Anda di halaman 1dari 34

ISU-ISU STRATEGI UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN

KESEJAHTERAAN LANSIA

Disusun oleh Kelompok 1


Nama Anggota:
 Agum satrio (18220001)
 Agung sisen miliyanto (18220002)
 Ayu fuji lestari (18220003)
 Dian aditya widiyanti (18220006)
 Dora miranti (18220007)
 Maria Ulfa (18220008)

Dosen pembimbing :

Andre Utama Saputra S,Kep,Ners,M,Kep

YAYASAN PENDIDIKAN DAN KESEHATAN KADER BANGSA

UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG

FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN

PRODI S-1 KEPERAWATAN

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan
baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai Isu-Isu
Strategis Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami
mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun.
Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah
selanjutnya.
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini,kami
sampaikan terimakasih.

Palembang, 2 Oktober 2021

Kelompok 1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................


DAFTAR ISI ................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................................
B. Tujuan .................................................................................................................
C. Rumusan Masalah ...............................................................................................
BAB II CASE REPORT
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Geriatri ..................................................................................................
B. Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia .................
C.Isu – isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi Kesehatan dan Kesejahteraan lansia
D.Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia ....
E.Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia .........................................
BAB IV PENUTUP .............................................................................................
A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka ................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan
kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang
menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun
masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai
kebajikan ,kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh generasi
penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam masyarakat,
dengan meningkatkan angka harapan hidup.
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun 2000
usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di
perkirakan 17 juta orang. Padatahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia
diproyeksika nmencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi
penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi,
sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia,baik
sebagai individu keluarga mau pun masyarakat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan
serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik.
Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di antara anak, Three in one
roof, yang artinya bahwa suasana hubungan yang harmonis antar ketiga generasi
akan terus terjalin sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung tidak
tinggal bersama dalam satu rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu
atap kebersamaan.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian geriatri?
2. Bagaimana strategi dan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia di
Indonesia?
3. Apa saja isu-isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan
kesejahteraan lansia?
4. Bagaimanakah promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan untuk
komunitas lansia?
5. Bagaimana peran perawat dalam promosi kesehatan untuk lansia?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui geriatric.
2. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui saja isu-isu, strategi dan kegiatan untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan lansia.
4. Untuk mengetahui promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan untuk
komunitas lansia.
5. Untuk mengetahui peran perawat dalam promosi kesehatan untuk lansia.
BAB II
CASE REPORT

Strategi Peningkatan Kesejahteraan Sosial Bagi Lanjut Usiadi UPT PSTW


Khusnul Khotimah Provinsi Riau
MIRANTY R. LESTARI PEMBIMBING : DR. TUTI KHAIRANI, S.Sos, M.Si

Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP Universitas Riau

Kampus Bina Widya Km. 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293,
Telp/Fax (0761) 63277

Abstract: UPT PSTW Khusnul Khotimah is one of the organization in social


services sector. The purpose of this research is to know and to analyze the
strategy and also the factors wich influence the implementation of the strategy
at UPT PSTW Khusnul Khotimah Riau Province to improve the welfare of the
elderly. The teory concept of this research is organization strategy. It is consist of
two aspects, theh are innovation strategy and quality enhancement. The
innovation strategy can be seen from the implementation of working standards
and the quality enhancement can be seen from the working valvation. This
research used qualitative methods with assessment the data descriptively. In
collecting the data, the researcher used interview technique, observation, and
documentation. By using the key informan as a source of information and
triangulation technique as a source in examining the validation of the data. The
result of this research showed that the inplementation of enhancement strategy
for the older persons welfare at UPT PSTW Khusnul Khotimah Riau Province is
“good enough”. It can be seen from the older persons that can be handled at the
UPT PSTW Khusnul Khotimah Riau Province only.

Keyword: strategy, older persons, social welfare

PENDAHULUAN
Upaya untuk meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat khususnya
orang miskin telah dilakukan oleh pemerintah. Pembangunan nasional sebagai
upaya mewujudkan tujuan negara sebagaimana tertuang dalam pembukaan
Undang- Undang Dasar 1945, kemudian daripada itu untuk membentuk suatu
pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum.
Secara khusus salah satu sasaranya, diatur dalam pasal 34 UUD 1945 yang
berbunyi fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sebagaimana tertuang dalam UU No. 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan
Sosial, negara telah melakukan penyelenggaraan pelayanan dan pengembangan
kesejahteraan sosial secara terencana, terarah dan berkelanjutan untuk
mewujudkan kehidupan yang layak dan bermartabat, serta untuk memenuhi hak
dasar atas warga negara demi tercapainya kesejahteraan sosial.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial meliputi:
1. rehabilitasi sosial;
2. jaminan sosial;
3. pemberdayaan sosial; dan
4. perlindungan sosial.
Penyelenggaraan kesejahteraan sosial menjadi tanggung jawab pemerintah dan
pemerintah daerah. Pemerintah daerah sendiri terdiri atas pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota. Pemerintah dan pemerintah daerah
melakukan koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2012 jumlah penduduk lanjut usia
Indonesia mencapai 18.043.721 jiwa dengan sebaran sebanyak 8,36 juta jiwa di
daerah perkotaan dan sisanya sebanyak 10,44 juta jiwa di daerah pedesaan.
Pada tahun yang sama, Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial
Kementrian Sosial RI mencatat 2.851.606 jiwa mengalami keterlantaran, dimana
sampai saat ini jumlah lansia yang telah dilayani baru 26.500 orang (Kementerian
Sosial RI a, 2012).
Jumlah lanjut usia terlantar di Provinsi Riau juga sangat mengkhawatirkan.
Berikut adalah rincian jumlah lanjut usia terlantar dari tahun 2007 hingga 2012
berdasarkan masing-masing kabupaten di seluruh Provinsi Riau.
Tabel 1
Rincian jumlah lanjut usia terlantar di Provinsi Riau 2007-2012
Tahu
n
No Kabupaten/Kota Jumlah
2007 2008 2009 2010 2011 2012
1 Kota Pekanbaru 330 397 412 412 41 382 2.345
2
2 Kota Dumai 2.56 347 253 5 5 6 3.238
7 1
3 Kabupaten Kampar 4.48 - 4.485 4.485 4.485 4.485 22.425
5
4 Kabupaten Kuansing 1.27 5 2.523 2.065 2.000 2.000 9.918
7 3
5 Kabupaten Rokan Hulu 1.47 - 1.473 1.473 1.473 805 6.697
3
6 Kabupaten Rokan Hilir - - - - - - -
7 Kabupaten Inderagiri 303 7 718 3.682 3.682 377 8.769
Hulu
8 Kabupaten Inderagiri 2.84 - 110 3.581 - 1.974 8.507
Hilir 2
9 Kabupaten Bengkalis 1.51 4 1.516 3.947 3.947 3.947 14.877
6
10 Kabupaten Pelalawan 1.12 - 1.123 1.255 1.255 1.602 6.358
3
11 Kabupaten Siak Sri 10.1 - 10.15 264 25 451 21.277
Inderapura 54 4 4
12 Kabupaten Meranti - - - 1.482 25 253 1.988
3
Juml 26.0 808 22.77 22.65 17.76 16.37 106.46
ah 70 6 1 6 7 2
Sumber: Dinas Sosial Provinsi Riau, 2012

Untuk melaksanakan urusan tersebut, maka pemerintah Provinsi Riau


membentuk Dinas Sosial Provinsi Riau. Kemudian untuk lebih meningkatkan
keberhasilan pelaksanaan urusan pemerintahan di Provinsi Riau, maka Gubernur
mengeluarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 50 Tahun 2009 Tentang Uraian
Tugas Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Sosial Provinsi Riau salah satunya
adalah Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Sosial Tresna Werdha Khusnul Khotimah
yang biasa disebut UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.
UPT PSTW Khusnul Khotimah mempunyai tugas memberikan bimbingan
dan pelayanan bagi lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan
terawat dalam kehidupan bermasyarakat yang berada didalam panti maupun
diluar panti.
Jumlah lanjut usia yang telah dibina di UPT PSTW Khusnul Khotimah mulai
dari tahun 1981 sampai dengan Agustus 2012 sebanyak 495 orang lanjut usia.
Namun berikut adalah rincian jumlah lanjut usia yang dilayani UPT PSTW
Khusnul Khotimah Provinsi Riau sejak tahun 2007 hingga 2012.

Tabel 2
Jumlah Lanjut Usia Berdasarkan Asal Daerah
Tahu
N Kabupaten/Kota n Jumla
o h
200 200 200 201 201 201
7 8 9 0 1 2
1 Kota Pekanbaru 38 43 43 54 44 40 26
2
2 Kota Dumai 5 4 5 2 3 1 20
3 Kabupaten Kampar 11 14 13 6 9 10 63
4 Kabupaten Kuansing 1 2 1 - 2 3 10
5 Kabupaten Rokan Hulu 2 - - 1 1 2 6
6 Kabupaten Rokan Hilir - - - - - - -
7 Kabupaten Inderagiri Hulu - - 1 1 2 2 6
8 Kabupaten Inderagiri Hilir 3 2 3 3 4 4 19
9 Kabupaten Bengkalis 1 1 1 1 1 4 9
10 Kabupaten Pelalawan 1 1 1 1 1 1 6
11 Kabupaten Siak Sri - - - - 1 1 2
Inderapura
12 Kabupaten Meranti 3 3 2 1 2 2 13
Juml 65 70 70 70 70 70 41
ah 5
Sumber: UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau, 2012

Dari data-data diatas dapat dilihat bahwa masalah lanjut usia terlantar di
Provinsi Riau masih memerlukan perhatian yang lebih agar terciptanya dan
meningkatnya kesejahteraan sosial bagi lanjut usia. Berdasasrkan laporan
tahunan Dinas Sosial Provinsi Riau dari tahun 2007 hingga 2012, peningkatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia belum dapat dilakukan pada seluruh lanjut
usia terlantar yang menjadi sasaran dari UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi
Riau yang disebabkan oleh berbagai hal terutama keterbatasan ketersediaan
anggaran dan kurangnya koordinasi dan sharing anggaran dari Pemerintah
Kabupaten/Kota dalam berbagai program dan kegiatan. Kemudian terbatasnya
tenaga administrasi operasional, pendamping yang terampil dalam bidang
kesejahteraan sosial sesuai dengan profesi pekerjaan sosial, hal ini disebabkan
kurangnya atensi pemerintah Kabupaten/Kota dan masyarakat serta kesadaran
dalam peningkatan kesejahteraan sosial dan pemberdayaan sosial bagi lanjut
usia di daerah Kabupaten/Kota. Sementara lanjut usia tersebut pada umumnya
mengalami gangguan kesehatan sehingga memerlukan penanganan khusus. UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau merupakan satu-satunya instansi
pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan bagi lanjut usia di Provinsi Riau,
untuk itu perlu strategi yang baik guna menjalankan tugas pokok dan fungsinya
agar tujuan dari penyelenggaraan desentralisasi yaitu peningkatan
kesejahteraan rakyat termasuk lanjut usia dapat tercapai.
Menurut David dalam Sindoro (2004), strategi merupakan cara untuk
mencapai sasaran jangka panjang. Kemudian menurut Steiner dan Miner dalam
Iriantara (2004), strategi mengacu pada formulasi misi, tujuan, dan objektif
dasar organisasi; strategi-strategi program dan kebijakan untuk mencapainya;
dan metode yang diperlukan untuk memastikan bahwa strategi
diimplementasikan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
Selanjutnya menurut Simamora (2001), strategi organisasi terdiri menjadi
dua, yaitu strategi inovasi dan strategi peningkatan kualitas. Strategi inovasi
ditinjau dari koordinasi antar unit kerja, pengembangan keahlian kerja,
penyusunan pengembangan karier,pemberian insentif kerja, dan penetapan
standar
kerja. Kemudian strategi peningkatan kualitas ditinjau dari penjabaran deskripsi
kerja, partisipasi dalam pengambilan keputusan, penilaian pekerjaan,
keseragaman perlakuan, dan pelatihan dan pengembangan kualitas.
Kemudian menurut Hatten dan Hatten dalam Purwanto (2008), ada
beberapa petunjuk mengenai cara pembuatan strategi sehinggi bisa berhasil,
diantaranya:
1. Strategi haruslah konsisten dengan lingkungannya. Ikutilah arus
perkembangan yang bergerak dimasyarakat (jangan melawan arus), dalam
lingkungan yang memberi peluang untuk bergerak maju.
2. Setiap strategi tidak hanya membuat satu strategi. Tergantung pada ruang
lingkup kegiatannya. Apabila banyak strategi yang dibuat, maka strategi yang
satu haruslah konsisten dengan strategi lainnya.
3. Strategi yang efektif hendaklah memfokuskan dan menyatukan semua
sumber daya dan tidak mencerai beraikan satu dengan yang lainnya.
4. Strategi hendaklah memuaskan perhatian pada apa yang merupakan
kekuatannya dan tidak pada titik-titik yang justru pada kelemahannnya.
Selain itu, hendaklah juga memanfaatkan kelemahan persaingan dan
membuat langkah-langkah yang tepat untuk menempatkan posisi kompetitif
yang lebih kuat.
5. Sumber daya adalah suatu yang kritis. Mengingat strategi adalah suatu yang
mungkin, maka harus membuat sesuatu yang layak dan dapat dilaksanakan.
6. Strategi hendaknya memperhitungkan resiko yang tidak terlalu besar.
Memang setiap strategi mengandung resiko, tetapi haruslah berhati-hati
sehingga tidak menjerumuskan organisasi ke dalam lubang yang besar. Oleh
sebab itu suatu strategi harusnya dapat dikontrol.
7. Strategi hendaknya disusun di atas landasan keberhasilan yang telah dicapai.
Jangan menyusun strategi diatas kegagalan.
8. Tanda-tanda dari suksesnya strategi ditampakkan dengan adanya dukungan
dari pihak-pihak yang terkait, terutama para eksekutif, dari semua pimpinan
unit kerja dalam organisasi.
Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan menganalisa strat strategi dalam upaya peningkatan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan oleh UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
penerapan strategi peningkatan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia di UPT.

METODE
Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah mengandalkan hasil
wawancara antara peneliti dengan informan yang dengan sengaja peneliti
tentukan sesuai dengan kebutuhan informasi yang diperlukan. Kemudian
observasi untuk melihat dan menganalisa kejadian-kejadian dilapangan.
Selanjutnya, menyeleksi data-data yang diperoleh sesuai dengan kebutuhan dan
mengelompokan data sesuai dengan jenis dan bentuknya. Kemudian diolah dan
dianalisis secara deskriptif kualitatif sesuai dengan materi permasalahan serta
berupaya melakukan pemahaman secara mendalam, serta interpretasi yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Strategi organisasi yang terdiri atas 2 segi, yaitu strategi inovasi dan strategi
peningkatan kualitas. Berdasarkan teori tersebut, peneliti menganalisis strategi
inovasi ditinjau penetapan standar kerja dimana dalam penelitian ini, standar
kerja UPT PSTW Khusnul Khotimah terlihat dari tugas pokok dan fungsi UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Sedangkan strategi peningkatan kualitas
ditijau dari penilaian pekerjaan.

Penetapan Standar Kerja


Penetapan standar kerja di UPT PSTW Khusnul Khotimah ditinjau dari
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi
Riau mempunyai tugas pokok untuk memberikan bimbingan dan pelayanan bagi
lanjut usia terlantar agar dapat hidup secara baik dan terawat dalam kehidupan
bermasyarakat yang berada didalam panti maupun diluar panti yang meliputi :

a.Menyelenggarakan kegiatan dan pelayanan sosial lanjut usia.


Kegiatan dan pelayanan sosial di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi
Riau terdiri atas beberapa hal yaitu:
 Pelayanan sosial dilakukan demi terlaksananya bimbingan sosial dengan
tujuan terjalinnya hubungan sosial yang baik antara sesama lanjut usia
dan petugas panti selama berada dalam panti. Berdasarkan hasil
wawancara di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau memiliki
masalah seputar pergaulan dengan sesama penghuni panti, karena seperti
yang kita ketahui bahwa perilaku orang tua biasanya kembali kepada
perilaku anak-anak, dan inilah yang wajib diingatkan oleh pegawai UPT
PSTW Khusnul Khotimah demi menjaga kondisi agar selalu kondusif dan
terhindar dari konflik.
 Pelayanan religius ditandai dengan terlaksananya bimbingan mental
agama 2x seminggu yang dilakukan secara berkerjasama dengan
Departemen Agama, serta tersedianya tenaga pendamping sholat
berjamaah lima waktu. Di UPT PSTW Khusnul Khotimah tersedia tenaga
ustad yang selalu ada setiap waktu. Kemudian UPT PSTW Khusnul
Khotimah juga selalu dikunjungi oleh berbagai macam majelis ta’lim yang
ada di lingkungan Provinsi Riau.
 Pelayanan keterampilan dilaksanakan melalui adanya macam-macam
kegiatan dalam mengisi waktu luang. Berdasarkan hasil wawancara UPT
PSTW Khusnul Khotimah telah berusaha mengisi setiap waktu para lanjut
usia dengan hal-hal yang bermanfaat dan menyenangkan. Hal ini tentu
saja bertujuan agar para lanjut usia merasa bahagia dan lebih semangat
dalam menjalani hari-hari mereka di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi
Riau.
 Pelayanan dibidang kesehatan di UPT PSTW Khusnul Khotimah telah baik
karena dilaksanakan melalui terselenggaranya perawatan oleh dokter dan
tersedianya obat-obatan. UPT PSTW Khusnul Khotimah menyediakan 1
orang dokter yang ditugaskan untuk memberikan pelayanan kesehatan
setiap satu minggu sekali yaitu pada hari Kamis. UPT PSTW juga
menyediakan obat-obatan yang umumnya diperlukan oleh lanjut usia.
Apabila ada lanjut usia yang memerlukan perawatan intensif dan perlu
dirawat inap, maka UPT PSTW akan bekerjasama dengan puskesmas
ataupun rumah sakit. Puskesmas tersebut adalah Puskesmas Simpang Tiga
dan RSUD Arifin Ahmad. Apabila Puskesmas Simpang Tiga tidak mampu
menangani lagi maka akan dirujuk ke rumah sakit yang diajak kerja sama
yaitu RSUD Arifin Ahmad.
 UPT PSTW Khusnul Khotimah berusaha memenuhi kebutuhan pakaian,
makanan, tempat tinggal dan lain-lain. Berdasarkan hasil observasi
peneliti, kebutuhan pakaian dipenuhi dengan memberikan pakaian
kepada lanjut usia setiap menjelang hari raya Idul Fitri kepada seluruh
lanjut usia di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Kemudian
kebutuhan tempat tinggal juga sangat terpenuhi. Sistem tempat tinggal di
UPT PSTW Khusnul Khotimah ini dibuat dengan sistem yang dinamakan
wisma. Wisma itu diibaratkan satu rumah dengan beberapa kamar dan
kamar mandi yang diberikan fasilitas seperti tempat tidur dan televisi.
Tidak sedikit para lanjut usia yang mengisi kamar mereka dengan televisi
pribadi dan barang-barang pribadi lainnya yang dibeli dari uang pribadi
hasil dari sumbangan para donatur UPT PSTW Khusnul Khotimah atau
pemberian sanak keluarga. Kemudian untuk menjaga kesehatan lanjut
usia, UPT PSTW Khusnul Khotimah menyediakan sarana terapi batu dan
olahraga secara rutin. Selain hal diatas, di UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau juga terdapat pramulansia yang disediakan khusus untuk
menangani masalah fisik lanjut usia yang sudah tidak memiliki
kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri.
 Pelayanan bidang permakanan diupayakan dengan terpenuhinya
kebutuhan hidup kelayan setiap hari dan menu makanan yang bervariasi.
 Pelayanan perlindungan sosial dan keamanan dilaksanakan melalui
tersedianya fasilitas, kemudahan dan terjaminnya keamanan bagi lanjut
usia.
 Pelayanan pendampingan yang dimaksud di UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau adalah pendampingan yang dilaksanakan oleh para petugas
UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Setiap lanjut usia di UPT PSTW
Khusnul Khotimah Provinsi Riau selalu diberikan perhatian dan dipantau
keadaannya oleh para petugas.
 Konsultasi masalah lanjut usia, UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau
sehingga UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau menyediakan tenaga
psikologi guna mengatasi masalah dan hal ini berguna juga bagi lanjut usia
yang memiliki masalah pribadi.
 Pelayanan pemakaman diwujudkan dengan tersedianya dan terjaminnya
terminasi bagi kelayan yang meninggal. Maka pihak UPT PSTW Khusnul
Khotimah akan menghubungi pihak keluarga yang bersangkutan dan
menanyakan mengenai penyelenggaraan jenazah. Apakah akan diambil
dan dibawa kerumah keluarga atau menyerahkan hal tersebut kepada
pihak UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Apabila lanjut usia
tersebut tidak memiliki keluarga lagi, maka pihak UPT PSTW Khusnul
Khotimah yang akan menyelenggarakan pelayanan jenazah tersebut. UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau memiliki ustad dan tempat
pemakanan sendiri khusus bagi penghuni UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau yang meninggal dunia yang letaknya tidak jauh dari UPT
PSTW Khusnul Khotimah.
 Rekreasi, kegiatan ini biasanya dilaksanakan setiap 1 tahun sekali dalam
rangka memperingati Hari Lansia di Indonesia setiap tanggal 29 Mei.
Kegiatan rekreasi ini biasanya diselenggarakan di objek wisata Alam
Mayang dengan melakukan berbagai perlombaan yang sesuai dengan para
lansia dan berbagai aktivitas yang menghibur para lansia.
b. Menyelenggarakan kegiatan penerimaan dan bimbingan lanjut usia
Tidak sembarangan lanjut usia yang bisa menjadi penghuni di UPT PSTW
Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Lanjut usia yang ingin tinggal di UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau harus memenuhi beberapa
persyaratan yang telah ditetapkan.
c. Menyelenggarakan koordinasi penyelenggaraan kegiatan panti sosial.
Kegiatan panti sosial dibidang kesehatan, mental dan spiritual dilakukan
dengan melakukan koordinasi dengan instansi lain seperti yang telah
dikemukakan diatas. Kemudian melaksanakan koordinasi lintas Dinas
Kesejahteraan Sosial Kabupaten/Kota se-Provinsi Riau dalam seleksi dan
peningkatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia.
d. Melaksanakan informasi usaha kesejahteraan sosial lanjut usia
Dahulu di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau dibuat semacam
buletin untuk menyebarluaskan informasi mengenai UPT PSTW Khusnul
Khotimah, namun hal tersebut tidak dibuat lagi karena kurangnya
anggaran serta belum adanya instansi terkait untuk bekerja sama.
e.Melaksanakan pengawasan, evaluasi dan pelaporan kegiatan panti
UPT PSTW Khusnul Khotimah melakukan pengawasan secara rutin dan
mengevaluasi hasil pengawasan kemudian membuat laporannya yang
seterusnya diserahkan ke Dinas Sosial Provinsi Riau sebagai hasil
pertanggungjawaban setiap 6 bulan sekali.
f.Melaksanakan pengembangan ilmu pengetahuan tentang lanjut usia

UPT PSTW Khusnul Khotimah membangun hubungan kerjasama dengan


beberapa perguruan tinggi swasta dan negeri di Provinsi Riau dengan jadwal
tetap, yaitu Akademi Keperawatan Tuanku Tambusai Kabupaten Kampar,
Program DIII Keperawatan Universitas Abdurrab Pekanbaru, Akademi
Keperawatan Payung Negeri, PSIK Universitas Riau, dan lain-lain.
Kemudian fungsi dari UPT PSTW Khusnul Khotimah adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pusat pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia
Seperti yang telah dikemukakan dalam tugas pokok UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau, bahwa UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau
menyelenggarakan berbagai jenis kegiatan pelayanan yaitu pelayanan sosial,
religius, fisik, perlindungan dan sosial dan keamanan, pelayanan pemakaman,
rekreasis, melaksanakan pemenuhan kebutuhan hidup (sandang, pangan,
papan), melaksanakan pemeliharaan kesehatan lanjut usia, pengisian waktu
luang dengan kegiatan yang bermanfaat, termasuk kegiatan yang bersifat
kreatif dan keterampilan, memberikan rehabilitasi bagi lanjut usia yang
bermasalah seperti masalah dalam keluarga dan masyarakat, masalah
ekonomi lanjut usia serta masalah pribadi lanjut usia dan mebuka konsultasi
bagi lanjut usia baik yang berada di dalam maupun luar panti beserta
keluarga yang bersangkutan.
b. Sebagai pusat informasi Kesejahteraan Sosial, khususnya dibidang pembinaan
kesejahteraan sosial Lanjut usia, yaitu melaksanakan :
 Penyedian data pembinaan Kesejahteraan Sosial Lanjut usia
UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau menyediakan data dan
konsultasi serta informasi bagi keluarga atau masyarakat yang memiliki
masalah dan kesulitan dengan lanjut usia yang menjadi keluarga mereka
agar dapat memperoleh kesejahteraan.
 Penyebarluasan informasi usaha kesejahteraan sosial lanjut usia
Upaya pembinaan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia tidak hanya
dilakukan di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau, atau keluarga
yang datang ke UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau, tetapi juga
disebarluaskan melalui koordinasi dengan Dinas Sosial yang berada dikota.

c. Sebagai pusat pengembangan usaha kesejahteraan sosial


 Menyediakan sarana pembinaan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia
bagi yang disantun di dalam panti maupun di luar panti
Sarana pembinaan kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia hanya
tersedia bagi lanjut usia yang disantun di dalam UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau. Untuk lanjut usia yang berada di luar UPT PSTW
Khusnul Khotimah Provinsi Riau sendiri hanya berupa penyuluhan dan
membuka konsultasi seperti yang telah dikemukakan pada halaman
sebelumnya. Hal ini dikarenakan oleh keterbatasan dana yang tersedia
untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan. Karena kekurangan tersebut,
maka UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau memfokuskan diri pada
usaha kesejahteraan sosial lanjut usia di dalam panti.
 Menyediakan sarana pembinaan dalam menciptakan suasana hubungan
yang serasi antara sesama lanjut usia
Seperti yang telah dibahas dalam pembahasan mengenai pelayanan sosial,
di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau diselenggarakan bimbingan
sosial guna menciptakan suasana hubungan yang serasai antara sesama
lanjut usia di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau. Lanjut usia
sendiri memiliki kondisi psikologi yang sangat rentan karena pengaruh
usia, mereka biasanya mudah tersinggung dan kembali bersikap seperti
anak- anak, oleh karena itu UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau
menyediakan sarana pembinaan guna menjaga situasi yang kondusif dan
hubungan yang harmonis di lingkungan UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau.
 Menyediakan sarana pemberian keterampilan kepada lanjut usia yang
berkemampuan sesuai sengan dengan kondisi lanjut lanjut usia untuk
meningkatkan kemampuan dibidang keterampilan
Pelayanan keterampilan juga telah dijelaskan sebelumnya, namun yang
terlaksanan di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau adalah
pelaksanaan kegiatan keterampilan secara umum bukan sesuai dengan
kondisi lanjut usia untuk meningkatkan kemampuan di bidang
keterampilan. Pemberian keterampilan sendiri ditujukan untuk mengisi
waktu luang lanjut usia dengan hal-hal yang lebih bermanfaat. Namun
berdasarkan penuturan Kepala UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau
, banyak lanjut usia yang kondisi fisiknya tidak memungkinkan lagi untuk
diberikan kegiatan keterampilan ini. Jadi hanya beberapa saja yang
mengikuti kegiatan keterampilan ini.

Penilaian Pekerjaan
Penilaian pekerjaan di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau dilakukan
dengan pengamatan mengenai kinerja para pegawainya, baik yang berstatus
Pegawai Negeri Sipil maupun honorer. Hal ini dilakukan secara bersama-sama
oleh UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau dengan Dinas Sosial Provinsi
Riau. Pegawai yang memiliki kinerja yang sangat buruk, baik dari segi ketepatan
waktu, absensi dan hasil pekerjaan akan diberikan teguran, pembinaan lebih
lanjut dan bahkan diberhentikan.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Strategi


a.Kondisi psikologis dan fisik lanjut usia
Faktor-faktor kejiwaan para lanjut usia yang memberikan petunjuk tentang
kecenderungan-kecenderungan mereka dalam berperilaku dalam kehidupan
sehari-hari dan pola interaksi yang ditampilkannya dalam hubungan dengan
orang-orang lain dalam lingkungannya. Ada lanjut usia yang paham bagaimana
cara bersikap, lanjut usia yang bersifat impulsif, terbuka, tertutup, mandiri,
sangat bergantung terhadap orang lain, bahkan bersikap radikal. Kemudian ada
lanjut usia yang menderita sakit yang parah karena faktor usia yang
menyebabkan mereka hanya mampu terbaring di tempat tidur tanpa bisa
melakukan kegiatan apapun. Hal inilah yang menjadi faktor penghambat
penerapan strategi di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.
a.Sumber daya manusia
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Kepala UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau diketahui bahwa UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau masih kekurangan pegawai yang bertugas sebagai pramu lansia
dan tenaga pendamping lainnya sebab semakin banyak jumlah lanjut usia yang
mengalami penurunan kondisi fisik dan perlu dibantu dalam melakukan berbagai
aktivitas, bahkan untuk mandi atau makan sendiri saja sudah tidak bisa lagi dan
memerlukan bantuan. Padahal idealnya menurut kementerian sosial, 5 orang
lanjut usia harus ditangani oleh 1 orang pramu lansia, 1 orang perawat dan 1
orang tenaga fungsional. Namun saat ini yang tersedia untuk menangani 70
orang lanjut usia hanya ada 6 orang pramu lansia dan 2 orang perawat dan 2
orang tenaga fungsional yang dimintai bantuan dari IPSPI (Ikatan Pekerja Sosial
Profesional Indonesia).
b.Kondisi keuangan
Seperti yang telah dibahas dalam Sumber Daya Manusia, diketahui bahwa UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau mengalami kekurangan dalam jumlah
pramu lansia, perawat dan tenaga fungsional. Hal ini disebabkan oleh
kekurangan anggaran dana untuk membayar gaji pramu lansia karena status
kepegawaian mereka adalah honorer. Kemudian dari kutipan wawancara terlihat
bahwa UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau kurang cermat dalam
membuat perencanaan, karena jumlah anggaran yang tersedia tidak disiapkan
untuk menghadapi hal-hal yang tidak terduga seperti untuk penambahan jumlah
pramu lansia yang sangat penting bagi pelaksanaan pelayanan dan penerapan
strategi di UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau.
a. Dukungan dari pihak-pihak terkait
 Pemerintah
Pemerintah sebagai pusat kekuasaan yang memiliki kewenangan dalam
penetapan dan pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan pelayanan
sosial lanjut usia termasuk penelitian dan pengembangan sosial lanjut usia
serta pendidikan dan pelatihan pelayanan sosial lanjut usia akan sangat
berpengaruh terhadap program dan kinerja di UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau, sebab pihak UPT PSTW Khusnul Khotimah Provinsi
Riau akan melaksanakan kegiatan berdasarkan serta mengacu pada aturan
dan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Pemerintah Provinsi
Pemerintah provinsi berpengarauh untuk menangani komunikasi dan
koordinasi skala luas dan urusan wilayah terkait dengan pelaksaan
program dan kegiatan pelayanan bagi lanjut usia serta pemerintah
provinsi akan memberikan dukungan bagi UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau melalui Dinas Sosial Provinsi Riau sebagai pelaksana kegiatan
di bidang sosial bagi lanjut usia.
 Pemerintah Kabupaten/Kota
Kabupaten /Kota sebagai pondasi dari pemerintah lokal/daerah, ditunjuk
untuk menangani urusan-urusan lain selain yang menjadi urusan provinsi
dalam pelaksanaan program dan kegiatan pelayanan bagi lanjut usia.
Keterlibatan dinas sosial se-Kabupaten/Kota di Provinsi Riau akan
menyebabkan kemerataan pelayanan bagi lanjut usia diseluruh wilayah
Provinsi Riau yang menjadi tanggung jawab dari UPT PSTW Khusnul
Khotimah Provinsi Riau.
 Dinas-dinas Pemerintah dan lembaga lainnya
Seperti dalam pembahasan sebelumnya, UPT PSTW Khusnul Khotimah
Provinsi Riau selalu mengadakan koordinasi dengan beberapa dinas
pemerintahan seperti Dinas Kesehatan, Puskesmas Simpang Tiga, RSUD
Arifin Ahmad, Kementerian Agama, juga beberapa lembaga pendidikan
seperti Universitas Riau, UIN Suska Riau, bahkan Akademi Keperawatan
dari beberapa kabupaten di Provinsi Riau. Dukungan dari seluruh dinas
dan lembaga tersebut berpengaruh terhadap pelaksanaan tugas pokok
dan fungsi dari segi pelayanan kesehatan dan juga pengembangan ilmu
pengetahuan mengenai lanjut usia.
 Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peranan terhadap penerapan strategi UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau untuk meningkatkan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia. Masyarakat banyak memberikan bantuan berupa
uang dan barang untuk para lanjut usia. Kemudian keikutsertaan
masyarakat untuk mendukung pelayanan pemenuhan kebutuhan dan
pemecahan lanjut usia baik yang berada di dalam maupun di luar UPT
PSTW Khusnul Khotimah Provinsi Riau ikut berpengaruh terhadap
penerapan strategi dan juga tujuan strategi untuk meningkatkan
kesejahteraan sosial bagi lanjut usia
BAB III
PEMBAHASAN

A. Pengertian Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif,
preventif, kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa
tua yang bahagia dan berguna. (DEPKES RI, 2000)
Gerontology adalah suatu ilmu yang mempelajari proses penuaan dan
masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social, ekonomi, perilaku,
lingkungan dan lail-lain. (DEPKES RI, 2000)
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan
dan aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya
agar kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric baru
berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric
mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia,
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
B. Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia
Undang-undang Dasar (UUD) 1945, juga Undang-undang (UU) Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, sudah sangat jelas menggariskan bahwa setiap
orang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Tentu saja, setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Dalam hal pelayanan kesehatan
bagi warga lansia, juga tidak bisa lepas dari semua ketentuan perundang-undangan
tersebut.
Di dunia saat ini, jumlah penduduk lanjut usia sudah mencapai sekitar 21%
dari total populasi dunia. Pada tahun 2025, diperkirakan akan mencapai jumlah
sekitar 1,2 miliar jiwa. Ini jelas memerlukan satu perhatian khusus, termasuk di
negara-negara berkembang seperti In-donesia, karena dari jumlah 1,2 milyar lanjut
usia tersebut, sekitar 80% hidup di negara-negara sedang berkembang. Khusus di
Indonesia, sensus penduduk tahun 2010 ini menunjukkan bahwa populasi lansia
kita adalah sekitar 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total populasi. Jumlah sebesar itu
telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari lima negara dengan jumlah
penduduk lansia terbanyak, dan makin lama makin banyak.
Dari satu sisi, hal itu menandakan keadaan kesehatan warga makin bagus,
tapi kompleksitas permasalahan lansia sangat banyak, sehingga ‘pekerjaan rumah’
kita pun lebih banyak lagi. Jumlah usia lansia 60 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat menjadi 29,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan 40 juta jiwa pada tahun
2030. Sekali lagi, memerlukan upaya-upaya yang sangat serius dalam pelayanan
kesehatan bagi mereka.
a. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan mengembangkan beberapa strategi:
1. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangun-an
kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau,
bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan
pengutamaan pada upaya promotif dan preventif. Salah satu
masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah pengaruh iklan, melalui
media massa, terutama TV, yang mempengaruhi banyak orang
yang percaya berbagai macam upaya-upaya kesehatan alternatif,
tetapi masih dipertanyakan basis buktinya.
3. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama
untuk mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. Meskipun
pemerintah sekarang ini mengembangkan sistem jaminan sosial,
ter-masuk jaminan sosial di bidang kesehatan, tetapi yang lebih
utama sebenarnya adalah promosi pencegahan penyakit.
Penyediaan jaminan sosial dan kesehatan penting, tetapi jauh lebih
penting adalah upaya pencegahan. Prinsipnya, jangan sampai atau
sesedikit mungkin warga masyarakat terkena penyakit. Karena itu,
perubahan prilaku untuk hidup bersih dan sehat menjadi sangat
substansial. Kalau kemudian terpaksa jatuh sakit, saat itulah
jaminan kesehatan menjadi penting dan bermanfaat.
4. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan sum-ber daya
manusia (SDM) kesehatan yang merata dan bermutu. Ini, sekali
lagi, tidak mudah. Salah satu contoh kerumitannya adalah
ketidaksesuaian antara permintaan dan penyediaan. Pada suatu
saat, diperlukan tenaga khusus untuk bidang tertentu, tetapi lem-
baga pendidikan tidak atau belum menghasilkannya. Misalnya,
seka-rang kita membutuhkan banya tenaga promosi kesehatan
untuk mendukung visi dan misi mengutamakan upaya pencegahan,
tetapi belum ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan
kualifikasi tenaga tersebut. Kalau pun ada, masih sangat terbatas.
Sebaliknya,pada sisi lain, ada banyak penawaran yang sebenarnya
sudah mulai me-limpah. Contoh, akibat promosi pendidikan
kejuruan, mulai ada yang mendirikan SMK Kesehatan.
Pertanyaannya adalah mau dikemanakan lu-lusannya? Karena,
sudah cukup banyak Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang lebih
jelas kualifikasinya, bahkan sudah dipadukan agar mereka bisa
ditingkatkan kualifikasinya sampai tingkat D3, S1, bahkan S2 dan
S3. SMK Kesehatan yang baru didirikan itu pasti saja
mencanangkan lulusannya akan menjadi tenaga perawat
kesehatan. Ini menimbulkan persoalan baru, karena status mereka
belum jelas dalam keseluruhan struktur dan sistem pendidikan
kesehatan yang sudah ada. Sebagaimana gejala umum dalam dunia
pendidikan kita saat ini, setiap ada satu je-nis lembaga pendidikan
yang mulai berkembang, segera ditiru dan menjamur, kehadiran
SMK Kesehatan ini mengkhawatirkan. Sekarang saja sudah
terpantau ada sekitar 400 lembaga. Dalam hal ini, masyarakat
sendiri harus lebih berhati-hati.
5. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat
dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat,
kemanfaatan, dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan dan
makanan.
6. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, trans-paran,
berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan
desentralisasi kesehatan yang bertanggung jawab.

C. Isu – isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi Kesehatan dan Kesejahteraan
Lansia
1. Pengertian dan Lingkup Promosi Kesehatan
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang
yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah
terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai
masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986, World Health
Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama
bidang Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini
dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah
dokumen penting yang disebut Ottawa Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini
menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap negara, termasuk
Indonesia.
Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah
proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control over, and to improve, their health, WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan
melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau
kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk
memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi
dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi
kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan
tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,
1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah
suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan
program kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut
usia (Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam
masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat
kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam
program promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada
masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau
atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu. Para psikolog berperan
dalam promosi kesehatan lewat pengembangan bentuk-bentuk intervensi untuk
membantu masyarakat memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah
kebiasaan yang buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan
menginformasikan kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko
terhadap kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Para pembuat
kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat penyediaan informasi-
informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan
gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan
untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-
undangan dapat menerapkan aturan-aturan tertentu untuk menurunkan risiko
kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan
(Taylor, 2003).
2. Lingkup promosi kesehatan
Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai
berikut (Iqi, 2008):
a. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan.
b. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada
pengenalan produk/jasa melalui kampanye.
c. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
d. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan
peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai bidang/sektor,
sesuai keadaan).
f. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community development), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.
3. Kegiatan Promosi Kesehatan
Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari berbagai
sumber daya dan kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace), perlindungan
(shelter), pendidikan (education), makanan (food), pendapatan (income),
ekosistem yang stabil (a stable eco-system), sumber daya yang
berkesinambungan (a sustainable resources), serta kesetaraan dan keadilan
sosial (social justice and equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya peningkatan
promosi kesehatan harus memerhatikan semua prasyarat tersebut.
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi
Kesehatan di Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan
yang dapat dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi
kesehatan. Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam Ottawa pada bagian
yang diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut Piagam Ottawa,
kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
a. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy
public policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create
supportive environments)
c. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen community actions)
d. Mengembangkan keterampilan individu (develop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health services)
f. Bergerak ke masa depan (moving into the future)

4. Strategi Promosi Kesehatan


a. Advokasi
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan
kepada masyarakat dengan membuat keputusan ( Decision makers ) dan
penentu kebijakan ( Policy makers ) dalam bidang kesehatan maupun
sektor lain diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap
masyarakat. Dengan demikian, para pembuat keputusan akan
mengadakan atau mengeluarkan kebijakan-kebijakan dalam bentuk
peraturan, undang-undang, instruksi yang diharapkan menguntungkan
bagi kesehatan masyarakat umum. Srategi ini akan berhasil jika
sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini adalah para pejabat eksekutif
dan legislatif, para pejabat pemerintah, swasta, pengusaha, partai politik
dan organisasi atau LSM dari tingkat pusat sampai daerah. Bentuk dari
advokasi berupa lobbying melalui pendekatan atau pembicaraan-
pembicaraan formal atau informal terhadap para pembuat keputusan,
penyajian isu-isu atau masalah-masalah kesehatan yang mempengarui
kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-seminar kesehatan. (
Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009 ).
b. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru,
namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi
sejak saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah
gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader
Forum” (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a
formal cross sector relationship between individuals, groups or
organization who :
1) Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2) Agree in advance what to commint and what to expect
3) Review the relationship regulary and revise their agreement as
necessary, and
4) Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan
adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok
atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko maupun
keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
1) Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati bersama )
3) Saling menanggung resiko dan keuntungan
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh WHO
pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di Jakarta
pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan upaya
kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan kerjasama
tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari dengan
kesetaraan.
Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan Kemitraan di Bidang
Kesehatan. Beberapa alternatif peran yang dapat dilakukan, sesuai
keadaan, masalah dan potensi setempat adalah :
1) Initiator : memprakarsai kemitraan dalam rangka sosialisasi dan
operasionalisasi Indonesia Sehat.
2) Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan, melalui
pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3) Fasilitator : memfasiltasi, memberi kemudahan sehingga kegiatan
kemitraan dapat berjalan lancar.
4) Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang aktif.
5) Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan yang kreatif.
6) Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program
kesehatan).
7) Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai
keadaan, masalah dan potensi yang ada.
c. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment )
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau keberdayaan).
Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep
mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan
kita untuk membuat orang lain melakukan apa yang kita inginkan,
terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu sosial tradisional
menekannkan bahwa kekuasaan berkaitan dengan pengaruh dan kontrol.
Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak
berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi.
Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia.
Kekuasaan tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan
hubungan kekuasaaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan
seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian
memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan
terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :
1) Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat
berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang lahir sebagai
bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan kebudayaan
barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep pemberdayaan secara
tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman latar belakang
kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah begitu meluas
diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian presepsi yang
berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan pemakaian konsep
tersebut secara kritikal tentulah meminta kita mengadakan telaah yang
sifatnya mendasar dan jernih.
Konsep pemberdayaan mulia Nampak disekitar decade 70-an, dan
kemudian berkembang terus sepanjang decade 80-an dan sampai decade
90-an atau akhir abad ke-20 ini. Diperkirakan konsep ini muncul
bersamaan dengan aliran-aliran seperti Eksistensialisme, Phenomelogi,
Personalisme, kemudian lebih dekat dengan gelombang New-Marxisme,
freudialisme, aliran-aliran seperti Sturktualisme dan Sosiologi Kritik
Sekolah Frankfurt serta konsep-konsep seperti elit, kekuasaan, anti-
astabilishment, gerakan populasi, anti-struktur, legitimasi, ideology,
pembebasn dan konsep civil society (Pranarka & Moeljarto, 1996).
Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan
mobilisasi tetapi partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini, perencana,
agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran pembangunan bersama-
sama merancang dan memikirkan pembangunan yang diperlukan oleh
masyarakat (Sairin, 2002).
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini
telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam
kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif
memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan
perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika
dilakukan melalui program pendampingan masyarakat (community
organizing and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak
perencanaan(planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan
(Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program dapat
dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari pelaksanaan
pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000).
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen;
perencanaan(Planning),pengorganisasiaa.n(Organising),
pelaksanaan(Actuating)hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling)
program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk program-
program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
derajad kesehatan masyarakat (Notoadmojo, 2003).

D. Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk Komunitas Lansia


Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen
pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu
masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan
yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari
penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan
terhadap agens karsinogenik toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di
lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya
merencanakan intervensi promosi kesehatan.
Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai
kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat
serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap
maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan
dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada perilaku
beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan
utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk
lansia memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney, 1994)
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan
suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada
individu dan keluarga serta kelompok dan komunitas.

a. Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok


Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu
atau keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan
keterampilan dan kompetensi individu atau keluarga untuk membuat
keputusan kesehatan yang memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku
proteksi kesehatan. Tujuannya adalah mendayagunakan lansia dan
keluarganya dalam membuat keputusan kesehatan yang rasional. Beberapa
kategori yang termasuk ke dalam intervensi promosi kesehatan dan proteksi
kesehatan dengan target individu dan / atau keluarga adalah :
a. Skrining kesehatan
b. Modifikasi gaya hidup
c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d. Konseling
e. Kelompok pendukung
f. Pelayanan kesehatan primer
g. Imunisasi
h. Keamanan di rumah
i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan
personal atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah
k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah
)
l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah
b. Intervensi berfokus pada komunitas
Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang
diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok
lansia yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas
adalah meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap
pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam
upaya mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di
komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan
politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia
di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :
1). Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang
menekankan pada masyarakat lansia
2). Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan
sebagai older American Month ( bulan lansia Amerika )
3). Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti
pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs
internet
4). Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti
mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk
pelayanan di rumah
5). Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia
proyek pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang
tersedia untuk memberikan pelayanan yang komprehensif kepada
subkelompok asia
6). Aktivitas pencegahan kejahatan
7). Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
c. Kemitraan dengan Komunitas Lansia
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru
dan berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi
meningkatkan kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan
yang efektif perawat kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan
tujuan bersama kelompok lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam
merencanakan promosi kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah
hal yang esensial karena lansia sensitif terhadap kehilangan potensi
kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia dilibatkan rasa kemandirian
mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang dilakukan ketika bekerja
dengan lansia di komunitas antara lain:
1. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti
gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau
penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar,
membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang
tenang dan / atau pengeras suara yang adekuat.
5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang
cukup untuk berespons
6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi
pengalaman hidup
7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi 1
9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan
rasa nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan
atau menanyakan informasi baru atau informasi yang masih
meragukan mereka
10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di
komunitas serta kebijakan yang memengaruhi lansia

E. Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan
pada saat ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan
lansia – penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang
kurang sehat. Namun gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak,
lansia yang mengalami penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh
konsep baru seperti masa tua dengan penuh kesuksesan ( misalnya kemampuan
individu untuk beradaptasi terhadap proses penuaan ) dan penurunan morbiditas
misalnya penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai
pada tahap akhir kehidupan ).
Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang
mendesak dan juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia.
Perawat profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang
berusia 65 tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen
penting dalam perawatan kesehatan.
BAB IV
PENUTUP

A.Kesimpulan
Sebagai simpulan umum, ada beberapa hal yang sangat penting dan mendasar
dalam isu pelayanan kesehatan warga lansia.
Pertama, adalah bahwa proses menua (degeneratif) sudah harus di-antisipasi
sejak dini, sebelum usia 50 tahun, dan hal ini harus kita pahamkan dengan baik
kepada semua warga masyarakat. Bagi mereka yang sudah lansia, yang paling
penting adalah upaya pemulihan (re-habilitatif) agar tetap mampu mengerjakan
pekerjaan dan tugas se-hari-hari, sehingga mereka bisa hidup secara mandiri,
produktif, dan bahagia.
Kedua, keluarga masih sangat penting perannya dalam meningkatkan kesehatan
dan kesejahteraan lansia. Ini terutama berkaitan dengan konteks sosial-budaya
lokal.
Ketiga, kesadaran dari lansia sendiri sangat menentukan untuk bisa hidup secara
mandiri, sehat, dan bahagia. Almarhum Profesor Par-mono Ahmad, yang meninggal
pada usia 86 tahun, sampai usia 82 ta-hun masih memberikan layanan di klinik,
tetap segar. Ketika ditanya apa rahasianya, beliau menjawab hanya satu kalimat
singkat: Keep moving (Terus bergerak)! Dengan kata lain, terus berkegiatan, aktif!
Keempat, upaya peningkatan kualitas kesehatan lansia memerlukan dukungan
dari organisasi profesi, pemerintah pusat, pemerintah dae-rah, swasta, dan seluruh
kalangan masyarakat.
Yogyakarta Declaration on Ageing and Health telah dideklarasikan oleh Menteri
Kesehatan wilayah SEARO pada 4 September 2012, belum lama berselang di
Yogyakarta ini. Ada 14 butir pokok yang menjadi komitmen Menteri Kesehatan di
kawasan SEARO yang harus ditindaklanjuti. Pernyataan itu amat sangat bagus untuk
disebarluaskan menjadi gerakan dan juga kesadaran bagi seluruh masyarakat kita.
Indonesia harus berkomitmen untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kesejahteraaan warga lansianya dengan pelayanan yang optimum dan terintergrasi
lintas sektor yang didukung oleh seluruh komponen masyarakat.
B. Saran
Dengan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta kami berharap makalah ini bisa berguna bagi pembaca untuk
menambah referensi khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan dalam
mempelajari tentang isi – isu strategis untuk promkes dan kesejahteraan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

Topatimasang, Roem. 2012. Memamusiakan Lanjut Usia “Penuaan Penduduk


& Pembangunan di Indonesia. Yogyakarta:PUSTAKA NASIONAL
Mubarak,Wahit Iqbal. 2009. Pengantar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba
Medika
Mickey, Stanley, Patricia Gauntleff Seare.2006.Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi
2.Jakarta:ECG
Anderson, Elizabeth T.2006.Keperawata Komunitas Teori dan Praktik.Jakarta: EGC
Djoyodiningrat, Lya. 2013. dikutip dalam situs
https://www.scribd.com/doc/126869298/makalah-promkes-lansia#download

Anda mungkin juga menyukai