Disusun oleh :
Kelompok 5
1. Antrinka Novien Herianti S18167
2. Ayunda Occariswana Rindiani S18169
3. Elisa Ismaningsih S18177
4. Feronika Febi Kusuma Dewi S18180
5. Iis Alfia Novitasari S18183
6. Kadek Yunita Dewi S18185
7. Novianti Eka Pertiwi S18196
8. Nur Khasanah S18197
9. Rina Anjarwati S18201
10. Suci Farah Shahliantina S18207
A. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup.
Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000
atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan meningkat menjadi 66,2 per
tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang , dan menunjukkan bahwa jumlah
lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu..
Pengembangan kesehatan di Indonesia telah berhasil menurunkan angka
kematian ibu dan bayi dan angka fertilitas serta menghasilkan perbaikan gizi
masyarakat. Dampak positif dari pembangunan kesehatan adalah meningkatnya angka
harapan hidup yang terlihat dari meningkatnya jumlah populasi penduduk usia lanjut
atau lansia.
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun
2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di
perkirakan 17 juta orang. Padatahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia
diproyeksika nmencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi
penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi,
sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia,baik
sebagai individu keluarga mau pun masyarakat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya
guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan kesejahteraan
social lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik.
Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di antara anak, Three in one
roof, yang artinya bahwa suasana hubungan yang harmonis antar ketiga generasi akan
terus terjalin sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung tidak tinggal
bersama dalam satu rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu atap
kebersamaan.
B. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan pada lansia
2. Mahasisa mengetahui memahami dalam menyusun perencanaan promosi
kesehatan
BAB 11
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian Geriatri
Geriatric merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek , yaitu promotive , preventif,
dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang bahagia
dan berguna (DEPKES RI, 2000).
Gerontology merupakan suatu ilmu yang menpelajari proses penuaan dan
masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu kesehatan, social , ekonomi dan
lingkungan dan lain lain (DEPKES RI, 2000).
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan
aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar
kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric
baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric
mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia,
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
b. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative
baru, namun demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah
terjadi sejak saman dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal
istilah gotong royong yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines
Leader Forum” (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan,
“Partnership is a formal cross sector relationship between individuals,
groups or organization who :
1) Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
2) Agree in advance what to commint and what to expect
3) Review the relationship regulary and revise their agreement as
necessary, and
4) Share both risk and the benefits
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
kemitraan adalah suatu kerjasama formal antara individu-individu,
kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk mencapai suatu
tugas atau tujuan tertentu. Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan
tentang komitmen dan harapan masing-masing, tentang peninjauan
kembali terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat,dan
saling berbagi baik dalam resiko maupun keuntungan yang diperoleh.
Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata kunci dalam kemitraan, yakni:
1. Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu
2. Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati
bersama )
3. Saling menanggung resiko dan keuntungan.
Pentingnya kemitraan (partnership) ini mulai digencarkan oleh
WHO pada konfrensi internasional promosi kesehatan yang keempat di
Jakarta pada tahun 1997. Sehubungan dengan itu perlu dikembangkan
upaya kerjasama yang saling memberikan manfaat. Hubungan
kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga didasari
dengan kesetaraan.
c. Pemberdayaan Masyarakat
Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan
(empowerment), berasal dari kata ‘power’ (kekuasaan atau
keberdayaan). Karenanya, ide utama pemberdayaan bersentuhan
dengan konsep mengenai kekuasaan. Kekuasaan seringkali dikaitkan
dengan kemampuan kita untuk membuat orang lain melakukan apa
yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan minat mereka. Ilmu
sosial tradisional menekannkan bahwa kekuasaan berkaitan dengan
pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan bahwa kekuasaan
sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat dirubah. Kekuasaan
tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa hadir dalam konteks
relasi sosial antara manusia. Kekuasaan
tercipta dalam relasi sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan
kekuasaaan dapat berubah. Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini,
pemberdayaan sebagai sebuah proses perubahan kemudian memiliki
konsep yang bermakna. Dengan kata lain, kemungkinan terjadinya
proses pemberdayaan sangat tergantung pada dua hal :
a. Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat
berubah pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara
apapun.
b. Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan
pada pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan
dinamis.
Pemberdayaan (Empowernment) adalah sebuah konsep yang
lahir sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan
kebudayaan barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep
pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Konsep tersebut telah
begitu meluas diterima dan dipergunakan, mungkin dengan pengertian
presepsi yang berbeda satu dengan yang lain. Penerimaan dan
pemakaian konsep tersebut secara kritikal tentulah meminta kita
mengadakan telaah yang sifatnya mendasar dan jernih.
Konsep pemberdayaan mulia Nampak disekitar decade 70-an,
dan kemudian berkembang terus sepanjang decade 80-an dan sampai
decade 90-an atau akhir abad ke-20 ini. Diperkirakan konsep ini
muncul bersamaan dengan aliran-aliran seperti Eksistensialisme,
Phenomelogi, Personalisme, kemudian lebih dekat dengan gelombang
New-Marxisme, freudialisme, aliran-aliran seperti Sturktualisme dan
Sosiologi Kritik Sekolah Frankfurt serta konsep-konsep seperti elit,
kekuasaan, anti-astabilishment, gerakan populasi, anti-struktur,
legitimasi, ideology, pembebasn dan konsep civil society (Pranarka &
Moeljarto, 1996).
Istilah Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan
mobilisasi tetapi partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini,
perencana, agents dan masyarakat yang dijadikan sasaran
pembangunan bersama-sama merancang dan memikirkan
pembangunan yang diperlukan oleh masyarakat (Sairin, 2002).
Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) kini
telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa masyarakat dalam
kehidupan sejahtera secara adil dan merata. Strategi ini cukup efektif
memandirikan masyarakat pada berbagai bidang, sehingga dibutuhkan
perhatian yang memadai. Oleh kerena itu, Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Achmad Suyudi mengingstruksikan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya
pencegahan penyakit.
Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika
dilakukan melalui program pendampingan masyarakat (community
organizing and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak
perencanaan (planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan
(Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling) program
dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti dari
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000).
Pelibatan masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi
manajemen; perencanaan (Planning), pengorganisasiaa.n (Organising),
pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan
(Controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi untuk
program-program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat (Notoadmojo, 2003).
D. Promosi Kesehatan Dan Strategi Proteksi Kesehatan Untuk Promosi Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen pencegahan
primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu masyarakat mengubah
gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan yang optimum sedangkan
fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu dari penyakit dan cedera dengan
memberikan imunisasi dan menurunkan pemajanan terhadap agens karsinogenik
toksin dan hal – hal yang membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep
kesehatan lansia harus ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi
promosi kesehatan.
Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai
kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat serta
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap maksimum,
tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan kelompok usia
lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi mengenai kesehatan
dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan dan kemandirinya.
Promosi kesehatan harus benar – benar berfokus pada perilaku beresiko yang dapat
dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah kesehatan utama menurut usia
( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan kesehatan untuk lansia memiliki tiga
tujuan :1
1.Meningkatkan kemampuan fungsional
2. Memperpanjang usia hidup
3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O’Malley dan Blakeney, 1994 )
Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan
suatu pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan
keluarga serta kelompok dan komunitas.
1.Intervensi Berfokus – Individu atau Kelompok
Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus – individu atau
keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan
kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang
memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan. Tujuannya
adalah mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat keputusan
kesehatan yang rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam intervensi
promosi kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu dan / atau
keluarga adalah :
a. Skrining kesehatan
b. Modifikasi gaya hidup
c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )
d. Konseling
e. Kelompok pendukung
f. Pelayanan kesehatan primer
g. Imunisasi
h. Keamanan di rumah
i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal
atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah
k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )
l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah
2.Intervensi berfokus pada komunitas
Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang
diarahkan pada lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia
yang beragam di komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah
meningkatkan kapasitas dan ketersediaan komunitas terhadap pelayanan
gabungan kesehatan dan sosial yang sesuai dan dibutuhkan dalam upaya
mempertahankan kemandirian dan status fungsional lansia di komunitas.
Intervensi di komunitas terutama melibatkan advokasi tindakan politis dan
partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang memengaruhi lansia di komunitas.
Contoh intervensi berfokus komunitas adalah sebagai berikut :
1). Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan
pada masyarakat lansia
2). Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older
American Month ( bulan lansia Amerika )
3). Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti
pengembangan pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet
4). Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti
mempertahankan atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan
di rumah
5). Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek
pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia
6). Aktivitas pencegahan kejahatan
7). Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.
3.Kemitraan dengan Komunitas Lansia
Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan
berespons terhadap bermacam – macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan
kesehatan mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok
lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi
kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia
sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia
dilibatkan rasa kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang
dilakukan ketika bekerja dengan lansia di komunitas antara lain:
1. Jalankan program ditempat – tempat biasa lansia berkumpul seperti
gereja, senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program
3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok
4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau
penglihatan tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar,
membatasi penggunaan makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan /
atau pengeras suara yang adekuat.
5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup
untuk berespons
6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman
hidup
7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat
8. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi 1
9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa
nyaman pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau
menanyakan informasi baru atau informasi yang masih meragukan mereka
10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat
11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas
serta kebijakan yang memengaruhi lansia
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Sebagai simpulan umum, ada beberapa hal yang sangat penting dan
mendasar dalam isu pelayanan kesehatan warga lansia.
Pertama, adalah bahwa proses menua (degeneratif) sudah harus di-
antisipasi sejak dini, sebelum usia 50 tahun, dan hal ini harus kita pahamkan
dengan baik kepada semua warga masyarakat. Bagi mereka yang sudah lansia,
yang paling penting adalah upaya pemulihan (re-habilitatif) agar tetap mampu
mengerjakan pekerjaan dan tugas se-hari-hari, sehingga mereka bisa hidup
secara mandiri, produktif, dan bahagia.
Kedua, keluarga masih sangat penting perannya dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Ini terutama berkaitan dengan konteks
sosial-budaya lokal.
Ketiga, kesadaran dari lansia sendiri sangat menentukan untuk bisa
hidup secara mandiri, sehat, dan bahagia. Almarhum Profesor Par-mono
Ahmad, yang meninggal pada usia 86 tahun, sampai usia 82 ta-hun masih
memberikan layanan di klinik, tetap segar. Ketika ditanya apa rahasianya,
beliau menjawab hanya satu kalimat singkat: Keep moving (Terus bergerak)!
Dengan kata lain, terus berkegiatan, aktif!
Keempat, upaya peningkatan kualitas kesehatan lansia memerlukan
dukungan dari organisasi profesi, pemerintah pusat, pemerintah dae-rah,
swasta, dan seluruh kalangan masyarakat.
Yogyakarta Declaration on Ageing and Health telah dideklarasikan
oleh Menteri Kesehatan wilayah SEARO pada 4 September 2012, belum lama
berselang di Yogyakarta ini. Ada 14 butir pokok yang menjadi komitmen
Menteri Kesehatan di kawasan SEARO yang harus ditindaklanjuti. Pernyataan
itu amat sangat bagus untuk disebarluaskan menjadi gerakan dan juga
kesadaran bagi seluruh masyarakat kita. Indonesia harus berkomitmen untuk
meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraaan warga lansianya dengan
pelayanan yang optimum dan terintergrasi lintas sektor yang didukung oleh
seluruh komponen masyarakat.
b. Saran
Dengan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta kami berharap makalah ini bisa berguna bagi pembaca untuk
menambah referensi khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan dalam
mempelajari tentang isi – isu strategis untuk promkes dan kesejahteraan lansia.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/document/425752434/Makalah-Isu-Isu-Strategis-Untuk-
Promosi-Kesehatan-Dan-Kesejahteraan-Lansia-Fix
https://www.academia.edu/10807168/Makalah_akbarian_noor