Anda di halaman 1dari 25

ISU-ISU STRATEGI DAN KEGIATAN UNTUK PROMOSI KESEHATAN DAN

KESEJAHTERAAN LANSIA SERTA DUKUNGAN TERHADAP ORANG


YANG TERLIBAT MERAWAT LANSIA

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

UNIVERSITAS AISYAH PRINGSEWU


PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
PRINGSEWU, 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas mengenai
Isu-Isu Strategi Untuk Promosi Kesehatan Dan Kesejahteraan Lansia Serta
Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran
serta kritik yang dapat membangun. Kritik dari pembaca sangat penulis harapkan
untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca makalah ini,kami
sampaikan terimakasih.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.
1.2 Tujuan
1.3 Rumusan Masalah
BAB II PEMBAHASAN II
2.1 Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di
Indonesia
2.2 Isu — isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi
Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia
2.3 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk
Komunitas Lansia
2.4 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia

2.5 Dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia


BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya luhur, memiliki ikatan
kekeluargaan yang mencerminkan nilai-nilai keagamaan dan budaya yang
menghargai peran serta kedudukan para lanjut usia dalam keluarga maupun
masyarakat, Sebagai warga yang telah berusia lanjut, para lanjut usia mempunyai
kebajikan ,kearipan serta pengalaman berharga yang dapat di teladani oleh generasi
penerus dalam pembangunan nasional. Seiring dengan kemajuan teknologi dan
ilmu pengetahuan telah memicu timbulnya berbagai perubahan dalam
masyarakat, dengan meningkatkan angka harapan hidup.
Dari hasil sensus penduduk yang dilaksakan oleh BPS menunjukan pada tahun
2000 usia harapan hidup di Indonesia mencapai 67 dari populasi lanjut usia yang di
perkirakan 17 juta orang. Padatahun 2020 jumlah penduduk lanjut usia Indonesia
diproyeksika nmencapai 28 juta orang yang berusia 71 tahun. Perubahan komposisi
penduduk lanjut usia menimbulkan berbagai kebutuhan baru yang harus dipenuhi,
sehingga dapat pula menjadi permasalahan yang komplek bagi lanjut usia,baik
sebagai individu keluarga mau pun masyarakat.
Keberadaan usia lanjut ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin
meningkat dari tahun ke tahun , hal tersebut membutuhkan upaya pemeliharaan serta
peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia,
berdaya guna, dan produktif (pasal 19 UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan).
Guna mengatasi lanjut usia, diperlukan program pelayanan kesejahteraan sosial
lanjut usia yang terencana, tepat guna dan tetap memiliki karakteristik.
Sebagaibangsa yang menjamin keharmonisan hubungan di antara anak, Three in
one roof, yang artinya bahwa suasana hubungan yang harmonis antar ketiga generasi
akan terus terjalin sepanjang masa, walaupun saat ini mereka cenderung tidak
tinggal bersama dalam satu rumah. Namun semangatnya masih terpatri dalam satu
atap kebersamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana strategi dan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut usia di
Indonesia?
2. Apa saja isu-isu, strategi dan kegiatan untuk promosi kesehatan dan
kesejahteraan lansia?
3. Bagaimanakah promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan untuk
komunitas lansia?
4. Bagaimana peran perawat dalam promosi kesehatan untuk lansia?

5. Bagaimana peran dukungan terhadap orang yang terlibat merawat lansia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui strategi dan kebijakan pelayanan kesehatan lanjut
usia di Indonesia.
2. Untuk mengetahui saja isu-isu, strategi dan kegiatan untuk promosi
kesehatan dan kesejahteraan lansia.
3. Untuk mengetahui promosi kesehatan dan strategi proteksi kesehatan
untuk komunitas lansia.
4. Untuk mengetahui peran perawat dalam promosi kesehatan untuk
lansia.
5. Untuk mengetahui dukungan terhadap orang yang terlibat merawat
lansia.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehtan Lanjut Usia di Indonesia


Undang-undang Dasar (UUD) 1945, juga Undang-undang (UU) Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, sudah sangat jelas menggariskan bahwa setiap
orang berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Tentu saja, setiap orang
berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau. Dalam hal pelayanan kesehatan
bagi warga lansia, juga tidak bisa lepas dari semua ketentuan perundang-undangan
tersebut.
Di dunia saat ini, jumlah penduduk lanjut usia sudah mencapai sekitar 21%
dari total populasi dunia. Pada tahun 2025, diperkirakan akan mencapai jumlah
sekitar 1,2 miliar jiwa. Ini jelas memerlukan satu perhatian khusus, termasuk di
negara-negara berkembang seperti In-donesia, karena dari jumlah 1,2 milyar lanjut
usia tersebut, sekitar 80% hidup di negara- negara sedang berkembang. Khusus di
Indonesia, sensus penduduk tahun 2010 ini menunjukkan bahwa populasi lansia
kita adalah sekitar 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total populasi. Jumlah sebesar itu
telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari lima negara dengan jumlah
penduduk lansia terbanyak, dan makin lama makin banyak.
Dari satu sisi, hal itu menandakan keadaan kesehatan warga makin bagus,
tapi kompleksitas permasalahan lansia sangat banyak, sehingga ‘pekerjaan rumah'
kita pun lebih banyak lagi. Jumlah usia lansia 60 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat menjadi 29,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan 40 juta jiwa pada tahun
2030. Sekali lagi, memerlukan upaya-upaya yang sangat serius dalam pelayanan
kesehatan bagi mereka.
a) Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan mengembangkan beberapa strategi:
1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan
kesehatan melalui kerjasama nasional dan global.
2) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya
promotif dan preventif. Salah satu masalah yang dihadapi dalam hal ini
adalah pengaruh iklan, melalui media massa, terutama TV, yang
mempengaruhi banyak orang yang percaya berbagai macam upaya-upaya
kesehatan alternatif, tetapi masih dipertanyakan basis buktinya.
3) Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. Meskipun pemerintah
sekarang ini mengembangkan sistem jaminan sosial, ter-masuk jaminan
sosial di bidang kesehatan, tetapi yang lebih utama sebenarnya adalah
promosi pencegahan penyakit. Penyediaan jaminan sosial dan kesehatan
penting, tetapi jauh lebih penting adalah upaya pencegahan. Prinsipnya,
jangan sampai atau sesedikit mungkin warga masyarakat terkena
penyakit. Karena itu, perubahan prilaku untuk hidup bersih dan sehat
menjadi sangat substansial. Kalau kemudian terpaksa jatuh sakit, saat
itulah jaminan kesehatan menjadi penting dan bermanfaat.
4) Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan sum-ber daya manusia
(SDM) kesehatan yang merata dan bermutu. Ini, sekali lagi, tidak mudah.
Salah satu contoh kerumitannya adalah ketidaksesuaian antara permintaan
dan penyediaan. Pada suatu saat, diperlukan tenaga khusus untuk bidang
tertentu, tetapi lem-baga pendidikan tidak atau belum menghasilkannya.
Misalnya, sekarang kita membutuhkan banya tenaga promosi kesehatan
untuk mendukung visi dan misi mengutamakan upaya pencegahan, tetapi
belum ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan kualifikasi
tenaga tersebut. Kalau pun ada, masih sangat terbatas. Sebaliknya,pada
sisi lain, ada banyak penawaran yang sebenarnya sudah mulai me-limpah.
5) Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan.
6) Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, trans- paran,
berdaya guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi
kesehatan yang bertanggung jawab.
2.2 Isu- isu, Strategi dan Kegiatan untuk promosi Kesehatan
dan Kesejahteraan Lansia
1. Pengertian dan Lingkup Promosi Kesehatan
Dewasa ini promosi kesehatan (health promotion) telah menjadi bidang
yang semakin penting dari tahun ke tahun. Dalam tiga dekade terakhir, telah
terjadi perkembangan yang signifikan dalam hal perhatian dunia mengenai
masalah promosi kesehatan. Pada 21 November 1986, World Health
Organization (WHO) menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama
bidang Promosi Kesehatan yang diadakan di Ottawa, Kanada. Konferensi ini
dihadiri oleh para ahli kesehatan seluruh dunia, dan menghasilkan sebuah
dokumen penting yang disebut Ottawa Charter (Piagam Ottawa). Piagam ini
menjadi rujukan bagi program promosi kesehatan di tiap negara, termasuk
Indonesia. Dalam Piagam Ottawa disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah
proses yang memungkinkan orang-orang untuk mengontrol dan meningkatkan
kesehatan mereka (Health promotion is the process of enabling people to
increase control oνer, and to improνe, their health , WHO, 1986). Jadi, tujuan
akhir promosi kesehatan adalah kesadaran di dalam diri orang-orang tentang
pentingnya kesehatan bagi mereka sehingga mereka sendirilah yang akan
melakukan usaha-usaha untuk menyehatkan diri mereka.
Lebih lanjut dokumen itu menjelaskan bahwa untuk mencapai derajat
kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial, individu atau
kelompok harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasi-aspirasinya untuk
memenuhi kebutuhannya dan agar mampu mengubah atau mengatasi
lingkungannya (lingkungan fisik, sosial budaya, dan sebagainya). Kesehatan
adalah sebuah konsep positif yang menitikberatkan sumber daya pada pribadi
dan masyarakat sebagaimana halnya pada kapasitas fisik. Untuk itu, promosi
kesehatan tidak hanya merupakan tanggung jawab dari sektor kesehatan, akan
tetapi jauh melampaui gaya hidup secara sehat untuk kesejahteraan (WHO,
1986).
Penyelenggaraan promosi kesehatan dilakukan dengan
mengombinasikan berbagai strategi yang tidak hanya melibatkan sektor
kesehatan belaka, melainkan lewat kerjasama dan koordinasi segenap unsur
dalam masyarakat. Hal ini didasari pemikiran bahwa promosi kesehatan adalah
suatu filosofi umum yang menitikberatkan pada gagasan bahwa kesehatan yang
baik merupakan usaha individu sekaligus kolektif (Taylor, 2003).
Bagi individu, promosi kesehatan terkait dengan pengembangan program
kebiasaan kesehatan yang baik sejak muda hingga dewasa dan lanjut usia
(Taylor, 2003). Secara kolektif, berbagai sektor, unsur, dan profesi dalam
masyarakat seperti praktisi medis, psikolog, media massa, para pembuat
kebijakan publik dan perumus perundang-undangan dapat dilibatkan dalam
program promosi kesehatan. Praktisi medis dapat mengajarkan kepada
masyarakat mengenai gaya hidup yang sehat dan membantu mereka memantau
atau menangani risiko masalah kesehatan tertentu. Para psikolog berperan
dalam promosi kesehatan lewat pengembangan bentuk-bentuk intervensi untuk
membantu masyarakat memraktikkan perilaku yang sehat dan mengubah
kebiasaan yang buruk. Media massa dapat memberikan kontribusinya dengan
menginformasikan kepada masyarakat perilaku-perilaku tertentu yang berisiko
terhadap kesehatan seperti merokok dan mengonsumsi alkohol. Para pembuat
kebijakan melakukan pendekatan secara umum lewat penyediaan informasi-
informasi yang diperlukan masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan
gaya hidup sehat, serta penyediaan sarana-sarana dan fasilitas yang diperlukan
untuk mengubah kebiasaan buruk masyarakat. Berikutnya, perumus perundang-
undangan dapat menerapkan aturan- aturan tertentu untuk menurunkan risiko
kecelakaan seperti misalnya aturan penggunaan sabuk pengaman di kendaraan
(Taylor, 2003).

2. Lingkup promosi kesehatan


Oleh karena itu, lingkup promosi kesehatan dapat disimpulkan sebagai berikut
(Iqi, 2008):
a. Pendidikan kesehatan (health education) yang penekanannya pada
perubahan/perbaikan perilaku melalui peningkatan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan.
b. Pemasaran sosial (social marketing), yang penekanannya pada pengenalan
produk/jasa melalui kampanye.
c. Upaya penyuluhan (upaya komunikasi dan informasi) yang tekanannya
pada penyebaran informasi.
d. Upaya peningkatan (promotif) yang penekanannya pada upaya
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
e. Upaya advokasi di bidang kesehatan, yaitu upaya untuk memengaruhi
lingkungan atau pihak lain agar mengembangkan kebijakan yang
berwawasan kesehatan (melalui upaya legislasi atau pembuatan
peraturan, dukungan suasana, dan lain-lain di berbagai bidang/sektor,
sesuai keadaan).
f. Pengorganisasian masyarakat (community organization), pengembangan
masyarakat (community deνelopment), penggerakan masyarakat (social
mobilization), pemberdayaan masyarakat (community empowerment), dll.

3. Kegiatan Promosi Kesehatan


Kesehatan memerlukan prasyarat-prasyarat yang terdiri dari berbagai sumber
daya dan kondisi dasar, meliputi perdamaian (peace), perlindungan (shelter),
pendidikan (education), makanan (food), pendapatan (income), ekosistem yang
stabil (a stable eco-system), sumber daya yang berkesinambungan (a
sustainable resources), serta kesetaraan dan keadilan sosial (social justice and
equity) (WHO, 1986). Upaya-upaya peningkatan promosi kesehatan harus
memerhatikan semua prasyarat tersebut.
WHO, lewat Konferensi Internasional Pertama tentang Promosi Kesehatan di
Ottawa pada tahun 1986, telah merumuskan sejumlah kegiatan yang dapat
dilakukan oleh setiap negara untuk menyelenggarakan promosi kesehatan.
Berikut akan disediakan terjemahan dari Piagam Ottawa pada bagian yang
diberi subjudul Health Promotion Action Means. Menurut Piagam Ottawa,
kegiatan-kegiatan promosi kesehatan berarti:
a. Membangun kebijakan publik berwawasan kesehatan (build healthy
public policy)
b. Menciptakan lingkungan yang mendukung (create supportiνe
enνironments)
c. Memerkuat kegiatan-kegiatan komunitas (strengthen
community actions)
d. Mengembangkan keterampilan individu (deνelop personal skills)
e. Reorientasi pelayanan kesehatan (reorient health serνices)
f. Bergerak ke masa depan (moνing into the future)

4. Strategi Promosi Kesehatan


a. Advokasi
Advokasi (advocacy) adalah kegiatan memberikan bantuan kepada
masyarakat dengan membuat keputusan (Decision makers) dan penentu
kebijakan (Policy makers) dalam bidang kesehatan maupun sektor lain
diluar kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat. Dengan
demikian, para pembuat keputusan akan mengadakan atau mengeluarkan
kebijakan-kebijakan dalam bentuk peraturan, undang-undang, instruksi
yang diharapkan menguntungkan bagi kesehatan masyarakat umum.
Srategi ini akan berhasil jika sasarannya tepat dan sasaran advokasi ini
adalah para pejabat eksekutif dan legislatif, para pejabat pemerintah,
swasta, pengusaha, partai politik dan organisasi atau LSM dari tingkat
pusat sampai daerah. Bentuk dari advokasi berupa lobbying melalui
pendekatan atau pembicaraan-pembicaraan formal atau informal terhadap
para pembuat keputusan, penyajian isu-isu atau masalah- masalah
kesehatan yang mempengarui kesehatan masyarakat setempat, dan seminar-
seminar kesehatan. ( Wahid Iqbal Mubarak, Nurul Chayantin2009 ).

b. Kemitraan
Di Indonesia istilah Kemitraan (partnership) masih relative baru, namun
demikian prakteknya di masyarakat sebenarnya sudah terjadi sejak saman
dahulu. Sejak nenek moyang kita telah mengenal istilah gotong royong
yang sebenarnya esensinya kemitraan.
Robert Davies, ketua eksekutif “The Prince of Wales Bussines Leader
Forum“ (NS Hasrat jaya Ziliwu, 2007) merumuskan, “Partnership is a
formal cross sector relationship between indiνiduals, groups or
organization who :
a) Work together to fulfil an obligation or undertake a specific task
b) Agree in adνance what to commint and what to expect
c) Reνiew the relationship regulary and reνise their agreement as necessary, and
d) Share both risk and the benefit
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemitraan adalah
suatu kerjasama formal antara individu-individu, kelompok-kelompok atau
organisasi-organisasi untuk mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Dalam kerjasama tersebut ada kesepakatan tentang komitmen dan harapan
masing-masing, tentang peninjauan kembali terhadap kesepakatan-
kesepakatan yang telah dibuat,dan saling berbagi baik dalam resiko
maupun keuntungan yang diperoleh.Dari definisi ini terdapat tiga (3) kata
kunci dalam kemitraan, yakni:
1) Kerjasama antar kelompok, organisasi dan Individu

2) Bersama-sama mencapai tujuan tertentu ( yang disepakati


bersama )
3) Saling menanggung resiko dan keuntungan
Hubungan kerjasama tersebut akan lebih efektif dan efisien apabila juga
didasari dengan kesetaraan. Peran Dinas Kesehatan dalam Pengembangan
Kemitraan di Bidang Kesehatan. Beberapa alternatif peran yang dapat
dilakukan, sesuai keadaan, masalah dan potensi setempat adalah :
1) Initiator : Memprakarsai kemitraan dalam
rangka sosialisasi dan operasionalisasi Indonesia Sehat.
2) Motor/dinamisator : sebagai penggerak kemitraan,
melalui pertemuan, kegiatan bersama, dll.
3) Fasilitator : Memfasiltasi, memberi
kemudahan sehingga kegiatan kemitraan dapat berjalan lancar.
4) Anggota aktif : berperan sebagai anggota kemitraan yang
aktif.
5) Peserta kreatif : sebagai peserta kegiatan kemitraan
yang kreatif.
6) Pemasok input teknis : memberi masukan teknis (program
kesehatan).
7) Dukungan sumber daya : memberi dukungan sumber daya sesuai
keadaan, masalah dan potensi yang ada.

c. Pemberdayaan Masyarakat ( Empowerment )


Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasaan (empowerment),
berasal dari kata ‘power' (kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya, ide
utama pemberdayaan bersentuhan dengan konsep mengenai kekuasaan.
Kekuasaan seringkali dikaitkan dengan kemampuan kita untuk membuat
orang lain melakukan apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka. Ilmu sosial tradisional menekannkan bahwa kekuasaan
berkaitan dengan pengaruh dan kontrol. Pengertian ini mengasumsikan
bahwa kekuasaan sebagai suatu yang tidak berubah atau tidak dapat
dirubah. Kekuasaan tidak vakum dan terisolasi. Kekuasaan senantiasa
hadir dalam konteks relasi sosial antara manusia.Kek tercipta dalam relasi
sosial. Karena itu, kekuasaan dan hubungan kekuasaaan dapat berubah.
Dengan pemahaman kekuasaan seperti ini, pemberdayaan sebagai sebuah
proses perubahan kemudian memiliki konsep yang bermakna. Dengan kata
lain, kemungkinan terjadinya proses pemberdayaan sangat tergantung pada
dua hal :
1) Bahwa kekuasaan dapat berubah, Jika kekuasaan tidak dapat berubah
pemberdayaan tidak mungkin terjadi dengan cara apapun.
2) Bahwa kekuasaan dapat diperluas. Konsep ini menekankan pada
pengertian kekuasaan yang tidak statis, melainkan dinamis.
Pemberdayaan (Ompowernment) adalah sebuah konsep yang lahir
sebagai bagian dari perkembangan alam pikiran masyarakat dan
kebudayaan barat, utamanya Eropa. Untuk memahami konsep
pemberdayaan secara tepat dan jernih memerlukan upaya pemahaman
latar belakang kontekstual yang melahirkannya. Istilah
Pemberdayaan masyarakat tidak menganut pendekatan mobilisasi
tetapi partisipatif. Pada pendekatan partisipatif ini, perencana, agents
dan masyarakat yang dijadikan sasaran pembangunan bersama-sama
merancang dan memikirkan pembangunan yang diperlukan oleh
masyarakat (Sairin, 2002). Pemberdayaan masyarakat (community
empowerment) kini telah dijadikan sebuah strategi dalam membawa
masyarakat dalam kehidupan sejahtera secara adil dan merata.
Strategi ini cukup efektif memandirikan masyarakat pada berbagai
bidang, sehingga dibutuhkan perhatian yang memadai. Oleh kerena
itu, Menteri Kesehatan Republik Indonesia Achmad Suyudi
mengingstruksikan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
menggerakkan masyarakat melakukan upaya-upaya pencegahan
penyakit.

Pemberdayaan masyarakat secara umum lebih efektif jika dilakukan


melalui program pendampingan masyarakat (community organizing
and defelopment), karena pelibatan masyarakat sejak perencanaan
(planning), pengorganisasian (Organising), pelaksanaan
(Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan (Controlling)
program dapat dilakukan secara maksimal. Upaya ini merupakan inti
dari pelaksanaan pemberdayaan masyarakat (Halim, 2000). Pelibatan
masyarakat melalui pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen;
perencanaan (Planning), pengorganisasiaa.n (Organising),
pelaksanaan (Actuating) hingga evaluasi atau pengawasan
(Controlling) program atau biasa disingkat POAC telah diadopsi
untuk program-program bidang kesehatan. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan derajad kesehatan masyarakat (Notoadmojo, 2003).

2.3 Promosi Kesehatan dan Strategi Proteksi Kesehatan untuk


Komunitas Lansia
Promosi kesehatan dan proteksi kesehatan adalah dua elemen
pencegahan primer. Promosi kesehatan menekankan pada upaya membantu
masyarakat mengubah gaya hidup mereka dan bergerak menuju kondisi kesehatan
yang optimum sedangkan fokus proteksi kesehatan adalah melindungi individu
dari penyakit dan cedera dengan memberikan imunisasi dan menurunkan
pemajanan terhadap agens karsinogenik toksin dan hal — hal yang
membahayakan kesehatan di lingkungan sekitar. Konsep kesehatan lansia harus
ditinjau kembali dalam upaya merencanakan intervensi promosi kesehatan.

Filner dan Williams ( 1997 ) mendefinisikan kesehatan lansia sebagai


kemampuan lansia untuk hidup dan berfungsi secara efektif dalam masyarakat
serta untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan otonomi sampai pada tahap
maksimum, tidak hanya terbebas dari penyakit. Apabila dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya di Amerika lansia lebih aktif dalam mencari informasi
mengenai kesehatan dan mempunyai kemauan untuk mempertahankan kesehatan
dan kemandirinya. Promosi kesehatan harus benar — benar berfokus pada
perilaku beresiko yang dapat dimodifikasi yang disesuaikan dengan masalah
kesehatan utama menurut usia ( USDHHS, 1998 ). Secara umum, pelayanan
kesehatan untuk lansia memiliki tiga tujuan
1. Meningkatkan kemampuan fungsional

2. Memperpanjang usia hidup


3. Meningkatkan dan menurunkan penderita ( O'Malley dan Blakeney, 1994 )

Dalam memaksimalkan promosi kesehatan lansia di komunitas dibutuhkan suatu


pendekatan multiaspek. Target intervensi harus mengarah pada individu dan
keluarga serta kelompok dan komunitas.
a) Intervensi Berfokus — Individu atau Kelompok
Intervensi promosi kesehatan / proteksi kesehatan berfokus — individu atau
keluarga dirancang dalam upaya meningkatkan pengetahuan keterampilan dan
kompetensi individu atau keluarga untuk membuat keputusan kesehatan yang
memaksimalkan promosi kesehatan dan perilaku proteksi kesehatan.
Tujuannya adalah mendayagunakan lansia dan keluarganya dalam membuat
keputusan kesehatan yang rasional. Beberapa kategori yang termasuk ke dalam
intervensi promosi kesehatan dan proteksi kesehatan dengan target individu
dan / atau keluarga adalah :
a. Skrining kesehatan

b. Modifikasi gaya hidup

c. Pendidikan kesehatan ( individu atau kelompok )

d. Konseling

e. Kelompok pendukung

f. Pelayanan kesehatan primer

g. Imunisasi

h. Keamanan di rumah

i. Perawatan di rumah ( pelayanan kesehatan di rumah, perawatan personal


atau bantuan rumah tangga )
j. Makanan yang dikirimkan ke rumah

k. Dukungan sosial ( penjaminan kembali telepon dan kunjungan rumah )

l. Manajemen kasus
m. Bantuan pemeliharaan di rumah
b) Intervensi berfokus pada komunitas
Intervensi berfokus komunitas adalah aktivitas dan program yang diarahkan pada
lansia komunitas secara keseluruhan atau sub kelompok lansia yang beragam di
komunitas. Tujuan intervensi berfokus komunitas adalah meningkatkan kapasitas
dan ketersediaan komunitas terhadap pelayanan gabungan kesehatan dan sosial yang
sesuai dan dibutuhkan dalam upaya mempertahankan kemandirian dan status
fungsional lansia di komunitas. Intervensi di komunitas terutama melibatkan
advokasi tindakan politis dan partisipasi dalam pembuatan kebijakan yang
memengaruhi lansia di komunitas. Contoh intervensi berfokus komunitas adalah
sebagai berikut :
1). Kampanye pendidikan kesehatan di masyarakat luas yang menekankan pada
masyarakat lansia
2). Mengadakan kampanye pada bulan mei yang telah ditetapkan sebagai older
American Month ( bulan lansia Amerika )
3). Koalisi komunitas untuk menangani isu spesifik lansia seperti pengembangan
pusat informasi lokal, botlines telepon atau situs internet
4). Keterlibatan politis untuk advokasi kebutuhan lansia seperti mempertahankan
atau memperluas tanggunagan medicare untuk pelayanan di rumah
5). Kolaborasi dengan universitas, gereja pusat perkumpulan lansia proyek
pemukiman lansia serta organisasi komunitas lain yang tersedia untuk
memberikan pelayanan yang komprehensif kepada subkelompok asia
6). Aktivitas pencegahan kejahatan

7). Berpartisipasi dalam pameran kesehatan berfokus pada komunitas.

c) Kemitraan dengan Komunitas Lansia


Secara umum komunitas lansia terbuka untuk praktik kesehatan baru dan berespons
terhadap bermacam — macam pendekatan yang berpotensi meningkatkan kesehatan
mereka. Dalam merencanakan program kesehatan yang efektif perawat
kesehatan komunitas harus memvalidasi strategi dan tujuan bersama kelompok
lansia yang ditargetkan. Keterlibatan lansia dalam merencanakan promosi
kesehatan dan aktivitas pencegahan penyakit adalah hal yang esensial karena lansia
sensitif terhadap kehilangan potensi kemandiriannya. Oleh karena itu jika lansia
dilibatkan rasa kemandirian mereka akan menngkat. Tahapan tindakan yang
dilakukan ketika bekerja dengan lansia di komunitas antara lain:
1. Jalankan program ditempat — tempat biasa lansia berkumpul seperti gereja,
senior center, dan tempat perkumpulan pensiunan.
2. Libatkan aktivitas outreach ke dalam seluruh program

3. Siapkan sarana transportasi menuju tempat aktivitas kelompok

4. Antisipasi kebutuhan lansia yang memiliki pandangan dan / atau penglihatan


tidak adekuat ( contoh penggunaan tulisanyang besar, membatasi penggunaan
makalah, penggunaan ruangan yang tenang dan / atau pengeras suara yang
adekuat.
5. Pertahankan aktivitas secara berlahan dan berikan waktu yang cukup untuk
berespons
6. Berikan waktu yang cukup bagi para lansia untuk berbagi pengalaman hidup

7. Pertahankan pengajaran dalam waktu yang relatif singkat

8. Lakukan pengulangan ganda dan penguatan informasi 1

9. Susunlah aktivitas pendidikan kesehatan yang dapat memberikan rasa nyaman


pada para lansia dalam mengajukan pertanyaan dan atau menanyakan
informasi baru atau informasi yang masih meragukan mereka
10. Dorong keterlibata keluarga, teman dan kerabat

11. Advokasi untuk meningkatkan sumber sumber yang ada di komunitas serta
kebijakan yang memengaruhi lansia

2.4 Peran Perawat dalam Promosi Kesehatan untuk Lansia


Penuaan di dalam masyarakat kita merupakan fenomena yang dominan pada saat
ini. Tiga dari empat penyebab kematian yang sering terjadi di kalangan lansia —
penyakit jantung, kanker dan stroke merupakan akibat dari gaya hidup yang kurang
sehat. Namun gambaran suram tentang penduduk lansia yang kurang gerak, lansia
yang mengalami penyakit kronis secara bertahap telah digantikan oleh konsep baru
seperti masa tua dengan penuh kesuksesan (misalnya kemampuan individu untuk
beradaptasi terhadap proses penuaan) dan penurunan morbiditas (misalnya
penundaan awitan terjadinya penyakit kronis dan melemahkan sampai pada tahap
akhir kehidupan).

Perlindungan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan hal yang mendesak dan
juga merupakan kerangka kerja yang tepat untuk merawat lansia. Perawat
profesional untuk lansia mengenal bahwa pencegahan untuk orang yang berusia 65
tahun yang dapat diharapkan hidup 20 tahun lagi merupakan komponen penting
dalam perawatan kesehatan.

2.5 Dukungan Terhadap Orang Yang Terlibat Merawat Lansia


Bentuk Dukungan Keluarga Caplan dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa
keluarga memiliki beberapa bentuk dukungan yaitu :
a. Dukungan informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar)
informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti,
informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari
dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu stressor karena informasi
yang diberikan dapat menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan, saran, petunjuk dan
pemberian informasi. Bentuk dukungan informasional dalam Manifestasi mental
yang sehat (secara psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn dalam
Moeljono (1999) adalah :
1) Memiliki spontanitas dan perasaan yang memadai, dengan orang
lain(Adequate spontanity and emotionality). Keluarga sebagai kelompok
masyarakat terkecil yang memiliki ikatan emosional yang sangat kuat,
akan menjadi dorongan tersendiri bagi lansia dalam berinteraksi
dengan lingkungannya.
2) Dapat beraktivitas sesuai dengan kemampuannya, yaitu memiliki
keinginankeinginan jasmani yang memadai dan kemampuan untuk
memuaskannya
3) Dapat menyesuaikan diri dengan stressor-stressor lingkungan yaitu
dengan mempunyai kontak yang efisien dengan realitas(Efficient
contact with reality). Contohnya :
1. Mengingatkan lansia untuk makan, mandi, beribadah secara
teratur serta melakukan jadwal rutinitas.
2. Mengingatkan lansia agar senantiasa
mengembalikan benda pada tempatnya semula.
3. Tidak membiarkan lansia bepergian seorang
diri apalagi tanpa dilengkapi dengan tanda
pengenal.
4. Jika memberikan penjelasan atau informasi agar diulang
beberapa kali.
b. Dukungan penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,
membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber
dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan
support, penghargaan dan perhatian. Menurut Maslow dan
Mittlemenn dalam Moeljono (1999) untuk mencapai jiwa yang sehat
dapat dimulai dengan penilaian diri yang positif yaitu bagaimana
seseorang melihat dirinya yang berkaitan erat dengan cara berpikir,
berperan dan bertindak. Bentuk dukungannya dapat
denganmemberikan perhatian dalam menghadapi ketidakpercayaan
diri lansia, menjadikan lansia sebagai tempat bertanya bila keluarga
mengalami masalah dan memberikan pemahaman positif tentang
perubahan kondisi lansia saat ini.
Contohnya:
1. Tidak memandang lansia sebagai beban keluarga.
2. Membebaskan lansia untuk memanfaatkan uangnya sendiri
3. Memberikan bantuan pada lansia untuk pemenuhan
kebutuhan sehari hari
4. Memberikan keleluasaan pada lansia untuk melakukan hobi
atau kesukaannya sepanjang tidak membahayakan dan tetap
dalam pengawasan anggota keluarga.Merespon lansia secara
layak agar mereka merasa tetap dibutuhkan.
5. Melibatkan lansia dalam pengambilan keputusan.
6. Melibatkan lansia dalam acara keluarga
7. Sering memberikan pujian atau semangat jika lansia melakukan
satu kegiatan positif.
c. Dukungan instrumental
Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal kebutuhan
makan dan minum, istirahat serta terhindarnya penderita dari
kelelahan. Salah satu manifestasi mental yang sehat (secara
psikologis) menurut Maslow dan Mittlemenn dalam Moeljono
(1999) adalah memiliki keinginan-keinginan jasmani yang memadai
dan kemampuan untuk memuaskannya(Adequate bodily desires and
ability to gratify them). Berdasarkan pengertian tersebut, maka
dukungan keluarga dapat berupa pemenuhan gizi lansia, perhatian
terhadap kondisi fisik atau penyakit yang diderita oleh lansia,
hingga aktivitas fisik yang harus tetap dilakukan oleh lansia untuk
menjaga kebugaran tubuhnya. Keluarga diharapkan dapat
memberikan sarana pra sarana dalam menjaga kesehatan fisik
dan mental lansia. Sehingga lansia tetap dapat menikmati
hidupnya dengan kondisi fisik dan mental yang sehat.
Contohnya :
1. Menyediakan biaya untuk kebutuhan lansia seperti berobat
jika sakit.
2. Mendampingi lansia mendapatkan layanan kesehatan.
3. Menyiapkan makan dan minuman dengan jadwal secara
teratur untuk menjamin pemenuhan nutrisinya.
4. Menjaga lantai dan kamar mandi agar tetap kering atau tidak
licin.
5. Menyediakan kamar khusus buat lansia.
6. Menyiapkan penanda waktu seperti jam dan kalender
dalam ukuran besar

d. Dukungan emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat
dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-
aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang
diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian,
mendengarkan dan didengarkan.Seperti yang dikemukakan oleh
Hobfoll dalam Niven (2002), bahwa stres dipermudah oleh
kehilangan, terancam kehilangan dari sumber-sumber baik personal,
fisik atau fisiologis. Sehingga dalam penanganan masalah stres pada
lansia perlu adanya dukungan yang berhubungan dengan
faktorfaktor personal dan jaringan sosial. Contohnya :
1. Saat berbicara dengan lansia, keluarga harus menunjukkan
ekspresi yang menyenangkan, dengan posisi berhadapan.
Terdapat kontak mata dan berbicara dengan bahasa yang
sopan serta tidak membentak.
2. Saat berbicara sebaiknya ada sentuhan yang memberikan
rasa nyaman pada lansia.
3. Menggunakan kalimat yang mudah dipahami oleh lansia
yakni bahasa yang sederhana, singkat dan jelas serta tidak
bertele-tele.
4. Senantiasa menyediakan waktu bagi lansia untuk berbagi cerita
atau berdiskusi serta memberikan kesempatan kepada lansia
untuk tetap bersosialisasi dan melakukan aktivitas sehari
hari.
5. Jika lansia melakukan kesalahan, anggota keluarga harus
bisa mengontrol emosi, tetap tenang, tidak menyalahkan
serta tidak mendebat lansia.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sebagai simpulan umum, ada beberapa hal yang sangat penting dan
mendasar dalam isu pelayanan kesehatan warga lansia.
Pertama, adalah bahwa proses menua (degeneratif) sudah harus di-
antisipasi sejak dini, sebelum usia 50 tahun, dan hal ini harus kita pahamkan
dengan baik kepada semua warga masyarakat. Bagi mereka yang sudah
lansia, yang paling penting adalah upaya pemulihan (re-habilitatif) agar tetap
mampu mengerjakan pekerjaan dan tugas se-hari-hari, sehingga mereka bisa
hidup secara mandiri, produktif, dan bahagia.
Kedua, keluarga masih sangat penting perannya dalam meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan lansia. Ini terutama berkaitan dengan konteks
sosial-budaya lokal.
Ketiga, kesadaran dari lansia sendiri sangat menentukan untuk bisa hidup
secara mandiri, sehat, dan bahagia.
Keempat, upaya peningkatan kualitas kesehatan lansia memerlukan
dukungan dari organisasi profesi, pemerintah pusat, pemerintah dae-rah,
swasta, dan seluruh kalangan masyarakat.

3.2 Saran
Dengan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun serta kami berharap makalah ini bisa berguna bagi pembaca
untuk menambah referensi khususnya bagi mahasiswa ilmu keperawatan
dalam mempelajari tentang isi-isu strategis untuk promkes dan
kesejahteraan lansia.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://id.scribd.com/
document/425752343/Makalah-lsu-lsu-Strategis-Untuk-Promosi-Kesehatan-Dan-
Kesejahtraan-
LansiaFix&ved=2ahUKEwjhulDtmrTsAhWVlbcAHd0YA0wQFjAAegQlDRAC&usg=
AOvVaw2TRX3 51Vm4LFHRfbUaHQlo

http://puspensos.kemsos.go.id/peran-pendamping-dalam-penguatan-keluarga-yang-
merawat-lansia-demensia.

https://www.scribd.com/document/494558370/425752343-Makalah-Isu-Isu-
Strategis-Untuk-Prom-1

Anda mungkin juga menyukai