Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAN

KEPERAWATAN JIWA PADA KELOMPOK KHUSUS

ANAK, REMAJA DAN LANSIA

Di susun oleh :

1. Dhanie Aprillia Janna (A12019025)


2. Diah Alifia Dwi Prastika (A12019026)
3. Dian Nurjanah (A12019027)
4. Dita Vega Sepdiyanti (A12019028)
5. Dwi Aprilia Putri (A12019029)
6. Dwi Ayu Nurul Faizah (A12019030)
7. Dwi Linda Hidayati (A12019031)
Kelompok 4/2A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat
serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah mata kuliah dengan judul “LAPORAN
PENDAHULUAN & STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN JIWA PADA
KELOMPOK KHUSUS ANAK, REMAJA DAN LANSIA”. Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan
serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari
pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih
baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada
Dosen Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1 , yang telah membimbing dalam pembuatan
makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Kebumen, 27 Maret 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL------------------------------------------------------------------1

KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------2

DAFTAR ISI---------------------------------------------------------------------------3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang----------------------------------------------------------------4
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------5
C. Tujuan--------------------------------------------------------------------------5

BAB II PERKRMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK KEMANDIRIAN VS RAGU-


RAGU/ MALU

A. Laporan Pendahuluan--------------------------------------------------------6
B. Strategi Pelaksanaan----------------------------------------------------------9

BAB III ISOLASI SOSIAL PADA REMAJA

A. Laporan Pendahuluan--------------------------------------------------------12
B. Strategi Pelaksanaan----------------------------------------------------------15

BAB IV GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN KHUSUS LANSIA

A. Laporan Pendahuluan--------------------------------------------------------18
B. Strategi Pelaksanaan----------------------------------------------------------20

DAFTAR PUSTAKA-----------------------------------------------------------------23

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan jiwa adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental yg disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mekanisme adaptasi
dari fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimulus ekstern dan ketegangan-ketegangan
sehingga muncul gangguan fungsi atau gangguan struktur dari suatu bagian, suatu
organ, atau sistem kejiwaan mental (Erlinafsiah, 2010).
Dikutip dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementrian
KesehatanRI 6 Oktober 2016, berdasarkan data dari World Health Organitation
(WHO) 2016terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena
biopolar, 21 jutaterkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkana dimensia. Dari data
Riskesdas tahun 2013menunjukan prevalensi skizofrenia mencapai sekitar 400.000
orang atau sebanyak1,7% per penduduk.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi tersebut maka
perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri,orang
lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu saat
sedang berlangsung perilaku kekerasan terdahulu. (Yosep, 2010).
Data dari Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi
gangguan jiwa berat atau skizofrenia mencapai 1,7% per 1000 penduduk atau sekitar
400.000 orang dan hasil Riskesdas tahun 2018 yang dilakukan pada 1,2 juta jiwa
menunjukkan prevalensi gangguan jiwa berat sudah mencapai 7%.
Salah satu gejala negatif skozofrenia adalah isolasi sosial :menarik diri
,isolasi sosial : menarik diri adalah suatu keadaan diamana seorang individu terjadi
penurunan interaksi atau bahkan tidak bisa berinteraksi dengan orang lain di
sekitarnya .klien mungkin merasa ditolak ,tidak diterima,kesepian dan klien tidak
mampu berhubungan dengan orang lain( Yosep,2010)
Data dari World Health Organization dan Alzheimer’s Disease
International Organization melaporkan jumlah total orang dengan demensia di
seluruh dunia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 47,5 juta dan sebanyak 22
juta jiwa di antaranya berada di Asia. Di Negara maju seperti Amerika Serikat saat
ini ditemukan lebih dari 4 juta orang usia lanjut penderita Penyakit Demensia

4
Alzheimer. Angka ini diperkirakan akan meningkat hampir 4 kali pada tahun
2050. Di antara mereka, 58% hidup di negara- negara berpenghasilan rendah dan
menengah, dan proporsi ini diproyeksikan meningkat menjadi 71% pada tahun
2050. Jumlah total kasus demensia baru setiap tahun di seluruh dunia hampir
7,7 juta, artinya bahwa setiap 4 detik terdapat 1 kasus demensia yang baru. Jumlah
orang dengan demensia diperkirakan akan meningkat menjadi 75,6 juta pada
tahun 2030 dan 135,5 juta pada tahun 2050 (WHO, 2015).
Dimensia ( Pikun ) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian
beratnya, sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas
sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan kemunduran
memori atau daya ingat atau biasa yang sering disebut juga dengan pelupa
(Nugroho, 2008).
Dampak yang terjadi pada lansia dengan demensia adalah munculnya
beberapa gangguan yang terjadi, antara lain, pemenuhan aktivitas hidup sehari-hari
secara mandiri, dan munculnya ketidakstabilan emosi (Maestre et al., 2018).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan perilaku kekerasan
pada anak
2. Bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan isolasi social pada
remaja
3. Bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan dimensia pada lansia
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mempelajari dan memahami gangguan jiwa perilaku kekerasan pada anak,
isolasi social pada remaja serta dimensia pada lansia.
b. Tujuan Khusus
1) Mengetahui bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan
perilaku kekerasan pada anak
2) Mengetahui bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan isolasi
sosial pada remaja
3) Mengetahui bagaimana laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan
dimensia pada lansia

5
BAB II

PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL PADA ANAK


KEMANDIRIAN VS RAGU-RAGU / MALU

1. Laporan Pendahuluan (LP)


A. Pengertian
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak usia 18 bulan – 3 tahun adalah
proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian
dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajaridunianya.
Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti selalu dilindungi atau
dikendalikan, maka anak akan merasa ragu – ragu, takut, tidak berani, dan malu
untuk melakukan aktivitasnya sehingga anak akan bergantung pada oranglain. Oleh
karena itu orang tua dan pengasuh penting untuk memahami danmemiliki
kemampuan dalam menstimulasi anak untuk mencapai tugas perkembangannya
yaitu kemandirian.
B. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dapat dinilai dari ungkapan pasienyang menunjukkan penilaian
negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil observasi.
a. Data subjektif
1) Klien mengenal dan mengakui namanya
2) Klien sering mengatakan : jangan,tidak
3) Klien banyak bertanya tentang hal / benda yang asing baginya (api,
air,ketinggian, karna dan bentuk benda)
4) Klien mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
b. Data Objektif
1) Klien mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah misalnya
minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
2) Klien mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
3) Klien mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar
keluarganya.
4) Klien mau berpisah dengan orangtua hanya sebentar
5) Klien menunjukkan rasa suka dan tidak suka.
6) Klien mengikuti kegiatan keagamaan yang dilakukan keluarga

6
7) Klien suka membantah dan tidak menurut perintah

C. Penyebab
a. Biologis : sejak dalam kandungan ibu sudah merasa tertekkan
b. Psikologis : terlalu dikendalikan orang tua
c. Sosial Budaya : lingkungan sekitar berpengaruh besar terhadap kepribadian anak
D. Psikopatologi

Kemandirian

Stimulasi tubang (18 bulan – 3 tahun )

Pengetahuan keluarga yang efektif

E. Fokus Pengkajian
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi
kepada pasiendan keluarga.
a. Wawancara
Menanyakan terkait dengan kondisi pasien.
b. Observasi
1) Pasien tidak bisa diam dan tidak mau bicara
2) Pasien berinteraksi dengan orang yang terdekat
3) Pasien tampak ekspresi datar dan dangkal
4) Kontak mata kurang
c. Faktor predisposisi
Penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis.
d. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
F. Diagnosa keperawatan utama
Potensial mengembangkan kemandirian
G. Intervensi Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara :
7
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien
2) Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien, berapa
lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh untuk
kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan
b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi social
1) Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan pasientidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
3) Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul akrab
dengan mereka
4) Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
5) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
1) Jelaskan kepada pasiencara berinteraksi dengan orang lain
2) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
3) Beri kesempatan pasienmempraktekkan cara berinteraksi dengan orang lain
yang dilakukan di hadapan Perawat
4) Bantu pasienberinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
5) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
6) Beripujianuntuksetiapkemajuaninteraksi yang telahdilakukanolehklien
7) Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
8) Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan social misalnya :
berbelanja, kekantor pos, kebank dan lain-lain
9) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasiensetelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasienakan mengungkapkan keberhasilan atau

8
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasientetap semangat
meningkatkan interaksinya.

2. Strategi Pelaksanaan (SP)


Proses Keperawatan
Data subjektif :
 Klien mengenal dan mengakui namanya
 Klien sering mengatakan : jangan,tidak
 Klien banyak bertanya tentang hal / benda yang asing baginya (api,
air,ketinggian, karna dan bentuk benda)
 Klien mampu menyatakan akan buang air besar dan buang air kecil
Data objektif :
 Klien mulai melakukan kegiatan sendiri dan tidak mau diperintah misalnya
minum sendiri, makan sendiri, berpakaian sendiri.
 Klien mulai bergaul dengan orang lain tanpa diperintah
 Klien mulai bermain dan berkomunikasi dengan anak lain diluar keluarganya.
 Klien mau berpisah dengan orangtua hanya sebentar
a. Diagnosa Keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
b. Tujuan keperawatan
1) Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari-hari
2) Bekerja sama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain
3) Keluarga mengerti tentang perkembangan psikososial anak
c. Strategi Pelaksanaan
a. Fase Orientasi
keluarga menjelaskan perkembangan psikososial usia toddler yang normal dan
menyimpang dan cara menstimulasi perkembangan anak.
“Selamat pagi Bu, saya;. Mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong,
Bagaimana perasaan ibu hari ini ? Nama ibu siapa ? Biasa dipanggil apa..?
d. Evaluasi/validasi
Bagaimana kondisi kesehatan si kecil Bu Siti ? Siapa namanya ? usianya 2 tahun
ya bu ?
b. Kontrak Topik
9
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perkembangan Satrio Bu Siti?
Berapa lama Bu Siti mau berbincang – bincang dengan saya? Bagaimana kalau
30 menit ? Dimana kita akan bicara ? Di ruangan ini saja ? Baiklah.., kita akan
berbincang-bincang kurang lebih selama 30 menit.

c. Fase Kerja
Bu Siti, ini brosur ‘ leaflet tentang perkembangan anak usia 18 bulan – 3tahun,
kita lihat perkembangan yang normal dan menyimpang., saya akan jelaskan satu
persatu. Anak usia 1– 3 tahun kemampuan utamanya adalah mengatur
keinginannya, tetapi tahu batasannya sehingga anak tidak merasa dirinya tidak
dihargai, artinya dia akan tahu mana yang bisa dan boleh dilakukannya serta
merasa percaya diri bahwa dia mampu mengatur keinginannya. Jadi kalau Satrio
tidak mau diatur oleh kita, itu adalah hal yang wajar. Tugas kita adalah
membantu mencapai kemampuan seperti yang tertulis di brosur leaflet ini.

1. Diakukan permainan yang bersifat menggali rasa ingin tahunya


selamakegiatan tersebut aman bagi anak, misalnya main pasir, main lilin.
2. Memberikan kebebasan pada anak untuk melakukan aktivitas yangdiinginkan
anak dengan tetap memberi sedikit batasan-batasan, misalnyadiijinkan naik
tangga tetapi dijelaskan agar tidak jatuh dan dijaga.
3. Melarang dengan kata!kata yang bersifat positif : tangganya licin nantikalau
naik Satrio bisa jatuh, masih ingat..waktu kemarin hujan-hujanan Satrio jadi
batuk dan pilek.
4. Memberikan pilihan perilaku yang ingin dilakukan anak , pakai baju beritahu
langkah-langkahnya dan beri pujian kalau berhasil. Apakah Satrio sudah
sama kemampuannya seperti yang tertulis di leaflet itu ? Sebagian besar
sudah, Bagus itu, ibu tinggal membantu supaya kemampuan lain bisa
tercapai. Anak yang tidak bisa mencapai kemampuan itu akan merasa selalu
ragu-ragu atau malu sehingga dia akan bergantung terus pada orang lain dan
nanti setelah besar akan akan merasa minder.

d. Fase Terminasi
Sudah Bu Siti, kita sudah diskusi tentang perkembangan anak usia 18 bulan – 3
tahun yang normal dan menyimpang, bagaimana perasaan ibu sekarang? Adakah
manfaatnya ? Syukurlah kalau begitu, apakah Bu Siti masih ingat bagaimana cara

10
merawat Satrio supaya ia berkembang lebih baik lagi ? Betul sekali..bagus.., ibu
sudah mengingat dengan baik. Kalau begitu ibu dapat mencoba beberapa cara
yang belum ibu lakukan selama ini...dan pada pertemuan berikutnya ceritakan
pada saya.
e. Kontrak yang akan datang
Topik : Baiklah Bu, bagaimana kalau besok kita mempraktekan cara-cara yang
telah kita diskusikan hari ini?. Apakah ibu bersedia?
Waktu : Ibu mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat : Ibu mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang tamu?
Baiklah Ibu besok saya akan kesini lagi jam 11.00, sampai jumpa besok ya, saya
permisi, assalamualaikum.

11
BAB III

ISOLASI SOSIAL PADA REMAJA

A. Laporan Pendahuluan (LP)


1. Pengertian
Isolasi Sosial adalah kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul
karena orang lain dan sebagai suatu keadaan negative atau mengancam. (NANDA
2018-2020)
Isolasi Sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dirasakan seseorang karena orang
lain menyatakan negatif dan mengancam. Sedangkan menarik diri adalah usaha
menghindari interaksi dengan orang lain. Individu merasa kehilangan hubungan
akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi perasaan, pikiran, prestasi
atau kegagalannya. Townsend, dalam Kusumawati F dan Hartono (2010)
Isolasi Sosial adalah keadaan seseorang individu yang mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya
(Keliat, 2011).
Jadi Isolasi Sosial : Menarik Diri adalah suatu keadaan kesepian yang dialami
seseorang karena merasa ditolak, tidak diterima, dan bahkan pasien tidak mampu
berinteraksi untuk membina hubungan yang berarti dengan orang lain disekitarnya.
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari ungkapan pasienyang menunjukkan
penilaian negatif tentang hubungan sosial dan didukung dengan data hasil observasi.
a. Data subjektif
Pasien mengungkapkan tentang
1) Perasaan sepi
2) Perasaan tidak aman
3) Perasan bosan dan waktu terasa lambat
4) Ketidakmampun berkonsentrasi
5) Perasaan ditolak
b. Data Objektif
1) Banyak diam
2) Tidak mau bicara
3) Menyendiri
4) Tidak mau berinteraksi
12
5) Tampak sedih
6) Ekspresi datar dan dangkal
7) Kontak mata kurang
3. Fokus Pengkajian
Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui wawancara dan observasi
kepada pasiendan keluarga.
a. Wawancara
Menanyakan terkait dengan kondisi pasien.
b. Observasi
1) Pasienbanyak diam dan tidak mau bicara
2) Pasienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
3) Pasientampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
4) Kontak mata kurang
c. Faktor predisposisi
Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya perubahan
struktur sosial.
d. Aspek fisik / biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan keluhan
fisik yang dialami oleh klien.
e. Psikopatologi

Gangguan sensori persepsi halusinasi Efek

Isolasi sosial Core Problem

Harga diri rendah Causa

f. Intervensi Keperawatan
a) Membina hubungan saling percayadengan cara :
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan klien

13
2) Berkenalan dengan klien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan yang disukai
pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasiensaat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang Perawat akan lakukan bersama klien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap klien
7) Penuhi kebutuhan dasar pasienbila memungkinkan
b) Membantu pasien menyadari perilaku isolasi social
1) Tanyakan pendapat pasiententang kebiasaan berinteraksi dengan orang
lain
2) Tanyakan apa yang menyebabkan pasientidak ingin berinteraksi dengan
orang lain
3) Diskusikan keuntungan bila pasienmemiliki banyak teman dan bergaul
akrab dengan mereka
4) Diskusikan kerugian bila pasienhanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
5) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik klien
c) Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
1) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain
2) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain
3) Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Perawat
4) Bantu pasienberinteraksi dengan satu orang teman/anggota keluarga
5) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya
6) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
klien
7) Latih pasien bercakap-cakap dengan anggota keluarga saat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah tangga
8) Latih pasien bercakap-cakap saat melakukan kegiatan social misalnya :
berbelanja, kekantor pos, kebank dan lain-lain

14
9) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasiensetelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasienakan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasientetap semangat
meningkatkan interaksinya.

B. Strategi Pelaksanaan (SP)


Proses Keperawatan
Data subjektif :
 Klien mengatakan malas berinteraksi dengan orang lain.
 Klien mengatakan orang-orang jahat dengan dirinya.
 Klien merasa orang lain tidak selevel.
Data objektif :
 Klien tampak menyendiri.
 Klien terlihat mengurung diri.
 Klien tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
a. Diagnosa Keperawatan : Isolasi Sosial
b. Tujuan keperawatan
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari isolasi sosial yang dialaminya
3) Berinteraksi secara bertahap dengan anggota keluarga dan lingkungan sekitarnya
4) Berkomunikasi saat melakukan kegiatan rumah tangga dan kegiatan sosial
c. Strategi Pelaksanaan
a) Fase Orientasi
Assalamualaikum selamat pagi, perkenalkan nama saya Dina Milatul, biasa di
panggil Dina. Saya mahasiswa STIKES Muhammadiyah Gombong dinas
di ruangan Anggrek ini selama 3 minggu. Hari ini saya dinas siang dari jam
14.00-20.00 malam. Saya akan merawat adek selama di rumah sakit ini..
Nama adek siapa? Senangnya dipanggil apa dek?
b) Evaluasi/validasi
Bagaimana perasaannya hari ini? Jadi adek merasa bosan dan tidak berguna.
Apakah adek masih suka menyendiri?
c) Kontrak Topik

15
Baiklah adek bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang perasaan adek
dan kemampuan yang adek miliki? Apakah bersedia? Tujuannya agar adek
dengan saya dapat saling mengenal sekaligus adek dapat mengetahui
keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain.
Waktu : berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana jika 10 menit
saja?
Tempat :Adek mau berbincang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
tamu?.
d) Fase Kerja
Dengan siapa adek tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan adek?
Apa yang menyebabkan adek dekat dengan orang tersebut? Siapa anggota
keluarga dan teman yang tidak dekat dengan adek? Apa yang membuat adek
tidak dekat dengan orang lain? Apa saja kegiatan yang biasa adek lakukan
saat bersama keluarga? Bagaimana dengan teman-teman yang lain? Apakah
ada pengalaman yang tidak menyenangkan ketika bergaul dengan orang
lain? Apa yang menghambat adek dalam berteman atau bercakap-
cakap dengan orang lain? Menurut ibu apa keuntungan kita kalau mempunyai
teman? Wah benar, kita mempunyai teman untuk bercakap-bercakap. Apa
lagi dek? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa). Nah kalau kerugian
kita tidak mempunyai teman apa dek? ya apalagi? (sampai menyebutkan
beberapa), jadi banyak ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu ingin adek
belajar berteman dengan orang lain? Nah untuk memulainya sekarang adek
latihan berkenalan dengan saya dahulu. Begini dek, untuk berkenalan
dengan orang lain, kita sebutkan dahulu nama kita dan nama
panggilan yang kita sukai. Contohnya: nama saya Dina Milatul,
senang dipanggil Dina. Selanjutnya adek menanyakan nama orang yang di
ajak berkenalan. Contohnya : nama Bapak siapa? senangnya dipanggil apa?
Ayo dek coba dipraktekan! Misalnya saya belum kenal dengan adek.
Coba adek berkenalan dengan saya. Ya bagus sekali adek! Coba sekali lagi
dek..! Bagus sekali adek! Setelah berkenalan dengan adek, orang tersebut
diajak ngobrol tentang hal hal yang menyenangkan. Misal tentang keluarga,
tentang hobi, pekerjaan dan sebagainya. Nah bagaimana kalau sekarang kita

16
latihan bercakap-cakap dengan teman adek. (dampingi pasien bercakap-
cakap).
e) Fase Terminasi
Evaluasi subjektif dan objektif : Bagaimana perasaan adek setelah kita latihan
berkenalan? Nah sekarang coba ulangi dan peragakan kembali cara
berkenalan dengan orang lain. Baiklah dek, dalam satu hari mau berapa kali
adek latihan bercakap-cakap dengan teman? Dua kali ya dek? Baiklah jam
berapa adek akan latihan? Ini ada jadwal kegiatan, kita isi pas jam 11:00 dan
jam 15:00 kegiatannya adalah bercakap-cakap dengan teman sekamar. Jika
adek melakukannya secara mandiri maka adek menulis M, jika melakukannya
dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka adek menulis B,
jika adek tidak melakukanya maka adek tulis T. apakah adek
mengerti? Coba adek ulangi? Nah bagus adek. 
f) Kontrak yang akan datang
Topik : Baiklah dek, bagaimana kalu besok kita berbincang-bincang tentang
pengalaman adek bercakap-cakap dengan teman-teman baru dan latihan
bercakap-cakap dengan topik tertentu. Apakah adek bersedia?
Waktu : Adek mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 11:00?
Tempat : adek mau berboncang-bincang dimana? Bagaimana kalau diruang
tamu? Baiklah adek besok saya akan kesini lagi jam 11.00, sampai jumpa
besok ya, saya permisi, assalamualaikum.

17
BAB IV

GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN KHUSUS LANSIA

1. Laporan Pendahuluan (LP)


A. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan atau presepsi sensori yang tidaksesuai dengan kenyataan seperti
melihat bayangan (stimulus) eksternal (Stuart, 2013).
Halusinasi atau salah persepsi indra yang tidak berhubungan dengan stimulus
eksternal yang nyata,mungkin melibatkan salah satu lima indra (townsend,
2002).
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori tentang suatu objek atau gambaran
dan pikran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat
meliputi semua system pengindraan. Halusinasi merupakan hilangnya
kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (dunia luar).
Klien member presepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati, 2012)
B. Jenis-jenis halusinasi
1. Halusinasi pendengaran
2. Halusinasi penglihatan
3. Halusinasi pengecapan
4. Halusinasi penciuman
5. Halusinasi sentuhan
6. Halusinasi somatik
C. Tandadangejala
1. Data subjektif
- Pasien mengatankan bahwa sering mendengar suara-suara atau
kegaduhan
- Pasien mengatakan suara menyuruh untuk melakukan hal-hal berbahaya
- Pasien mengatakan sering mengikuti isi halusinasi
2. Data Objektik
- Marah-marah tanpa sebab
- Menunjuk-nunjuk kearah sesuatu
D. Penyebab

18
1) Faktor Predisposisi
- Genetika,
- Neuro-biologi
- Neurotransmitter,
- Abnormal perkembangan syaraf
- Psikologis
2) Faktorpresipitasi
- Proses pengolahani nformasi yang berlebihan
- Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal
- Adanya gejala pemicu
E. Fokus Pengkajian
1. Identitas Pasien:
a. Nama : Ny.C
b. Umur : 70 tahun
c. JenisKelamin : Perempuan
d. Alamat : DesaBumiharjo RT/02 RW/01 Kecamatan klirong,
Kabupaten kebumen
2. Alasan Masuk:
Klien selalu mendengar suara-suara aneh
3. Pengkajian Fisik
TD : 160/95
Suhu : 37,4 C
Nadi : 80x/m
RR : 18x/m
4. Psikososial :
5. Diagnosa Keperawatan Utama :
Gangguan persepsi sensori (Halunasi)
F. Akibat Halusinasi
Halusinasi disebabkan dari berbagai hal, salah satunya oleh tidak dapat
memusatkan konsentrasinya. Hal ini dapat menyebabkan
a. Cenderung menyendiri dan menarik diri
b. Upaya yang rendah
c. Berisiko mencederai diri sendiri
G. Psikopatologi

19
Resiko Perilaku Kekerasan akibat

Halusinasi :Pendengaran inti masalah

H. Intervensi keperawatan halusinasi


1. Kenali factor halusinasi, jenis halusinasi dan cara penanganannya
2. Jika mengindikasikan tanda-tanda halusinasi segera lakukan tindakan atau
selalu mengajak bicara jika akan terjadi halusinasi
3. Selalu konsultasikan perkembangan dari penderita dengan tenaga medis dan
konsultasikan juga tentang masalah keluarga yang dihadapi dalam merawat
pasien
4. Beri dukungan dan berikan aktifitas yang dapat mencegah terjadinya
halusinasi
5. Selalu teratur minum obat

2. Strategi Pelaksanaan
(SP)
a. Kondisi pasien
Data Subjektif :
- Pasien mengatankan bahwa sering mendengar suara-suara atau
kegaduhan
- Pasien mengatakan suara menyuruh untuk melakukan hal-hal berbahaya
- Pasien mengatakan sering mengikuti isi halusinasi
Data Objektif :
- Marah-marah tanpa sebab
- Menunjuk-nunjuk kearah sesuatu
b. Diagnosa keperawatan :
Gangguan persepsi sensori (Halunasi pendengaran)
c. Tujuan Keperawatan
20
a. Menyadari halusinasi yang dialaminya
b. Melatih untuk dapat mengontrol halusinasi
d. Strategi pelaksanaan (menggunakan kalimat langsung).
1) Fase Orientasi
a) Salam Terapeutik
Assalamualaikum selamat pagi, perkenalkan bu nama saya Nada Dina,
biasa dipanggil Nada. Saya mahasiswa STIKES Muhammadiyah
Gombong yang sedang bertugas pada pagi hari ini dari jam 07.00 – 14.00
ya bu. Saya akan merawat ibu selama di rumah sakit ini. Nama Ibu siapa
ya? Senangnya dipanggil apa bu?

b) Evaluasi / validasi
Bagaimana perasaan ibu hari ini? Jadi ibu masih sering mendengar
suara-suara yang berisik itu bu?
c) Kontrak (pertemuan sekarang) :
Baik bu, bagaimana kalau kita bicara tentang suara yang mengganggu
dan cara mengontrol suara-suara tersebut? Di mana kita duduk? Di
depan ya bu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30 menit?
2) Fase Kerja
Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya Ibu
dengar dan saya sendiri tidak mendengarnya. Apakah terus-menerus
terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering Ibu dengar
suara? berapa kali sehari Ibu alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar?
Apakah pada waktu sendiri? Apa yang Ibu rasakan pada saat mendengar
suara itu? Bagaimana perasaan Ibu saat mendengar suara itu? Dan apa
yang Ibu lakukan? Apakah dengan cara itu suara-suara itu hilang? Apa
yang Ibu alami itu dinamakan Halusinasi. Ada empat cara untuk
mengontrol halusinasi yaitu menghardik, minum obat, bercakap-cakap
dan melakukan aktivitas. Bagaimana kalau kita latih satu cara dulu? Yaitu
dengan menghardik? Bagaimana kalau kita mulai ya! Begini saya akan
mempraktekkan dulu baru nanti ibu mempraktekkan kembali apa yang
telah saya lakukan ya. Begini bu, Jika suara itu ada lagi ibu katakana
dengan keras pergi kamu ... pergi .... saya tidak mau dengar kamu suara
palsu sambil menutup kedua telinga Ibu. Seperti ini ya bu! coba sekarang

21
Ibu ulangi lagi seperti yang saya lakukan dan peragakan tadi. Bagus sekali
Ibu
3) Fase Terminasi
Evaluasi subjektif, objektif dan kontrak yang akan datang: Bagaimana
perasaan ibu setelah kita berbicara untuk mengontrol suara-suara? Coba
sebutkan lagi bu. Bagus, jadwal berlatih kita buat yaitu jam 07.00, 13.00
dan 19.30 pada jadwal kegiatan ibu. Jangan lupa ya bu, ibu harus latihan
jika tiba waktu latihan. Minggu depan kita akan bertemu lagi untuk
melihat kemampuan ibu mengontrol halusinasinya dan kita akan berlatih
cara kedua yaitu manfaat minum obat. Mau jam berapa? bagimana kalau
jam 10.00? disini lagi ya bu. Baik kalau begitu besok saya akan dating
lagi jam 10.00 ya bu sampai bertemu lagi besok ya bu, saya permisi.
Wassalammualaikum

DAFTAR PUSTAKA

Sulisnadewi, N.L.K. 2016. Modul Praktik Keperawatan Anak Mahasiswa Prodi D-IV
Keperawatan Angkatan III Semester III. Denpasar : Politekknikh Kesehatan Denpasar
Jurusan Keperawatan
22
Herdman, T.H. 2015-2017. NANDA Internasional Inc. Diagnosis Keperawatan: definisi
& klasifikasi 2015-2017. Jakarta : EGC

Herman, T . heather. 2018. NANDA-1 diagnosis Keperawatan : Definisi dan


Klasifikasi 2018-2019. Jakarta. EGC.
Nurhalimah. (2016). MODUL BAHAN AJAR CETAK KEPERAWATAN JIWA
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Eni, E. & Safitri, A. (2018). Gangguan Kognitif Terhadap Resiko Terjadinya Jatuh
Pada Lansia. Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan Indonesia, Vol 8(1), 364-366.

23

Anda mungkin juga menyukai