Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PROGRAM NASIONAL USIA LANJUT

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Gerontik

Disusun oleh :
Diah Alifia Dwi Prastika
A12019026
3A / Keperawatan Program Sarjana

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GOMBONG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada
waktunya. Pada kesempatan ini, penulis menyajikan makalah mengenai Program
Nasional Usia Lanjut. Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Gerontik, Universitas Muhammadiyah Gombong,
Kebumen.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya di bidang kesehatan.

Gombong, 14 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR.....................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................1
1.2. Tujuan Penulisan............................................................................2
1.3. Manfaat Penulisan..........................................................................2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
2.1. Pengertian Lanjut Usia...................................................................3
2.2. Epidemiologi Lanjut Usia..............................................................3
2.3. Perubahan-perubahan yang terjadi Pada Lanjut usia.....................4
A. Perubahan-perubahan Fisik.......................................................4
B. Perubahan-perubahan Mental....................................................8
C. Perubahan-perubahan Psikososial.............................................9
2.4. Tujuan dan Sasaran Kebujakan Kesehatan Lanjut Usia.................9
2.5. Kebijakan Kesehatan pada Lansia ................................................11
2.5.1.Kebijakan Kesejahteraan Sosial pada Lansia.......................11
2.5.1.1. UU RI Nomor 13 Tahun 1998.....................................11
2.5.1.2 UU RI Nomor 11 Tahun 2009......................................12
2.5.2.Kebijakan Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan Lansia..........13
2.5.2.1 UU RI Nomor 36 Tahun 2009......................................13
1. Puskesmas Santun Lansia.....................................................15
2. Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri)...............................15
3. Posyandu Lansia...................................................................16
4. Posbindu PTM......................................................................18
BAB 3 KESIMPULAN...................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................21
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu keberhasilan pembangunan nasional dibidang kesehatan adalah
menurunnya angka kelahiran dan meningkatnya umur harapan hidup (UUH).
Namun peningkatan UHH ini dapat mengakibatkan terjadinya perubahan struktur
demografi yaitu peningkatan populasi lanjut usia (lansia).
Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-
2005 UHH adalah 66,4 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun 2000
adalah 7,74%), angka ini akan meningkat pada tahun 2045-2050 yang
diperkirakan UHH menjadi 77,6 tahun (dengan persentase populasi lansia tahun
2045 adalah 28,68%). Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) di
Indonesia terjadi peningkatan UHH. Pada tahun 2000 UHH di Indonesia adalah
64,5 tahun (dengan persentase populasi lansia adalah 7,18%). Angka ini
meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 (dengan persentase populasi
lansia adalah 7,56%) dan pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun (dengan
persentase populasi lansia adalah 7,58%).
Dengan bertambahnya umur, terjadi proses penuaan akan berdampak pada
aspek kehidupan baik sosial, ekonomi, maupun kesehatan. Dari aspek kesehatan
fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat proses degeneratif (penuaan)
sehingga penyakit tidak menular yang banyak muncul pada usia lanjut. Selain itu
masalah degeneratif menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan terkena infeksi
penyakit menular. Penyakit tidak menular pada lansia di antaranya hipertensi,
stroke, diabetes mellitus dan radang sendi atau rematik. Sedangkan penyakit
menular yang diderita adalah tuberkulosis, diare, pneumonia dan hepatitis.
Perubahan tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kesakitan
pada lansia. Angka kesakitan pada lansia adalah proporsi lansia yang mengalami
masalah kesehatan hingga mengganggu aktifitas sehari-hari selama satu bulan
terakhir. Angka kesakitan lansia di Indonesia pada tahun 2012 yaitu sebesar
2

52,03%. Tidak ada perbedaan yang berarti antara lansia perempuan (49,67%) dan
laki-laki (49,30%).
Dalam rangka peningkatan kualitas hidup lansia dan menjadikan lansia sehat
dan mandiri pemerintah telah merumuskan berbagai kebijakan pelayanan
kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu
kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya. Sebagai wujud
nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini, pemerintah
telah mencanangkan pelayanan pada lansia seperti Posyandu lansia dan
Puskesmas santun.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
memahami tentang Kebijakan Kesehatan Lansia dan Program Nasional Usia
Lanjut yang diterapkan di Indonesia.

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam Kebujakan
Kesehatan Lansia.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Lanjut Usia (Lansia)


Definisi Lansia menurut Undang-Undang yaitu :
1. UU no 4 tahun 1965 yang memberikan pengertian bahwa lansia (lanjut
usia) adalah seseorang yang mencapai umur 55 tahun, tidak berdaya
mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari-hari dan
menerima nafkah dari orang lain.
2. UU no.12 tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia, yang menyatakan
bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas 60 tahun.
Menurut WHO lansia atau usia lanjut adalah usia dimana meskipun terkadang
memunculkan masalah sosial, tetapi sebetulnya bukanlah merupakan suatu
penyakit. Selain itu masih ada batasan-batasan atau definisi lansia yang
disampaiakan oleh beberapa ahli, dan dari pendapat-pendapat tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa lanjut usia atau Lansia diartikan sebagai fase/masa
terakhir kehidupan manusia dengan mengalami berbagai perubahan baik fisik
maupun mental.
Menurut Depkes umur lansia digolongkan menjadi :  Kelompok lansia dini
(55-64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas); dan kelompok lansia resiko
tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun. Sedangkan menurut WHO
(1999) lansia digolongkan berdasarkan usia kronologis/biologis yaitu usia
pertengahan (middle age) antara usia 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly)
berusia antara 60 dan 74 tahun, lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun dan usia
sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

2.2. Epidemiologi Lanjut Usia


Menurut data Pusat Statistik, jumlah lansia di Indonesia pada tahun 1980
adalahsebanyak 7,7 juta jiwa atau hanya 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk.
Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjutusia meningkat menjadi 11,3 juta orang
atau 8,9 %. Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia
4

diperkirakan akan mencapai 9,77 % atau sejumlah 23,9 jutajiwa pada tahun 2010
dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4 % atau sebanyak 28,8 juta jiwa
pada tahun 2020. Hal ini berkorelasi positif dengan peningkatan kesejahteraan
yang dialami oleh masyarakat Indonesia khususnya di bidang kesehatan yang
ditunjukkan dengan semakin tingginya angka harapan hidup masyarakat
Indonesia. Pada tahun 1980, angka harapan hidup masyarakat Indonesia hanya
sebesar 52,2 tahun, Sepuluh tahun kemudian meningkat menjadi 59,8 tahun pada
tahun 1990 dan satu dasa warsa berikutnya naik lagi menjadi 64,5 tahun. Menurut
Menko Kesra jumlah lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa
dengan usia harapan hidup 66,2 tahun. Diperkirakan pada tahun 2010 jumlah
lansia sebesar 23,9 juta (9,77%) dengan harapan hidup 67,4 tahun, sedangkan
pada tahun 2020 di prediksi jumlah lansia sebesar 28,8 Juta (11,34%) dengan usia
harapan hidup 71,1 tahun. Dengan data-data tersebut, maka diperkirakan 10 tahun
kedepan struktur penduduk Indonesia akan berada padastruktur usia tua.
Biro pusat statistik juga mencatat bahwa 52% Lanjut Usia adalah wanita,
dan 48% adalah laki-laki. 78% tinggal di pedesaan, dan 22% sisanya tinggal di
perkotaan.

2.3. Perubahan-perubahan yang Terjadi Pada Lanjut Usia


2.3.1 Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.
d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
5

b. Cepatnya tingkat penurunan hubungan persarafan.


c. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
d. Mengecilnya saraf panca indera. Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
e. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran
a. Presbiakusis (gangguan dalam pendengaran)
Hilangnya kemampuan pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap
bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit
mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan
menurunnya kontraksi dan volumenya.
6

d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektivitas pembuluh


darah perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur ke duduk atau
dari duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun,
mengakibatkan pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh
a. Temperatur tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.
d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.
e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal
a. Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan
gizi yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Esofagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi
a. Menciutnya ovari dan uterus.
7

b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun
adanya penurunan secara berangsur-angsur.
d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem Perkemihan
a. Ginjal Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh
melalui urin, darah yang masuk ke ginjal disaring di glomerulus (nefron).
b. Nefron menjadi atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil
meningkat dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (Basal Metabolic Rate),
dan menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
12. Sistem Kulit (Sistem Integumen)
a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
8

13. Sistem Muskuloskletal


a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut
mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan
menjadi tremor.
g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

2.3.2 Perubahan-perubahan Mental


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu: perubahan fisik,
khususnya organ perasa, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan
(Hereditas), dan lingkungan.
1. Ingatan (Memory)
a. Ingatan jangka panjang: berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Ingatan jangka pendek atau seketika : 0-10 menit, ingatan buruk.
2. IQ (Inteligentia Quantion)
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor,
terjadi perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan
dari faktor waktu.

2.3.3 Perubahan-perubahan Psikososial


Nilai seseorang sering diukur oleh produktivitasnya dan identitas dikaitkan
dengan peranan dalam pekerjaan. Meskipun tujuan ideal pensiun adalah agar para
lansia dapat menikmati hari tua atau jaminan hari tua, namun dalam kenyataannya
sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan
penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.
9

Bagaimana menyiasati pensiun agar tidak merupakan beban mental setelah lansia?
Jawabannya sangat tergantung pada sikap mental individu dalam menghadapi
masa pensiun. Dalam kenyataan ada menerima, ada yang takut kehilangan, ada
yang merasa senang memiliki jaminan hari tua dan ada juga yang seolah-olah
acuh terhadap pensiun (pasrah). Masing-masing sikap tersebut sebenarnya
mempunyai dampak bagi masing-masing individu, baik positif maupun neg atif.
Dampak positif lebih menenteramkan diri lansia dan dampak negatif akan
mengganggu kesejahteraan hidup lansia.
Agar pensiun lebih berdampak positif sebaiknya ada masa persiapan
pensiunyang benar-benar diisi dengan kegiatan-kegiatan untuk mempersiapkan
diri, bukan hanya diberi waktu untuk masuk kerja atau tidak dengan memperoleh
gaji penuh. Persiapan tersebut dilakukan secara berencana, terorganisasi dan
terarah bagi masing-masing orang yang akan pensiun. Jika perlu dilakukan
assessment untuk menentukan arah minatnya agar tetap memiliki kegiatan yang
jelas dan positif.

2.4 Tujuan dan Sasaran Kebijakan Kesehatan Lansia


2.4.1 Tujuan
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisik (pangan, sandang dan papan)
Dalam pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan, bagi lansia
disesuaikan dengan keadaan lansia yaitu : kesehatan, kemudahan,
keamanan, dan kenyamanan. Pelayanan kesehatan dilakukan secara
terintegrasi dengan upaya pelayaanan kesejahteraan lainnya dengan
mengutamakan upaya promotif, preventif, dan kuratif, dan rehabilitatif.
Pelayanan promotif : bertujuan agar lansia berperilaku hidup sehat,
meningkatkan gairah hidup, memelihara kemandirian serta tetap aktif dan
produktif, baik secara individu maupun kelompok.
Pelayanan preventif : bertujuan mencegah terjadinya masalah kesehatan
yang berkelanjutan.
Pelayanan kuratif : bertujuan agar gangguan kesehatan segera teratasi
dan tidakmenjadi cacat.
10

Pelayanan rehabilitatif : yaitu upaya yang bertujuan untuk


mengembalikan fungsi dan percaya diri lansia seoptimal mungkin.
2. Pemenuhan Kebutuhan Mental
Kebutuhan mental spiritual adalah kebutuhan yang diberikan kepada lansia
yang dapat memberikan semangat dan dorongan dalam kehidupan sehari
hari. Kebutuhan mental psikologis adalah kebutuhan yang meliputi
kebutuhan akan penghargaan, perhatian dari keluarga, teman, dan
masyarakat
3. Pemenuhan Kebutuhan Sosial
Pemenuhan kebututan sosial, yaitu pemenuhan akan suatu tata kehidupan
dan penghidupan baik material maupun spiritual yang diliputi rasa
keselamatan, kesusilaan,ketenangan lahir dan batin.

2.4.2 Sasaran
Sasaran langsung :
1. Pra lansia (45 – 59 tahun)
2. Lansia (60 – 69 tahun)
3. Lansia Risiko Tinggi (> 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah
kesehatan)
Sasaran Tidak Langsung :
1. Keluarga
2. Masyarakat tempat lansia berada
3. Organisasi sosial
4. Petugas Kesehatan Masyarakat Luas

2.5 Kebijakan Kesehatan pada Lansia


2.5.1 Kebijakan Kesejahteraan Sosial pada Lansia
Adapun kebujakan atau peraturan yang menjadi pedoman kesejahteraan sosial
pada Lansia adalah sebagai berikut :
11

2.5.1.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia
Pasal 1
Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial baik
material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan
ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk
mengadakan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik
baiknya bagi diri, keluarga. serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan
kewajiban asasi manusia sesuai dengan Pancasila.
Pasal 4
Upaya peningkatan kesejahteraan sosial bertujuan untuk memperpanjang
usia harapan hidup dan masa produktif. Terwujudnya kemandirian dan
kesejahleraannya, terpeliharanya sistem nilai budaya dan kekerabatan bangsa
Indonesia serta lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Pasal 5
1. Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan bemasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
2. Sebagai penghormatan dan penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak
untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi :
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual;
b. Pelayanan kesehatan;
c. Pelayanan kesempatan kerja;
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan;
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas, sarana, dan prasarana umum;
f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum;
g. Perlindungan sosial;
h. Bantuan sosial.
3. Bagi lanjut usia tidak potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf “c”, huruf “d”, dan huruf “h”.
4. Bagi lanjut usia potensial mendapatkan kemudahan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) kecuali huruf “g”.
12

2.5.1.2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang


Kesejahteraan Sosial
Pasal 4
Negara bertanggung jawab atas penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Pasal 5
(1) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial ditujukan kepada : perseorangan,
keluarga, kelompok; dan/atau masyarakat.
(2) Penyelenggaraan kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diprioritaskan kepada mereka yang memiliki kehidupan yang tidak layak
secara kemanusiaan dan memiliki kriteria masalah sosial : kemiskinan,
ketelantaran, kecacatan, keterpencilan, ketunaan sosial dan penyimpangan
perilaku, korban bencana; dan/atau korban tindak kekerasan, eksploitasi
dan diskriminasi.
Pasal 6
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi : rehabilitasi sosial, jaminan sosial,
pemberdayaan sosial dan perlindungan sosial.
Dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial lanjut usia, Departemen
Sosial melalui Direktorat Bina Pelayanan Sosial Lanjut Usia, Direktorat Jenderal
Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial mengembangkkan berbagai kebijakan yaitu :
1. Meningkatkan dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam
penyelenggaraan kegiatan pelayanan soaial bagi lanjut usia
2. Meningkatkan koordinasi intra dan intersektoral antar berbagai instansi
3. Membangun dan mengembangkan sistem jaminan dan perlindungan sosial
bagi lanjut usia
4. Meningkatkan dan memperluas aksesibilitas bagi kesejahteraan lanjut usia
Dalam melaksanankan kebijakan tersebut ditempuh melalui :
1. Pemberdayaan
2. Kemitraan
3. Partisipasi
4. Desentralisasi
5. Meningkatkan jaringan kerja dan kemitraan
13

6. Membangun dan mengembangkan partisipasi dan advokasi atas dasar


kesetiakawanan sosial.
Program yang dilakukan yaitu :
1. Pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan departemen sosial melalui 2
sistem yaitu :
a. Pelayanan melalui luar panti/non panti
b. Pelayanan melalui panti/di dalam panti
2. Pemberdayaan sosial
Program ini dilaksanakan dengan pemberian pelatihan keterampilan dan
bantuan modal usaha dalam bentuk bentuk kelompok kelompuk usaha
bersama (KUBE) bagi lansia yang potensial
3. Bantuan dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial
 Pemberi bantuan berupa jaminan makan yang ditukan bagi lansia
yang keadaan ekonomi nya lemah, tetapi tidak tertampung dalam
panti sosiak Tresna Werdha.
 Memberikan bantuan yangbersifat akumulatif berupa bantuan
paket usaha ekonomis produktif bagi lansia yang masih produktif.

2.5.2. Kebijakan Pelayanan dan Fasilitas Kesehatan Pada Lansia


2.5.2.1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang
Kesehatan
Pasal 138 tentang penyediaan pelayanan dan fasilitas kesehatan pada lansia
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga
agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai
dengan martabat kemanusiaan.
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan
produktif secara sosial dan ekonomis.
Pasal 139
14

(1) Upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan


untuk menjaga agar tetap hidup sehat dan produktif secara sosial,
ekonomis, dan bermartabat.
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan memfasilitasi penyandang cacat untuk dapat tetap
hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis.
Selain Undang undang tersebut diatas juga terdapat UU lain yang memperkuat
tentang pelayanan kesehatan pada lansia yaitu Undang undang No 9 tahun 1960
tentang pokok pokok kesehatan yaitu :
Pasal 8
1. Pemerintah mengusahakan pengobatan dan perawatan untuk masyarakat
diseluruh wilayah Indonesia secara merata, agar tiap-tiap orang sakit dapat
memperoleh pengobatan dan perawatan dengan biaya yang seringan-
ringannya.
2. Dalam istilah sakit termasuk cacat, kelemahan dan usia lanjut.
3. Untuk memungkinkan hal yang termaktub dalam ayat (1) dan ayat (2)
Pemerintah mengadakan balai pengobatan, pusat kesehatan, sanatorium,
rumah sakit dan lembaga-lembaga lain yang diperlukan.
4. Pemerintah melakukan usaha-usaha khusus untuk menjamin kesehatan
pegawai, buruh dan golongan golongan karya lain beserta keluarganya
sesuai dengan fungsi dan lingkungan hidupnya.
5. Pemerintah mengatur dan menggiatkan usaha-usaha dana sakit.
Adanya Undang undang tersebut Tentang Kesehatan dan pokok pokok
kesehatan menjadi pedoman untuk penyediaan pelayanan kesehatan dan fasilitas
kesehatan pada lansia yaitu :
(1) Puskesmas Santun Lansia
(2) Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri)
(3) Pelayanan Kesehatan Jiwa Lansia
(4)Pelayanan Home Care (Perkesmas)
(5) Posyandu Lansia
(6) POSBINDU PTM
15

1. Puskesmas Santun Lansia


Puskesmas Santun Usia Lanjut adalah Puskesmas yang melaksanakan
pelayanan kepada lansia dengan mengutamakan aspek promotif dan preventif di
samping aspek kuratif dan rehabilitatif, secara proaktif, baik dan sopan serta
memberikan kemudahan dan dukungan bagi lansia. Puskesmas Santun Usia
Lanjut menyediakan loket, ruang tunggu dan ruang pemeriksaan khusus bagi
lansia serta mempunyai tenaga yang sudah terlatih di bidang kesehatan lansia
dengan target Rencana Strategis Kesehatan tahun 2012 adalah 352 dan tahun 2014
sebanyak 602.
Puskesmas Santun Lansia mempunyai ciri-ciri seperti berikut :
1. Pelayanan yang baik berkualitas dan sopan
2. Memberukan kemudahan dalam pelayanan kepada usia lanjut.
3. Memberikan keringanan atau penghapusan biaya pelayanan kesehatan
bagi usia lanjut dari keluarga miskin atau tidak mampu
4. Memberikan dukungan atau bimbingan pada lansia dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatanya agar tetap sehat dan mandiri
5. Melakukan pelayanan secara proaktif untuk dapat menjangkau sebanyak
mungkin sasaran usia lanjut yang ada di wilayah kerja puskesmas.
6. Melakukan kerjasama dengan lintas program dan lintas program terkait di
tingkat kecamatan dengan asa kemitraan, untuk bersama-sama melakukan
pembinaan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup usia lanjut.

2. Rujukan ke Rumah Sakit (Poli Geriatri)


Peningkatan upaya rujukan kesehatan bagi lansia melalui pengembangan
Poliklinik Geriatri di Rumah Sakit. Saat ini baru ada 8 Rumah Sakit Umum tipe A
dan B yang memiliki Klinik Geriatri Terpadu yaitu RSUPN Cipto
Mangunkusumo, Jakarta; RSUP Karyadi, Semarang; RSUP Sardjito, Yogyakarta;
RSUP Sanglah, Denpasar; RSUP Hasan Sadikin Bandung; RSUP Wahidin,
Makassar; RSUD Soetomo, Surabaya dan RSUD Moewardi, Solo.

3. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lansia


16

Suatu wadah pelayanan kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM)


untuk melayani penduduk lansia, yang proses dan pembentukan dan
pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama lembaga swadaya masyarakat
dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif.
Disamping pelayanan kesehatan posyandu lansia juga memberikan pelayanan
sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olahraga, seni budaya, dan pelayanan
lain yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup melalui peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Tujuan pembentukan dari posyandu lansia secara garis besar adalah untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan untuk mencapai masa tua
yang bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyakat
sesuaidengan keberadaannya dalam strata kemasyarakatan.
Penyelenggaraan posyandu lansia dilaksanakan oleh kader kesehatan yang
terlatih, tokoh dari PKK, tokoh masyarakat dibantu oleh tenaga kesehatan dari
puskesmas setempat, baik seorang dokter, bidan atau perawat.
Dalam kegiatan penyelenggaraan posyandu lansia dibagi menjadi 10 tahap
pelayanan, yaitu :
1. Pemeriksaan aktifitas kegiatan sehari-hari / activity of daily living,
meliputi kegiatan dasar dalamkehidupan, seperti makan / minum, berjalan,
mandi,berpakaian, naik turun tempat tidur dan buang air.
2. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan iniberhubungan dengan mental
emosional, dengan menggunakan pedoman metode 2 menit.
3. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan beratbadan dan pengukuran
tinggi badan dan dicatat pada grafik indeks massa tubuh.
4. Pengukuran tekanan darah dengan menggunakan tensimeter dan stetoskop
serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
5. Pemeriksaan hemoglobin.
6. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya
penyakit gula.
7. Pemeriksaan adanya zat putih telur / protein dalam air seni sebagai deteksi
awal adanya penyakit ginjal.
17

8. Pelaksaan rujukan ke puskemas bila mana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan pada nomor 1 hingga 7.
9. Penyuluhan bisa dilakukan didalam atau diluar kelompok dalam rangka
kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah
kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok usia lanjut.
10. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi kelompok usia lanjut
yang tidak datang, dalam rangka kegiatan perawatan kesehatan
masyarakat.
Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan Untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang prima terhadap usia lanjut dikelompok, mekanisme pelaksanaan kegiatan
yang sebaiknya digunakan adalah sistem 5 tahapan (5 meja) sebagai berikut :
1. Tahap pertama: pendaftaran anggota Kelompok Usia Lanjut sebelum
pelaksanaan pelayanan.
2. Tahap kedua: pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan usila, serta
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
3. Tahap ketiga: pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan, dan
pemeriksaan status mental
4. Tahap keempat: pemeriksaan air seni dan kadar darah (laboratorium
sederhana)
5. Tahap kelima: pemberian penyuluhan dan konseling
Berikut adalah skema sistem 5 meja di Posyandu lansia:

Gambar1. Skema sistem 5 meja di posyandu Lansia


18

4. POSBINDU (Pos Pembinaan Pelayanan Terpadu)


Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan
deteksi dini dan pemantauan faktor risiko PTM Utama yang dilaksanakan secara
terpadu, rutin, dan periodik. Faktor risiko penyakit tidak menular (PTM) meliputi
merokok, konsumsi minuman beralkohol, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas
fisik, obesitas, stres, hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol serta menindak
lanjuti secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan dan
segera merujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar. Kelompok PTM Utama
adalah diabetes melitus (DM), kanker, penyakit jantung dan pembuluh darah
(PJPD), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan gangguan akibat kecelakaan
dan tindak kekerasan.
Tujuannya adalah meningkatkan peran serta masyarakat dalam pencegahan
dan penemuan dini faktor risiko PTM.
Sasaran utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang
PTM berusia 15 tahun ke atas.
19

BAB 3
KESIMPULAN

1. Peningkatan Usia Harapan Hidup dapat mengakibatkan terjadinya


perubahan struktur demografi yaitu peningkatan populasi lanjut usia
(lansia). Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia
diperkirakan akan mencapai 9,77 % atau sejumlah 23,9 jutajiwa pada
tahun 2010 dan meningkat lagi secara signifikan sebesar 11,4 % atau
sebanyak 28,8 juta jiwa pada tahun 2020.
2. Dengan bertambahnya umur, terjadi proses penuaan yang akan
mengakibatkan terjadi perubahan pada sel, sistem pernapasan,
pendengaran, penglihatan, kardiovaskular, reproduksi, muskuloskletal
yang akan berdampak pada aspek kehidupan baik kesehatan sosial,
maupun ekonomi.
3. Terjadinya perubahan fisiologis pada lansia akan mengakibatkan
terjadinya peningkatan angka kesakitan. Angka kesakitan lansia di
Indonesia yaitu 50,03%.
4. Tujuan Kebijakan Kesehatan: pemenuhan kebutuhan fisik (pangan,
sandang dan papan), pemenuhan kebutuhan kental dan pemenuhan
Kebutuhan Sosial
5. Sasaran langsung : Pra lansia (45 – 59 tahun), lansia (60 – 69 tahun),
lansia risiko tinggi (> 70 tahun atau 60 tahun dengan masalah kesehatan).
Sasaran tidak langsung : keluarga, masyarakat tempat lansia berada,
organisasi sosial, petugas kesehatan masyarakat luas.
6. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan sosial
lanjut usia, Departemen Sosial berbagai kebijakan yaitu: meningkatkan
dan memperkuat peran keluarga dan masyarakat dalam penyelenggaraan
kegiatan pelayanan soaial bagi lanjut usia. Adapun program yang
dilakukan pelayanan sosial bagi lanjut usia dilaksanakan departemen sosial
20

melalui 2 sistem yaitu : Pelayanan melalui luar panti/non panti dan


pelayanan melalui panti/di dalam panti, pemberdayaan sosial, dan bantuan
dan pemeliharaan taraf kesejahteraan sosial.
7. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
Tentang Kesehatan dan Undang undang No 9 tahun 1960 tentang pokok
pokok kesehatan yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan kesehatan
dan fasilitas kesehatan pada lansia maka telah dibentuk berbagai pelayanan
oleh Kementrian Kesehatan seperti : Puskesmas Santun Lansia, Rujukan
ke Rumah Sakit (Poli Geriatri), Pelayanan Kesehatan Jiwa Lansia,
Pelayanan Home Care (Perkesmas), Posyandu Lansia, POSBINDU PTM.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Siti,G., 2004. Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan, Puslitbang


Kesos: 153 – 167
2. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Gambaran Kesehatan
Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi Kesehatan.
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Situasi dan Analisis
Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Data dan Informasi Kesehatan.
4. BKKBN, 2014. Menuju Lansia Paripurna. Available from:
www.bkkbn.go.id [Accessed 10 November 2015]
5. Departemen Sosial Repuplik Indonesia, 2003. Kebiijakan dan Program
Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia. Direktorat Jenderal Pelayanan
dan rehabilitasi Sosial Direktorat Bina Pelayaan Sosial Lanjut Usia
6. Setiati, S., Harimurti, K., Govianda, 1995. Proses Menua dan Implikasi
Kliniknya. Dalam: Sudoyo, et al ed. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Jakarta : Hal, 757 - 766.
7. Ismayadi, 2004. Proses Menua (Aging Process). USU Digitalized Library.
Medan: Universitas Sumatera Utara. 2004. Available:
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/.../keperawatanismayadi.pdf
Accessed at [10 November 2015]
8. Depsos RI. 2009. Dukungan Kelembagaan Dalam Kerangka Peningkatan
Kesejahteraan Lansia. Kantor Urusan Pemberdayaan Lansia
9. Pratikwo, S, Pietojo, H, Widjanarko.B. Analisis Pengaruh Faktor Nilai
Hidup, Kemandirian dan Dukungan Keluarga terhadap Perilaku Sehat
Lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia, Vol. 1, No. 2. 2006
10. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 Tentang
Kesejahteraan Lanjut Usia
11. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2009 Tentang
Kesejahteraan Sosial
22

12. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang


Kesehatan.
13. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 1960 Tentang
Pokok-Pokok Kesehatan.
14. Depkes RI, 2001. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi
Petugas Kesehatan. Direktorat Kesehatan Keluarga.
15. Komisi Nasional Lanjut Usia. Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lanjut
Usia. Jakarta: PPLU. 2010.
16. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Petunjuk Teknis Pos
Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (Posbindu Ptm). Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan, Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Anda mungkin juga menyukai