. Agar mahasiswa Melakukan analisis terhadap PPKS yg dipilih, PSKS, Kebijakan & Program Kesejahteraan
Sosial
5. Agar mahasiswa mampu Mengaplikasikan pengetahuan, nilai dan etika, serta keterampilan peksos di
Kelurahan Pasanggrahan

Adapun Manfaat dari kegiatan praktikum I ialah:


1. Meningkatkan pemahaman masiswa terhadap PPKS, PSKS, Kebijakan & Program Kesos.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menganalisis.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dlm mengaplikasikan konsep & praktik peksos
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dlm menerapkan kerangka Profesi Peksos.

Kegiatan Praktikum I Terdiri dari 3 Tahapan:


Yang pertama Tahap Persiapan
Pada hari Jumat, 7 Februari 2020 dilaksanakannya pembagian kelompok dan lokasi praktikum. Paha hari kamis,
13 Februari 2020 dilaksakannya pembekalan praktikum. setelah dari pembekalan mahasiswa mengagendakan
untuk melakukan penjajakan langsung dilokasi praktikum. Pada hari senin & Rabu, 12 & 17 Februari 2020
dilaksanakannya bimbingan dan penugasan oleh Dosen pembimbing kepada mahasiswa.
Yang kedua Tahap Pelaksanaan.
Pada tanggal 20-26 Februari praktikan melakukan trust Building atau menjalin hubungan relasi dengan
masyarakat dan tokoh-tokoh masyarakat. Sekaligus mensosialisasikan secara informal ttg ppks dan psks.
Kemudian, Pada tanggal 04 - 14 MARET 2020 praktikan melakukan updating data PPKS dan PSKS.
Yang ketiga ialah Tahapan Pengakhiran. Pada Tanggal 26 Maret 2020, Direktur PLT POLTEKESOS Bandung
mengeluarkan surat pemberitahuan tentang pengakhiran praktikum lebih awal. Praktikan diarahkan untuk
melanjutkan kegiatan praktikum di tempat tinggal masing-masing.
Slide 3
BAB II Kajian Literatur
Disini saya akan menjelaskan apa itu ADK?, apa faktor penyebabnya dan apa akibat kedisabilisan pada anak.
Yang pertama apa itu ADK?
Anak dengan kedisabilitasan atau yang sering kita kenal dengan istilah ADK menerut permensos no 8 tahun
2012 adalah Seseorang yg belum berusia 18 thn mempunyai kelainan fisik/mental yg dpt mengganggu fungsi
jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yg terdiri dr anak dng disabilitas fisik, disabilitas mental, &
disabilitas fisik dan mental.
UU. No. 8 Tahun 2016 mengemukakan bahwa ragam disabitas ialah Disabilitas Fisik, Intelektual, Mental,
sensorik, dan ganda.

Adapun faktor penyebab kedisabilitasan pada anak menurut effendi (2006) ialah:

1. Faktor Bawaan

Yaitu Faktor gen dan rhesus kedua orangtua anak, Kromosom yang tidak sempurna dan. Pembelahan sel

telur dan sperma berkualitas buruk.

2. Faktor Kecelakaan

Saat kecil mengalami kecelakaan seperti terbetur pintu, jatuh dari tempat tidur, dan lain-lain yang

menyebabkan anak mengalami kedisabilitasan.

3. Faktor penyakit

Seperti meningitis, radang otak, diptheri, partusis, infeksi virus dan sebagainya.

Menurut Fauzi Firdawati (2017) secara umum kedisabilitasan pada anak dapat mengakabitkan beberapa hal,

diantaranya:

• Anak mengalami hambatan dalam penyesuaian diri

• sulit berkomunikasi, terkena penyakit.

• terbatas dalam proses belajar.

• kurang percaya diri.


Slide ke 4

BAB III Deskripsi Hasil Studi Lapangan.

Deskripsi Hasil Studi Lapangan ini diperoleh dari Kader PPK sekaligus pendamping Lapangan dan kader

laiinya, Ketua RT dan RW, Pihak-pihak kelurahan, dan karang taruna serta studi dokumentasi dari laporan

praktikum I tahun 2018.

Berdasarkan hasil pendataan, terdapat 12 jenis PPKS di Kelurahan Pasanggrahan, diantaranya: Fakir Miskin,

PRSE, Lansia Terlantar, Penyandang Disabilitas, Pemulung, ADK, Korban penyalahgunaan obat napza, Anak

balita terlantar, BWBLP, dan keluarga bermasalah sosial ekonomi,

Jumlah keseluruhan PPKS di kelurahan Pasanggrahan ialah sebanyak 1098 PPKS.

Berdasarkan hasil pendataan, terdapat beberapa Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial yang dapat digunakan

untuk menangani permasalahan kesejahteraan sosial di Pasanggrahan, diantaranya: PSM, Karangtaruna, Taruna

siaga bencana, LKS, WKSBM, WPKS, TKSK, dan Dunia Usaha.

Berdasarkan hasil studi dokumentasi, terdapat kebijakan dan program yang dapat menangani permasalahan
kesejahteraan di kelurahan pasanggrahan, diantaranya: Bantuan Pangan Non Tunai, PKH, KIS / KKS, KIP,
Rutilahu, PIPPK, RBM, dan Program Tri Bina (BKB, BKR, dan BKL).
Slide ke 5

Dari ke 12 Jenis PPKS di Kelurahan Pasanggrahan, praktikan memilih ADK sebagai fokus dalam pembuatan
laporan praktikum 1 ini. Berikut deskripsi empirisnya.
Berdasarkan hasil pendataan, jumlah ADK di kelurahan pasanggrahan ialah sebanyak 12 anak. Adapun ragam
jenis dan klasifikasi kedisabilitasannya ialah: Disabilitas sensorik dengan klasifikasi tunarunguwicara,
Disabilitas Intelektual dengan klasifikasi down syndrome dan Tunagrahita ,disabilitas ganda dengan klasifikasi
tunadaksa dan retardasi mental dan disabilitas fisik dengan klasifikasi cerebral palsy sebanyak

Berdasarkan hasil studi dokumentasi dari laporan praktikum I tahun 2018, adapun faktor penyebab
kedisabilitasan di pasanggrahan berdasarkan jenisnya, ialah:
1. Disabilitas Sensorik, disebabkan karena adanya kerusakan saraf pendengaran akibat kecelakaan yang dialami
anak waktu kecil misalnya kepala terantuk dilantai akibat jatuh dari tempat tidur.
2. Disabilitas fisik, disebabkan karena adanya pembekuan dan kerusakan pada syaraf otak yang mengharuskan
untuk menjalani proses pembedahan. Operasi tersebut mengakibatkan kelumpuhan sebagain tubuh anak yaitu
pada kaki dan tangan bagian kanannya.
3. Disabilitas Intelektual, faktor penyebab utamanya ialah ibu lahir diusia tua atau tidak produktif (45 tahun)
dan lahir secara premature. Kehamilan di usia 45 tahun keatas merupakan usia yang sangat berpotensi
adanya kelainan pada saat kehamilan karena usia tersebut sudah mendekati usia menopause dan resiko
infertilitas juga meningkat. Faktor laiinya ialah anak lahir dengan Salinan tambatan kromosom 21 (trysomi
21)
4. Disabilitas ganda, disebabkan oleh step atau kejang disertai dengan demam tinggi.
Slide 6
BAB IV Pembahasan
Bab ini berisi tentang analisis Anak dengan Kedisabilitasan, Potensi dan Sumber, serta kebijakan dan program di
Kelurahan Pasanggrahan. Dalam melakuakan analisis, praktikan membandingkan antara teori dan
menghubungkannya dengan kondisi dilapangan.

Analisis yang pertama ialah definisis ADK


Menurut Permensos no, 8 tahun 2012, Anak dengan Kedisabilitasan ialah Seseorang yg belum berusia 18 thn
mempunyai kelainan fisik/mental yg dpt mengganggu fungsi jasmani, rohani maupun sosialnya secara layak, yg
terdiri dr anak dng disabilitas fisik, disabilitas mental, & disabilitas fisik dan mental. Kemudian kondisi
dilapangannya ialah Anak dengan kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan ialah anak yang berusia 6-17 tahun
yang jenis kedisabilitasannya ialah dis. Sensorik dengan klasifikasi tunarungu, dis. Fisik dengan klasifikasi
cebral palsy, dis. Intelektual dengan klasifikasi down syndrome dan tunagrahita, dan disabilitas ganda dengan
klasifikasi tunadaksa dan retardasi mental. Berdasarkan definisi yang dikemukan oleh Kementrian Sosial dan
dihubungkan dengan temuan dilapangan maka dapat dilihat bahwa keduanya memiliki kesamaan baik dari segi
definisi maupun kriteria/klasifikasi.

Analisis yang kedua ialah karakteristik ADK


menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik karakteristik ADK ialah:
1. Anak dengan Kedisabilitasan Fisik, Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh, Kesulitan dalam gerakan
(tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali), Terdapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/tidak
sempurna/lebih kecil dari biasa, Terdapat cacat pada alat gerak.
2. Anak dengan Kedisabilitasan Intelektual: Ada tiga jenis anak dengan disabilitas intelektual yaitu ringan
(mampu didik), sedang (mampu latih), dan berat (mampu rawat). Wajah ceper, jarak kedua mata jauh, hidung
pesek, mulut terbuka, lidah besar, Kepala kecil/besar/datar, Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usianya
atau semua harus dibantu orang lain, Perkembangan bicara/bahasa terlambat atau tidak dapat bicara, Kurang
atau tidak dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan, Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.
3. Disabilitas Sensorik (dengan klasifikasi runguwicara): Tidak bereaksi ketika mendengar bunyi yang terjadi di
sekitarnya, belum mulai berbicara di usia sekitar 12 bulan, Perbendaharaan kata atau kalimat minim, Tidak
mampu menyusun kalimat sederhana dan terkadang hanya menyebutkan suku kata akhirnya saja, Ada
kelainan organ wicara, misalnya celah pada bibir atau sumbing, dan kelainan bentuk lidah dan Bicaranya
sulit dimengerti.
Hasil temuan lapangan yang dilakukan oleh praktikan menemukan bahwa karakteristik atau ciri-ciri Anak
dengan Kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan ialah disabilitas intelektual memiliki ciri-ciri berupa kepala
besar, mata sipit, dahi sempit, hidung pesek, bibir tebal cenderung terbuka, rambut lurus kejur dan tebal, sendi-
sendi tulang pendek, jari tangan cenderung pendek, jarak alis dekat, dan badan cenderung gemuk; disabilitas
fisik memiliki ciri-ciri berupa mengalami kelumpuhan pada alat gerak tubuh sehingga susah untuk bergerak;
disabilitas sensorik memiliki ciri-ciri berupa mengalami kerusakan terhadap syaraf pendengaran, kesulitan
berbicara, dan kesulitan mendengar; dan disabilitas ganda memiliki ciri-ciri berupa anak mempunya dua jenis
kedisabilitasan yaitu daksa dan retardasi mental.
Berdasarkan karakteristik yang dikemukakan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak Republik Indonesia dan dihubungkan dengan hasil temuan dilapangan menunjukan bahwa keduanya
memiliki beberapa kesamaan. Perbedaanya hanya terletak pada KPPPA tidak memaparkan ciri-ciri ADK ganda.
Sedangkan dikelurahan pasanggrahan terdapat ADK Ganda dengan ciri-ciri memiliki dua kedisabilitasan.
Slide 7
Selanjutnya ialah analisis Permasalahan ADK
Keterbatasan fisik, mental, ataupun intelektual mengakibatkan anak mengalami beberapa permasalahan.
Menurut Kementrian Keseharan permasalahan anak terdiri dari dua bagian yaitu internal atau permasalahan dari
dalam anak, dan eksternal yaitu permasalahan dari luar individu.
a. Gangguan atau kerusakan organ dan fungsi fisik dan atau mental sebagai akibat kelainan dan kerusakan
organ menyebabkan berbagai hambatan dalam kehidupan penyandang disabilitas.
b. Gangguan, hambatan atau kesulitan dalam orientasi, mobilitas, komunikasi, aktivitas, penyesuaian diri,
penyesuaian sosial, kepercayaan diri, gangguan belajar, keterampilan, pekerjaan.
2. Permasalahan Eksternal:
a. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap masalah disabilitas.
b. Stigma (kutukan, nasib), isolasi dan perlindungan yang berlebihan.
c. Kurangnya peran keluarga dan masyarakat terhadap masalah disabilitas dan penanganannya.
d. hidup di bawah garis kemiskinan dan tingkat pendidikan keluarga masih sangat rendah.
e. Masih banyaknya keluarga penyandang disabilitas yang menyembunyikan atau menutupi bila memiliki
anggota keluarga disabilitas.
f. Peran dunia usaha belum maksimal.
Hasil temuan yang dilakukan oleh praktikan di Kelurahan Pasanggrahan menemukan bahwa secara
umum permasalahan yang dihadapi Anak dengan Kedisabilitasan ialah mengalami hambatan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari, kebutuhan dasar (papan, pangan, dan sandang) tidak terpenuhi, merasa
minder atau tidak percaya diri dengan teman-temannya, mengalami masalah kesehatan karena kebutuhan gizi
tidak terpenuhi, dan pelayananan serta program kesejahteraan sosial di Kelurahan Pasanggrahan belum maksimal
dalam menangani masalah anak dengan kedisabilitasan. Berdasarkan masalah yang dikemukan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia dan dihubungkan dengan temuan dilapangan maka dapat dilihat bahwa keduanya
memiliki beberapa persamaan. Perbedaannya ialah masalah Anak dengan Kedisabilitasan di Kelurahan tidak
hanya berasal dari faktor internal dari anak itu sendiri maupun faktor internal dari lingkungan sekitar anak
melainkan juga berasal dari ketidakmaksimalan program dan pelayanan di Kelurahan Pasanggrahan dalam
menuntaskan permasalahan tersebut.

Analisis selanjutnya ialah Kebijakan dan program.


Kebijakan dan Program yang berkaitan dengan ADK di kelurahan Pasanggrahan ialah RBM, PKH, KIS, KIP.
Saya akan menjelaskan satu persatu.
Yang pertama RBM atau rehabilitasi berbasis masyarakat adalah upaya untuk memulihkan keberfungsian orang
yang mengalami gangguan atau hambatan, baik secara fisik, mental, psikologis, maupun sosial, dengan bertumpu
pada peran keluarga dan kelompok masyarakat, serta mendayagunakan berbagai prakarsa, potensi, dan
sumberdaya masyarakat. Tujuan Program RBM yaitu mengidentifikasi masalah, memberikan edukasi,
melakukan penjangkauan untuk mempermudah akses layanan, memberikan dukungan kesehatan dan sosial serta
spiritual, melakukan rujukan ke layanan, melibatkan keluarga agar turut serta menjamin bahwa layanan
rehabilitasi bisa terus berjalan. Program RBM merupakan salah satu program kesejahteraan sosial yang masih
berjalan di Kelurahan Pasanggrahan. Apabila di tinjau dari segi tujuan pelaksanan program, sebetulnya RBM
bisa untuk menangani permasalahan Anak dengan Kedisabilitasan. Akan tetapi, temuan dilapangan menunjukan
bahwa sebagian besar kegiatan dalam program RBM di Kelurahan Pasanggrahan tidak aktif. Program yang
masih aktif hanyalah kegiatan ibu-ibu PKK yang hanya berfokus pada pelayanan posyandu. Untuk
pendampingan dan penanganan maupun pelayanan secara khusus untuk Anak dengan Kedisabilitasan masih
belum ada. Faktor utama tidak berjalannya beberapa program dan kegiatan RBM ialah karena kurangnya
pendanaan. Oleh sebab itulah, pelaksanaan program RBM belum maksimal dalam menganai permasalahan Anak
dengan Kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan.
Program yang kedua ialah PKH. Program Keluarga Harapan adalah program pemberian bantuan sosial bersyarat
kepada keluarga miskin yang ditetapkan sebagai keluarga penerima manfaat . ujuan PKH adalah meningkatkan
taraf hidup Keluarga Penerima Manfaat melalui akses layanan pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan sosial,
mengurangi beban pengeluaran dan meningkatkan pendapatan keluarga miskin dan rentan. Sebenarnya program
PKH dapat menangani masalah kesejahteraan sosial Anak dengan Kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan
apabila di tinjau dari segi tujuannya. Akan tetapi, ternyata berdasarkan hasil temuan dilapangan menumukan
bahwa data penerima manfaat PKH masih menggunakan data yang lama atau tidak di update di Tahun 2020
sehingga beberapa keluarga yang miliki Anak dengan Kedisabilitasan tidak terjangkau.

Yang ketiga ialah Program Kartu Indonesia Sehat atau KIS. KIS adalah kartu identitas peserta Jaminan
Kesehatan Nasional yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. KIS menjamin dan memastikan masyarakat kurang
mampu untuk mendapat manfaat pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat melalui KIS ini merupakan
jaminan kesehatan yang seharusnya didapatkan oleh seluruh Anak dengan Kedisabilitasan. Anak dengan
Kedisabilitasan di kelurahan Pasanggrahan harus terjamin kesehatannya terutama Anak dengan Kedisabilitasan
fisik yang harus membutuhkan pantauan kesehatan oleh tenaga medis. KIS ini juga dapat dimanfaatkan oleh
Anak dengan Kedisabilitasan lainnya untuk dapat membantu memberikan keringanan bagi Anak dengan
Kedisabilitasan untuk membeli alat bantu kesehatan sesuai dengan kebutuhannya. Namun sangat disayangkan
bahwa program ini tidak dapat dinikmati oleh semua Anak dengan Kedisabilitasan di Kelurahan Pasanggrahan.
KIS tersebut tidak dapat mencover alat-alat bantu utk ADK. Selain itu, Ada beberapa Anak dengan
Kedisabilitasan yang masih belum memiliki KIS, Sehingga mereka tidak mendapatkan jaminan kesehatan yang
seharusnya dapat diperoleh.

Yang ke empat ialah KIP. KIP merupakan kartu yang ditujukan bagi keluarga miskin dan rentan miskin yang
ingin menyekolahkan anaknya yang berusia 7-18 tahun secara gratis. Program ini sendiri ditujukan untuk
menghilangkan hambatan ekonomi siswa untuk bersekolah, sehingga nantinya membuat anak-anak tidak lagi
terpikir untuk berhenti sekolah. Program KIP merupakan salah satu program kesejahteraan sosial yang masih
berjalan di Kelurahan Pasanggrahan. Apabila di tinjau dari segi tujuan pelaksanan program, sebetulnya KIP bisa
untuk menangani permasalahan Anak dengan Kedisabilitasan khususnya di bidang pendidikan. Akan tetapi,
temuan dilapangan menunjukan bahwa terdapat beberapa anak dengan kedisabilitasan di Kelurahan
Pasanggrahan tidak dapat merasakan manfaat dari program tersebut karena tidak bersekolah. Adapun faktor
penyebab beberapa Anak dengan Kedisabilitasan tersbut tidak bersekolah ialah ketidakpercayaan diri anak atau
merasa minder dengan teman-teman sebaya disekolah karena kedisabilitasannya dan lingkungan sekolah belum
siap menerima dan mengajar anak dengan kedisabilitasan khususnya disabilitas mental karena faktor sarana dan
prasarana serta penerimaan siswa yang tidak mendukung.

Analisis yang terakhir ialah analisis tentang Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial. PSKS adalah
perseorangan, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang dapat berperan serta untuk menjaga, menciptakan,
mendukung, dan memperkuat penyelenggaraan kesejahteraan sosial. PSKS di kelurahan Pasanggrahan ialah
PSM, LKS, KARTA, WKSBM, WPKS, TKSK, dan Dunia Usaha. Secara keseluruhan, apabila ditinjau dari segi
tujuan dan fungsinya, PPKS tersebut dapat digunakan untuk menangani permasalahan ADK di Kelurahan
Pasanggrahan. Akan tetapi, berdasarkan hasil studi dokumentasi dari laporan praktikum I tahun 2018, secara
umum PSKS tersebut mengalami hambatan dalam menjalankan program ataupun kegiatannya. Faktor utamanya
ialah karna kurangnya pendanaan untuk menjalankan proram atau kegiatan tersebut. Faktor lainnya ialah
pengurus atau orang-orang yang menggerakkan PSKS tersebut terdapat beberapa yang kurang berpengalaman
dalam berorganisasi serta tidak berasal dari lulusan sosial sehingga memiliki hambatan ketika bekerja bersama
masyarakat.
Pada bab ini saya akan memaparkan rekomendasikan bagi pihak-pihak terkait yang akan menindaklanjuti hasil
laporan ini dalam menangai setiap permasalahan Anak dengan Kedisabilitasan akan di Pasanggrahan
Rekomendasi untuk Pemerintah Kelurahan Pasanggrahan:
• Rutin melakukan updating data setiap tahun
• Memberikan informasi tentang program-program yang dpt diakses oleh ADK
• Melakukan penyuluhan sosial untuk menyadaparkan masyarkat agar tidak men-stigma ADK dan
Keluarganya.
• Mengorganisir PSKS 
• Mengembangkan program pendampingan sosial memalui RBM -> Konseling keluarga &
individu, pengajaran parenting skill, dan pengajaran activity daily living (ADL)
• Bekerja sama dengan dinas sosial, panti-panti sosial maupun lembaga kesejahteraan sosial lainnya
untuk menangani permasalahan ADK.
• Bekerja sama dengan dinas pendidikan dan Sekolah Luar Biasa (SLB) yang bisa memberikan
pelayanan pendidikan kepada Anak Dengan Kedisabilitasan.

Rekomendasi untuk Masyarakat Kelurahan Pasanggrahan:


• Menumbuhkan kepedulian utk membantu dlm permasalahan serta memberikan dukungan sosial
terhadap ADK.
• Menghilangkan stigma buruk terhadap ADK
• Membantu memberikan informasi yang dibutuhkan ADK, mis. program, kebutuhan, dsb
• Tidak mengucilkan ADK
Rekomendasi untuk Keluarga ADK:
• Memberikan perhatian dan kasih sayang serta perlindungan bagi ADK
• Tidak menganggap adk sbg aib.
• Memberikan kesempatan yg seluas-luasnya kpd ADK untuk mengembangkan diri.
• Melatih ADK secara intensif & berkala agar dpt terlatih melakukan ADL secara mandiri.
• Berusaha mengakses badan/lembaga kesos bagi ADK serta mencari tahu program-program untuk
ADK
• Belajar tentang Parenting Skill baik dari internet, televisi, buku-buku, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai