Anda di halaman 1dari 18

NAMA DOSEN : SATRIANA DARDI S.KEP, NS, M.

KES
MATA KULIAH : PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN

PARADIGMA DALAM PROMOSI


KESEHATAN
KELOMPOK 5
M U H . R U S L A N 2 1 2 1 2 0 11
DEWI ASTUTI 21212042
DEVI ANJELINA 21212029
ELISA AWALIA RAMADANI 21212017
PAT TA N U R M I L D A N I AT I 2 1 2 1 2 0 2 3

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN GUNUNG SARI MAKASSAR


PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2021/2022
A. De fini si P ar adigma Ke sehatan
Pa ra di gm a adal ah sua tu c a ra pa nda ng me nda sa r at au c a ra kita me li ha t, memi ki rkan,me ma knai , me nyi ka pi, se rta memi lih t inda kan a ta s fe nomena yang ada. Be be ra pa pe nge rti an dari Pa ra digma :

1. Paradigma a da la h hubunga n te ori-te ori ya ng me mbe ntuk susuna n yang me ngukurt eori i tu berhubunga n sa tu dengan yang la in sehingga me ni mbulka n ha l-ha l ya ng perludise li di ki . (Depkes RI, 1980)
2. Paradigma a da la h pola pikir dal am mema hami da n me nj el aska n a spek te rt e nt udarise ti a p ke nyat aa n. (Fegurson)
3. Me nurut Thomas Kuhn (1979) pa ra di gm a seba ga i model , pola a ta u pa nda nga ndunia yang di la nda si pada dua karakte risti k ya it u pe na mpila n dari ke lompokya ngmenunj ukkan kebera da annya te rha da p se sua tu ya ng di ya kini dan t e rbukaunt uk pe nyel esai a n ma sa la h dal am ke lompoknya.
4. Me nurut Ada m smith Paradi gma a da la h bagai mana c ara kit a me ma nda ng duni a.
B. TRANSISI PARADIGMA KESEHATAN

transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan ini pada


dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden)
masalah kesehatan :
1. Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan usia
harapan hidup yangmeningkatkan proporsi kelompok usia lanjut
sermentara masalah bayi dan BALITAtetap menggantung.
2. Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas
penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit
tidak menular yang meningkat dengan drastis.
3. Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi dengan
gizi lebih.
4. Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari perilaku
tradisional menjadimodern yang cenderung membawa risiko.
BEBERAPA PERMASALAHAN DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI DALAM PEMBANGUNAN KESEHATANANTARA LAIN:

1.Masih tingginya disparitas status kesehatan. Meskipun secara


nasional kualitaskesehatan masyarakat telah meningkat, akan
tetapi disparitas status kesehatan antartingkat sosial ekonomi,
antar kawasan, dan antar perkotaan-perdesaan masih
cukuptinggi.
2. Status kesehatan penduduk miskin masih rendah.
3.Beban ganda penyakit. Dimana pola penyakit yang diderita oleh
masyarakat adalah penyakit infeksi menular dan pada waktu
yang bersamaan terjadi peningkatan penyakit tidak menular,
sehingga Indonesia menghadapi beban ganda pada waktuyang
bersamaan (double burden)
4.Kualitas, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan
masih rendah.
5.Terbatasnya tenaga kesehatan dan distribusinya tidak merata.
6.Perilaku masyarakat yang kurang mendukung pola hidup bersih
dan sehat.
7.Kinerja pelayanan kesehatan yang rendah.
8.Rendahnya kondisi kesehatan lingkungan. Masih rendahnya
kondisi kesehatanlingkungan juga berpengaruh terhadap derajat
kesehatan masyarakat. Kesehatanlingkungan merupakan kegiatan
lintas sektor belum dikelola dalam suatu sistemkesehatan
kewilayahan.
9.Lemahnya dukungan peraturan perundang-undangan,
kemampuan sumber dayamanusia, standarisasi, penilaian hasil
penelitian produk, pengawasan obat tradisional,kosmetik, produk
terapetik/obat, obat asli Indonesia, dan sistem informasi.
C. STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

1. Strategi ABG (Advokasi, Bina Suasana, Gerakan


Masyarakat)Strategi global kesehatan dikenal dengan strategi
ABG (Advokasi, Bina Suasana, Gerakan masyarakat).
2. Strategi Baru Promosi Kesehatan (Ottawa Charter, 1986)Piagam
Ottawa adalah piagam kesepakatan yang dihasilkan pada
KonferensiInternasional Promosi Kesehatan Pertama di Ottawa,
Canada tahun 1986, telah membawa perubahan dalam
pengertian dan praktek “health promotion” atau promosi
kesehatan.
D. SASARAN PROMOSI KESEHATAN

Promosi kesehatan memiliki 3 sasaran yaitu sasaran primer, sekunder, dan


tersier.Sasaran primer adalah sasaran yang memiliki masalah yang diharapkan
mau berperilakusesuai harapan dan memperoleh manfaat paling besar dari
perubahan perilaku tersebut.Dalam hal ini, komunikator harus menfokuskan
pada komunikasi secara langsungterhadap individu/ kelompok yang memiliki
masalah tanpa melalui perantara/media lain.
Sasaran yang kedua adalah sasaran sekunder. Sasaran sekunder
adalahindividu/kelompok yang memiliki pengaruh atau disegani oleh sasaran
primer.Contoh sasaran sekunder adalah tokoh agama dan tokoh-tokoh penting
dalam masyarakat.Mengapa harus dilakukan pendekatan terhadap sasaran
sekunder. Karena masyarakatcenderung akan mengikuti apa perkataan dan
perbuatan tokoh dalam masyarkat yang disegani.
Sasaran yang ketiga adaah sasaran tersier. Sasaran tersier adalah para
pengambilkebijakan, penyandang dana, dan pihak-pihak yang berpengaruh di
berbagai tingkatan(pusat, provinsi, kabupaten, kecamatan, dan
desa/kelurahan). Sasaran tersier juga perlu didekati karena sasaran tersier lah
yang menentukan kebijakan dan hukum-hukum yangmengikat di suatu negara.
E. PERKEMBANGAN PARADIGMA BARU DALAM PROMOSI
KESEHATAN
Pembangunan Kesehatan MasyarakatDesa (PKMD) pada tahun 1975 dan
tingkat Internasional tahun 1978 Deklarasi Alma Atatentang Primary Health
Care tersebut sebagai tonggak sejarah cikal bakal PromosiKesehatan
(Departemen Kesehatan, 1994). Istilah Health Promotion (Promosi
Kesehatan)sebenarnya sudah mulai dicetuskan setidaknya pada tahun 1986,
ketikadiselenggarakannya Konferensi Internasional pertama tentang Health
Promotion di Ottawa, Canada pada tahun 1986. Pada waktu itu dicanangkan
”the Ottawa Charter”, yang didalamnya memuat definisi serta prinsip-prinsip
dasar Promosi kesehatan. Namun istilahtersebut pada waktu itu di Indonesia
belum terlalu populer seperti sekarang. Pada masaitu, istilah yang cukup
terkenal hanyalah Penyuluhan Kesehatan, selain itu muncul pulaistilahistilah
populer lain seperti KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi), Social
Marketing (Pemasaran Sosial) dan Mobilisasi Sosial. Selanjutnya
perkembangan PromosiKesehatan di Indonesia adalah seperti uraian berikut
ini:
Sebelum Tahun 1965Pada saat itu istilahnya adalah Pendidikan Kesehatan.
Dalam program-programkesehatan, Pendidikan Kesehatan hanya sebagai
pelengkap pelayanan kesehatan,terutama pada saat terjadi keadaan kritis
seperti wabah penyakit, bencana, dsb.Sasarannya perseorangan (individu),
supaya sasaran program lebih kepada perubahan pengetahuan seseorang.
F. FAKTOR PENDORONG ADANYA PARADIGMA SEHAT

Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat antara lain :


1. Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit
ternyata tidak efektif
2. Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehat
dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis
3. Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit
kronik degeneratif
4.Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang
memerlukan penangan khusus
5.Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi
kesehatan penduduk
G. FAKTOR PENENTU KEBERHASILAN PELAKSANAAN PARADIGMA SEHAT

Cara pandang yang dapat diaktualisasikan ke dalam pelaksanaan


pembangunan kesehatan yakni sebagai pembangunan
berwawasankesehatan. Faktor penentu keberhasilan pelaksanaan
paradigma sehat antara lain :
1. Wawasan kesehatan sebagai asas pembangunan nasional.Masalah
kesehatan adalah masalah yang kompleks dan menyangkut
berbagaiaspek kehidupan. Penyelesaian masalah kesehatan (non
kesehatan). Dalam kompleks pembangunan nasional, kesehatan
seharusnya menjadi landasan dan pertimbangan pokok. Pembangunan
termasuk juga pembangunan kawasan industri dan lain-lain,harus
mempertimbangkan dampak positif dan negatifnya terhadap aspek
kesehatanmasyarakat secara luas.
2.Paradigma sehat sebagai komitmen gerakan nasional.Salah satu kunci
keberhasilan paradigma baru depkes adalah menciptakan paradigma
sehat sebagai suatu gerakan nasional. Sebagai langkah awal,
presidensebagai pimpinan nasional tertinggi diharapkan secara langsung
mencanangkangerakan nasional ini. Pencanangan paradigma sehat
sebagai komitmen gerakannasional harus diikuti dengan tindakan nyata
secara konsisten dan berkesinambunganoleh seluruh lapisan masyarakat,
termasuk partisipasi aktif lintas sektor.
3.Sistem yang mendorong aspek promotif dan preventif dalam
pemeliharaan kesehatankomprehensif. Suatu sistem atau mekanisme
baru harus dibangun agar upaya pembangunan kesehatan tidak
terperangkap dalam paradigma lama yang lebih fokus pada upaya
kuratif-rehabilitatif. Pada tingkat operasional, sistem ini akan
tercipta bilaterjadi sinergi antar sektor atau antar departemen, selain
kerja sama antara Depkes danseleuruh lapisan masyarakat termasuk
pihak swasta. Penerapan wawasan kesehatansebagai asas
Pembangunan Nasional sangat besar perannya sebagi dasar
kebijakandari sistem ini.
4.Dukungan sumber daya yang berkesinambungan. Depkes
menyadari sepenuhnya bahwa sumber daya adalah penentu
keberhasilan implementasinya paradigma sehat.Upaya untuk
memperoleh dukungan sumber daya, baik dari pemerintah, swasta,
ataulembaga donatur akan selalu dilakukan untuk mewujudkan visi
dan misi yang telahditetapkan.
5.Sosialisasi internal dan eksternal. Depkes
menyadari sepenuhnya bahwa paradigmasehat
sebagai suatu pola pendekatan baru memerlukan
sosialisasi dan komunikasiyang efektif baik di
jajaran Depkes sendiri maupun seluruh lapisan
masyarakat.
6. Restrukturisasi dan revitalisasi infrastruktur
yang terkait dengan rencanadesentralisasi.
H. Paradigma Baru Kesehatan

Kesehatan bukanlah “statis”, bukan sesuatu yang dikotomi sehat dan


sakit, tetapidinamis, progesif dan kontinum. Hal ini telah disadari oleh
WHO, yang akhirnya padatahun 1988 merumuskan kembali definisi
kesehatan. Kemudian rumusan WHO tersebut diangkat dalam
UU.No.23/1992 yakni:”Kesehatan atau sehat adalah keadaan sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif baik secara ekonomi maupun sosial”. Hal ini berarti bahwa
kesehatan tidak hanya mempunyai dimensi fisik, mental, dan sosial saja,
tetapi juga mencakup dimensi ekonomi. Artinya,meskipun seseorang
secara fisik, mental dan sosial sehat, tetapi tidak produktif
secaraekonomi atau sosial maka orang tersebut tidak sehat. Produktif
secara ekonomi dapatdiukur dari pekerjaan, sedangkan produktif secara
sosial diukur dari kegiatan-kegiatanyang terkait dengan peningkatan
kualitas hidup pribadinya sendiri atau orang lain ataumasyarakat melalui
aktivitas atau kegiatan kegiatan positif.
I. Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)

Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS)


merupakan suatu tindakansistematis dan terencana yang
dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen
bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untukmeningkatkan kualitas hidup.
Pelaksanaan GERMAS harus dimulai dari keluarga,
karenakeluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat
yang membentuk kepribadian.
GERMAS dapat dilakukan dengan cara: Melakukan
aktifitas fisik, Mengonsumsisayur dan buah, Tidak
merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa
kesehatansecara rutin, Membersihkan lingkungan, dan
Menggunakan jamban.
Kegiatan utama yang dilakukan dalam rangka
Germas adalah :
1.Peningkatan aktivitas fisik
2.Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
3.Penyediaan pangan sehat dan percepatan perbaikan
gizi
4.Peningkatan pencegahan dan deteksi dini penyakit
5.Peningkatan kualitas lingkungan
6.Peningkatan edukasi hidup sehat
PEMENUHAN SDM KESEHATAN DALAM MENDUKUNG PIS-PK DAN GERMAS.SISTEMATIKA GERMAS YAITU 1. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN KESEHATAN NASIONAL 2.
PENDEKATANKELUARGA 3. GERAKAN MASYARAKAT HIDUP SEHAT 4. CAPAIAN PELATIHAN KELUARGA SEHAT.PROGRAM INDONESIA SEHAT DALAM RENSTRA
PADA TAHUN 2015– 2019 YAITU :

1. Pilar ke 1 Paradigma Sehat Kegiatan :


a) Promotif – Preventif sebagai Promotif – preventif sebagai
landasan pembangunankesehatan
b) Pemberdayaan masyarakat
c) Keterlibatan lintas sektor
2.Pilar ke 2 Penguatan YankesKegiatan :
a) Peningkatan Akses terutama pada FKTP
b) Optimalisasi Sistem Rujukan
c) Peningkatan Mutu Kegiatan
d) Penerapan pendekatan continuum of care
e) Intervensi berbasis resiko kesehatan (health risk)
3.Pilar ke 3 JKN
f) Benefit
g) Sistem pembiayaan: asuransi – azas gotong royong
h) Kendali Mutu & Kendali Biaya
i) Sasaran: PBI & Non PBI
j) Tanda kepesertaan KIS
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai