Anda di halaman 1dari 192

POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT
DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

KARYA TULIS ILMIAH

FAUZIAH ISWANDI
NIM: 143110245

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


POLTEKKES KEMENKES PADANG

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN


HIV AIDS DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT
DALAM RSUP DR. M. DJAMIL PADANG

PROPOSAL

Diajukan ke Program Studi D III Keperawatan Politeknik Kesehatan


Kemenkes Padang Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

FAUZIAH ISWANDI
NIM: 143110245

JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN PADANG
TAHUN 2017

Poltekkes Kemenkes Padang


Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Fauziah Iswandi

Tempat/ Tanggal Lahir : Parambahan / 8 Juli 1996

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Jorong Kububatanduak, Nagari Parambahan,

Kecamatan Limo kaum, Kabupaten Tanah Datar

Nama Orang Tua

Ayah : Marsuandi

Ibu : Miswarnis

Riwayat Pendidikan

1. SDN 15 Tigo Niniek Nagari Parambahan Tahun Lulus 2008

2. SMP Negri 4 Batusangkar Tahun Lulus 2011

3. SMA Negri 1 Pariangan Tahun Lulus 2014

4. Poltekkes Kemenkes Padang Tahun Lulus 2017

Poltekkes Kemenkes
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang bejudul “Asuhan
keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017”. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli
Madya Keperawatan pada program Studi D III Keperawatan Padang Poltekkes
Kemenkes Padang. Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum sempurna.
Oleh karena itu saya mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat membengun dari
berbagai pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini, saya tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai
pihak, sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terimakasih kepada :
a. Ibu Ns. Nova Yanti,M.Kep,Sp.Kep.MB dan Ibu Hj.Efitra,S.Kp,M.Kep selaku
dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
mengarahkan saya dalam penyusunan proposal ini.
b. Bapak Dr. H. Yusyirwan Yusuf, Sp.BA. MARS selaku direktur Utama RSUP. Dr.
M. Djamil Padang
c. Bapak H.Sunardi,SKM,M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Padang
d. Ibu Hj.Murniati Muchtar,SKM, M.Biomed selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Politenik Kesehatan Kementrian KesehatanPadang
e. Ibu Ns.Idrawati Bahar,S.Kep M.Kep selaku Ketua Program Studi D III
Keperawatan Padang Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Padang
f. Ibu/Bapak Staf Dosen Program Studi Keperawatan Padang Politeknik kesehatan
Kementrian Kesehatan Padang yang telah memberikan bekal ilmu untuk bekal
penelitian

Poltekkes Kemenkes
Akhir kata, saya berharap Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu.

Padang, Juni 2017

Penulis

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


ABSTRAK..........................................................................................................ii
PENYATAAN PERSETUJUAN.......................................................................iii
PERNYATAAN PENGESAHAN PENGUJI....................................................iv
LEMBAR OSRISINALITAS..............................................................................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP...........................................................................vi
KATA PENGANTAR.......................................................................................vii
DAFTAR ISI......................................................................................................ix
DAFTAR BAGAN.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL.............................................................................................xii
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................xiii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................6
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................6
D. Manfaat Penelitian...................................................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep HIV AIDS...................................................................................8


1. Pengertian..........................................................................................8
2. Penyebab..........................................................................................10
3. Patofisiologi.....................................................................................13
4. WOC................................................................................................16
5. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologi................................18
6. Penatalaksanaa.................................................................................22
B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien HIV AIDS.........................28
1. Pengkajian.......................................................................................29
2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan............................................33
3. Perencanaan Keperawatan...............................................................35

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian...................................................................................48
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................48
C. Alat dan Instrumen Pengumpulan Data.................................................48
D. Populasi dan Sampel..............................................................................48
E. Pengumpulan Data.................................................................................49
F. Rencana Analisa....................................................................................54

Poltekkes Kemenkes
BAB IV HASIL DAB PEMBAHSAN

A. Deskripsi Kasus.....................................................................................55
B. Pembahasan Kasus................................................................................68

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan............................................................................................83
B. Saran......................................................................................................84

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1WOC HIVAIDS................................................................................16

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Intervensi KeperawatanNanda, NIC-NOC........................................31


Tabel 4.1 Pengkajian Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang..............55
Tabel 4.2 Diagnosa Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP. Dr. M. Djamil Padang.............60
Tabel 4.3 Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang..............63
Tabel 4.4 Implementasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di
IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang 64
Tabel 4.5 Evaluasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang..............67

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Perjalanan Infeksi HIV AIDS........................................................13

Poltekkes Kemenkes
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Persetujuan (Informed Concent)

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian

Lampiran 3 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian

Lampiran 4 Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Ganchart

Lampiran 6 Jadwal Bimbingan Proposal

Lampiran 7 Jadwal Bimbingan KTI

Poltekkes Kemenkes
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency


Syndrome (AIDS) merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia yang
menjadi wabah internasional sejak pertama kehadirannya (Arriza, Dewi, Dkk,
2011). Penyakit ini merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang menyerang sistem kekebalan
tubuh (Kemenkes, 2015).

Penyakit HIV dan AIDS menyebabkan penderita mengalami penurunan


ketahanan tubuh sehingga sangat mudah untuk terinfeksi berbagai macam
penyakit lain (Kemenkes, 2015). Meskipun telah ada kemajuan dalam
pengobatannya, namun infeksi HIV dan AIDS masih merupan masalah
kesehatan yang penting di dunia ini (Smeltzer dan Bare, 2015).

Penyakit AIDS diartikan sebagai sekumpulan gejala yang menunjukkan


kelemahan atau kerusakan daya tahan tubuh yang diakibatkan oleh faktor luar
dan sebagai bentuk paling hebat dari infeksi HIV, mulai dari kelainan ringan
dalam respon imun dan tanpa gejala yang nyata, hingga keadaan imunosupresi
yang berkaitan dengan berbagai infeksi yang dapat membawa kematian
(Padila,2012).

Proporsi orang yang terinfeksi HIV, tetapi tidak mendapat pengobatan anti HIV
dan akhirnya akan berkembang menjadi AIDS diperkirakan mencapai lebih dari
90%. Karena tidak adanya pengobatan anti HIV yang efektif, Case Fatality Rate
dari AIDS menjadi sangat tinggi, kebanyakan penderita di negara berkembang
(80-90%) mati dalam 3 sampai 5 tahun sesudah di diagnosa terkena AIDS
(Kunoloji,2012).

Poltekkes Kemenkes
Penyebaran HIV tidak mengenal umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, dan daerah tempat tinggal penderitanya
(Tangadi,1996 & Budiharto,1997 dalam Desima,2013). Laporan dari Joint
United Nations Programme on HIV and AIDS atau UNAIDS pada tahun 2015
terdapat 2,1 juta infeksi HIV baru diseluruh dunia, yang banyak tersebar di
wilayah afrika dan asia. Data ini menambah total penderita HIV menjadi 36.7
juta dan penderita AIDS sebanyak 1,1 juta orang (UNAIDS, 2016).

Laporan perkembangan HIV AIDS dari Direktorat Jendral Pencegahan dan


Pengendalian Penyakit atau Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI pada tanggal
18 Mei 2016 menyebutkan bahwa di Indonesia dari bulan Januari sampai dengan
Maret 2016 jumlah HIV yang dilaporkan sebanyak 7.146 orang dan AIDS
sebanyak 305 orang. Rasio perbandingan antara laki-laki dan perempuan yaitu
2:1 (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Total angka kejadian kasus AIDS yang dilaporkan di Sumatra Barat dari tahun
2009 sampai dengan bulan Maret 2016 yaitu 1.192 kasus, dimana komulatif
Case Rate nya yaitu 21,59%. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan dari provinsi,
pada tahun 2011 ada 132 kasus, pada tahun 2012 133 kasus, tahun 2013 ada 222
kasus, tahun 2014 ada 321 kasus, tahun 2015 ada 243 kasus, dan sampai bulan
Maret 2016 ada 28 kasus (Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, 2016).

Dari data yang ada kasus HIV AIDS mengalami trend peningkatan setiap
tahunnya. Untuk cara penularan kasus AIDS di tahun 2013 faktor resiko
tertinggi sudah beralih dari NAPZA suntik ke heteroseksual yaitu sebesar 59%.
Dalam 5 tahun sebelumnya penularan melalui narkoba suntik adalah faktor
resiko utama kasus HIV AIDS di Sumatra Barat. Sumatra Barat bahkan pernah
menduduki rangking 5 kasus HIV AIDS dari narkoba suntik (Profil Kesehatan
Provinsi Sumatra Barat Tahun 2013).

Poltekkes Kemenkes
Menurut Profil Kesehatan Provinsi Sumatra Barat tahun 2013 distribusi kasus
HIV dan AIDS tersebar di 19 kabupaten dan kota di Sumatra Barat. Distribusi
penyakit HIV AIDS terbesar terdapat di kota padang yaitu kasus infeksi HIV
baru sebanyak 39 orang dan AIDS sebanyak 322 orang dan angka kematian
akibat AIDS sebanyak 58 orang, kota nomor 2 paling tinggi yaitu kota
bukittinggi yaitu sebanyak 151 kasus (HIV sebanyak 7 kasus dan AIDS
sebanyak 144 kasus) yang meninggal akibat AIDS sebanyak 15 orang.
Sedangkan menurut dinas kesehatan kota padang tahun 2013 kasus HIV AIDS
di kota padang tahun 2013 kasus HIV AIDS dikota padang yaitu 59 kasus (HIV
sebanyak 15 orang sedangkan kasus AIDS sebanyak 44 kasus). Angka kematian
akibat AIDS sebanyak 8 kasus sedangkan pada tahun 2014 jumlah penderita
HIV sebanyak 225 orang penderita AIDS sebanyak 95 dan angka kematian
akibat AIDS sebanyak 15 orang. Data yang mewakili dari RSUP Dr. M. Djamil
Padang, berdasarkan data yang dihitung dari buku laporan di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam Pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan November 2016
sampai Januari 2017 terdapat 41 orang pasien yang dirawat dengan HIV AIDS.

Penyakit HIV AIDS merupakan penyakit infeksi yang dapat ditularkan ke orang
lain melalaui cairan tubuh penderita yang terjadi melalui proses hubungan
seksual, tranfusi darah, penggunaan jarum suntik yang terkontaminasi secara
bergantian, dan penularan dari ibu ke anak dalam kandungan melalui plasenta
dan kegiatan menyusui (Dinkes Kota Padang, 2015).

Infeksi HIV menular melalui cairan genitalia (sperma dan cairan vagina)
penderita dan masuk ke orang lain melalui jaringan epitel sekitar uretra, vagina
dan anus akibat hubungan seks bebas tanpa kondom, heteroseksual atau
homoseksual. Ibu yang menderita HIV/AIDS sangat beresiko menularkan HIV
ke bayi yang dikandung jika tidak ditangani dengan kompeten (Nursalam.2011).
Menurut laporan Direktur Jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau
Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI tahun 2016 presentase faktor resiko HIV
tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada heteroseksual (47%), Lelaki Seks

Poltekkes Kemenkes
Lelaki atau LSL (25%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun
(3%). Sedangkan untuk presentase faktor resiko AIDS tertinggi adalah
hubungan seks beresiko pada heteroseksual (73,8%), Lelaki Suka Lelaki atau
LSL (10%), penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (5,2%), dan
perinatal (2,6%).

Orang yang terinfeksi HIV atau mengidap AIDS biasa disebut dengan ODHA.
Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) beresiko mengalami Infeksi Oportunistik
atau IO. Infeksi Oportunistik adalah infeksi yang terjadi karena menurunnya
kekebalan tubuh seseorang akibat virus HIV. Infeksi ini umumnya menyerang
ODHA dengan HIV stadium lanjut. Infeksi Oportunistik yang dialami ODHA
dengan HIV stadium lanjut menyebabkan gangguan berbagai aspek kebutuhan
dasar, diantaranya gangguan kebutuhan oksigenisasi, nutrisi, cairan,
kenyamanan, koping, integritas kulit dan sosial spritual. Gangguan kebutuhan
dasar ini bermanifestasi menjadi diare, nyeri kronis pada beberapa anggota
tubuh, penurunan berat badan, kelemahan, infeksi jamur, hingga distres dan
depresi (Nursalam,2011).

Penurunan imunitas membuat ODHA rentan terkena penyakit penyerta, menurut


hasil laporan Direktur jendral Pencegahan dan Pengendalian Penyakit atau
Ditjen P2P tahun 2016 ada beberapa penyakit penyerta yang biasa menyertai
AIDS diantaranya, Tuberkulosis, Taksoplasmosis, Diare, Kandidiasi, Dermatitis,
PCP atau pneumonia pneumocystis, Harpes simplex, Herpes zooster,
Limfadenopati generalisata persisten.

Penyakit HIV AIDS juga memunculkan berbagai masalah psikologis seperti


ketakutan, keputusasaan yang disertai dengan prasangka buruk dan diskriminasi
dari orang lain, yang kemudian dapat menimbulkan tekanan psikologis (Green
Setyowati 2004 dalam Arriza, Dkk. 2013). Menurut Nursalam (2011) jika
ditambah dengan stres psikososial-spiritual yang berkepanjangan pada pasien

Poltekkes Kemenkes
terinfeksi HIV, maka akan mempercepat terjadinya AIDS, bahkan meningkatkan
angka kematian.

Berdasarkan pengalaman praktik keperawatan medikal bedah IV di ruang rawat


inap interne pria RSUP Dr. M.Djamil Padang pada bulan September 2016,
terdapat 2 klien yang menderita HIV AIDS dalam 1 minggu praktek.
Berdasarkan observasi selama dinas di bangsal interne pria, pengkajian tentang
kebutuhan nutrisi pada pasien dengan HIV AIDS kurang dilakukan secara rinci
seperti penimbangan berat badan, pengukuran antropometri. Evaluasi juga
jarang dilakukan seperti jumlah makanan yang dimakan pasien, seberapa banyak
makanan yang dihabiskan pasien dalam 1 porsi pemberian, serta jarang
dilakukan evaluasi penimbangan berat badan.

Nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan pasien HIV AIDS untuk
memperthankan kekuatan tubuh, mengganti kehilangan vitamin dan mineral,
meningkatkan fungsi sistem imun dan kemampuan tubuh untuk memerangi
penyakit dan juga meningkatkan respon terhadap pengobatan. Namun pasien
HIV dan AIDS seringkali tidak mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang
cukup karena beberapa sebab diantaranya adanya lesi oral, mual, muntah
kelelahan dan depresi membuat ODHA menurun nafsu makannya (Nursalam,
2011).

Perawat memiliki tugas memenuhi kebutuhan dan membuat status kesehatan


ODHA meningkat melalui asuhan keperawatan. Asuhan keperawatan
merupakan suatu tindakan atau proses dalam praktik keperawatan yang
diberikan secara langsung kepada pasien untuk memenuhi kebutuhan objektif
pasien, sehingga dapat mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti telah melakukan penelitian tentang
asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah penelitian adalah bagaimana
asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang Tahun 2017 ?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian adalah mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr.
M. Djamil Padang tahun 2017
2. Tujuan Khusus
a. Mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada pasien dengan HIV
AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang
tahun 2017
b. Mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil
Padang tahun 2017
c. Mendeskripsikan rencana keperawatan atau intervensi pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan atau implementasi pada pasien
dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.
Djamil Padang tahun 2017
e. Mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam,RSUP Dr.M. Djamil Padang tahun
2017

Poltekkes Kemenkes
D. Manfaat Peneliian
1. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengalaman yang berharga bagi
peneliti dari aspek aplikatif dan sebagai wujud aplikatif mata ajar riset
keperawatan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS
2. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan pustaka atau referensi dalam
pembuatan atau pengaplikasian asuhan keperawatan pada pasien dengan
HIV AIDS
3. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pembanding untuk penelitian
selanjutnya.

Poltekkes Kemenkes
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP HIV AIDS


1. Pengertian
Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
kekurangan sistem imun yang disebabkan oleh retrovirus HIV tipe 1 atau HIV
tipe 2 (Copstead dan Banasik, 2012). Infeksi HIV adalah infeksi virus yang
secara progresif menghancurkan sel-sel darah putih infeksi oleh HIV biasanya
berakibat pada kerusakan sistem kekebalan tubuh secara progresif,
menyebabkan terjadinya infeksi oportunistik dan kanker tertentu (terutama
pada orang dewasa) (Bararah dan Jauhar. 2013). Acquired Immune Deficiency
Syndrome (AIDS) adalah suatu kumpulan kondisi klinis tertentu yang
merupakan hasil akhir dari infeksi oleh HIV (Sylvia & Lorraine, 2012).

Definisi Kasus Surveilans untuk infeksi HIV dari CDC menurut Sylvia dan
Lorraine (2012) yaitu: Kriteria yang direvisi pada tahun 2000 untuk pelaporan
tingkat nasional, mengombinasikan infeksi HIV dan AIDS dalam satu definisi
kasus. Pada orang dewasa , remaja, atau anak berusia 18 bulan atau lebih,
definisi kasus surveilans infeksi HIV dipenuhi apabila salah satu kriteria
laboratorium positif atau dijumpai bukti klinis yang secara spesifik
menunjukkan infeksi HIV dan penyakit HIV berat (AIDS).

Bukti laboratorium untuk infeksi HIV mencangkup reaksi positif berulang


terhadap uji-uji penapisan antibodi yang dikonfirmasi dengan uji suplementer
(misal,ELISA, dikonfirmasi dengan uji Western blot) atau hasil positif atau
laporan terdeteksinya salah satu uji nonantibodi atau virologi HIV: uji antigen
p24 HIV dengan pemeriksaan netralisis, biakan virus HIV, deteksi asam
nukleat (RNA atau DNA) HIV (misalnya, reaksi berantai polimerase atau RNA
HIV-1 plasma, yang berinteraksi akibat terpajan pada masa perinatal).

Poltekkes Kemenkes
Kriteria klinis mencangkup suatu diagnosa infeksi HIV yang didasarkan pada
daftar kriteria laboratorium yang tercatat dalam rekam medis oleh dokter atau
penyakit-penyakit yang memenuhi kriteria yang tercakup dalam definisi kasus
untuk AIDS. Kriteria untuk definisi kasus AIDS adalah :
a. Semua pasien yang terinfeksi oleh HIV dengan :
1) Hitungan sel T CD4+ <200/μI atau
2) Hitungan sel T CD4+ <14% sel T total, tanpa memandang kategori
klinis, simtomatik atau asimtomatik
b. Adanya infeksi-infeksi oportunistik terkait HIV, seperti :
1) Kondidiasis bronkus, trakea, atau paru
2) Kondidiasis esofagus
3) Kanker serviks, invasif
4) Koksidioidomikosis, diseminata atau ekstraparu
5) Kriptokokus, ekstraparu
6) Kriptosporidiosis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan)
7) Penyakit sitomegalovirus (selain di hati,limpa, atau kelenjer getah
bening)
8) Retnitis sitomegalovirus (disertai hilangnya penglihatan)\
9) Ensafalopati, terkait HIV
10) Harpes simpleks; ulkus (-ulkus kronik lebijh dari 1 bulan; atau
bronkitis, pneumonitis, esofagitis
11) Histoplasmosis, diseminata atau ekstraparu
12) Isosporiasis, usus kronik (lama sakit lebih dari 1 bulan)
13) Sarkoma Kaposi (SK)
14) Limfoma, Burkitt (atau ekivalen)
15) Limfoma, imunoblastik (atau yang ekivalen)
16) Limfoma, primer, otak
17) Mycobacterium avium complex atau Mycobacterium kansasi,
diseminata atau ektra paru
18) Mycobacterium tuberkulosis, semua tempat, paru-paru atau ekstraparu

Poltekkes Kemenkes
19) Mycobacterium, spesies lain atau spesies yang belum teridentifikasi,
diseminata atau ekstraparu
20) Pneumonia Pneumicytis carinii (PPC)
21) Pneumonia, rekuren
22) Leukoensefalopati multifokus progresif
23) Septikemia salmonela, rekuren
24) Toksoplasmosis otak
25) Sindrom pengurusan yang disebabkan oleh HIV

2. Penyebab
Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human
Immunodeficiency Virus (HIV), suatu retrovirus pada manusia yang termasuk
dalam keluarga lentivirus (termasuk pula virus imunodefisinsi pada kucing,
virus imunodefisiensi pada kera, visna virus pada domba, dan virus anemia
infeksiosa pada kuda). Dua bentuk HIV yang berbeda secara genetik, tetapi
berhubungan secara antigen, yaitu HIV-1 dan HIV-2 yang telah berhasil
diisolasi dari penderita AIDS. Sebagian besar retrovirus, viron HIV-1
berbentuk sferis dan mengandung inti berbentuk kerucut yang padat elektron
dan dikelilingi oleh selubung lipid yang berasal dari membran se penjamu. Inti
virus tersebut mengandung kapsid utama protein p24, nukleokapsid protein p7
atau p9, dua sirina RNA genom, dan ketiga enzim virus (protease, reserve
trancriptase, dan integrase). Selain ketiga gen retrovirus yang baku ini, HIV
mengandung beberapa gen lain (diberi nama dengan tiga huruf, misalnya tat,
rev, vif, nef, vpr dan vpu) yang mengatur sintetis serta perakitan partikel virus
yang infeksius. (Robbins dkk, 2011)

Menurut Nursalam dan Kurniawati (2011) virus HIV menular melalui enam
cara penularan, yaitu :
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV/AIDS
Hubungan sesual secara vaginal, anal dan oral dengan penderita HIV tanpa
perlindungan bisa menularkan HIV. Selama hubungan seksual

Poltekkes Kemenkes
berlangsusng, air mani, cairan vagina, dan darah yang dapat mengenai
selaput lendir, penis, dubur, atau muluh sehingga HIV yang tedapa dalam
cairan tersebut masuk ke aliran darah (PELEKSI,1995 dalam
Nursalam,2007 ). Selama berhubungan juga bisa terjadi lesi mikro pada
dinding vagina, dubur dan mulut yang bisa menjadi jalan HIV untuk masuk
ke aliran darah pasangan seksual

b. Ibu pada bayinya


Penularan HIV dari ibu bisa terjadi pada saat kehamilan (in utero).
Berdasarkan laporan CDC Amerika, prevalensi penularan HIV dari ibu ke
bayi adalah 0.01% sampai 7%. Bila ibu baru terinfeksi HIV dan belum ada
gejala AIDS, kemungkinan bayi terinfeksi sebanyak 20% sampai 35%,
sedangkan gejala AIDS sudah jelas pada ibu kemungkinan mencapai 50%
(PELKESI,1995 dalam Nursalam, 2007). Penularan juga terjadi selama
proses persalinan melalui tranfusi fetomaternal atau kontak antara kulit
atau membran mukosa bayi dengan darah atau sekresi maternal saat
melahirkan.(Lili V, 2004 dalam Nursalam, 2007). Semakin lam proses
melahirkan, semakin besar resiko penularan. Oleh karena itu, lama
persalinan bisa dipersingkat dengan operasi sectio caesaria (HIS dan
STB,2000 dalam Nursalam, 2007). Transmisi lain terjadi selam periode
post partum melaui ASI. Resiko bayi tertular melalui ASI dai Ibu yang
positif sekitar 10%

c. Darah dan produk darah yang tercemar HIV/AIDS


Sangat cepat menular HIV karena virus langsung masuk ke pembuluh
darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

d. Pemakaian alat kesehatan yang tidak steril


Alat pemeriksaan kandungan seperti spekulum, tenakulum, dan alat-alat
lain yang menyentuh darah, cairan vagina atau air mani yang terinveksi
HIV, dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV,

Poltekkes Kemenkes
dan langsung digunakan untuk orang lain yang tidak terinfeksi HIV bisa
menular HIV

e. Alat-alat untuk menoreh kulit


Alat tajam dan runcing seperti jarum, pisau, silet, menyunat seseorang,
membuat tato, memotong rambut, dan sebagainya bisa menularkan HIV
sebab alat tersebut mungkin dipakai tanpa disterilkan terlebih dahulu.

f. Menggunakan jarum suntik secara bergantian


Jarum suntik yang digunakan di fasilitas kesehatan, maupun yang
digunakan oleh para pengguna narkoba (Injecting Drug User-IDU) sangat
berpotensi menularkan HIV. Selain jarun suntik, pada para pemakai IDU
secara bersama-sama juga menggunakan tempat penyampur, pengaduk, dan
gelas pengoplos obat, sehingga berpotensi tinggi untuk menularkan HIV.

HIV tidak menular melalui peralatan makan, pakaian, handuk, sapu tangan,
hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS, gigitan nyamuk, dan hubungan
sosial yang lain.

3. Patofisiologi

Gambar 2.1 Perjalanan infeksi HIV AIDS

Poltekkes Kemenkes
Menurut Robbins, Dkk (2011) Perjalanan infeksi HIV paling baik dipahami
dengan menggunakan kaidah saling memengaruhi antara HIV dan sistem imun.
Ada tiga tahap yang dikenali yang mencerminkan dinamika interaksi antara
virus dan penjamu. (1) fase akut pada tahap awal; (2) fase kronis pada tahap
menengah; dan (3) fase krisis, pada tahap akhir.

Fase akut menggambarkan respon awal seseorang dewasa yang


imunokompeten terhadap infeksi HIV. Secara klinis, hal yang secara khas
merupakan penyakit yang sembuh sendiri yang terjadi pada 50% hingga 70%
dari orang deawasa selama 3-6 minggu setelah infeksi; fase ini ditandai dengan
gejala nonspesifik yaitu nyeri tenggorokan, mialgia, demam, ruam, dan
kadang-kadang meningitis aseptik. Fase ini juga ditandai dengan produksi virus
dalam jumlah yang besar, viremia dan persemaian yang luas pada jaringan
limfoid perifer, yang secara khas disertai dengan berkurangnya sel T CD4+.
Namum segera setelah hal itu terjadi, akan muncul respon imun yang spesifik
terhadap virus, yang dibuktikan melalui serokonversi (biasanya dalam rentang
waktu 3 hingga 17 minggu etelah pejanan) dan muali munculnya sel T sitoksik
CD8+ yang spesifik terhadap virus. Setelah viremia mereda, sel T CD4+
kembali mendekati jumlah normal. Namun, berkurangnya virus dalam plasma
bukan merupakan penanda berakhirnya replikasi virus, yang akan terus
berlanjut di dalam makrofag dan sel T CD 4+ jaringan.

Fase kronis, pada tahap menengah, menunjukkan tahap penahanan relatif virus.
Pada fase ini, sebagian besar sistem imun masih utuh, tetapi replikasi virus
berlanjut hingga beberapa tahun. Pada pasien tidak menunjukkan gejala
ataupun menderita limfadenopati persisten, dan banyak penderita yang
mengalami infeksi oportunistik “ringan” seperti ariawan (Candida) atau harpes
zoster selama fase ini replikasi virus dalam jaringan limfoid terus berlanjut.
Pergantian virus yang meluas akan disertai dengan kehilangan sel CD4+ yang
berlanjut. Namun, karena kemampuan regenerasi sistem imun besar, sel CD4+
akan tergantikan dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu penurunan sel

Poltekkes Kemenkes
CD4+ dalam darah perifer hanyalah hal yang sederhana. Setelah melewati
periode yang panjang dan beragam, pertahanan penjamu mulai berkurang,
jumlah sel CD4+ mulai menurun, dan jumlah sel CD4+ hidup yang terinfeksi
oleh HIV semakin meningkat. Limfadenopati persisten yang disertai dengan
kemunculan gejala konstitusional yang bermakna (demam, ruam, mudah lelah)
mencerminkan onset adanya dekompensasi sistem imun, peningkatan replikasi
virus, dan onset fase “krisis”.

Tahap terakhir, fase krisis, ditandai dengan kehancuran ppertahanan penjamu


yang sangat merugikan peningkatan viremia yang nyata, serta penyakit klinis.
Para pasien khasnya akan mengalami demam lebih dari 1 bulan, mudah lelah,
penurunan berat badan, dan diare. Jumlah sel CD4+ menurun dibawah 500
sel/μL. Setelah adanya interval yang berubah-ubah, para pasien mengalami
infeksi oportunistik yang serius, neoplasma sekunder, dan atau manifestasi
neurologis (disebut dengan kondisi yang menentukan AIDS), dan pasien yang
bersangkutan dikatakan telah menderita AIDS yang sesungguhnya. Bahkan
jika kondisi lazim yang menentukan AIDS tidak muncul, pedoman CDC yang
digunakan saat ini menentukan bahwa seseorang yang terinfeksi HIV dengan
jumlah sel CD4+ kurang atau sama dengan 200/μL sebagai pengidap AIDS.

Poltekkes Kemenkes
Poltekkes Kemenkes Padang
Poltekkes Kemenkes Padang
4. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Menurut Burnner dan Suddarth (2013) Manifestasi klinis penyakit AIDS
menyebar luas dan pada dasarnya dapat mengenai setiap sistem organ.
Penyakit yang berkaitan dengan infeksi HIV dan penyakit AIDS terjadi akibat
infeksi, malignasi dan atau efek langsung HIV pada jaringan tubuh,
pembahasan berikutini dibatasi pada manifestasi klinis dan akibat infeksi HIV
berat yang paling sering ditemukan.
a. Respiratori
Pneumonia Pneumocytis carini. Gejala nafas yang pendek, sesak nafas
(dispnea), batuk-batuk, nyeri dada dan demam akan menyertai berbagai
infeksi oportunistik seperti yang disebabkan oleh Mycobacterium avium
intracellulare (MAI), sitomegalovirus (CMV) dan Legionella. Walaupun
begitu, infeksi yang paling sering ditemukan pada penderita AIDS adalah
Pneumonia Pneumocytis Carinii (PCP) yang merupakan penyakit
oportunistik pertama yang dideskripsikan berkaitan dengan AIDS.

Gambaran klinik PCP pada pasien AIDS umumnya tidak begitu akut bila
dibandingkan dengan pasien gangguan kekebalan karena keadaan lain.
Periode waktu antara awitan gejala dan penegakan diagnosis yang benar
bisa beberapa minggu hingga beberapa bulan. Penderita AIDS pada
mulanya hanya memperlihatkan tanda-tanda dan gejala yang tidak khas
seperti demam, menggigil, batuk non produktif, nafas pendek, dispnea dan
kadang-kadang nyeri dada. Konsentrasi oksigen dalam darah arterial pada
pasien yang bernafas dengan udara ruangan dapat mengalami penurunan
yang ringan; keadaan ini menunjukkan keadaan hipoksemia minimal. Bila
tidak diatasi, PCP akan berlanjut dengan menimbulkan kelainan paru yang
signifikan dan pada akhirnya, kegagalan pernafasan.

Penyakit kompleks Kompleks Mycobacterium avium (MAC;


Mycobacterium avium Complex) yaitu suatu kelompok baksil tahan asam,
biasanya menyebabkan infeksi pernafasan kendati juga sering dijumpai

Poltekkes Kemenkes
dalam traktus gastrointerstinal, nodus limfatik dan sumsum tulang.
Sebagian pasien AIDS sudah menderita penyakit yang menyebar luas
ketika diagnosis ditegakkan dan biasanya dengan keadaan umum yang
buruk.

Berbeda dengan infeksi oportunistik lainnya, penyakit tuberkulosis (TB)


cenderung terjadi secara dini dalam perjalanan infeksi HIV dan biasanya
mendahului diagnosa AIDS. Dalam stadium infeksi HIV yang lanjut,
penyakit TB disertai dengan penyebaran ke tempat-tempat ekstrapulmoner
seperti sistem saraf pusat, tulang, perikardium, lambung, peritoneum dan
skrotum.

b. Gastrointerstinal
Manifestasi gastrointerstinal penyakit AIDS mencangkup hilagnya selera
makan, mual, vomitus, kondisiasis oral, serta esofagus, dan diare kronis.
Bagi pasien AIDS, diare dapat membawa akibat yang serius sehubungan
dengan terjadinya penurunan berat badan yang nyata (lebih dari 10% berat
badan), gangguan keseimbnagan cairan dan elektrolit, ekskoriasis kulit
perianal, kelemahan dan ketidakmampuan untuk melaksanakan kegiatan
yang biasa dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Kanker
Sarkoma Kaposi yaitu kelainan malignasi yang berkaitan dengan HIV yang
paling sering ditemukan merupakan penyakit yang melibatkan lapisan
endotel pembuluh darah dan limfe.Kaposi yang berhubungan dengan AIDS
memperlihatkan penyakit yang lebih agresif dan beragam yang berkisar
mulai dari lesi kutaneus setempat hingga kelainan yang menyebar dan
mengenai lebih dari satu sistem organ. Lesi Kutaneus yang dapat timbul
pada setiap bagian tubuh biasanya bewarna merah mudah kecoklatan
hingga ungu gelap. Lesi dapat datar atau menonjol dan dikelilingi oleh
ekimosis (bercak-bercak perdarahan) serta edema.

Poltekkes Kemenkes
Lokasi dan ukuran beberapa lesi dapat menimbulkan statis aliran vena,
limfadema serta rasa nyeri. Lesi ulserasi akan merusak integritas kulit dan
meninggalkan ketidaknyamanan pasien serta kerentanannya terhadap
infeksi.

Limfoma Sel-B merupakan malignansi paling sering kedua yang terjadi


diantara pasien-pasien AIDS. Limfoma yang berhubungan dengan AIDS
cenderung berkembang diluar kelenjer limfe; limfoma ini paling sering
dijumpai pada otak, sumsum tulang dan traktus gastrointerstinal.

d. Neurologik
Ensefalopati HIV disebut juga sebagai kompleks demensia AIDS. Hiv
ditemukan dengan jumlah yang besar dalam otak maupun cairan
serebrospinal pasien-pasien ADC (AIDS dementia complex). Sel-sel otak
yang terinfeksi HIV didominasi olehsel-sel CD4 + yang berasal dari
monosit/magrofag. Infeksi HIV diyakini akan memicu toksin atau limfokin
yang mengakibatkan disfungsi seluler atau yang mengganggu atau yang
mengganggu fungsi neurotransmiter ketimbang menyebabkan kerusakan
seluler. Keadaan ini berupa sindrom klinis yang ditandai oleh penurunan
progresif pada fungsi kognitif, prilaku dan motorik. Tanda tanda dan
gejalanya yang samar-samar serta sulit dibedakan dan kelelahan, depresi
atau efek terapi yang merugikan terhadap infeksi dan malignansi.

Manifestasi dini mencangkup gangguan daya ingat, sakit kepala, kesulitan


berkonsentrasi, konfusi progresif, pelambatan psikomotorik, apatis dan
ataksia. Stadium lanjutmencangkup ganggua kognitif global kelambatan
dalam respon verbal, gagguan afektif seperti pandangan yang
kosong,hiperrefleksi paraparesis spastik, psikologis, halusiansi, tremor,
inkontenensia, serangan kejang, mutisme dan kematian.

Poltekkes Kemenkes
Infeksi jamur Criptococcus neoformans merupakan infeksi opotunistik
paling sering keempat yang terdapat di antara pasien-pasien AIDS dan
penyebab infeksi paling sering ketiga yang menyebabkan kelainan
neurologik. Meningitis kriptokokus ditandai dengan gejala seperti
demam/panas, sakit kepala, keadaan tidak enak badan (melaise), kaku
kuduk, mual, vormitus, perubahan status mental, dan kejang-kenjang.

Leukoensefalopati Multifokal Progresif (PML) merupakan kelainan sistem


saraf pusat dengan demielinisasi yang disebabkan oleh virus J.C.
Manifestasi klinis dapat dimulai dengan konfusi mental dan mengalami
perkembangan cepat yang akhirnya mencakup gejala kebutaan, afasia,
paresis, (paraliasis ringan) serta kematian.

Kelemahan neurologik lainnya berupa neuropati perifer yang berhubungan


dengan HIV diperkirakan merupakan kelainan demielinisasi dengan
disertai rasa nyeri serta patirasa pada ekstremitas, kelemahan, penurunan
rekfleks tendon yang dalam, hipotensi ortostatik dan impontensi.

e. Struktur integrumen
Manifestasi kulit menyertai infeksi HIV dan infeksi oportunistik serta
malignansi yang mendampinginya, Infeksi oportunistik seperti harpes
zoster dan harpes simpleks akan disertai dengan pembentukan vesikel yang
nyeri yang merusak integritas kulit. Moloskum kontagiosum merupakan
infeksi virus yang ditandai oleh pembentukan plak yang disertai deformitas.
Dermatitis seboreika akan disertai ruam yang difus, bersisik dengan
indurasi yang mengenai kulit kepala serta wajah. Penderita AIDS juga
dapat memperlihatkan folokulasi menyeluruh yang disertai dengan kulit
yang kering dan mengelupas atau dengan dermatitis atropik seperti ekzema
atau psoriasis. Hingga 60% enderita yang diobati dengan
trimetroprimsulfametoksazol (TMP/SMZ) untuk mengatasi pneumonia
pneumocytis carinii akan mengalami ruam yang berkaitan dengan obat dan

Poltekkes Kemenkes
berua preuritus yang disertai pembentukan papula serta makula bewarna
merah muda. Terlepas dari penyebab ruam ini pasien akan mengalami
ganggua rasa nyaman dan menghadapi peningkatan resiko untuk menderita
infeksi tambahan, akibat rusaknya keutuhan kulit.

5. Penatalaksanaan
Menurut Burnnner dan Suddarth (2013) Upaya penanganan medis meliputi
beberapa cara pendekatan yang mencangkup penanganan infeksi yang
berhubungan dengan HIV serta malignansi, penghentian replikasi virus HIV
lewar preparat antivirus, dan penguatan serta pemulihan sistem imun melalui
pengguanaan preparat immunomodulator. Perawatan suportif merupakan
tindakan yang penting karena efek infeksi HIV dan penyakit AIDS yang
sangat menurunkan keadaan umum pasien; efek tersebut mencangkup
malnutrisi, kerusakan kulit, kelemahan dan imobilisasi dan perubahan status
mental. Penatalaksanaan HIV AIDS sebegai berikut :
a. Obat-obat untuk infeksi yang berhubungan dengan HIV infeksi
Infeksi umum trimetroprime-sulfametokazol, yang disebut pula TMP-
SMZ (Bactrim,septra), merupakan preparat antibakteri untuk mengatasi
berbagai mikroorganisme yang menyebabkan infeksi. Pemberian secara IV
kepada pasien-pasien dengan fungsi gastrointerstinal yang normal tidak
memberikan keuntungan apapun. Penderita AIDS yang diobati dengan
TMP-SMZ dapat mengalami efekyang merugikan dengan insiden tinggi
yang tidak lazim terjadi, seperti demam, ruam, leukopenia,
trombositopenia dengan ganggua fungsi renal.
Pentamidin, suatu obat anti protozoa, digunakan sebagai preparat alternatif
untuk melawan PCP. Jika terjadi efek yang merugikan atau jika pasien
tidak memperlihatkan perbaikan klinis ketika diobati dengan TMP-SMZ,
petugas kesehatan dapat merekomendasikan pentamidin.

Poltekkes Kemenkes
Kompleks Mycobacterium avium, terapi kompleks Mycobacterium avium
complex (MAC) masih belum ditentukan dengan jelas dan meliputi
penggunaan lebih dari satu macam obat selam periode waktu yang lama.

Meningitis, Terpi primer yang muthakhir untuk meningitis kriptokokus


adalah amfoterisin B IV dengan atau tanpa flusitosin atau flukonazol
(Diflucan). Keadaan pasien harus dipantau untuk endeteksi efek yang
potensial merugikan dan serius dari amfoterisin B yang mencangkup
reaksi anafilaksik, gangguan renal serta hepar, gangguan keseimbangan
elektrolit, anemia, panas dan menggigil.

Retinitis Sitomegalovirus, Retinitis yang disebabkan oleh sitomegalovirus


(CMV;cytomegalovirus) merupan penyebab utama kebutaan pada
penderita penyakit AIDS.

Foskarnet (Foscavir), yaitu peparat lain yang digunakan mengobati


retinitis CMV, disuntikkan intravena setiap 8 jam sekali selama 2 hingga 3
minggu. Reaksi merugikan yang lazim terjadi pada pemberian foskarnet
adalah nefrotoksisitas yang mencangkup gagal ginjal akut dan gangguan
keseimbangan elektrolit yang mencangkup hipokalasemia, hiperfosfatemia
serta hipomagnesemia. Semua keadaan ini dapat membawa kematian. Efek
merugikan lainnya yang lazim dijumpai adaah serangan kejang-kejang,
gangguan gastrointerstinal, anemia, flebitis, pada tempat infus dan nyeri
punggung bawah.
Keadaan lain, Asiklovir dan foskarnat kini digunakan untuk mengobati
infeksi ensefalitis yang disebabkan oleh harpes simpleks atau harpes
zoster. Pirimetamin (Daraprim) dan Sulfadiazin atau klindamisin (Cleosin
HCL) digunakan untuk pengobatan maupun terapi supresif seumur hidup
bagiinfeksi Toxoplasmosis gondi. Infeksi kronis yang membandel oleh
kondendidasi (trush) atau lesi esofagus diobati dengan Ketokonazol atau
flukonazol.

Poltekkes Kemenkes
b. Penatalaksanaan Diare Kronik
Terapi dengan oktreotid asetat (sandostain), yaitu suatu analog sintetik
somatostatin, ternyata efektif untuk mengatasi diare yang berat dan kronik.
Konsentrasi reseptor somatosin yang tinggi ditemukan dalam traktus
gastrointerstinal maupun jaringan lainnya. Somatostain akan menghambat
banyak fungsi fisologis yang mencangkup motalisis gastrointerstinal dan
sekresi-interstinal air serta elektrolit.

c. Penatalaksanaan Sindrom Pelisutan


Penatalaksanaan sindrom pelisutan mencangkup penanganan penyebab yang
mendasari infeksi oportunitis sistematik maupun gastrointerstinal. Malnutrsi
sendiri akan memperbesar resiko infeksi dan dapat pula meningkatkan
insiden infeksi oportunistis. Terapi nutrisi bisa dilakukan mulai dari diet oral
dan pemberian makan lewat sonde (terapi nutriasi enternal) hingga
dukungan nutrisi parenteral jika diperlukan.

d. Penanganan keganasan
Penatalaksanaan sarkoma Kaposi biasanya sulit karena sangat beragamnya
gejala dan sistem organ yang terkena.Tujuan terapinya adalah untuk
mengurangi gejala dengan memperkecil ukuranlesi pada kulit, mengurangi
gangguan rasa nyaman yang berkaitan dengan edema serta ulserasi, dan
mengendalikan gejala yang berhubungan dengan lesi mukosa serta organ
viseral. Hinngga saat ini, kemoterapi yang paling efektif tampaknya berupa
ABV (Adriamisin, Bleomisin, dan Vinkristin).

e. Terapi Antiretrovirus
Saat ini terdapat empat preparat antiretrovirus yang sudah disetujui oleh
FDA untuk pengobatan HIV, keempat preparat tersebut adalah; Zidovudin,
Dideoksinosin , dideoksisitidin dan Stavudin. Semua obat ini menghambat
kerja enzim reserve transcriptase virus dan mencegah virus reproduksi virus
HIV dengan cara meniru salah satu substansi molekuler yang digunakan

Poltekkes Kemenkes
virus tersebut untuk membangun DNA bagi partikel-partikel virus baru.
Dengan mengubah komponen struktural rantai DNA, produksi virus yang
baru akan dihambat.

f. Inhibitor Protase
Inhibitor protase merupakan obat yang menghambat kerja enzim protase,
yaitu enzim yang dibutuhkan untuk replikasi virus HIV dan produksi virion
yang menular. Inhibisi protase HIV-1 akan menghasilkan partikel virus
noninfeksius dengan penurunan aktivitas enzim reserve transcriptase.

g. Perawatan pendukung
Paien yang menjadi lemah dan memiliki keadaan umum yang menurun
sebagai akibat dari sakit kronik yang berkaitan dengan HIV memerlukan
banyak macam perawatan suportif. Dukungan nutrisi mungkin merupakan
tindakan sederhana seperti membantu pasien dalam mendapatkan atau
mempersiapkan makanannya. Untuk pasien dengan gangguan nutrisi yang
lanjut karena penurunan asupan makanan, sindrome perlisutan atau
malabsobsi saluran cerna yang berkaitan dengan diare, mungkin diperlukan
dalam pemberian makan lewat pembuluh darah seperti nutrisi parenteral
total. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit yang terjadiakibat mual,
Vomitus dan diare hebat kerapkali memerlukan terapi pengganti yang
berupa infus cairan serta elektrolit. Lesi pada kulit yang berkaitan dengan
sarkoma kaposi, ekskoriasi kulit perianal dan imobilisasi ditangani dengan
perawatan kulit yang seksama dan rajin; perawatan ini mencangkup
tindakan membalikkan tubuh pasien secara teratur, membersihkan dan
mengoleskan salep obat serta menutup lesi dengan kasa steril.

Gejala paru seperti dispnea dan napas pendek mungkin berhubungan dengan
infeksi, sarkoma kaporsi serta keadaan mudah letih. Pasien-pasien ini
mungkin memerlukan terapi oksigen, pelatihan relaksasi dan teknik
menghemat tenaga. Pasien dengan ganggguan fungsi pernafasan yang berat

Poltekkes Kemenkes
pernafasan yang berat dapat membutuhkan tindakan ventilasi mekanis. Rasa
nyeri yang menyertai lesi kulit, kram perut, neuropati perifer atau sarkoma
kaposi dapat diatasi dengan preparat analgetik yang diberikan secara teratur
selama 24 jam. Teknik relaksasi dan guded imagery (terapi psikologi
dengan cara imajinasi yang terarah) dapat membantu mengurangi rasa nyeri
dan kecemasan pada sebagian pasien.

h. Terapi nutrisi
Menurut Nursalam (2011) nutrisi yang sehat dan seimbang diperlukan
pasien HIV AIDS untuk mempertahankan kekuatan, meningkatkan fungsi
sistem imun, meningkatkan kemampuan tubuh, utuk memerangi infeksi, dan
menjaga orang yang hidup dengan infeksi HIV AIDS tetap aktif dan
produktif. Defisiensi vitamin dan mineral bisa dijumpai pada orang dengan
HIV, dan defisiensi sudah terjadi sejak stadium dini walaupun pada ODHA
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang. Defisiensi terjadi karena
HIV menyebabkan hilangnya nafsu makan dan gangguan absorbsi szat gizi.

Untuk mengatasi masalah nutrisi pada pasien HIV AIDS, mereka harus
diberikan makanan tinggi kalori, tinggi protein, kaya vitamin dan mineral
serta cukup air.

i. Manfaat konseling dan VCT pada pasien HIV


Menurut Nursalam (2011) konseling HIV/AIDS merupakan dialog antara
seseorang (klien) dengan pelayanan kesehatan (konselor) yang bersifat
rahasia, sehingga memungkinkan orang tersebut mampu menyesuaikan atau
mengadaptasi diri dengan stres dan sanggup membuat keputusan bertindak
berkaitan dengan HIV/AIDS.

Konseling HIV berbeda dengan konseling lainnya, walaupun keterampilan


dasar yang dibutuhkan adalah sama. Konseling HIV menjadi hal yang unik
karena :

Poltekkes Kemenkes
1) Membutuhkan pengetahuan yang luas tentang infeksi menular seksual
(IMS) dan HIV/AIDS
2) Membutuhkan mengenai praktik seks yang bersifat pribadi
3) Membutuhkan pembahasan tentang keamatian atau proses kematian
4) Membutuhkan kepekaan konselor dalam menghadapi perbedaan
pendapat dan nilai yang mungkin sangat bertentangan dengan nilai yang
dianut oleh konselor itu sendiri.
5) Membutuhkan keterampilan pada saat memberikan hasil HIV positif
6) Membutuhkan keterampilan dalam menghadapi kebutuhan pasangan
maupun anggota keluarga klien

Menurut Nursalam (2011) tujuan konseling HIV yaitu :


1) Mencegah penularan HIVdengan cara mengubah prilaku. Untuk
mengubah prilaku ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS) tidak hanya
membutuhkan informasi belaka, tetapi jauh lebih penting adalah
pemberian dukungan yang dapat menumbuhkan motivasi mereka,
misalnya dalam prilaku seks aman, tidak berganti-ganti jarum suntik,
dan lain-lain.
2) Meningkatkan kualitas hidup ODHA dalam segala aspek baik medis,
psikologis, sosial, dan ekonomi. Dalam hal ini konseling bertujuan
untuk memberikan dukungan kepada ODHA agar mampu hidup secara
positif.

Voluntary Conseling Testing atau VCT adalah suatu pembinaan dua arah
atau dialog yang berlangsung tak terputus antara konselor dan kliennya
dengantujuan untuk mencegah penurlaran HIV, memberikan dukungan
moral, informasi, serta dukungan lainnya kepada ODHA, keluarga, dan
lingkungannya (Nursalam, 2011).

Tujuan VCT yaitu sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS, upaya untuk


mengurangi kegelisahan, meningkatkan presepsi/ pengetahuan mereka

Poltekkes Kemenkes
tentang faktor-faktor resiko penyebab seseorang terinfeksi HIV, dan upaya
pengembangan perubahan prilaku, sehingga secara dini mengarahkan
menuju ke program pelayanan dan dukungan termasuk akses terapi
antiretroviral, serta membantu mengurangi stigma dalam masyarakat
(Nursalam, 2011)

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Kasus HIV AIDS


Asuhan keperawatan bagi penderita penyakit AIDS merupakan tantangan yang
besar bagi perawat karena setiap sistem organ berpotensi untuk menjadi sasaran
infeksi ataupun kanker. Disamping itu, penyakit ini akan dipersulit oleh
komplikasi masalah emosional, sosial dan etika. Rencana keperawatan bagi
penderita AIDS harus disusun secara individual untuk memenuhi kebutuhan
masing-masing pasien (Burnner & Suddarth, 2013).

Pengkajian pada pasien HIV AIDS meliputi :


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, jenis kelamin, status kawin, agama,
pendidikan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis, No. MR

b. Keluhan utama
Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori ditemui
keluhan utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya ditemui pada pasien
HIV AIDS yaitu, demam yang berkepanjangan (lebih dari 3 bulan), diare
kronis lebih dari satu bulan berulang maupun terus menerus, penurunan
berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1 bulan, infeksi pada
mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur Candida Albicans,
pembengkakan kelenjer getah bening diseluruh tubuh, munculnya Harpes
zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh.

Poltekkes Kemenkes
c. Riwayat kesehatan sekarang
Dapat ditemukan keluhan yang biasanya disampaikan pasien HIV AIDS
adalah : pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyeri dada dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan
drastis.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pasien pernah dirawat karena penyakit yang sama. Adanya
riwayat penggunaan narkotika suntik, hubungan seks bebas atau
berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS, terkena cairan tubuh
penderita HIV/AIDS.

e. Riwayat kesehatan keluarga


Biasanya pada pasien HIV AIDS adanya anggota keluarga yang menderita
penyakit HIV/AIDS. Kemungkinan dengan adanya orang tua yang
terinfeksi HIV. Pengkajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat
pekerjaan keluarga, adanya keluarga bekerja di tempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial).

2. Pola aktivitas sehari-hari (ADL)


a. Pola presepsi dan tata laksanaan hidup sehat
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan menglami perubahan atau
gangguan pada personal hygiene, misalnya kebiasaan mandi, ganti
pakaian, BAB dan BAK dikarenakan kondisi tubuh yang lemah, pasien
kesulitan melakukan kegiatan tersebut dan pasien biasanya cenderung
dibantu oleh keluarga atau perawat.

Poltekkes Kemenkes
c. Pola Nutrisi
Biasanya pasien dengan HIV/AIDS mengalami penurunan nafsu makan,
mual, muntah, nyeri menelan, dan juga pasien akan mengalami penurunan
BB yang cukup drastis dalam waktu singkat (terkadang lebih dari 10%
BB).

d. Pola Eliminasi
Biasanya pasien mengalami diare, fases encer, disertai mucus berdarah.

e. Pola Istirahat dan tidur


Biasanya pasien dengan HIV/AIDS pola istirahat dan tidur mengalami
gangguan karena adanya gejala seperi demam dan keringat pada malam
hari yang berulang. Selain itu juga didukung oleh perasaan cemas dan
depresi pasien terhadap penyakitnya.

f. Pola aktivitas dan latihan


Biasanya pada pasien HIV/AIDS aktivitas dan latihan mengalami
perubahan. Ada beberapa orang tidak dapat melakukan aktifitasnya
seperti bekerja. Hal ini disebabkan mereka yang menarik diri dari
lingkungan masyarakat maupun lingkungan kerja, karena depresi terkait
penyakitnya ataupun karena kondisi tubuh yang lemah.

g. Pola presepsi dan konsep diri


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami perasaan marah, cemas,
depresi, dan stres.

h. Pola sensori kognitif


Pada pasien HIV/AIDS biasanya mengalami penurunan pengecapan, dan
gangguan penglihatan. Pasien juga biasanya mengalami penurunan daya
ingat, kesulitan berkonsentrasi, kesulitan dalam respon verbal. Gangguan
kognitif lain yang terganggu yaitu bisa mengalami halusinasi.

Poltekkes Kemenkes
i. Pola hubungan peran
Biasanya pada pasien HIV/AIDS akan terjadi perubahan peran yang dapat
mengganggu hubungan interpersonal yaitu pasien merasa malu atau harga
diri rendah.

j. Pola penanggulangan stres


Pada pasien HIV AIDS biasanya pasien akan mengalami cemas, gelisah
dan depresi karena penyakit yang dideritanya. Lamanya waktu perawatan,
perjalanan penyakit, yang kronik, perasaan tidak berdaya karena
ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis yang negatif berupa
marah, kecemasan, mudah tersinggung dan lain-lain, dapat menyebabkan
penderita tidak mampu menggunakan mekanisme koping yang kontruksif
dan adaptif.

k. Pola reproduksi seksual


Pada pasaaien HIV AIDS pola reproduksi seksualitas nya terganggu
karena penyebab utama penularan penyakit adalah melalui hubungan
seksual.

l. Pola tata nilai dan kepercayaan


Pada pasien HIV AIDS tata nilai keyakinan pasien awal nya akan
berubah, karena mereka menggap hal menimpa mereka sebagai balasan
akan perbuatan mereka. Adanya perubahan status kesehatan dan
penurunan fungsi tubuh mempengaruhi nilai dan kepercayaan pasien
dalam kehidupan pasien, dan agama merupakan hal penting dalam hidup
pasien.

Poltekkes Kemenkes
3. Pemeriksaan Fisik
a. Gambaran Umum : ditemukan pasien tampak lemah.
b. Kesadaran pasien : Compos mentis cooperatif, sampai terjadi penurunan
tingkat kesadaran, apatis, samnolen, stupor bahkan coma.
c. Vital sign :
TD : Biasanya ditemukan dalam batas normal
Nadi : Terkadang ditemukan frekuensi nadi meningkat
Pernafasan :Biasanya ditemukan frekuensi pernafasan
meningkat
Suhu :Biasanya ditemukan Suhu tubuh menigkat karena
demam.
d. BB : Biasanya mengalami penurunan (bahkan hingga 10% BB)
TB : Biasanya tidak mengalami peningkatan (tinggi badan
tetap)
e. Kepala : Biasanya ditemukan kulit kepala kering karena dermatitis
seboreika
f. Mata : Biasanya ditemukan konjungtiva anemis, sclera tidak ikhterik,
pupil isokor, reflek pupil terganggu,
g. Hidung : Biasanya ditemukan adanya pernafasan cuping hidung.
h. Gigi dan Mulut: Biasanya ditemukan ulserasi dan adanya bercak-bercak
putih seperti krim yang menunjukkan kandidiasi.
i. Leher : kaku kuduk ( penyebab kelainan neurologic karena infeksi jamur
Cryptococcus neoformans), biasanya ada pembesaran kelenjer getah
bening,
j. Jantung : Biasanya tidak ditemukan kelainan
k. Paru-paru : Biasanya terdapat yeri dada, terdapat retraksi dinding dada
pada pasien AIDS yang disertai dengan TB, Napas pendek (cusmaul),
sesak nafas (dipsnea).
l. Abdomen : Biasanya terdengar bising usus yang Hiperaktif
m. Kulit : Biasanya ditemukan turgor kulit jelek, terdapatnya tanda-tanda
lesi (lesi sarkoma kaposi).

Poltekkes Kemenkes
n. Ekstremitas : Biasanya terjadi kelemahan otot, tonus otot menurun, akral
dingin.

2. Diagnosis Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penyakit paru
obstruksi kronis
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan kerusakan neorologis,
ansietas, nyeri, keletihan
c. Diare berhubungan dengan infeksi
d. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
e. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
volume cairan aktif, kehilangan berlebihan melalui diare, berat badan
ekstrem, faktor yang mempengaruhi kebutuhan status cairan:
hipermetabolik,
f. Ketidak seimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan diare
g. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan diare, muntah
h. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, ketidak mampuan menelan.
i. Nyeri kronis berhubungan dengan agen cedera;bilogis
j. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera; biologis
k. Hipertermi berhubungan dengan penyakit, peningkatan laju metabolisme
l. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status cairan,
perubahan pigmentasi, perubahan turgor, kondisi ketidak seimbangan
nutrisi, penurunan imunologis
m. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
pigmentasi, perubahan turgor kulit, kondisi ketidak seimbangan nutrisi,
faktor imunologi
n. Resiko infeksi berhubungan dengan, imunosupresi, malnutrisi, kerusakan
integritas kulit.
o. Keletihan berhubungan dengan status penyakit, peningkatan kelelahan
fisik, malnutrisi, ansitas, depresi, stres

Poltekkes Kemenkes
p. Kelelahan berhubungan dengan proses penyakit
q. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala terkaiit penyakit
r. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan biofisik
s. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh
t. Isolasi sosial berhubungan dengan stigma, gangguan harga diri.
(Nanda Internasional, 2014)

3. Perencanaan Keperawatan
Perencanaa keperawatan atau intervensi yang di temukan pada pasien dengan
HIV AIDS sebagai berikut.

Tabel 2.1
Diagnosa dan Intervensi Pada Pasien dengan HIV AIDS
No Diagnosa Kriteria Hasil (NOC) Intervensi (NIC)
Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Menajemen jalan nafas
bersihan jalan tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Posisikan pasien untuk
nafas memaksimalkan ventilasi
pernafasan tidak
2) Buang secret dengan
terganggu dengan memotivasi pasien untuk
Definisi : ketidak kriteria hasil : melakukan batuk atau
mampuan untuk 1) Deviasi ringan dari menyedot lendir
3) Motifasi pasien untuk bernafas
membersihkan kisaran normal pelan, dalam, berputar dan
frekuensi pernafasan batuk
sekresi atau 2) Deviasi ringan dari
4) Instruksikan bagaimana agar
obstruksi dari kisaran normal bisa melakukan batuk efektif
Irama pernafasan 5) Auskultasi suara nafas, catat
saluran nafas
3) Deviasi ringan dari area yang ventilasinya menurun
untuk kisaran normal suara atautidak dan adanya suara
mempertahankan auskultasi nafas nafas tambahan
4) Deviasi ringan dari 6) Monitor status pernafasan dan
bersihan jalan kisaran normal oksigenisasi sebagaimana
nafas kepatenan jalan mestinya
nafas
5) Deviasi ringan dari
Batasan kisaran normal Fisioterapi dada
saturasi oksigen
Karakteristik : 6) Tidak ada retraksi 1) Jelaskan tujuan dan prosedur
dinding dada fisioterapi dada kepada pasien

Poltekkes Kemenkes
1) Suara nafas 2) Monitor status respirasi dan
tambahan kardioloogi (misalnya, denyut
2) Perubahan dan suara irama nadi, suara dan
frekuensi kedalaman nafas
nafasan 3) Monitor jumlah dan
3) Perubahan karakteristik sputum
iraman nafas 4) Instruksikan pasien untuk
4) Penurunan mengeluarkan nafas dengan
bunyi nafas teknik nafas dalam
5) Sputum dalam
jumlah
berlebihan Terapi Oksigen
6) Batuk tidak
efektif 1) Bersihkan mulut, hidung dan
sekresi trakea dengan tepat
2) Siapkan peralatan oksigen dan
berikan melalui sistem
hemodifier
3) Monitor aliran oksigen
4) Monitor efektifitas terapi
oksigen
5) Pastikan penggantian masker
oksigen/ kanul nasal setiap
kali pernagkat diganti

Monitor Pernafasan

1) Monitor pola nafas


(misalnya, bradipneu)
2) Palpasi kesimetrisan ekspansi
paru
3) Auskultasi suara nafas
4) Kaji perlunya penyedotan
pada jalan nafas dengan
auskultasi suara nafas ronci di
paru
5) Auskultasi suara nafas setelah
tindakan, untuk dicatat
6) Monitor kemampuan batuk
efektif pasien

2. Ketidakefektifan Setelah dilakukan Menajemen Jalan Nafas :


Pola Nafas asuhan keperawatan
diharapkan status 1) Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
pernafasan tidak 2) Lakukan fisioterapi dada,

Poltekkes Kemenkes
Definisi : Inspirasi terganggu dengan sebagimana semestinya
3) Buang secret dengan
dan atau ekspirasi kriteria hasil :
memotivasi klien untuk
yang tidak 1) Frekuensi pernafasan melakukan batuk atau
Tidak ada deviasi menyedot lendir
memberi ventilasi
dari kisaran normal 4) Motivasi pasien untuk bernafas
adekuat 2) Irama pernafasan pelan, dalam, berputar dan
Tidak ada deviasi batuk.
dari kisaran normal 5) Auskutasi suara nafas, catat
Faktor Resiko : 3) Suara Auskultasi area yang ventilasinya menurun
nafas Tidak ada atau tidak ada dan adanya suara
1) Perubahan
deviasi dari kisaran nafas tambahan
kedalamam
normal 6) Kelola nebulizer ultrasonik,
pernafasan
4) Saturasi oksigen sebgaimana mestinya
2) Bradipneu
Tidak ada deviasi 7) Posisikan untuk meringankan
3) Dipsnea
dari kisaran normal sesak nafas
4) Pernafasan
5) Tidak ada retraksi 8) Monito status pernafasan dan
cuping hidung
dinding dada oksigen, sebagaimana mestinya
5) Takipnea
6) Tidak ada suara
nafas tambahan
7) Tidak ada pernafasan Pemberian Obat :
Faktor yang
cuping hidung
berhubungan : 1) Pertahankan aturan dan
prosedur yang sesuai dengan
1) Kerusakan keakuratan dan keamanan
Neurologis pemberian obat-obatan
2) Imunitas 2) Ikuti prosedur limabenar dalam
Neurologis pemberian obat
3) Beritahu klien mengenai jenis
obat, alasan pemberian obat,
hasil yang diharapkan, dan efek
lanjutan yang akan terjadi
sebelum pemberian obat.
4) Bantu klien dalam pemberian
obat
Terapi Oksigen :

1) Bersihkan mulut, hidung, dan


sekresi trakea dengan tepat
2) Berikan oksigen tambahan
seperti yang diperintahkan
3) Monitor aliran oksigen
4) Periksa perangkat (alat)
pemberian oksigen secara
berkala untuk mmastikan
bahwa konsentrasi (yang telah)
ditentukan sedang diberikan

Monitor Pernafasan :

Poltekkes Kemenkes
1) Monitor kecepatan, irama,
kedalaman dan kesulitan
bernafas
2) Catat pergerakan dada, catat
ketidaksimetrisan, penggunaan
otot-otot bantu nafas
3) Palpasi kesimetrisan ekstensi
paru
4) Auskultasi suara nafas, catat
area dimana terjadinya
penurunan atau tidak adanya
ventilasi dan keberadaan suara
nafas tambahan
5) Auskultasi suara nafas setelah
tindakan untuk dicatat
6) Monitor sekresi pernafasan
pasien
7) Berikan bantuan terapi nafas
jika diperlukan (misalnya
nebulizer)

Monitor tanda-tanda vital :

1) Monitor tekanan darah, Nadi,


Suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
2) Monitor suara paru-paru
3) Monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban

3. Diare Setelah dilakukan Menajemen Saluran Cerna


tindakan keperawatan
diharapkan eliminasi 1) Monitor buang air besar
Definisi : Pasase termasuk frekuensi, konsistensi,
usus tidak terganggu
bentuk, volume dan warna,
fases yang lunak dengan kriteria hasil :
dengan cara yang tepat
dan tidak 2) Monitor bising usus
1) Pola eliminasi tidak
berbentuk terganggu
2) Suara bising usus Menajemen Diare
tidak terganggu
Batasan 3) Diare tidak ada 1) Tentukan riwayat diare
Karakteristik : 2) Ambil tinja untuk pemeriksaan
kultur dan sensitifitas bila diare
1) Nyeri berlanjut
abdomen 3) Instruksikan pasien atau
2) Sedikitnya anggota keluarga utuk mencatat
tiga kali Setelah dilakukan
warna, volume, frekuensi, dan
defekasi per tindakan keperawatan konsistensi tinja

Poltekkes Kemenkes
hari diharapkan tidak 4) Identivikasi faktor yang bisa
3) Bising usus terjadi keparahan menyebabkan diare (misalnya
hiperaktif infeksi dengan kriteria medikasi, bakteri, dan
pemberian makan lewat selang)
hasil :
5) Amati turgor kulit secara
Situasional : 1) Malaise tidak ada berkala
2) Nyeri tidak ada 6) Monitor kulit perineum
1) Penyalahguna terhadap adanya iritasi dan
3) Depresi jumlah sel
an alkohol ulserasi
darh putih
7) Konsultasikan dengan dokter
jika tanda dan gejala diare
Fisiologis menetap

1) Proses Infeksi
Pemasangan Infus

1) Verivikasi instruksi untuk


terapi IV
2) Beritau pasien mengenai
prosedur
3) Pertahankan teknik aseptik
secara seksama
4) Pilih vena yang sesuai dengan
penusukan vena,
pertimbangkan prevelansi
pasien, pengalaman masa lalu
dengan infus, dan tangan non
dominan
5) Berikan label pada pembalut IV
dengan tanggal, ukuran, dan
inisiasi sesuai protokol lembaga

Terapi Intravena (IV)

1) Verivikasi perintah untuk terapi


intravena
2) Instruksikan pasien tentang
prosedur
3) Periksa tipe cairan, jumlah,
kadaluarsa, karakterisktik dari
cairan dan tingkat merusak
pada kontainer
4) Laukuan (prinsip) lima benar
sebelum memulai infus atau
pemberian pengobatan
(misalnya, benar obat, dosis,
pasien, cara, dan frekuensi)
5) Monitor kecepatan IV, seblum
memberikan pengobatan IV
6) Monitor tanda vital

Poltekkes Kemenkes
7) Dokumentasikan terapi yang
diberikan, sesuai protokol dan
institusi
4. Kekurangan Setelah dilakukan Menajemen Cairan :
Volume Cairan tindakan keperawatan
diharapkan 1) Timbang berat badan setiap
hari dan monitor status pasien
keseimbangan cairan
2) Jaga Intake/ asupan yang akurat
Definisi : tidak terganggu
dan catat output pasien
peurunan cairan dengan kriteria hasil : 3) Monitor status hidrasi
(misalmya, membran mukosa
intravaskuler, 1) Tekanan darah tidak lembab, denyut nadi adekuat,
interstisial, terganggu dan tekanan darah ortostatik)
2) Keseimbangan 4) Monitor hasil laboratorium
dan/atau intra intake dan output yang relevan dengan retensi
seluler. Ini dalam 24 jam tidak cairan (misalnya, peningkatan
terganggu berat jenis, peningkatan BUN,
mengacu pada 3) Berat badan stabil
penurunan hematokrit, dan
dehidrasi, tidak terganggu peningkatan kadar osmolitas
4) Turgor kulit tidak urin)
kehilangan cairan terganggu 5) Monitor status hemodinamika
saja tampa CVP, MAP, PAP, dan PCWP,
jika ada)
perubahan pada Setelah dilakukan 6) Monitor tanda-tanda vital
natrium tindakan keperawatan 7) Beri terapi IV, seperti yang
diharapkan hidrasi ditentukan
tidak terganggu 8) Berikan cairan dengan tepat
Batasan dengan kriteria hasil : 9) Berikan diuretik yang
diresepkan
Karakteristik :
1) Turgor kulit tidak 10) Distribusi asupan cairan selama
1) Penurunan terganggu 24 jam
tekanan darah 2) Membran mukosa
2) Penurunan lembab tidak
tekanan nadi terganggu Monitor Cairan :
3) Penurunan 3) Intake cairan tidak
turgor kulit terganggu 1) Tentukan jumlah dan jenis
4) Kulit kering 4) Output cairan tidak Intake/asupan cairan serta
5) Penurunan terganggu kebiasaan eliminasi
frekuensi nadi 5) Perfusi Jaringan 2) Tentukan faktor-faktor yang
6) Penurnan berat tidak terganggu menyebabkan
badan tiba-tiba 6) Tidak ada nadi cepat ketidakseimbangan cairan
7) Kelemahan dan lemah 3) Periksa isi kulang kapiler
7) Tidak ada 4) Periksa turgor kulit
kehilangan berat 5) Monitor berat badan
Faktor yang badan 6) Monitor nilai kadar serum dan
berhubungan : elektrolit urin
7) Monitor kadar serum albumin
1) Kehilangan dan protein total
cairan aktif 8) Monitor tekanan darah, denyut
jantung, dan status pernafasan

Poltekkes Kemenkes
9) Monitor membran mukosa,
turgor kulit, dan respon haus

5. Ketidak Setelah dilakukan Menajemen Nutrisi


seimbangan tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Identifikasi adanya alergi atau
nutrisi kurang intolerasi akanan yang dimiliki
nutrisi dapat
dari kebutuhan ditingkatkan dengan pasien

tubuh kriteria hasil:


Definisi : asuhan Terapi nutrisi
1) Asupan Nutrisi tidak
kebutuhan tubuh menyimpang dari 1) Kaji kebutahan nutrisi
tidak cukup untuk rentang normal parenteral
2) Asupan makanan 2) Berikan nutrisi enteral, sesuai
memenuhi tidak menyimpang kebutuhan
kebutuhan dari rentang normal 3) Berikan nutrisi enteral
4) Hentikan pemberian makanan
metabolik melalui selang makan begitu
metabolik pasien mampu mentoleransi
asupan (makanan) melalui oral
Batasa
5) Berikan nutrisi yang
karekteristik : Setelah dilakukan dibutuhkan sesuai batas diet
tindakan keperawatan yang dianjurkan
1) Nyeri
abdomen diharapkan Status
2) Menghindari nutrisi : Asupan nutrisi
makan dapat ditingkatkan Pemberian Nutrisi Total
3) Berat badan dengan kriteria hasil : Parenteral (TPN)
20% atau lebih
dibawah berat 1) Asupan kalori 1) Pastikan isersi intravena
baadan ideal sebagian besar cukup paten untuk pemberian
4) Diare adekuat nutrisi intravena
5) Bising usus 2) Asupan protein 2) Pertahankan kecepatan aliran
hiperaktif sebagian besar yang konstan
6) Penurunan adekuat 3) Monitor kebocoran, infeksi dan
berat badan 3) Asupan lemak komplikasi metabolik
dengan asupan sebagian besar 4) Monitor masukan dan output
yang adekuat adekuat cairan
7) Membran 4) Asupan karbohidrat 5) Monitor kadar albumin, protein
mukosa pucat sebagian besar total, elektrolit, profil lipid,
8) Ketidak adekuat glukosa darah dan kimia darah
mampuan 5) Asupan vitamin 6) Monitor tanda-tanda vital
memakan sebagian besar
makanan adekuat
9) Tonus otot 6) Asupan mineral
sebagian besar

Poltekkes Kemenkes
menurun adekuat
10) Sariawan
rongga mulut
11) Kelemahan Setelah dialkukan
otot untuk tindakan keperawatan
menelan diharapkan terjadi
Faktor peningkatan nafsu
Berhubungan : makan dengan kriteria
1) Faktor biologis hasil :
2) Ketidak
1. Intake makanan
mampuan
tidak terganggu
untuk
2. Intake nutrisi tidak
mengabsorbsi
terganggu
nutrien
3. Intake cairan tidak
3) Ketidak
terganggu
mampuan
untuk
mencerna
Setelah dilakukan
makanan
4) Ketidak tindakan keperawatan
mampuan diharapkan terjadi
menelan peningkatan
makan
status nutrisi : asupan
makanan dan cairan
dengan kriteri hasil :

1) Asuhan makanan
secara oral sebagian
besar adekuat
2) Asupan cairan
intravena
sepenuhnyaa kuat
3) Asupan nutrisi
parenteral
sepenuhnya kuat

6. Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgesik :


Definisi : tindakan keperawatan 1) Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan keparahan nyeri
pengalaman diharapkan kontrol
sebelum mengobati pasien
sensori dan nyeri dapat 2) Cek perintah pengobatan
meliputi obat, dosis, dan
emosional yang dipertahankan dengan
frekuensi obat analgesik yang
tidak kriteria hasil: diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
menyenangkan 1) Secara konsisten
4) Pilih analgesik atau kombinasi
menunjukkan
analgesik yang sesuai ketika

Poltekkes Kemenkes
yang muncul menggunakan lebih dari satu diberikan
tindakan
akibat kerusakan Menajemen nyeri :
pengurangan (nyeri)
jaringan yang tanpa analgesik
2) Secara konsisten 1) Lakukan pengkajian nyeri
aktual atau komprehensif yang meliputi
menunjukkan
potensial atau di Menggunakan lokasi, karakteristik,
analgesik yang onset/durasi, frekuensi,
gambarkan dalam kualitas, intensitas atau
direkomendasikan
hal kerusakan 3) Melaporkan nyeri beratnya nyeri dan faktor
terkontrol pencetus
sedemikian rupa 2) Observasi adanya petunjuk
(International Setelah dilakukan nonverbal mengenai
tindakan keperawatan ketidaknyamanan
Association for the 3) Gunakan strategi komunikasi
tingkat nyeri dapat
Study of Paint); diatasi: terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
awitan yang tiba – sampaikan penerimaan pasien
1) Nyeri yang
tiba atau lambat dilaporkan tidak ada terhadap nyeri
2) Mengerang dan 4) Kaji bersama pasien faktor-
dari intensitas faktor yang dapat menurunkan
meringis tidak ada
ringan hingga 3) Menyeringit tidak atau memberatkan nyeri
ada 5) Ajarkan penggunaan teknik non
berat dengan akhir farmakologilan nyeri
4) Ketegangan otot
yang dapat di tidak ada 6) Evaluasi keefektifan dari
5) Tanda –tanda vital tindakan pengontrolan
antisipasi atau 7) Mendukung istirahat tidur
tidak mengalami
diprediksi dan devisiasi 8) Memberikan informasi terkait
dengan diagnosa dan
berlangsung <6 keperawatan
bulan 9) Mendorong keluarga menemani
pasien
10) Kaji tanda verbal dan non
Batasan verbal dari ketidak nyamanan
Karakteristik : Monitor tanda tanda vital :
1) Perubahan
1) Monitor tekanan darah, nadi,
selera makan
suhu, dan status pernafasan
2) Perubahan
dengan tepat
tekanan darah
3) Perubahan
frekuensi
jantung
4) Perubahan
frekuensi
pernafasan
5) Laporan
isyarat
6) Diaforesis
7) Perilaku

Poltekkes Kemenkes
ditraksi (mis;
berjalan
mondar
mandir,
mencari orang
lain dan/ atau
aktifitas lain,
aktivitas yang
berulang)
8) Mengekpresik
an prilaku
(misal gelisah
merengek,
menangis,
waspada,
iritabilitas,
mendesah)
9) Masker wajah
(mis; mata
kurang
bercahaya,
tampak kacau,
gerakan mata
berpancar atau
tetap pada satu
fokus,
meringis)
10) Sikap
melindungi
area nyeri
11) Gangguan
presepsi nyeri,
hambatan
proses
berfikir,
penurunan
interaksi
dengan orang
dan
lingkungan)
12) Indikasi nyeri
yang dapat
diamati
13) Perubahan
posisi untuk
menghindari
nyeri
14) Sikap tubuh
melindungi
15) Dilatasi pupil

Poltekkes Kemenkes
16) Melaporkan
nyeri secara
verbal
17) Fokus pada
diri sendiri
18) Gangguan
tidur

Faktor yang
berhubungan :

Agen cedera (mis,


biologis, zat
kimia, fisik,
psikologis)

7. Resiko Setelah dilakukan Pemberian obat kulit:


kerusakan tindakan keperawatan
diharapkan integritas 1) Ikuti prinsip 5 benar pemberian
integritas kulit 2) Catat riwayat medis pasien dan
jaringan kulit dan
riwayat alergi
membranmukosa 3) Tentukan pengetahuan pasien
Definisi : beresiko dapat ditingkatkan : mengenai medikasi dan
mengalami pemahaman pasien mengenai
1. Suhu kulit tidak metode pemberian obat
perubahan kulit terganggu
2. Tekstur kulit tidak Pengecekan kulit :
yang uruk terganggu
3. Integritas kulit tidak 1) Amati warna, kehangatan,
terganggu bengkak, pulsasi, tekstur,
Faktor Resiko
4. Pigmentasi edema, dan ulserasi pada
Eksternal abnormal ringan ekstremitas
5. Lesi mukosa ringan 2) Monitor warna dan suhu kulit
1) Zat kimia
6. Kanker kulit tidak 3) Monitor kulit dan selaput
2) Ekskresi
ada lendir terhadap area
3) Usia yang
perubahan warna, memar, dan
ekstream
pecah
4) Hipertermia
5) Hipotermia 4) Monitor kulit untuk adanya
ruam dan lecet
6) Humiditas
7) Faktor
mekanik (mis,
gaya gunting,
tekanan,
pengekangan)
8) Lembab
9) Imobilisasi
fisik

Poltekkes Kemenkes
10) Radiasi
11) Sekresi
Internal

1) Perubahan
pigmentasi
2) Perubahan
turgor kulit
3) Faaktor
perkembangan
4) Kondisi
ketidak
seimbangan
nutrisi
( obesitas,
emasiasi/
kurus
kerempeng)
5) Gangguan
sirkulasi
6) Gangguan
kondisi
metabolik
7) Faktro
imunologi
8) Medikasi
9) Faktor
psikogenik
10) Tonjolan
tulang
8. Harga diri rendah Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh
situasional tindakan keperawatan 1) Tentukan harapan citra diri
diharapkan terjadi pasien didasarkan pada tahap
peningkatan harga diri perkembangan
Definisi : dengan kriteria hasil : 2) Tentukan perubahan fisik saat
perkembangan ini apakah berkontribusi pada
1) Verbalisasi cita diri pasien
presepsi negatif penerimaan diri 3) Bantu pasien untuk
tentang harga diri 2) Penerimaan mendiskusikan perubahan -
terhadap perubahan (bagian tubuh)
sebagai respon keterbatasan diri disebabkan adanya penyakit
terhadap situasi 3) Mempertahankan dengan cara yang tepat
posisi tegak 4) Monitor frekuensi dari
saat ini (sebutkan) 4) Mempertahankan pernyataan mengkritisi diri
kontak mata 5) Monitor pernyataan yang
5) Komunikasi mengidentifikasi citra tubuh
Batasan terbuka mengenai ukuran dan berat
Karakteristik : badan
1) Evaluasi diri

Poltekkes Kemenkes
bahwa individu Peningkatan koping :
tidak mampu
menghadapi 1) Gunakan pendekatan yang
peristiwa tenang dan memberikan
2) Evaluasi diri jaminan
bahwa individu 2) Berikan suasana penerimaan
tidak mampu 3) Sediakan informasi aktual
menghadapi mengenai diagnosis,
situasi penanganan dan prognosis
3) Perilaku
bimbang Peningkatan harga diri :
4) Perilaku tidak
asertif 1) Monitor penerimaan pasien
5) Secara verbal mengenai harga diri
melaporkan 2) Jangan mengkritisi pasien
tentang secara negatif
situasional saat
ini terhadap
harga diri
6) Ekspresi
ketidakberdaya
an
7) Ekspresi
ketidak
bergunaan
8) Verbalisasi
meniadakan
diri

Faktor
Berhubungan :

1) Perilaku tidak
selaras dengan
nilai
2) Perubahan
perkembangan
3) Gangguan
citra tubuh
4) Kegagalan
5) Gangguan
fungsional
6) Kurang
penghargaan
7) Kehilangan
penghargaan
8) Kehilangan
9) Penilakan
10) Perubahan

Poltekkes Kemenkes
peran sosial
9. Ansietas Setelah dilakukan Bimbingan antisipatif :
tindakan keperawatan 1) Bantu klien mengidentifikasi
Definisi : perasaan diharapkan tingkat kemungkinan perkembangan
situasi krisis yang akan terjadi
tidak nyaman atau kecemasan tidak dan efek dari krisis yang bisa
kekhawatiran yang terganggu dengan berdampak pada klien dan
keluarga
samar disertai kriteria hasil :
2) Gunakan contoh kasus untuk
respon autonom 1) Tidak ada wajah meningkatkan kemampuan
tegang pemecahan masalah klien
(sumber sering
2) Tidak ada rasa takut dengan cara yang tepat
kali tidak spesifik yang disampaikan 3) Libatkan keluarga maupun
secara lisan orang orang terdekat klien
atau tidak
3) Tidak ada rasa jika memungkinkan
diketahui oleh cemas yang di
sampaikan secara Pengurangan kecemasan :
individu);
lisan
perasaan takut 4) Tidak ada 1) Gunakan pendekan yang
peningkatan tekan tenang dan menyakinkan
yang disebabkan 2) Nyaktakan dengan jelas
darah
oleh antisipasi 5) Tidak ada harapan terhadap prilaku klien
peningkatan 3) Berikan informasi faktual
terhadap bahaya. terkait diagnosis, perawatan
tekanan nadi
Hal ini merupakan 6) Tidak ada dan progosis
peningkatan 4) Dorong keluarga untuk
siyarat mendampingi pasien dengan
frekuensi
kewaspadaan yang pernafasan cara yang tepat
7) Tidak ada menarik 5) Puji kekuatan prilaku yang
memperingatkan baik secara tepat
diri
individu akan 8) Tidak ada gangguan 6) Dengarkan klien
pola tidur 7) Identifikasi pada saat terjadi
adanya bahaya dan perubahan kecemasan
memampukan 8) Instruksikan pasien untuk
menggunakan teknik relaksasi
individu untuk 9) Kaji untuk tanda verbal dan
bertindak nonverbal keceemasan

menghadapi
ancaman

Batasan
karakteristik :
Prilaku
1) Penurunan
produktivita
2) Gerakan

Poltekkes Kemenkes
irelevan
3) Gelisah
4) Melihat
sepintas
5) Insomnia
6) Kontak mata
yang buruk
7) Mengekspresi
kan
kekhawatiran
karena
peruahan
dalam
peristiwa
hidup
8) Agitasi
9) Mengintai
10) Tampak
waspada

Afektif

1) Gelisah
2) Kesedihan
yang
mendalam
3) Distres
4) Ketakutan
5) Perasaan tidak
adekuat
6) Berfokus pada
diri sendiri
7) Peningkatan
kewaspadaan
8) Iritabilitas
9) Gugup
10) Senang
berlebihan
11) Rasa nyeri
yang
meningkat
ketidak
berdayaan
12) Peningkatan
rasa ketidak
berdayaan
yang persisten
13) Bingung
14) Menyesal

Poltekkes Kemenkes
15) Ragu/ tidak
percaya diri
16) Khawatir
17)
Fisiologis

1) Wajah tegang
2) Tremor tangan
3) Peningkatan
keringat
4) Gemetar
5) Tremor
6) Suara bergetar

Poltekkes Kemenkes
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitianadalah Deskriptifdalam bentuk studi kasus. Penelitian ini


mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS di IRNA
Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang tahun 2017.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di IRNA Non Bedah Penyakit DalamRSUP Dr. M. Djamil


Padang tahun 2017. Waktu penelitian dimulai bulan Januari sampai dengan
bulan Juni 2017. Waktu pengambilan data pada kedua partisipan dimulai tanggal
23 Mei 2017 sampai tanggal 29 Mei 2017.

C. Alat atau Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah format pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan, perencanaan
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi keperawatan.

D. Populasi dan Sampel


1. Populasi

Populasi adalah semua individu yang menjadi sumber pengambilan sampel.


Populasi juga diartikan sebagai sekumpulan kasus yang perlu memenuhi
syarat-syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian (Mardalis.
2010). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien HIV AIDSdi IRNA non
bedah penyakit dalamRSUP Dr. M.Djamil Padang.

Poltekkes Kemenkes
2. Sampel

Sampling atau sampel berarti contoh, yaitu sebagian dari seluruh individu
yang menjadi objek penelitian (Mardalis,2010). Sampel penelitian ini adalah
dua orang pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Ruang
Penyakit Dalam RSUP Dr. M.Djamil Padang. Teknik penempatan sampel
dengan menggunakan purpose sampling yaitu suatu teknik pengambilan
sampleyang mempunyai suatu tujuan atau dilakukan dengan sengaja, cara
penggunaan sampel ini diantara populasi sehingga sampel tersebut dapat
mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya (Mardalis,
2010). Kemudian peneliti memilih klien sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan peneliti. Kriteria sampel dalam penelitian ini yaitu :
a. Kriteria Inklusi
1) Pasien HIV AIDS yang berada di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam
RSUP Dr M.Djamil Padang
2) Pasien dan keluarga setuju berpartisipasi dalam peneliti
b. Kriteria Ekslusi
1) Lama hari perawatan di ruangan kurang dari 5 hari
2) Pasien pulang
3) Pasien meninggal

E. Pengumpulan data
1. Jenis Data
a. Data Primer
Saryono dan Angraeini (2013) mengatakan, data primer disebut juga
dengan data tangan pertama. Data primer adalah data yang dikumpulkan
oleh peneliti langsung dari sumber data atau responden. Data primer
dikumpulkan langsung dari pasien dan keluarga, meliputi: Identitas
pasien, riwayat kesehatan pasien, pola aktifitas sehari-hari dirumah, dan
pemeriksaan fisik terhadap pasien.

Poltekkes Kemenkes
b. Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini merupakan sumber data penelitian yang
diperoleh langsung dari rekam medis dan di ruang perawatan.

2. Teknik Pengumpulan Data


a. Wawancara/Anamnesa
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti
untuk mendapatkan keterangan-keterangan secara lisan melalui
bercakap-cakap dan berhadapan muka dengan orang yang dapat
memberikan keterangan pada peneliti. (Mardalis, 2010).
b. Observasi/pemeriksaan fisik
Menurut saryono dan Angraini (2013) mengatakan, pemeriksaan
observasi dapat dilakukan melalui penglihatan, pendengaran, perabaan,
penciuman, dan pengecapan. Pemeriksaan fisik dilakukan dengan prinsip
Inspeksi, Palpasi, Perkusi, dan Auskultasi.
c. Pengukuran langsung
Saryono dan Angraini (2013) mengatakan, pemeriksaan memegang
peranan yang paling penting dalam mengumpulkan data, seperti
pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan kedokteran kusus (EKG, CT
Scan, Foto Rontagen, USG, pemeriksaan kekuatan otot, dan lain-lain).
d. Studi Dokumentasi
Nasution dalam Sugiyono (2012) mengatakan, dokumnetasi merupakan
kegiatan mencari data atau variabel dari sumber berupa catatan,
transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya. Studi dokumetasi yang di gunakan dalam penelitian ini
adalah dari rekam medik pasien, catatan order tindakan pasien, buku
laporan perawat.
3. Langkah-langkah Pengumpulan Data
Pengkajian keperawatan merupakan proses sistematis dari pengumpulan,
verivikasi, dan komunikasi data tentang klien. Fase proses keperawatan ini
mencakup dua langkah: pengumpulan data dari sumber primer (klien) dan

Poltekkes Kemenkes
sumber sekunder (keluarga, tenaga kesehatan), dan analisa data sebagai
dasar untuk diagnosa keperawatan.
Untuk mengumpulkan data, perawat menggunakan teknik anamnesa,
observasi, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratoirum dan
diagnostik (Potter&Perry,2005) :
a. Anamnesa
Anamnesa merupakan menanyakan atau membuat tanya jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien. Anamnesa
berlangsung untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan
masalah yang dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang
direncanakan.
Tujuan dari anamnesa adalah untuk memperoleh data tentang masalah
kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalalin
hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu, anamnesa juga
bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengkajian.
Tahapan anamnesa adalah :
a) Fase Pra Orientasi
Sebelum melakukan komunikasi dengan klien, perawat melakukan
persiapan dengan membaca status klien.
b) Fase Orientasi
Langkah pertama perawat dalam mengawali anamnesa adalah dengan
memperkenalkan diri: nama, status, tujuan, waktu yang diperlukan
dan faktor-faktor yang menajadi pokok pembicaraan.
c) Fase kerja
Selama tahap kerja dalam anamneasa, perawat memfokuskan arah
pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal
yang perlu diperhatiakan:

Poltekkes Kemenkes
1) Fokus wawancara adalah klien
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian.Jelaskan bila perlu
3) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
4) Menggunkan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
5) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
6) Terkadang diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaan.
7) Sentuhan terapeutik.
d) Terminasi
Perawat mempersiapkan untuk penutupan. Untuk itu klien harus
mengetahui kapan anamnesa dan tujuan dari anamesa pada awal
perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir anamnesa perawat dan
klien mampu menilai keberhasilan dan dapat mengambil kesimpulan
bersama. Jika diperlukan, perawat perlu membuat perjanjian lagi
untuk pertemuan berikutnya.
b. Observasi
Observasi merupakan mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dari alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi adalah:
a) Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada kien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau
mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak murni),
misanya : “pak saya akan menghitung nafas vapak satu menit”,
kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak valid, karena
kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya,

Poltekkes Kemenkes
b) Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spritual klien
c) Hasilnya dicatat dalam keperawatan, sehingga dapat dibaca dan
dimengerti oleh perawat yang lain.
c. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien untuk
menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fifik dapat dilakukan
dengan berbagai cara, diantaranya adalah :
a) Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaaan yang dilakukan dengan cara melihat
bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti :
konjungtiva anemis, rambut rontok, terdapat kemerah-merahan pada
kulit.
b) Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melaui perabaan
terhadap bagian – bagian tubuh yang mengalami kelainan, seperti
adanya oedema.
c) Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengar adalah : suara nafas, dan bising usus.
d) Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk
bagian tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek
hammer untuk megetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus).
Juga dilakkan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan
fisik klien. Misalnya, batas hepar, paru (mengetahui pengembangan
paru), dll.
d. Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik
Sumber data pengkajian terakhir adalah hasil dari pemeriksaan
diagnostik dan laboratorium. Pemeriksaan ini dipesankan oleh dokter
atau perawat yang praktiknya telah lanjut. Penting artinya bagi perawat

Poltekkes Kemenkes
untuk menelah hasil pemeriksaan untuk memastikan perubahan yang
teridentifikasi dalam riwat kesehatan keperawatan dan pemeriksaan fisik.
Hasil ini mencangkup informasi tentang efek tindakan pengobatan
nantinya.
Data laboratorium dapat membantu untuk mengidentifikasi masalah
perawatan kesehatan aktual atau potensial yang sebelumnya tidak
diketahui oleh klien atau pemeriksa. Selain itu, data laboratorium dapat
digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan atau kegagalan intervensi
keperawatan dan medis.

F. Rencana Analisis
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah menganalisa semua
temuan pada tahapan proses keperawatan dengan menggunakan konsep dan teori
keperawatan tentang pasien HIV AIDS. Data yang telah didapat dari hasil
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, penegakan diagnosa, merencanakan
tindakan, melakukan tindakan, sampai mengevaluasi hasil tindakan kemudian
dideskripsikan dan dibandingkan dengan kasus yang sama, lalu akan dinarasikan
dan dideskripsikan sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu.

Poltekkes Kemenkes
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kasus
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 29 Mei
2017 di IRNA Non Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang. Kedua
partisipan Tn.A dan Tn.U dirawat di bangsal pria. Prevelansi pasien HIV AIDS di
ruang penyakit dalam pria RSUP Dr. M. Djamil Padang pada bulan November
2016 sampai Januari 2017 terdapat 41 kasus. Peneliti telah melakukan pengkajian
dan observasi kepada kedua partisipan yaitu Tn.A dan Tn.U.

1. Pengkajian
Hasil penelitian di dapatkan partisipan 1 Tn.A berumur 29 tahun. Pasien
dirawat dengan diagnosa medis Sepsis ec BP droplet CAP, SIDA putus obat,
susp TB, condidiasis oral, Diare kronis, Gangguan Faal hepar. Partisipan 2
Tn.U berumur 50 tahun dirawat dengan diagnosa medis Diare kronik, IO
dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia ringan.

Tabel 4.1
Pengkajian Keperawatan Pada Pasien Dengan HIV AIDS di IRNA Non
Bedah Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2017

Partisipan 1 Partisipan 2
Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil Pasien masuk RSUP Dr. M Djamil
Padang melaui IGD dirujuk dari RSUD Padang melaui IGD dirujuk dari RS. Siti
Lubuk Basung tanggal 19 Mei 2017 jam Rahma, pada tanggal 19 Mei 2017 jam
14.30 WIB, dengan keluhan demam 09.45 WIB, dengan keluhan diare sejak 3
tinggi sejak 1 minggu yang lalu, diare minggu yang lalu, konsistensi cair dan
dengan frekuensi 3 kali dalam sehari berlendir, frekuensi 4 kali dalam sehari,
frekuensi cair, bewarma kuning, badan BAB bewarna kuning, kadang berdarah,
terasa lemah dan letih, nafsu makan pasien mengatakan badan terasa lemah
menurun, berat badan menurun. dan letih.

Poltekkes Kemenkes
Partisipan 1 Partisipan 2
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 Pada saat pengkajian tanggal 25 Mei 2017
jam 10.00 WIB keadaan umum klien jam 11.00 WIB, keadaan umum klien
tampak lemah dan letih. pasien mengataka tampak lemah dan letih. Saat pengkajian
diare, BAB cair dengan frekuensi 3 kali pasien mengatakan masih diare, frekuensi
sehari konsistensi cair, bewarna kuning. 5 kali dalam sehari, BAB cair, bewarna
Pasien mengatakan nyeri perut bagian kuning kadang berdarah serta berlendir,
atas dan punggung kanan, nyeri terasa pasien mengeluhkan badan terasa lemah
seperti mendesak, pasien mengatakan dan letih, nafsu makan menurun, pasien
skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7, mengatakan berat badan semakin
nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien berkurang, pasien mengatakan sering
juga mengatakan sering merasa haus, merasa haus.
nafsu makan menurun, berat badan
berkurang.
Pasien pernah dirawat di RSUP Dr. Dua bulan yang lalu pasien pernah
Mdjamil Padang 3 bulan yang lalu dan di dirawat karena penyakit paru. Pasien
diagnosa HIV AIDS, pasien mendapat mengatakan pernah pernah
terapi ARV namun dihentikan karena
mengkonsumsi alkohol dan melakukan
pasien mengeluh mual saat makan obat
tersebut. Pasien mengatakan pernah seks bebas sebelum menikah (sekitar 20
berhubungan seksual dengan sesama jenis tahun yang lalu)
9 tahun yang lalu.
Pasien mengatakan tidak ada anggota Pasien mengatakan tidak ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit yang keluarga yang memiliki penyakit yang
sama atau penyakit menular. sama atau penyakit menular.
Saat sakit pasien mengatakan nafsu Saat sakit pasien mengtakan nafsu makan
makan berkurang, sering merasa mual dan berkurang sejak 1 bulan terakhir, pasien
muntah, pasien mendapatkan diet ML mendapatkan diet ML, dihabis 4 sendok
rendah serat + ekstra ikan gabus, porsi makan. Pasien mengatakan minum 5
makan hanya di habiskan 2 sendok gelas sehari ±800 ml. Saat sakit pasien
makan,pasien minum 3 gelas sehari±600 diare, frekunsi 4 kali dalam sehari
cc,.Pasien mengalami diare 2 kali dalam konsistensi cair dan berlendir, bewarna
sehari, bewarna kuning, konsistensi cair. kuning kadang kemerahan. Saat sakit
Saat sakit jam tidur pasien meningkat, pasien lebih banyak tidur, pasien tidur
waktu pasien lebih banyak digunakan siang 1 jam dan tidur malam 8 jam pasien
untuk tidur dan istirahat, masalah yang sering terbangun karena diare. Saat akit
ditemukan pasien saat tidur yaitu pada aktivitas pasien hanya di tempat tidur,
malam hari terbangun karena BAB, aktivitas pasen dibantu oleh keluarga.
demam serta keringat malam. Aktivitas
pasien banyak dibantu oleh keluarga.

Poltekkes Kemenkes
Partisipan 1 Partisipan 2
Keadaan umum pasien tampah lemah Keadaan umum pasien tampah lemah
dengan TTV yaitu TD: 80/60 mmHg, N: dengan TTV yaitu TD: 100/70 mmHg, N:
89 x/i, RR : 19 x/i, S : 36,0oC. 110 x/i, RR : 19 x/i, S : 37,0 oC.

Wajah: tampak pucat wajah : tampak pucat,

Kepala: rambut tampak bewarna pirang Kepala: rambut tampak kusam, bewarna
distribusi rambut tidak merata, rambut hitam, rambut mudah rontok
mudah rontok dan berketembe.
Mata :konjungtiva anemis
Mata : konjungtiva anemis
Mulut : bibir tampak kering, mulut
Mulut : bibir tampak kering dan pecah – sariawan, terdapat kondidiasis pada lidah,
pecah, mulut sariawan, terdapat
kondidiasis oral, Paru : terdapat bantuan otot bantu
pernafasan
Paru : hasil auskultasi paru didapatkan
fase ekspirasi memanjang dikedua sisi Abdomen : bising usus terdengar 22 x/i
paru.
Kulit : terlihat kering, memerah, turgor
Abdomen: terdapat distensi abdomen, kulit kembali >2 detik
bising usus terdengar 20 x/i, saat di
palpasi teraba pembesaran hepar, saat Ekstremitas : ekstemitas atas dan bawah
dilaukan perkusi di dapatkan bunyi pekak. udema, akral teraba dingin, CRT > 3
detik, dan tonus otot melemah.
Kulit: terhat kering, lesi turgor kulit
kemabali > 2detik

Ekstremitas : tidak ada edema, akral


teraba dingin, CRT > 3 detik, dan tonus
otot melemah.

Poltekkes Kemenkes
Partisipan 1 Partisipan 2
Status emosional Pasien tampak murung Status emosional pasien stabil.
dan lesu.
Pasien mengatakan ada merasa cemas
Status kecemasan : pasien, pasien karena kondisinya belum juga membaik,
mengatakan cemas karena merasa pasien mengatakan tidak mengerti dengan
kondisinya semakain memburuk dan penyakitnya saat ini.
belum merasakan perubahan dari
kesehatannya. Pola koping pasien baik, pasien dapat
berkomunikasi secara terbuka, pasien
Pola koping: tampak kurang bersemangat tampak sabar dengan penyakitnya saat ini.
dalam menjalani pengobatannya, dan
merasa pasrah terhadap penyakit yang
dideritanya.

Komunikasi pasien: Pasien mampu di


ajak berkomunikasi, namun saat
berkomunikasi pasien lebih banyak
merunduk, saati bicara pasien hanya
sesekali melihat lawan bicara.

Konsep diri pasien :,pasien mengatakan


merasa malu dengan kondisinya saat ini,
pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya
saat ini dan malu jika bertemu dengan
orang lain, pasien mengatakan pasrah
dengan penyakitnya saat ini.
Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien Keluarga mengatakan pasien merupakan
lebih sering menyendiri di kamar. Pasien seseorang yang senang bersosialisasi dan
bekerja sebagai guru honorer , memiliki banyak teman. Pasien bekerja di
berpenghasilan 900.000 per bulanya. pabrik karet berpenghasilan lebih kurang
gajinya digunakan untuk membiayai Rp. 2.000.000 perbulan. Gajinya
kehidupannya sendiri, pasien masih digunakan untuk membantu biaya
tinggal bersama kedua orang tuanya. ppendidikan anak anaknya dan juga
Pasien memakai kartu BPJS kelas III membeli kebutuhan rumah tangga. Pasien
untuk membiayai rumah sakit memakai kartu BPJS kelas II untuk
pembiayaan di rumah sakit.

Poltekkes Kemenkes
Partisipan 1 Partisipan 2
Hasil pemeriksaan laboratorium Hasil pemeriksaaan hematologi tanggal
hematoloigi tanggal 19 Mei 2017yaitu Hb 19 Mei 2017 yaitu Hb 10,2 g/dl, Leukosit
10,1 g/dl, leukosit 5.140/mm3, Trombosit 4.060/mm3, trombosit 330.000/mm3,
220.000/mm3,hematokrit 30%, hematokrit 32 %.

Hasil pemeriksaan hematologi tanggal 23 Hasil pemeriksaan laboratorium


Mei 2017 yaitu Hb 9,2 g/dl, Leukosit hematologi pasien didapatkan kadar Hb
3230/mm3 eritrosit 3,0 Juta, Trombosit 8,8 g/dl, Leukosit 3.050/mm3 , eritrosit
265.000/ mm3, hematokrit 29%, 3,8 Juta, Trombosit 285.000/mm3,
retikulosit 0,3 %, LED 75mm, MCV 96 hematokrit
fL, MCH 31 pg, MCHC 32, Hitung jenis 29 %, Retikulosit 0,5 %, MCV 76 fL,
Basofil 0 5, Eosinofil 0%, N.Batang 6 %, MCH 23 pg, MCHC 31, hitung jenis
N.Segmen 84 %, Limfosit 9%, Monosit basofil 0 %, Eosinofil 0%, N.Batang 10%,
1%. N.Segmen 79%, limfosit 8%, Monosit
3%.
Hasil pemeriksaan labor kimia klinik Hasil pemeriksaan kimia klinik tanggal 20
tanggal 19 Mei 2017 yaitu GDS 107 Mei 2017 yaitu GDS 84 mg/dl, Ureum
mg/dl, ureum darah 14 mg/dl, kreatinin darah 32 mg/dl, kreatinin darah 0,8 mg.dl,
darah 0,6 mg/dl, albumin 2,8 gr/dl, kalsium 7,2 mg/dl, natrium 129 Mmol/L,
globulin 2,6 g/dl, SGOT 99 u/i, SGPR Kalium 3,3 Mmol/L, Klorida serum 102
336 u/i, Mmol/L, total protein 4,0 g/dl, Albumin
1,7 gr/dl, globulin 2,3 g/dl.
Hasil pemeriksaan Analisa gas darah
tanggal 19 Mei 2017 yaitu PH 7,46, Hasil pemeriksaan urin tanggal 29 Mei
PCO2 23, PO2 162, HCO3- 16,4 2017 warna kuning muda, kekeruhan
negaif, BJ 1.020, PH 5,5, leukosit 1-2,
Hasil pemeriksaan Analisa gas darah eritrosit 0-1, protein positif, glukosa
tanggal 20 Mei 2017 yaitu PH 7,49, negatif, blirubin negatif, urobilinogen
PCO2 34, PO2 86, HCO3- 25,6. positif.
Pada pemeriksaan urin tanggal 23 Mei
2017 yaitu, warna kuning muda, Hasil pemeriksaan fases tanggal 30 Mei
kekeruhan negatif, BJ 1,010, PH 6,5 2017 warna kuning, konsistensi lunak,
Leukosit 0-1, Eritrosit 0 – 1, Protein darah negatif, lendir negatif, leukosit 0-1,
negatif, Glukosa negatif, Bilirubin eritrosit 0-1, tes darah samar positif.
negatif, urobinogen positif.

Hasil pemeriksaan imunologi-serologi


pada tanggal 22 Mei 2017 yaitu HbsAg
negatif, Anti HCV negatif, CD4 24,
procalation 0,41 (low risk).

Poltekkes Kemenkes
Partisipan 1 Partisipan 2
IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf Nacl 0,9% 2 x - 1 – 1

Caeftazidime 2 x 1 g (IV) New diatab 3 x1 (PO)

Paracetamol 3 x 500 g (PO) Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)

Nacetilsistein 3 x 200 g (PO) Lansoprazol 1 x 30 mg (PO)

Flukonazole 1 x 150 g (PO) Albumin 20% 1 kali trnfusi (IV)

Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO) Niflec 1 ekstra (PO)

Ciprofloxacin 2 x 120 (IV) Dexametasone 3 x 1amp ( IV)

Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV) Clindamicin 4 x 600 (PO)

KCL 400 mg (IV)

WIDA KN-2 1kolf

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis yang ada dalam dokumentasi keperawatan pada masing - masing
pasien di dapatkan 3. Diagnosa yang diangkat peneliti, berdasarkan data yang
di dapatkan berupa data subjektif dan objektif telah di sesuaikan dengan
batasan karakteristik yang terdapat dalam NANDA (2014) didapatkan pada
partisipan 1 Tn.A 5 diagnosis keperawatan dan pada partisipan 2 Tn.U 5
diagnosis keperawatan. Masing- masing pasien terdapat 2 diagnosa
keperawatan yang berbeda dan 3 diagnosis keperawatan yang sama.

Tabel 4.2
Diagnosis Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1 Partisipan 2
Partiipan 1 Tn.A dalam dokumentasi Partisipan 2 Tn.U dalam dokumentasi
keperawatan ditemukan 3 diagnosa keperawatan ditemukan 3 diagnosa
keperawatan yaitu : keperawatan yaitu :
1. Gangguan pemenuhan nutrisi 1. Nyeri
2. Intoleransi aktivitas 2. Gangguan pemenuhan nutrisi
3. Hipertermi 3. Intoleransi aktivitas

Partisipan 1 Tn.A berdasarkan hasil Partisipan 2 Tn.U berdasarkan hasil penelitian


peneliatian ditemukan 5 diagnosa keperawatan ditemukan 5 diagnosa keperawatan yaitu :
yaitu : 1. Kekurangan volume cairan

Poltekkes Kemenkes
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan
berhubungan dengan kehlangan cairan cairan aktif diagnosa tersebut diangkat
aktif diagnosa ini di angkat karena pasien mengatakan badan
karenapasien mengatakan badan terasa terasa lemah dan letih, pasien
lemah, pasien mengatakan sering haus, mengatakan berat badan berkurang,
pasien mengatakan berat badan pasien tampak lemah, bibir tampak
berkurang, pasien tampak lemah, bibir kering, turgor kulit kembali > 2 detik,
tampak kering, kulit tampak kering TD : 80/70 mmHg, N: 124 x/i.
turgor kulit kembali lama > 2 detik, TD: 2. Diare berhubungan dengan proses
80/60 mmHg, N: 79x/i infeksi diagnosa ini diangkat karena
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pasien mengatakan diare sejak tiga
cidera biologis diagnosa ini diangkat minggu yang lalu, pasien mengatakan
karena pasien mengatakan nyeri pada ,Pasien mengatakan BAB cair, pasien
abdomen bagian atas dan punggung mengatakan frekuensi diare 4 kali
sebelah kanan nyeri terasa seperti dalam sehari, bising usus 21 x/i.
mendesak pasien mengatakan skala 3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang
nyeri berkisar antara 6 sampai 7 nyeri dari kebutuhan tubuh berhubungan
terasa hilang timmbul,pasien tamoak dengan faktor biologis, diagnosa ini
melindungi area nyeri, pasien diangkat karena pasien mengatakn
mmengatakan posisi tidur lebih senang nafsu makan berkurang, pasien
miring ke kiri, agar nyeri tidak terasa, mengatakan berat badan berkurang,
pasien mengatakan tidak nafsu makan, pasien mengalami diare, rambut
terdapat nyeri tekan pada abdomen pasien rontok, bising usus 21x/i, porsi
kuadran atas, TD : 80/60 mmHg, N: makan habis hanya 4 sendok makan,
79x/i bibir kering, tonus otot melemah
3. Diare berhubungan dengan proses 4. Resiko kerusakan integritas kulit
infeksi, diagnosa ini diangkat karena berhubungan dengan faktor
pasien mengatakan diare sejak 1 minggu imunologis, pasien mengatakn kulit
yang lalu, pasien mengatakan gatal dan kemerahan, pasien
konsistensi BAB cair, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat
mengatakan frekuensi diare 3 kali alergi, kulit tampak memerah pada
sehari, bising usus 21x/i. bagian ekstremitas, kulit kering.
4. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari 5. Ansietas berhuungan dengan kurang
kebutuhan tubuh berhubungan dengan pengetahuan, diagnosa ini diangkat
faktor biologis, diagnosa ini diangkat karena pasien mengatakan ada
karenapasien mengatakan nafsu makan perasaan cemas, pasien mengatakan
berkurang, pasien mengatakan berat merasa cemas karena kodisinya
badan berkurang, pasien mengalami belum juga membaik, pasien tidak
diare, rambut pasien tampak rontok, mengerti dengan proses penyakitnya
bising usus 21x/i, porsi makan hanyaa saat ini, ekpresi wajah tampak tegang
habis 3 sendok makan, bibir kering dan
pecah-pecah, tonus otot melemah
5. Harga diri rendah situasional
berhubungan dengan gangguan citra
tubuh, diagnosa ini diangkat karena
pasien mengatakan malu dengan
kondisinya saat ini, mengatakan tidak
percaya diri, pasien mengatakan pasrah
dengan penyakit yang di deritanya saat
ini, iu pasien mengataka ppasien lebih

Poltekkes Kemenkes
banyak diam dan sering menyendiri
dikamar, pasien tampak murung, pasien
tampak kurang bersengat dalam
menjalani pengobatan, saat komunikasi
pasien lebih banyak merunduk, saat
bicara pasien sesekali melihat wajah
pembicara

3. Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dilakukan pada kedua partisipan mengacu pada NIC dan
NOC. Berikut adalah rencana asuhan keperawatan pada kedua partispan.

Tabel 4.3
Intervensi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1 Partisipan 2

1. Intervensi keperawatan untuk 1. Intervensi keperawatan diagnosa


diagnosa kekurangan volume cairan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan berhubungan dengan kehilangan
cairan aktif, antara lain menajemen cairan aktif, rencana keperawatan
cairan, monitor cairan yang diambil antara lain, menajemen
cairan, monitor cairan
2. Intervensi keperawatan untuk
diagnosa nyeri akut berhubungan 2. Intervensi keperawatan untuk
dengan agen cedera biologis atara diagnosa diare berhubungan dengan
lain, pemberian analgesik menajemen proses infeksi antara lain, menajemen
nyeri, monitor tanda- tanda vital saluran cerna, menajemen diare,
monitor elektrolit

3. Intervensi keperawatan untuk


diagnosa diare berhubungan dengan 3. Intervensi keperawatan diagnosa
proses infeksi antara lain, ketidak seimbangan nutrisi kurang
menajemen saluran cerna, dari kebutuhan tubuh berhubungan
menajemen diare, monitor elektrolit dengan faktor biologis antara lain,
menajemen nutrisi, monitor
nutrisi,terapi nutrisi, pemberian
nutrisi total parenteral;

4. Intervensi keperawatan diagnosa 4. Intervensi keperawatan diagnosa


ketidak seimbangan nutrisi kurang kerusakan integritas kulit
dari kebutuhan tubuh berhubungan berhubungan dengan faktor

Poltekkes Kemenkes
dengan faktor biologis rencana imunologis antara lain, pengecekan
tindakan keperawatan yang dilakukan kulit, pemberian obat
antara lain, menajemen nutrisi
monitor nutrisi ,terapi nutrisi,
pemberian nutrisi total parenteral

5. Intervensi keperawatan diagnosa


harga diri rendah situasional 5. Intervensi keperawatan diagnosa
berhubungan dengan gangguan citra ansietas berhubungan dengan kurang
tubuh rencana tindakan keperawatan pengetahuan antara lain, bimbingan
yang akan dilakukan antara lain, antisipatif, pengurangan kecemasan.
peningkatan citra tubuh, peningkatan
koping, peningkatan harga diri

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang
dilakukan berdasarkan dari rencana atau intervensi keperawatan yang
dibuat, tujuan melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
intervensi keperawatan agar kriteria hasil dapat tercapai.

Tabel 4.4
Implementasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah
Penyakit Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1 Partisipan 2
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama Tindakan keerawatan yang dilakukan selama 5
5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30 Mei
Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume 2017 untuk diagnosa kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif antara lain : aktif antara lain :
1. Mencatat Intake dan Output pasien 1. Mencatat Intake dan Output pasien
2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir, 2. Menilai status hidarasi dari mukosa bibir,
denyut nadi, dan tekanan darah denyut nadi, dan tekanan darah
3. MengukurTTV (tekanan darah, nadi, 3. Mengukur TTV (tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu tubuh pernafasan, dan suhu tubuh
4. Memberikan infus WIDA KN-2 4. Memberikan infus NACL 0,9%
5. Menentukan faktor – faktor yang 5. Menentukan faktor–faktor yang
menyebabkan ketidak seimbangan cairan menyebabkan ketidak seimbangan cairan
6. Memerika CRT 6. Memerika CRT
7. Memeriksa turgor kulit 7. Memeriksa turgor kulit
8. Memonitor kadar albumin 8. Memonitor kadar albumin
9. Memonitor memonitor mokosa, turgor 9. Memonitor memonitor mokosa, turgor
kulit, dan respon haus kulit, dan respon haus

Poltekkes Kemenkes
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama Tindakan keperawatan yang dilakukan selama
5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30
Mei 2017 untuk diagnosa nyeri berhubungan Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan
dengan agen cidera fisik antara lain : dengan proses infeksi antara lain :
1. Pengkajian nyeri secara komprehensif 1. Momonitor buang air besar termasuk
yang meliputi lokasi, karakteristik, frekuensi, konsistensi, bentuk, volume
kualitas dan keparahan nyeri sebelum dan warna
mengobati pasien 2. Memonitor bising usus
2. Mencek perintah pengobatan sebelum 3. Mengkaji riwayat diare
memberikan analgesik, meliputi obat, 4. Menginstruksikan pasien atau anggota
dosis, dan frekuensi obat analgesik yang keluarga untuk mencatat warna, volume,
diresepkan frekuensi dan konsistensi tinja
3. Cek adanya riwayat alergi obat 5. Menilai turgor kulit
4. Memilih analgesik atau kombinasi 6. Monitor ketidak seimbangan asam basa
analgesik yang sesuai jika lebih dari satu 7. Monitor adanya mual muntah
diberikan 8. Mengidentifikasi ketidak seimbangan
5. Melakukan pengkajian nyeri secara elektrolit
komprehensif meliputi lokasi, 9. Monitor adanya mual muntah dan diare
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, 10. Berikan terapi infus NaCl 0,9%
kualitas, intensitas, beratnya nyeri dan 11. Monitor kecepatan aliran infus
faktor pencetus 12. Monitor tanda- tanda vital
6. Penggunaan komunikasi terapeutik
7. Mengkaji faktor – faktor yang dapat Tindakan keperawatan yang dilakukan selama
memperberat nyeri 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30
8. Mengajarkan teknik non farmakologi Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan
seperti relaksasi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
9. Mengevaluasi keefektifan dari tindakan berhubungan dengan faktor biologis antara
pengontrolan nyeri lain :
10. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan 1. Menentukan status gizi
tidur 2. Mengkaji riwayat alergi
11. Memberikan informasi terkait diagnosa 3. Monitor kalori dan asupan makanan
dan keperawatan 4. Menentukan IMT
12. Mendorong keluarga menemani pasien 5. Memonitor penurunan berat badan
13. Mengkaji tanda verbal dan non verbal 6. Memonitor turgor kulit
dari ketidak nyamanan 7. Memonitor rambut
14. Mengukur TTV, yaitu tekanan darah, 8. Memonitor adanya mual muntah
nadi, pernafasan dan suhu tubuh 9. Mengidentifikasi diare
10. Memonitor diet dan asupan kalori
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama 11. Mengidentifikasi penurunan nafsu
5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 makan
Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan 12. Memonitor konjungtiva
dengan proses infeksiantara lain : 13. Mengidentifikasi rongga mulut
1. Momonitor buang air besar termasuk 14. Menilai hasil laboratorium (kolesterol,
frekuensi, konsistensi, bentuk, volume albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai
dan warna elektrolit)
2. Memonitor bising usus 15. Memastikan insersi intravena cukup
3. Mengkaji riwayat diare paten
4. Menginstruksikan pasien atau anggota 16. Mempertahankan kecepatan aliran infus
keluarga untuk mencatat warna, volume, 17. Memonitor intake dan output cairan

Poltekkes Kemenkes
frekuensi dan konsistensi tinja 18. Memonitor kadar albumin, protein total,
5. Menilai turgor kulit elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan
6. Monitor ketidak seimbangan asam basa kimia darah
7. Monitor adanya mual muntah 19. Memonitor tanda- tanda vital
8. Mengidentifikasi ketidak seimbangan
elektrolit Tindakan keperawatan yang dilakukan selama
9. Monitor adanya mual muntah dan diare 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30
10. Berikan infus WIDA KN-2 Mei 2017 untuk diagnosa resiko kerusakan
11. Monitor kecepatan aliran infus integritas kulit berhubungan dengan faktor
12. Monitor tanda- tanda vital imunologis antara lain :
1. Menjalankan prinsip 5 benar pemberian
Tindakan keperawatan yang dilakukan selama obat
5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27 2. Mengkaji riwat alergi pasien
Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan 3. Menetukanpengetahuan pasien tenntang
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh metode pemberian obat
berhubungan dengan faktor biologis, antara 4. Periksa kulit terkait kemerahan
lain : 5. Mengamati warna kulit
1. Menentukan status gizi 6. Monitor adanya ruam dan lecet
2. Mengkaji riwayat alergi
3. Monitor kalori dan asupan makanan Tindakan keperawatan yang dilakukan selama
4. Menentukan IMT 5 hari dari tanggal 25 Mei 2017 sampai 30
5. Memonitor penurunan berat badan Mei 2017 untuk diagnosa ansietas
6. Memonitor turgor kulit berhubungan dengan kurang pengetahuan
7. Memonitor rambut antara lain :
8. Memonitor adanya mual muntah 1. Membantu klien menidentifikasi
9. Mengidentifikasi diare kemungkinan pembengkakan situasi
10. Memonitor diet dan asupan kalori yang akan terjadi dan efek dari krisis
11. Mengidentifikasi penurunan nafsu yang bisa berdampak pada klien dan
makan keluarga dengan penyuluhan akan
12. Memonitor konjungtiva penyakit
13. Mengidentifikasi rongga mulut 2. Menggunakan perbandingan kondisi
14. Menilai hasil laboratorium (kolesterol, pasien lain dengan pasien lsin untuk
albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai meningkatkan rasa percaya diri pasien
elektrolit) 3. Melibatkan keluarga bercerita dalam
15. Memastikan insersi intravena cukup kasus pasien
paten 4. Menggunakan pendekatan yang tenang
16. Mempertahankan kecepatan aliran infus dan meyakinkan
17. Memonitor intake dan output cairan 5. Memuji prilaku yang baik pasien
18. Memonitor kadar albumin, protein total, 6. Mendengarkan keluhan pasien, mengkaji
elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan ungkapan kecemasan pasien
kimia darah
19. Memonitor tanda- tanda vital

Tindakan keperawatan yang dilakukan selama


5 hari dari tanggal 23 Mei 2017 sampai 27
Mei 2017 untuk diagnosa harga diri rendah
situasional berhubungan dengan gangguan
citra tubuh, anara lain :
1. Menentukan harapan tentang citra diri
pasien

Poltekkes Kemenkes
2. Menentukan perubahan fisik saat ini
yang mempengaruhi citra tubuh pasien
3. Membantu pasien untuk mendiskusikan
perubahan bagian tubuh
4. Memonitor frekuensi dari pernyataan
pasien mengkritisi diri
5. Memonitor pernyataan pasien tentang
berat badan
6. Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7. Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8. Memonitor peneriamaan diri pasien
9. Tidak mengkritisi pasien

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dilakukan setiap hari selama 5 hari. Berikut adalah hasil evaluasi yang
dilakukan pada kedua partisipan.

Tabel 4.5
Evaluasi Keperawatan Pada Pasien dengan HIV AIDS di IRNA Non Bedah Penyakit
Dalam RSUP Dr. M. Djamil Padang

Partisipan 1 Partisipam 2
Setelah dilakukan implementasiSetelah dilakukan implementasi
keperawatan pada Tn.A pada diagnosa keperawatan pada Tn.U pada diagnosa
keperawatan kekurangan cairan
keperawatan kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan berhubungan dengan kehilangan cairan
aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan aktif, di dapatkan pasien mengatakn badan
badan masih terasa lemah dan letih, pasien terasa lemah setelah dilakukan tindakan
mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x colonoskopi, pasien mengatakan, diare
sehari, pada hari ke 4 implementasi, masih ada, frekuensi 2 kali sehari,
masalah teratasi dan intervensi dihentikan konsistensi cair, bewarna kuningpada hari
kelima imlementasi, masalah belum teratasi
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan implementasi dan implementasi dilanjutkan
dengan agen cidera biologis di dapatka
hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri Pada diagnosa diare berhubungan dengan
masih terasa, nyeri terasa semakin proses infeksi hasil evaluasi di dapatkan ,
mendesak, pada hari kelima implementasi pasien emngatakan, diare masih ada,
masalh belum teratasi dan intervensi frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair,
dilanjutkan bewarna kuningpada hari kelima
imlementasi, masalah belum teratasi
Pada diagnosa keperawatan diare implementasi dan implementasi dilanjutkan
berhubungan dengan proses infeksi, di
dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan Pada diagnosa keperawatan ketidak
BAB lunak, frekuensi 1xsehari, konsistensi seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

Poltekkes Kemenkes
lunak, bewarna kuning, pada hari keempat tubuh berhubungan dengan faktor biologis
implementasi dihentikan masalah teratsi . di dapatkan hasil evaluasi, pasien
mengatakan makan dan minum sudah di
Pada diagnosa keperawatan ketidak tingkatkan, namun pasien masih
seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan mengeluhkan lemah, karena diare belum
tubuh berhubungan dengan faktor biologis juga berhenti, hasil evaluasi selama 5
di dapatkan hasil evaluasi pasien masalah belum teratasi dan intervensi
mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, dilanjutlakn
porsi makan dihabisakn setengah, pasien
mendapat suplemen tambahan, seperti Pada diagnosa Resiko kerusakan integritas
ekstra ikan gabus masalah teratasi kulit berhubungan dengan faktor
sebagian, intervensi dilanjutkan. imunologis hasil evaluasi di dapatkan, kulit
tampak memerah, pasien mengatakan kulit
Pada diagnosa harga diri rendah situasional terasa gatal, suhu kulit tidak teraba hangat,
berhubungan dengan gangguan citra tubuh pada hari kelima implementasi masalh
didapatkan hasil evaluasi pasien belum teratasi dan intervensi dilanjutkan
mengatakan dapat menerima kondisinya
saat ini, pasien mampu diajak komunikasi Pada diagnosa ansietas berhubungan
secara terbuka pada hari ke 5 implementasi dengan dengan kurang pengetahuan
masalah teratasi dan intervensi dihentiakan. didapatkan hasil evaluasi pasien
menyatakan perasaan cemas sudah hilang,
pasien mengataka dapat menerima konsi
penyakitnya saat ini dan pasien terlihat
bersemangat dalam menjalani pengobatan,
pada hari kelima implementasi masalah
elah teratasi dan intervensi dihentikan

Poltekkes Kemenkes
B. Pembahasan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Ketika masuk kedua pasien sama - sama mengeluhkan diare, badan terasa
lemah dan letih, nafsu makan menurun dan mengalami penurunan berat badan.
Keluhan lain yang berbeda di sampaikan partisipan 1 dimana pasien masuk
karena demam tinggi sejak 1 minggu yang lalu

Menurut Nursalam (2011) pada beberapa negara, pemeriksaan limfosit


CD4+tidak tersedia. Dalam hal ini pasien bisa didiagnosa berdasarkan gejala
klinis, yaitu berdasarkan tanda dan gejala mayor dan minor. Dua gejala mayor
ditambah dua gejala minor didefinisikan sebagai infeksi HIV simtomatik.
Gejala mayor antara lain; penurunanberat badan ≥10%, demam memanjang atau
lebih dari 1 bulan, diare kronis, tuberkulosis, kondidiasi orofaringeal, batuk
menetap lebih dari 1 bulan, kelemahan tubuh, berkeringat malam, hilang nafsu
makan, infeksi kulit generalisita, limfadenopati, harpes zoster, infeksi harpes
simpleks kronis, pneumonia, sarkoma kaposi.

2) Riwayat kesehatan sekarang


Partisipan 1 mengeluhkan nyeri pada abdomen kuadran atassebelah kanan dan
punggung sebelah kanan, pasien mengatakan nyeri terasa seperti mendesak,
skala nyeri yang dirasa 6 sampai 7 dan nyeri yang dirasakan hilang timbul. Pada
pemeriksaan fisik di dapatkan distensi abdomen, teraba pembesaran hepar, saat
di lakukan perkusi didapatkan bunyi pekak. Pada pemeriksaan laboratorium di
dapatkan peningkatan SGOT yaitu 99 u/i dan SGPT 336 u/i, albumin bisa
sedikit menurun dimana pada pasien albumin 2,8 gr/d.
Partisipan 2 mengeluhkan kulit gatal-gatal dan kemerahan pada pemeriksaan
fisik di dapatkan kulit bewarna kemerahan di ektremitas atas dan bawah. Lesi
berupa bercak bercak merah pada keunguan pada kulit atau bisa juga di
temukan warna lain seperti ungu tua, merah muda, merah samapi merah-coklat
dinamakan sarkoma kaposi. Sarkoma kaposi merupakan jenis keganasan yang
tersering di jumpai pada laki-laki homoseks atau biseks yang terinfeksi oleh
HIV. Selain dikulit sarkoma kaposi juga ditemukan ditempat lain misalnya
saluran cerna (GI), kelenjer getah bening dan paru. Sarkoma dapat
menyebabkan kerusakan struktural dan fungsional, misalnya limfadema
malabsorbsi..

3) Riwayat kesehatan dahulu


Partisipan 1 pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS,
pasien mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual
saat makan obat tersebut. Pasien yang mendapat HAART umumnya menderita
efek samping. Sebagai akibat pengobatan infeksi HIV merupakan tindakan yang
kompleks antara menyeimbangkan keuntungan supresi HIV dan resiko toksitas
obat. Sekitar 25% penderita menghentikan terapi pada tahun pertama karena
efek samping obat dan 25% penderita tidak meminum dosis yang dianjurkan
karena takut akan efek samping yang diimbulkan oleh ARV (firdaus,2012)

Obat–obat antiretroviral memutus proses penyakit dengan menghambat


kemampuan virus untuk bereplikasi atau masuk kedalam sel, sehingga
mengurangi jumlah sirkulasi virus di dalam tubuh dan menghentikan aktivitas
destruktifnya. Setelah hal ini terjadi, sistem kekebalan mulai menyembuhkan
dan mengembalikan dirinya sendiri, seperti terlihat pada peningkatan jumlah sel
CD4+ (Firdaus, 2012).

Partisipan 1 sekang berumur 29 tahun sedangkan partisipan 2 berumur 50


tahun. Kedua partisipan mengatakan pernah melakukan prilaku beresiko terkena
HIV AIDS yaitu pada partisipan 1 sekitar 9 tahun yang lalu melakukan
hubungan seksual sesama jenis dan pada partisipan 2 saat sebelum menikah
(sekitar 20 tahun yang lalu) pernah seks bebas dan minum alkohol. Saat dikaji
untuk riwayat kesehatan dahulu partisipan 2 mengatakan pernah dirawat 2 bulan
yang lalu karena penyakit paru.

Menurut Pinching (1992) dalam Smlazet and Bare (2013) kecepatan produksi
HIV diperkirakan berkaitan dengan status kesehatan orang yang terjangkit
infeksi tersebut. jika orang tersebut tidak sedang berperang melawan infeksi
lain, reproduksi HIV berjalan dengan lambat. Namun, reproduksi HIV
tampaknya akan dipercepat kalau penderitanya sedang menghadapi infeksi lain
atau kalau sistem imunnya terstimulasi. Keadaan ini dapat menjelaskan periode
laten yang diperlihatkan oleh sebagian penderita sesudah terinfeksi HIV.
Sebagai contoh, seorang pasien mungkin bebas dari gejala selama berpuluh
tahun; kendati demikian, sebagian besar orang terinfeksi HIV (sampai 65%)
tetap menderita penyakit HIV atau AIDS yang simtomatik dalam waktu 10
tahun sesudah orang tersebut terinfeksi.

4) Riwayat kesehatan keluarga


Menurut nursalam dan kurniawati (2011) virus HIV dapat ditularkan melalui
hubungan sekseual dengan pederita penyakit HIV AIDS dan juga ibu pada bayi
nya. Pada partisipan dan partisipan 2 sama sama tidak ada memiliki anggota
keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan pasien ,penyakit menuar
atau penyakit keturunan lainnya.

b. Pola kativitas sehari- hari


Secara umum pola aktivitas sehari – hari kedua pasien saat sakitsama, perubahan
yang terjadi pada pola aktivitas pasien yaitu perubahan pola makan, dimana terjadi
penurunan nafsu makan, pola eliminai dimana pasien mengalami diare, pola
aktivias pasien dimana aktivitas pasien banyak dibantu keluarga.

Penurunan nafsu makan yang terjadi pada pasien HIV AIDS dikarenaka oleh
berbagai hal diantaranya adanya luka pada kulit (sariawan) dan rasa mual membuat
nafsumakan berkurang. Obat anti HIIV dapat mrnurunkan nafsu makan membuat
makanan terasa tidak enak, atau membuat tubuh lebih sulit menyerap berbagai
nutrisi dari makanan. Adanya diare dan berbagai gangguan oencernaan laninya
dapat membuat tubuh lebih sulit meyerap nutrisi dari makanan (Nursalam dan
ninuk, 2011).

c. Pemeriksaan fisk
Pemeriksaa fisik yang teukan pada masing masing partisipan berbeda pada
partisipan Pemeriksaan fisik yang menonjol pada kedua pasiem yaitu, pasien
tampak kurus, konjungtiva anemis, rambut kering, mudah rontok, secara umum hal
tersebut merupakan manifestasi dari diagnosa keperawatan ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh. Perlunya pengkajian yang komprehensif pada
kedua partisipan agar di dapatkannya data yang lebih akurat untuk menegakkan
diagnosa.dengan pengkajian yang koprehensif masalah pada pasien bisa ditemukan
untuk diatasi melalui rencana tindakan keperawatan

d. Data penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada kedua pasien antara lain pemeriksaan
laboratorium hematologi, pemeriksaan laboratorium kimia klinis, pemeriksaan
laboratorium kinia klinis, pemeriksaan laboratorium imunologi dan serologi,
pemeriksaan urin dan pemeriksaan fases. Dari hasil pemeriksaan laboratorium yang
menonjol yang tersedia pada partisipan 1 yaitu hasil pemeriksaan Imunologi dan
serologi nya di mana pada partisipan 1 di dapatkan hasil totol jumlah CD4 yang ada
yaitu 24 sel/ μL, pada partisipan 2 belum di dapatkan hasil pemeriksaan imunolgi
dan serologinya terutama untuk hasil CD4. Pada pasien HIV AIDS mengalami
depresi jumlah CD4 yang normalnya yaitu ≥600 Sel/ μL. Untuk mengetahui
seseorang terkena HIV AIDS hasil laboratorium yang mendukung lainnya yaitu
seperti yang dijelaskan oleh CDC dimana Ditahun 1987, definisi HIV AIDS
diperbaharui dan diperluas dengan memaksukkan penyakit – penyakit indikator
tambahan dan menerima beberapa penyakit indikator tersebut sebagai satu diagnosa
presumtif dari bila tes laboratorium meunjukkan bukti adanya infeksi HIV. Ditahun
1993, CDC merubah kembali definisi surveilans dari AIDS dengan memasukkan
penyakit indikator tambahan. Sebagai tambahan, semua orang terinfeksi HIV
dengan CD4+ (hitung sel) <200/cu mm atau pasien dengan CD4 dan pro-
sentasetikan T-Limphocyte dari total Lymphocytr < 14%, tampa memperhatikan
status klinis dianggap sebagai kasus AIDS. (Firdaus,2012) Pada partisipan 1,
pasien merupan penderita HIV AIDS yang putus obat, pasien ini memiliki hasil tes
HIV positif dan di dukung dengan total jumlah CD4 yaitu 24 Sel/μL. Pada
partisipan 2 tes HIV belum dilakukan namun seperti menurut definisi dari CDC
dilihat dari kriterian Infeksi Oprtunistik yang dimiki klien seperti diare kronik,
condidiasis oral, serta ruam pada kulit atau harpes zoosper. Dari hasil pemeriksaan
darah nya di dapatkan penurunan jumlah sel darah putih yaitu lekosit 3.050/ mm 3.
Limfosit 8%.
2. Diagnosa keperawatan
Menurut Nanda Internasional 2017, berdasarkan teori masalah keperawatan yang dapat
dijumpai pada pasien dengan HIV AIDS ada 20 masalah keperawatan. Namun
berdasarkan hasil pengamatan perawat ruangan menegakkan 3 diagnosa pada Tn.A
yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, intoleransi aktivitas, dan hipertermi.
Sedangkan menurut hasil pengkajiann dan pemeriksaan oleh peneliti diagnosa yang
dapat diangkat pada Tn.A antara lain kekurangan volume cairan aktiv berhubungan
dengan kehilangan cairan aktif, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis,
diare berhubungan dengan proses infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis dan harga diri rendah situasional
berhubungan dengan ganggua citra tubuh.

Pada partisipan 2 ditemukan masalah keperawatan yaitu kekurangan volume cairan


berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare berhubungan dengan proses infeksi,
ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor
biologis, resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologi, dan
ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan. Terdapat 3 persamaan daignosa
keperawatan pada pasien dan 2 diagnosa yang berbeda pada masing masing pasien hal
ini akan dijelaskan sebagai berikut :
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Masalah keperawatan nyeri akut didefinisikan penglaman sensori dan emosional
yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau
potensial atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa
(International Association for the Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat
dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau
diprediksi dengan berlangsung <6 bulan (NANDA, 2014). Batasan karakteristik
perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan, laporan isyarat,
mengekspresikan prilaku, masker wajah, sikap melindungi area nyeri, perubahan
posisi untuk menghindari nyeri, sikap tubuh melindungi, melaporkan nyeri secara
verbal (NANDA, 2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan ditemukan pada Tn.A , pasien mengtakan nyeri
pada dada disebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, pasien mengatakan
nyeri terasa seperti mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkisar antara 6
sampai 7 pasien mengatakan nyeri terasa hilang timbul, pasien mengatakn posisi
tidur lebih senang miring ke kiri, agar tidak terasa nyeri, pasien tampak melindungi
area nyeri, nyeri abdomen kuadran atas, TD : 90/60mmHg, N: 110x/i.

b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh


Masalah keperawatan harga diri rendah situasional didefinisikan perkembangan
presepsi negatif tentang harga diri sebagai respon terhadap situasi sat ini (sebutkan).
Batasan karakteristik, evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi
situasi, perilaku yangtidak asertif, secara verbal melaporkan tetang situasional saat
ini terhadap harga diri, ekspresi ketidak berdayaaan (NANDA 2014)

Hasil pemeriksaan dan pengkajian yang di dapat pada Tn.A pasien mengatakan
malu dengan kondisinya saat ini, pasien mengatakan tidak percaya diri dengan
kondisinya saat ini, pasien mengatakan pasrah dengan penyakitnya, pasien tampak
murung, pasien tampak kurang bersemangat dalam menjalanka pengobatan, saat
berkomunikasi pasien lebih banyak merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap
lawan bicara.

c. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologi


Masalah keperawatan resiko kerusakan integritas kulit di definisikan beresiko
mengalami perubahan kulit yang buruk. Faktor resiko internal berupa faktor
imunologi (NANDA, 2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan yang di dapat dari Tn.U pasien mengatakan kulit
terasa gatal, kulit kemerahan, kulit kering turgor kulit jelek.

d. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan


Masalah keperawatan ansietas di definisikan perasaan tidak nyaman atau khawatir
yang samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap
bahaya. Hal ini merupakan syarat kewaspadaan yang memperingatkan individu
akan adanya bahaya dan memampukan individu untuk bertindak menghadapi
ancaman.batasan karakteristik dari prilaku antara lain, mengekpresikan
kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup, dari segi afektifitas
bingung, dari segi fisiologis wajah tegang, dari segi simpatik lemah (NANDA,
2104)

Hasil pengkajian dan pemeriksaan pada Tn.U di dapatkan pasien mengatakan ada
perasaan cemas, pasien mengatakan merasa cemas karena kondisinya belum juga
membaik, pasien tidak mengerti dengan proses penyakitnya saat ini, ekspresi wajah
yang tegang.

3. Rencana tindakan keperawatan


Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan diagnosis keperawatan yang ditemukan
pada kasus. Intervensi keperawatan tersebut terdiri dari Nursing Intervention
Clasification (NIC) dan Nursing Outcome Clasification (NOC)

Perencanaan tindakan keperawatan untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume


cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif untuk kedua pasien antara lain,
menajemen cairan dengan indikator jaga intake atau asupan yang akurat dan catat
Output pasien, monitor status hidarasi (misalnya membran mukosa, denyut nadi
adekuat, dan tekanan darah), memonitor tanda – tanda vital, beri terapi IV.monitor
cairan indikator antara lain, tentukan jumlah dan jenis ntake/asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi tentukan faktor – faktor yang menyebabkan ketidak seimbangan
cairan, periksa ulang kapiler, periksa turgor kulit, monitor berat badan, monitor kadar
albumin dan protein total, monitor membran mukosa, turgor kulit dan respon haus

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses


infeksi untuk kedua pasien antara lain, menajemen saluran cerna dengan indikator
monitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi, bentuk, volume dan warna
dengan cara yang tepat, monitor bising usus. Menajemen diare dengan indikator
tentukan riwayat diare, ambil tinja untuk pemeriksaan kultur dan sensitifitas bila diare
berlanjut, instruksikan pasien dan anggota keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi, dan konsistensi tinja, Identifikasi faktor yang bisa menyebabkan diare
(misalnya medikasi, bakteri, dan pemberian makan lewat selang), amati Amati turgor
kulit secara berkala. Monitor elektrolit dengan indikator monitor serum elektrolit,
memonitor serum albumin dan kadar protein total, sesuai dengan indikasi, memonitor
ketidak seimbangan asam basa, identifikasi ketidak seimbangan elektrolit, monitor
ketidak seimbangan asam basa, Identifikasi kemungkinan penyebab ketidak seimbangan
elektrolit, memonitor adanya mual, muntah dan diare. Terapi Intravena dengan
indikator berikan pengobatan IV, sesuai yang diresepkan, dan monitor untuk hasilnya,
memonitor kecepatan aliran intravena dan area intravena selama selama pemberian
infuse, memonitor tanda vital.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa ketidakseimbangan nutris kurang dari


kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis untuk kedua pasien antara lain
Menajemen nutrisi dengan indikator tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
untuk memenuhi kebutuhan gizi, identifikasi adanya alergi atau intolerasi makanan
yang dimiliki pasien, monitor kalori dan asupan makanan. Monitor nutrisi dengan
indikator lakukan pengukuranantropometri pada komposisi tubuh (misalnya indeks
masa tubuh), moniotor kecendrungan turun dan naiknya berat badan, identifikasi
perubahan berat badan terakhir, monitor turgor kulit dan mobilitas, identifikasi adanya
abnormalitas rambut (misalnya kering, tipis, kasar dan mudah patah), monitor adannya
mual muntah, identifikasi abnormalitas eliminasi bowel (misalnya diare), monitor diet
dan supan kalori, identifikasi penurunan nafsu makan, monitor adanya warna pucat,
kemerahan dan jaringan konjungtiva yang kering, identifikasi adanya ketidak normalan
dalam rongga mulut (misalnya;inflamasi, kenyal, ompong, gusi berdarah; kering, bibir
pecah-pecah, bengkak, merah tua, lidah kasar), lakukan pemeriksaan laboratorium ,
monitor hasinya. Pemberian nutrisi total dengan indikator pastikan isersi intravena
cukup paten untuk memberikan nutrisi intravena, pertahankan kecepatan aliran yang
konstan, monitor masukan dan output cairan, monitor kadar albumin, protein total,
elektrolit, profil lipid, glukosa darah dan kimia darah, monitor tanda tanda vital.
Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cedera; biologis pada Tn.A antara lain, Pemberian analgesik dengan indikator tentukan
lokasi, karakteristik, kualitas dan keparahan nyeri sebelum mengobati pasien, cek
perintah pengobatan meliputi obat, dosis, dan frekuensi obat analgesik yang diresepkan,
cek adanya riwayat alergi obat, pilih analgesik atau kombinasi analgesik yang sesuai
ketika lebih dari satu diberikan. Menajemen nyeri dengan indikator lakukan pengkajian
nyeri komprehensif yang meliputi lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas atauberatnya nyeri dan faktor pencetus, observasi adanya petunjuk nonverbal
mengenai ketidaknyamanan, gunakan strategi komunikasi terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan sampaikan penerimaan pasien terhadap nyeri, kaji bersama
pasien faktor-faktor yang dapat menurunkan atau memberatkan nyeri, ajarkan
penggunaan teknik non farmakologilan nyeri, evaluasi keefektifan dari tindakan
pengontrolan,mendukung istirahat tidur, memberikan informasi terkait dengan diagnosa
dan keperawatan, mendorong keluarga menemani pasien, kaji tanda verbal dan non
verbal dari ketidak nyamanan. Monitor tanda – tanda vital dengan indikator monitor
tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa harga diri rendah siuasional


berhubungan dengan gangguan citra tubuh pada Tn.A antara lain peningkatan citra
tubuh dengan indikator, tentukan harapan citra diri pasien didasarkan pada tahap
perkembangan, tentukan perubahan fisik saat ini apakah berkontribusi pada cita diri
pasien, bantu pasien untuk mendiskusikan perubahan -perubahan (bagian tubuh)
disebabkanadanya penyakit dengan cara yang tepat, monitor frekuensi dari pernyataan
mengkritisi diri, monitor pernyataan yang mengidentifikasi citra tubuh mengenai ukuran
dan berat badan. Peningkatan koping dengan indikatror pendekatan yang tenang dan
memberikan jaminan, berikan suasana penerimaan, sediakan informasi aktual mengenai
diagnosis, penanganan dan prognosis. Peningkatan harga diri dengan indikator monitor
penerimaan pasien mengenai harga diri, jangan mengkritisi pasien secara negative.

Rencana keperawatan resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor


imunologis pada Tn.U antara lain pemberian obat kulit ikuti prinsip 5 benar pemberian,
catat riwayat medis pasien dan riwayat alergi, tentukan pengetahuan pasien mengenai
medikasi dan pemahaman pasien mengenai metode pemberian obat. Pengecekan kulit
dengan indikator, amati warna, kehangatan, bengkak, pulsasi, tekstur, edema, dan
ulserasi pada ekstremitas, monitor warna dan suhu kulit, monitor kulit dan selaput lendir
terhadap area perubahan warna, memar, dan pecah, monitor kulit untuk adanya ruam
dan lecet.

Rencana tindakan keperawatan untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan kurang


pengetahuan pada Tn.U antara lain bimbingan antisipatif dengan indikator bantu klien
mengidentifikasi kemungkinan perkembangansituasi krisis yang akan terjadi dan efek
dari krisis yang bisa berdampak pada klien dan keluarga, gunakan contoh kasus untuk
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah klien dengan cara yang tepat, libatkan
keluarga maupun orang orang terdekat klien jika memungkinkan, Pengurangan
kecemasan dengan indikator gunakan pendekan yang tenang dan menyakinkan,
nyatakan dengan jelas harapan terhadap prilaku klien, berikan informasi faktual terkait
diagnosis, perawatan dan prognosis, dorong keluarga untuk mendampingi pasien
dengan cara yang tepat, puji kekuatan prilaku yang baik secara tepat, dengarkan klien,
identifikasi pada saat terjadi perubahan kecemasan, identifikaiskan pasien untuk, kaji
untuk tanda verbal dan nonverbal keceemasan.

4. Implementasi Keperawatan
Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak semua tindakan dilaksanakan oelh
peneliti, karena peneliti tidak merawat klien 24 jam penuh, namun sebagai solusi
peneliti mendelegasikan rencana tindakan tersebut kepada perawat ruangan dan
mahasiswa praktek yang sedang dinas di ruangan tersebut. untuk melihat tindakan yang
diberikan perawat ruangan peneliti melihat dan membaca buku laporan tindakan yang
dituis oleh perawat yang sedang dinas, tindakan keperawatan dilakukan 5 x 24 jam.

Tindakan keperawatan yang dilakukan dari tanggal 23 Mei 2017 hingga 27 mei 2017
untuk diagnsa kekurangan vilume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status hidrasi dan mukosa bibir,
denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV (tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
suhu tubuh, Memberikan infusWIDA KN-2, menentukan faktor – faktor yang
menyebabkan ketidak seimbangan cairan, memeriksa CRT, memeriksa turgor kulit,
memonitor kadar albumin, memonitor memonitor mokosa, turgor kulit, dan respon haus

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa diare berhubungan dengan


proses infeksi antara lain memonitor buang air besar termasuk frekuensi, konsistensi,
bentuk, volume dan warna, memonitor bising usus, mengkaji riwayat diare,
menginstruksikan pasien atau anggota keluarga untuk mencatat warna, volume,
frekuensi dan konsistensi tinja, menilai turgor kulit, memonitor ketidak seimbangan
asam basa, memonitor adanya mual muntah, mengidentifikasi ketidak seimbangan
elektrolit, memonitor adanya mual muntah dan diare, berikan terapi IV, monitor
kecepatan aliran IV, monitor tanda – tanda vital
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis antara lain
menentukan status gizi, mengkaji riwayat alergi, memonitor kalori dan asupan
makanan, menentukan IMT, memonitor penurunan berat badan, emonitor turgor kulit,
memonitor rambut,memonitor mual muntah, mengidentifikasi diare, memonitor diet
dan asupan kalori, mengidentifikasi rongga mulut, menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen, limfosit, dan nilai elektrolit), memastikan insersi
intravena cukup paten, mempertahankan kecepatan aliran infuse, memonitor intake dan
output cairan, memonitor kadar albumin, protein total, elektrolit, profil lipid, glukosa
darah dan kimia darah, memonitor tanda – tanda vital

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, didapatkan hasil, pasien mengatakan
badan masih terasa lemah dan letih, pasien mengatkan BAB lunak, frekuensi 1 x sehari,
pada hari ke 4 implementasi, masalah teratasi dan intervensi dihentikan

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen
cidera biologis di dapatka hasil evaluasi, pasien mengataka nyeri masih terasa, nyeri
terasa semakin mendesak, pada hari kelima implementasi masalh belum teratasi dan
intervensi dilanjutkan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses
infeksi, di dapatkan hasil evaluasi pasien mengatakan BAB lunak, frekuensi 1xsehari,
konsistensi lunak, bewarna kuning, pada hari keempat implementasi masalah teratsi dan
intervensi dihentikan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan
hasil evaluasi pasien mengatakan nafsu makan sudah mulai ada, porsi makan dihabisakn
setengahm, pasien mendapat suplemen tambahan, seperti ekstra ikan gabus masalah
teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan kepada Tn.A dari tanggal
23 Mei 2017 sampai 27 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatanharga diri rendah
situasional berhubungan dengan gangguan citra tubuh didapatkan hasil evaluasi pasien
mengatakan dapat menerima kondisinya saat ini, pasien mampu diajak komunikasi
secara terbuka pada hari ke 5 implementasi masalah teratasi dan intervensi dihentiakan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa keperawatan kekurangan volume
cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, di dapatkan pasien mengatakn
badan terasa lemah setelah dilakukan tindakan colonoskopi, pasien emngatakan, diare
masih ada, frekuensi 2 kali sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima
imlementasi, masalah belum teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa diare berhubungan dengan proses
infeksi hasil evaluasi di dapatkan , pasien emngatakan, diare masih ada, frekuensi 2 kali
sehari, konsistensi cair, bewarna kuningpada hari kelima imlementasi, masalah belum
teratasi implementasi dan implementasi dilanjutkan
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ketidak seimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor biologis di dapatkan hasil evaluasi,
pasien mengatakan makan dan minum sudah di tingkatkan, namun pasien masih
mengeluhkan lemah, karena diare belum juga berhenti, hasil evaluasi selama 5 masalah
belum teratasi dan intervensi dilanjutlakan.

Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa Resiko kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan faktor imunologis hasil evaluasi di dapatkan, kulit tampak
memerah, pasien mengatakan kulit terasa gatal, suhu kulit tidak teraba hangat, pada hari
kelima implementasi masalh belum teratasi dan intervensi dilanjutkan.
Evaluasi dari hasil tindakan keperawatn yang telah diberikan kepasa Tn.U dari tanggal
25 Mei 2017 sampai 29 Mei 2017 untuk diagnosa ansietas berhubungan dengan dengan
kurang pengetahuan didapatkan hasil evaluasi pasien menyatakan perasaan cemas sudah
hilang, pasien mengataka dapat menerima konsi penyakitnya saat ini dan pasien terlihat
bersemangat dalam menjalani pengobatan, pada hari kelima implementasi masalah elah
teratasi dan intervensi dihentikan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil pengkajian di dapatkan data pasien HIV AIDS mengeluh mengalami
diare, nafsu makan menurun, berat badan berkurang, sariawan di mulut, bibir
kering, terdapat nyeri dan adanya gatal- gatal pada kulit.
2. Masalah keperawatan yang di dapatkan antara lain kekurangan volume cairan
berhubungan dengan kehilangan cairan aktif, diare berhubungan dengan proses
infeksi, ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan faktor biologis, nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, harga
diri rendah situasionalberhubungan dengan gangguan citra tubuh, resiko kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan faktor imunologis, ansietas berhubungan
dengan kurang pengetahuan.
3. Rencana keperawatan yang disusun tergantung kepada masalah keperawatan
yang ditemukan masing masing pasien rencana keperawatan yang dilakukan
pada pasien HIV AIDS rencana tindakan yang pada pasien HIV AIDS antara
lain, menajemen cairan, monitor cairan, menajemen saluran cerna, menajemen
diare, monitor elektrolit, menajemen nutrisi monitor nutrisi ,terapi nutrisi,
pemberian nutrisi total parenteral, pemberian analgesik menajemen nyeri, monitor
tanda- tanda vital, peningkatan citra tubuh, peningkatan koping, peningkatan harga
diri, pengecekan kulit, pemberian obat, bimbingan antisipatif, pengurangan
kecemasan.
4. Pada tahap pelaksanaan keperawatan tindakan yang dilakukan pada pasien
HIV AIDS antara lain mencatat Intake dan Output pasien, menilai status
hidrasi dan mukosa bibir, denyut nadi, dan tekanan darah, mengukur TTV,
pemberian cairan infus, memeriksa turgor kulit, memonitor kadar albumin,
melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, memberi obat analgesik,
mengajarkan teknik non farmakologi seperti teknik relaksasi, menganjurkan pasien
istirahat dan tidur, memonitor buang air besar, memonitor bising usus, memonitor
adanya mual muntah, berikan infus, menentukan status gizi, mengkaji riwayat
alergi, monitor kalori dan asupan makanan, memonitor diet dan asupan kalori,
mengidentifikasi penurunan nafsu makan, menilai hasil laboratorium.
5. Hasil evaluasi yang dilakukan selam 5 hari pada pasien terdapat masalah
keperawatan yang dapat teratasi dengan kriteria hasil BAB normal, terdapat
penerimaan terhadap keadaan diri, ungkapan rasa cemas tidak ada lagi.

B. Saran
1. Bagi lahan/Rumah sakit
Melalui pimpinan agar di lakukannya pelatihan tentang pengkajian asuhan
keperawatan pada pasien dengan HIV AIDS.
2. Bagi peneliti selanjutnya
Studi kasus yang peneliti lakukan pada pasien AIDS hendaknya dilanjutkan
sebagai pembanding untuk penelitian dalam asuhan keperawatan pada pasien
dengan masalah HIV AIDS
3. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
bacaan bagi mahasiswa keperawatan untuk pengembangan pembelajaran
studi kasus berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Arriza, Beta Kurnia., dkk. (2011). Memahami Rekonstruksi Kebahagiaan Pada Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jurnal Psikologi Undip.
http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses pada tanggal 13 Januari 2017)

Bararah dan Jauhar.M, 2103. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesional Jilid 2. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Bulechek,Gloria M, Dkk (2013). Nursing Interventions Classification (NIC). United


kingdom: ELSEVIER

Desima,Dkk. (2013). Karakteristik Penderita HIV/AIDS Di Klinik VCT Rumah Sakit Umum
HKBP Balige Tahun 2008-2012. http://download.portalgaruda.org/article. (Diakses
pada tanggal 12 Januari 2017)

Dinas Kesehatan Kota Padang. (2015). Profil Kesehatan Kota Padang Tahun 2014.
https://dinkeskotapadang1.files.wordpress.com/2015/07/profil-tahun-2014-edisi-
2015.pdf (Diakses Pada Tanggal 11 Januari 2017).

Ditjen P2P Kementrian Kesehatan RI, (2016). Laporan Perkembangan HIV AIDS
triwulan 1 Tahun 2016. Jakarta. http://www.yaids.com/materi/M-5780-
Final%20Laporan%20HIV%20AIDS%20TW%201%202016.pdf . (Diakses
pada tanggal 12 Januari 2017)

Kementrian Kesehatan RI. (2015). Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Sekretaris
Jenderal

Kumar,Cotran,Robbins.(2011). Buku Ajar Patologi (Awal Prasetyo,Brahm U.Pandit,


Toni Prilino, Penerjemah). Jakarta: EGC

Kunoli, F.J.,(2012). Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: TIM

Mardalis. (2010). Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: Bumi Aksara

Moorhead,Sue, Dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC). United


Kingdom: ELSEVIER

NANDA International. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi. Jakarta.


EGC

Nurasalam. (2011). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Terinfeksi HIV AIDS, Jakarta :
Salemba Medika

Nursalam dan Kurniawati,Ninuk Dian. 2011. Asuhan Keperawatan Pada Pasien


Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika
Padila. (2012). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika
Perry,A.G., & Potter, P.A. 2009. Buku Ajar Fundamental Keperawatan :Konsep proses,
dan praktik (Ed ke-4) (renata,K, dkk, Penerjemah)

Saryono dan Anggraeni, M.D.,(2013). Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif


dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuhu Medika

Smeltzer dan Bare. 2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Vol.3. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C., dan Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Neursing (Vol 1). : LWW

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuatitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta

Susilowati,Susi. (2013). Faktor-Faktor Resiko yang Berpengaruh Terhadap Kejadian


HIV dan AIDS di Semarang dan Sekitarnya.

Sylvia dan Wilson.2012. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Vol 1 (6rd
ed). Jakarta: EGC

UNAIDS, 2016.Global AIDS UP Date 2016.


http://www.unaids.org/en/resources/documents/2016/Global-AIDS-update-2016
(Diakses pada tanggal 11 Januari 2017).
KGMEMTERIAN KE6ENATAN RI
Lampiran 4

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.A DENGAN HIV AIDS


DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA
RSUP Dr. M DJAMIL PADANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identifikasi Klien :
a. Nama : Tn.A
b. No. MR 969457
c. Tempat/ Tgl Lahir :Lubuk Basung, 13 Februari 1988
d. Umur : 29 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki – Laki
f. Status Kawin : Belum Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : Perguruan Tinggi
i. Pekerjaan : Guru honorer
j. Tanggal Masuk : 19 Mei 2017
k. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
l. Diagnosa Medis : Sepsis ec BP droplet CAP
SIDA putus obat,susp TB, condidiasis oral, Diare
kronis
Gangguan Faal hepar
2. Identifikasi Penanggung Jawab
a. Nama : Ny. R
b. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
c. Alamat : Jorong V Sungai Jaring Lubuk Basung
d. Hubungan : Ibu Kandung
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD dirujuk dari
RSUD Lubuk Basung pada tanggal 19 Mei 2017 jam 14.30 WIB,
dengan keluhan demam tinggi terus menerus sejak 1 minggu yang lalu,
diare, badan terasa lemah dan letih, nafsu makan menurun, sariawan,
bibir kering dan pecah-pecah serta kehilangan berat badan yang
signifikan.
2) Keluhan Saat Dikaji
Pada saat pengkajian tanggal 23 Mei 2017 jam 10.00 WIB didapatkan
pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak
lemah dan letih. Pasien mengatakan demam tidak ada lagi, pasien
mengatakan masih diare, BAB cair dengan frekuensi 2-3 kali sehari
konsistensi cair, bewarna kuning. Pasien mengatakan nyeri dada di
sebelah kanan bagian bawah dan punggung kanan, nyeri terasa seperti
mendesak, pasien mengatakan skala nyeri berkirasar antara 6 sampai 7,
nyeri di rasakan hilang timbul. Pasien juga mengatakan nafsu makan
menurun, Sariawan di mulut, bibir kering dan pecah pecah. Pasien
mengatakan tidak ada keluhan pada paru.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien pernah dirawat 3 bulan yang lalu dan di diagnosa HIV AIDS, pasien
mendapat terapi ARV namun dihentikan karena pasien mengeluh mual saat
makan obat tersebut. Pasien merupakan mahasiswa tamatan tahun 2012,
pasien mengaku sejak tinggal di Riau untuk kuliah terpengaruh dengan
lingkungan,pasien mengaku sering keluar malam, pasien berhubungan
seksual dengan sesama jenis atau yang di sebut dengan homoseksual. Pasien
mengatakan tidak minum alkohol, merokok, ataupun narkoba.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit HIV
AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta penyakit TBC.

4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)


a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Pasien mengatakan makan 2 kali sehari pasien mengkonsumsi nasi
ditambah lauk pauk, sayur dan kadang kadang juga mengkonsumsi buah
dan makanan tambahan seperti snack. Pasien mengatakan tidak
memiliki alergi makanan. Pasien minum air putih 6-7 gelas/hari. Pasien
mengatakan berat badan sebelum sakit (2 bulan yang lalu) yaitu 43 kg
dan berat badan sekarnag 31 kg.
2) Sakit
Porsi makan pasien sebelum dirawat di rumah sakit 3-5 sendok dalam 1
kali makan.Pasien mengatakan sudah mengalami penurunan nafsu
makan sejak lebih kurang 3 bulan yang lalu, saat di rawat di rumah
pasien lebih sering mengkonsumsi bubur kacang hijau dan susu. Pasien
sulit untuk makan karena sariawan dan bibir kering serta ada mual dan
muntah. Saat dirawat dirumah pasien minum 5-6 gelas dan minum susu
3 x 200 ml.
Pasien mengatakan saat dirawat di rumah sakit hanya menghabiskan 2-4
sendok dari porsi makanan yang disediakan di rumah sakit Pasien
mendapatkan diet ML rendah serat + ekstra ikan gabus tiga kali sehari.
Saat sakit pasien minum air putih 2 sampai 3 gelas ±600 cc perhari
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih
kurang 5 kali sehari, pasien BAK dengan lancar
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 1 minggu sebelum masuk rumah
sakit frekuensi hilang timbul, jika diare 3-4 kali dalam sehari, bewarna
kuning, konsistensi cair.

c. Pola Tidur dan Istirahat


1) Sehat
Saat sehat pasien tidur 7 sampai 8 jam pada malam hari dan tidur siang
1-2 jam.
2) Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat. Masalah yang ditemukan pasien
saat tidur yaitu pada malam hari terbangun karena BAB, demam serta
berkeringat malam.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur dan bergerak di
dalam kamar. Aktivitas pasien sering dibantu orang tua untuk aktivitas
makan dan minum, mandi serta toileting.
e. Pola bekerja
1) Sehat
saat sehat pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn selama 6 kali
dalam seminggu
2) Sakit
Pada saat sakit pasien tidak bekerja karena tubuh terasa lemah dan letih,
pasien mengatakan sudah 2 bulan tidak lagi mengajar.
5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 157 cm
2) Berat badan : 31 kg
3) IMT : 12,91 ( Berat badan kurang )
4) Lingkar lengan : 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah : 80/60 mmHg
7) Nadi : 89 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 36,0 oC
b. Wajah
Simetris kiri dan kanan, tampak pucat, tidak ada lesi dan tidak ada udema.
c. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
d. Rambut
Rambut bewarna pirang, distribusi rambut tidak merata, rambut mudah
rontok, berketombe.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, terdapat kantung mata, konjungtiva anemis,
sklera tidak ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil
isokor, ukuran pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat
serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan tidak
terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak terdapat
retraks dinding dada
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Bronko vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba
Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : terdapat distensi abdomen, tidak terdapat udema
dan juga lesi
Ausklutasi : bising usus 20 x/m
Palpasi : hepar teraba dan terdapat nyeri tekan
Perkusi : saat dilakukan perkusi hepar didapatkan suara pekak
m. Kulit
Kulit terlihat kering, tidak terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi)
terdapat sarkoma kaposi, turgor kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang IVFD Wida KN-2 8 tetes/menit di
tangan sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak ada udema, CRT
> 3 detik, tonus otot melemah
Bawah : tidak terdapat udema, akral teraba dingin, CRT > 3 detik,
tonus otot melemah
6. Data Psikologis
a. Status Emosional
Pasien mampu untuk mengontrol emosi. Pasien tampak murung dan lesu.
Pasien mengatakan badan terasa leamah dan letih.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan cemas karena merasa kondisinya semakin memburuk
dan belum merasakan perubahan dari kesehatannya.
c. Pola Koping
Pola koping pasien baik namun pasien tampak kurang bersemangat dalam
menjalani pengobatannya, dan merasa pasrah terhadap penyakit yang di
deritanya.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi. Saat pengkajian pasien lebih banyak
merunduk, saat bicara pasien sesekali menatap ke lawan bicara.

e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien merupakan seorang laki – laki yang berusia 29 tahun, belum menikah
dan merupakan seorang guru agama. Pasien mengatakan merasa malu
dengan kondisinya saat ini, pasien tidak percaya diri dengan tubuhnya saat
ini dan malu jika bertemu dengan orang lain. Pasien mengatakan pasrah
dengan penyakit yang di deritanya saat ini..

7. Data Sosial Ekonomi


Ibu pasien mengatakan saat sakit pasien lebih banyak dan sering menyendiri di
kamar.Pasien bekerja sebagai guru honorer di MTSn pasien mengatakan
mendapatkan gaji 1.350.000 per bulanya. gajinya pas pasan untuk membiayai
kehidupannya sendiri, pasien masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien
memakai kartu BPJS kelas III untuk membiayai rumah sakit.
8. Data Spiritual
Klien mengatakan berdoa untuk kesembuhannya. Saat sehat pasien rajin
melaksanakan shalat namun saat sakit klien tidak tampak melaksanakan shalat.
9. Lingkungan tempat tinggal
a. Tempat pembuangan kotoran : WC + sepctic tang
b. Tempat pembuangan sampah : dikumpulkan lalu dibakar
c. Pekarangan : pasien mengatakan perkarangan rumah
cukup luas
d. Sumber air minum : klien minum dengan air galon dan
kadang- kadang air sumur dengan di masak terlebih dahulu
e. Pembuangan air limbah : klien buang air limbah diselokan
belakang rumah

10. Data Penunjang


Jenis Hasil
Pemeriksaan Nilai Rujukan
19 20 22 23
Hemoglobin 10,1 9,2 14-18 g/dl
Leukosit 5.140 3230 5.000-10.000/mm3
Eritrosit 3,0 4,5-5,5 Juta
Trombosit 220.000 265.000 150.000-400.000/ mm3
Hematokrit 30 29 40-48%
Retikulosit 0,3 0,5 – 2 %
LED 75 0 – 10 mm
Hematolo

MCV 96 82 – 92 fL
gi

MCH 31 27 – 31 pg
MCHC 32 32 – 36
Basofil 0 0 - 1,0 %
Eosinofil 0 1,0 – 3,0 %
N. Batang 6 2,0 – 6,0 %
N.Segmen 84 50 – 70 %
Limfosit 9 20 – 40 %
Monosit 1 2,0 – 8,0 %
GDS 107 < 200 mg/dl
Kimia Klinik

Ureum darah 14 10,9-50,0 mg/dl


Kreatinin Darah 0,6 0,6-1,1 mg/dl
Albumun 2,8 2,8 gr/dl
Globulin 2,6 1,3 – 2,7 g/dl
SGOT 99 < 38 u/i
SGPT 366 < 41u/i
PH 7,46 7,49
PCO2 23 34

AGD
PO2 162 86
HCO3- 16,4 25,9
Kuning Kuning - Coklat
Warna
muda
Kekeruhan Negatif Negatif
Pemeriksaan Urin

BJ 1,010 1,003 – 1,030


PH 6,5 4,6 – 8,0
Leukosit 0-1 ≤5
Eritrosit 0-1 ≤1
Protein Negatif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif
Urobinogen Positif Positif
HBsAg 0,01 < 0,13 ( Negatif )
Imnunol

Serologi

Anti HCV 0,10 < 1 ( Negatif )


ogi –

CD4 24 ≥ 600 Sel/μL


Procalation 0,41 < 0,5 Low Risk

11. Program dan Rencana Peengobatan


Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2017 sampai 29 mei
2017 adalah sebagai berikut :
IVFD NaCl 0,9% 8J/kolf
Caeftazidime 2x1g (IV)
Paracetamol 3 x 500 g (PO)
Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)
Flukonazole 1 x 150 g (PO)
Cotrimoxazole 1 x 960 g (PO)
Ciprofloxacin 2 x 120 (IV)
Tranfusi albumin 20% 100 cc (IV)
KCL 400 mg (IV)
WIDA KN-2 1 kolf
B. ANALISA DATA KEPERAWATAN
Data Masalah Penyebab

DS : Kekurangan Kehilangan cairan aktif


a. Pasien mengatakana badan volume cairan
terasa lemah
b. Pasien mengatakan BAB cair
c. Frekuensi BAB 2-3 kali sehari
d. Pasien merasakan sering haus
e. Pasien mengatakan jika suhu
tubuh naik, keringat sering
banyak

DO :

a. Pasien tampak lemah


b. Bibir klien tampak kering
c. Turgor kulit Jelek
d. CRT > 3 detik
e. Kulit tampak kering
f. TD = 80/60 mmHg
g. N = 89 x/i
h. Pasien mendapatkan terapi
IVFD Wida KN-2
DS : Nyeri akut Agen cedera; biologis
a. Pasien mengatakan nyeri
dada di sebelah kanan bagian
bawah dan punggung kanan
b. Pasien mengatakan nyeri
terasa seperti mendesak
c. Pasien mengatakan skala
nyeri berkisar antara 6
sampai 7
d. Pasien mengtakan nyeri
terasa hilang timbul
e. Pasien mengatakan posisi
tidur lebih senang miring ke
kiri, agar tidak terasa nyeri

Do:

a. Pasien tampak tidak


bersemangat
b. Pasien tampak melindungi
area nyeri
c. Nyeri pada abdomen
kuadran atas
d. TD : 80/60 mmHg
e. N : 89 x/i
DS : Diare Proses Infeksi
a. Pasien mengatakan diare
hilang timbul sejak 1
minnggu sebelum masuk
rumah sakit
b. Pasien mengtakan
konsentrasi BAB cair
c. Pasien mengatakan frekuensi
diare 2 sampai 3 kali ssehari

DO:

a. Pasien tampak lemah


b. Bising usus 21 x/i
c. TD : 80/60 mmHg
d. N : 89 x/i
DS : Ketidak Faktor biologis
a. Pasien mengatakan berat seimbangan
badan mengalami penurunan nutrisi kurang
drastis sejak 2 bula terakhir dari kebutuhan
b. Pasien mengatakan tidak tubuh
nafsu makan
c. Pasien mengatakan
penurunan nafsu makan
sudah sejak 2 bulan yang
lalu
d. Pasien mengatakan makanan
hanya dihabiskan 2-3 sendok
e. Pasien mengtakan merasa
mual jika makan nasi
f. Pasien mengatakan kadang
kadang muntah

DS:

a. Pasien tampak kurus


b. Berat Badan sekarang : 31
kg
c. Tinggi badan : 157 cm
d. IMT
e. Porsi makan tampak tidak
habis
f. Bising usus 20 x/i
g. Bibir kering
h. Terdapat sariawan
i. Tonus otot melemah
DS: Harga diri rendah Gangguan citra tubuh
a. Pasien mengatakan merasa situasional
malu dengan kondisinya saat
ini
b. pasien mengatakan tidak
percaya diri dengan
tubuhnya saat ini dan malu
bertemu dengan orang lain
c. pasien mengatakan pasrah
dengan penyakit yang
dideritanya saat ini
d. Ibu pasien mengatakan saat
sakit pasien lebih banyak
diam dan sering menyendiri
di kamar

DO:

a. Pasien tampak murung


b. Pasien tampak kurang
bersemangat dalam
menjalani pengobatannya
c. Saat berkomunikasi pasien
lebih banyak merunduk
d. Saat bicara pasien sesekali
menatap ke lawan bicara

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf

1 Kekurangan 23 Mei
volume cairan 2017
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan aktif

2 Nyeri akut 23 Mei


berhubungan 2017
dengan agen
cedera; biologis

3 Diare 23 Mei
berhubungan 2017
dengan Proses
Infeksi
4 Ketidak 23 Mei
seimbangan 2017
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan faktor
biologis

5 Harga diri 25 Mei


rendah 2017
situasional
berhubungan
dengan
Gangguan citra
tubu

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO Diagnosa Intervensi
Keperawatan
NOC NIC

1 Kekurangan Setelah dilakukan Menajemen cairan:


volume cairan tindakan keperawatan 1) Jaga intake/ asupan
berhubungan diharapkan yang akurat dan catat
dengan keseimbangan cairan ouput pasien
Kehilangan tidak terganggu dengan 2) Monitor status hidrasi
cairan aktif kriteria hasil : (misalnya membran
1) Tekanan darah mukosa lembab,
tidak terganggu denyut nadi adekuat,
2) Denyut nadi radial dan tekanan darah
tidak terganggu ortostatik)
3) Keseimbangan 3) Monitor tanda tanda
intake dan output vital
dalam 24 jam tidak 4) Beri terapi IV, seperti
terganggu yang ditentukan
4) Berat badan stabil 5) Distribusi cairan
5) Turgor kulit tidak selama 24 jam
terganggu
Monitor cairan :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 1) Tentukan jumlah dan
diharapkan hidrasi jenis intake/asupan
tidak terganggu dengan cairan serta kebiasaan
kriteria hasil : eliminasi
2) Tentukan faktor faktor
1) Turgor kulit tidak yang menyebabkan
terganggu ketidak seimbangan
2) Membran mukosa cairan
lemba tidak 3) Periksa isi ulang
terganggu kapiler
3) Intake cairan tidak 4) Periksa turgor kulit
terganggu 5) Monitor berat badan
4) Output cairan tidak 6) Monitor kadar serum
terganggu albumin dan protein
5) Perfusi jaringan total
tidak terganggu 7) Monitor membran
6) Tidak ada nadi mukosa, turgor kulit
cepat dan lemah dan respon haus
7) Tidak ada
kehilangan berat
badan

2 Nyeri akut Setelah dilakukan Pemberian analgesik :


berhubungan tindakan keperawatan 5) Tentukan lokasi,
dengan agen diharapkan kontrol karakteristik, kualitas
cedera; nyeri dapat dan keparahan nyeri
biologis dipertahankan dengan sebelum mengobati
kriteria hasil: pasien
4) Secara konsisten 6) Cek perintah
menunjukkan pengobatan meliputi
menggunakan obat, dosis, dan
tindakan frekuensi obat
pengurangan analgesik yang
(nyeri) tanpa diresepkan
analgesik 7) Cek adanya riwayat
5) Secara konsisten alergi obat
menunjukkan 8) Pilih analgesik atau
Menggunakan kombinasi analgesik
analgesik yang yang sesuai ketika
direkomendasikan lebih dari satu
6) Melaporkan nyeri diberikan
terkontrol
Menajemen nyeri :
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan 11) Lakukan pengkajian
tingkat nyeri dapat nyeri komprehensif
diatasi: yang meliputi lokasi,
karakteristik,
6) Nyeri yang onset/durasi,
dilaporkan tidak frekuensi, kualitas,
ada intensitas atau
7) Mengerang dan beratnya nyeri dan
meringis tidak ada faktor pencetus
8) Menyeringit tidak 12) Observasi adanya
ada petunjuk nonverbal
9) Ketegangan otot mengenai
tidak ada ketidaknyamanan
10) Tanda –tanda vital 13) Gunakan strategi
tidak mengalami komunikasi terapeutik
devisiasi untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan
penerimaan pasien
terhadap nyeri
14) Kaji bersama pasien
faktor-faktor yang
dapat menurunkan
atau memberatkan
nyeri
15) Ajarkan penggunaan
teknik non
farmakologilan nyeri
16) Evaluasi keefektifan
dari tindakan
pengontrolan
17) Mendukung istirahat
tidur
18) Memberikan
informasi terkait
dengan diagnosa dan
keperawatan
19) Mendorong keluarga
menemani pasien
20) Kaji tanda verbal dan
non verbal dari
ketidak nyamanan

Monitor tanda tanda vital :

2) Monitor tekanan
darah, nadi, suhu, dan
status pernafasan
dengan tepat

3 Diare Setelah dilakukan Menajemen saluran cerna


berhubungan tindakan keperawatan 1) Monitor buang air
dengan Proses diharapkan eliminasi besar termasuk
Infeksi usus tidak terganggu frekuensi, konsistensi,
dengan kriteria hasil : bentuk, volume dan
1) Pola eliminasi tidak warna dengan cara
terganggu yang tepat
2) Suara bising usus 2) Monitor bising usus
tidak terganggu
3) Diare tidak ada Menajemen diare

Setelah dilakukan 1) Tentukan riwat diare


tindakan keperawatan 2) Ambil tinja untuk
diharapka tidak terjadi pemeriksaan kultur
keparahan infeksi, dan sensitifitas bila
dengan kriteria hasil : diare berlanjut
3) Instruksikan pasien
1) Melaise tidak ada atau anggota keluarga
2) Nyeri tidak ada untuk mencatat warna,
3) Depresi jumlah sel volume, frekuensi, dan
darah putih tidak ada konsistensi tinja
4) Identifikasi faktor
yang bisa
menyebabkan diare
(misalnya medikasi,
bakteri, dan
pemberian makan
lewat selang)
5) Amati turgor kulit
secara berkala

Monitor Elektrolit

1) Monitor serum
elektrolit
2) Memonitor serum
albumin dan kadar
protein total, sesuai
dengan indikasi
3) Memonitor ketidak
seimbangan asam basa
4) Identifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
5) Monitor ketidak
seimbangan asam basa
6) Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual,
muntah dan diare

Terapi Intravena (IV)

1) Berikan pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2) Monitor kecepatan
aliran intravena dan
area intravena selama
selama pemberian
infusu
3) Monitor tanda vital

4 Ketidak Setelah dilakukan Menajemen nutrisi :


seimbangan tindakan keperawatan 1) Tentukan status gizi
nutrisi kurang diharapkan status pasien dan
dari kebutuhan nutrisi dapat kemampuan pasien
tubuh ditingkatkan dengan untuk memenuhi
berhubungan kriteria hasil : kebutuhan gizi
dengan faktor 1) Asupan nutrisi tidak 2) Identifikasi adanya
biologis menyimpang dari alergi atau intolerasi
rentang normal makanan yang
2) Asupan makanan dimiliki pasien
tidak menyimpang 3) Monitor kalori dan
dari rentang normal asupan makanan

Setelah dilakukan Monitor nutrisi :


tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Lakukan
nutrisi : Asupan nutrisi pengukuranantropome
dapat ditingkatkan tri pada komposisi
dengan kriteria hasil : tubuh (misalnya
indeks masa tubuh)
1) Asupan kalori 2) Monitor kecendrungan
sebagian besar turun dan naiknya
adekuat berat badan
2) Asupan protein 3) Identifikasi perubahan
sebagian besar berat badan terakhir
adekuat 4) Monitor turgor kulit
3) Asupan lemak dan mobilitas
sebagian besar 5) Identifikasi adanya
adekuat abnormalitas rambut
4) Asupan (misalnya kering,
karbohidrat tipis, kasar dan mudah
sebagian besar patah)
adekuat 6) Monitor adanya mual
5) Asupan vitamin muntah
sebagian besar 7) Identifikasi
adekuat abnormalitas eliminasi
6) Asupan mineral bowel (misalnya
sebagian besar diare)
adekuat 8) Monitor diet dan
asupan kalori
Setelah dilakukan 9) Identifikasi penurunan
tindakan keperawatan nafsu makan
diharapkan terjadi 10) Monitor adanya warna
peningkatan nafsu pucat, kemerahan dan
makan dengan kriteria jaringan konjungtiva
hasil : yang kering
11) Identifikasi adanya
1) Intake makanan ketidak normalan
tidak terganggu dalam rongga mulut
2) Intake nutrisi tidak (misalnya;inflamasi,
terganggu kenyal, ompong, gusi
3) Intake cairan tidak berdarah; kering, bibir
terganggu pecah-pecah, bengkak,
merah tua, lidah kasar)
Setelah dilakukan
12) Lakukan pemeriksaan
tindakan keperawatan
laboratorium, monitor
diharaokan terjadi
hasilnya (misalnya
peningkatan status
kolesterol, serum
nutrisi : asupan
albumin,nitrogen,
makanan dan cairan
urin, selama 24 jam,
dengan kriteria hasil :
hitung limfosit total
1) Asupan makanan dan nilai elektrolit)
secara oral Pemberian nutrisi total
sebagian besar parenteral :
adekuat
2) Asupan cairan 1) Pastikan isersi
intravena intravena cukup paten
sepenuhnya untuk memberikan
adekuat nutrisi intravena
2) Pertahankan
kecepatan aliran yang
konstan
3) Monitor masukan dan
output cairan
4) Monitor kadar
albumin, protein total,
elektrolit, profil lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
5) Monitor tanda tanda
vital

5 Harga diri Setelah dilakukan Peningkatan citra tubuh


rendah tindakan keperawatan 6) Tentukan harapan
situasional diharapkan terjadi citra diri pasien
berhubungan peningkatan harga diri didasarkan pada tahap
dengan dengan kriteria hasil : perkembangan
Gangguan citra 7) Tentukan perubahan
tubuh 6) Verbalisasi fisik saat ini apakah
penerimaan diri berkontribusi pada cita
7) Penerimaan diri pasien
terhadap 8) Bantu pasien untuk
keterbatasan diri mendiskusikan
8) Mempertahankan perubahan -perubahan
posisi tegak (bagian tubuh)
9) Mempertahankan disebabkan adanya
kontak mata penyakit dengan cara
10) Komunikasi yang tepat
terbuka 9) Monitor frekuensi dari
pernyataan
mengkritisi diri
10) Monitor pernyataan
yang mengidentifikasi
citra tubuh mengenai
ukuran dan berat
badan
Peningkatan koping :

4) Gunakan pendekatan
yang tenang dan
memberikan jaminan
5) Berikan suasana
penerimaan
6) Sediakan informasi
aktual mengenai
diagnosis, penanganan
dan prognosis

Peningkatan harga diri

3) Monitor penerimaan
pasien mengenai harga
diri
4) Jangan mengkritisi
pasien secara negatif

E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Tindakan Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan

23 Kekurangan volume 10. Mencatat Intake dan Output


Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 11. Menilai status hidarasi dari
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
12. Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
13. Memberikan terapi IV
14. Menentukan faktor – faktor yang
menyebabkan ketidak
seimbangan cairan
15. Memerika CRT
16. Memeriksa turgor kulit
17. Memonitor kadar albumin
18. Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
23 Nyeri akut 15. Pengkajian nyeri secara
Mei berhubungan dengan komprehensif yang meliputi
2017 agen cedera biologis lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
16. Mencek perintah pengobatan
sebelum memberikan analgesik,
meliputi obat, dosis, dan frekuensi
obat analgesik yang diresepkan
17. Cek adanya riwayat alergi obat
18. Pilih analgesik atau kombinasi
analgesik yang sesuai jika lebih
dari satu diberikan
19. Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas,
beratnya nyeri dan faktor pencetus
20. Penggunaan komunikasi terapeutik
21. Mengkaji faktor – faktor yang
dapat memperberat nyeri
22. Mengajarkan teknik non
farmakologi seperti relaksasi
23. Mengevaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrolan nyeri
24. Menganjurkan pasien untuk
istirahat dan tidur
25. Memberikan informasi terkait
diagnosa dan keperawatan
26. Mendorong keluarga menemani
pasien
27. Mengkaji situasi yang memicu
kecemasan
28. Mengkaji tanda verbal dan non
verbal dari ketidak nyamanan
1) Mengukur TTV, yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh
23 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Mengkaji riwayat diare
4) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
5) Menilai turgor kulit
6) Monitor ketidak seimbangan
asam basa
7) Monitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
9) Monitor adanya mual muntah dan
diare
10) Berikan terapi IV
11) Monitor kecepatan aliran IV
12) Monitor tanda- tanda vital
23 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Mengkaji riwayat alergi
2017 kebutuhan tubuh 3) Monitor kalori dan asupan
berhubungan dengan makanan
faktor biologis 4) Menentukan IMT
5) Memonitor penurunan berat
badan
6) Memonitor turgor kulit
7) Memonitor rambut
8) Memonitor adanya mual muntah
9) Mengidentifikasi diare
10) Memonitor diet dan asupan kalori
11) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
12) Memonitor konjungtiva
13) Mengidentifikasi rongga mulut
14) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
15) Memastikan insersi intravena
cukup paten
16) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
17) Memonitor intake dan output
cairan
18) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
19) Memonitor tanda- tanda vital
23 Harga diri rendah 1) Menentukan harapan tentang citra
Mei situasional diri pasien
2017 berhubungan dengan 2) Menentukan perubahan fisik saat
ini yang mempengaruhi citra
tubuh pasien
3) Membantu pasien untuk
gangguan citra tubuh mendiskusikan perubahan bagian
tubuh
4) Memonitor frekuensi dari
pernyataan pasien mengkritisi diri
5) Memonitor pernyataan pasien
tentang berat badan
6) Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7) Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8) Memonitor peneriamaan diri
pasien
9) Tidak mengkritisi pasien
24 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dari
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan terapi IV
5) Memerika CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor kadar albumin
8) Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
24 Nyeri akut 1) Pengkajian nyeri secara
Mei berhubungan dengan komprehensif yang meliputi
2017 agen cedera; biologis lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Mencek perintah pengobatan
sebelum memberikan analgesik,
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan
3) Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas,
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
4) Penggunaan komunikasi
terapeutik
5) Mengkaji faktor – faktor yang
dapat memperberat nyeri
6) Mengajarkan teknik non
farmakologi seperti relaksasi
7) Mengevaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrolan nyeri
8) Menganjurkan pasien untuk
istirahat dan tidur
9) Memberikan informasi terkait
diagnosa dan keperawatan
10) Mendorong keluarga menemani
pasien
11) Mengkaji tanda verbal dan non
verbal dari ketidak nyamanan
12) Mengukur TTV, yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh
24 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Mengkaji riwayat diare
4) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
5) Menilai turgor kulit
6) Monitor ketidak seimbangan
asam basa
7) Monitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
9) Monitor adanya mual muntah dan
diare
10) Berikan terapi IV
11) Monitor kecepatan aliran IV
12) Monitor tanda- tanda vital
24 Ketidak seimbangan 1) Monitor kalori dan asupan
Mei nutrisi kurang dari makanan
2017 kebutuhan tubuh 2) Menentukan IMT
berhubungan dengan 3) Memonitor penurunan berat
faktor biologis badan
4) Memonitor turgor kulit
5) Memonitor rambut
6) Memonitor adanya mual muntah
7) Mengidentifikasi diare
8) Memonitor diet dan asupan kalori
9) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
10) Memonitor konjungtiva
11) Mengidentifikasi rongga mulut
12) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
13) Memastikan insersi intravena
cukup paten
14) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
15) Memonitor intake dan output
cairan
16) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
17) Memonitor tanda- tanda vital
24 Harga diri rendah 1) Menentukan harapan tentang citra
Mei situasional diri pasien
2017 berhubungan dengan 2) Menentukan perubahan fisik saat
gangguan citra tubuh ini yang mempengaruhi citra
tubuh pasien
3) Membantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan bagian
tubuh
4) Memonitor frekuensi dari
pernyataan pasien mengkritisi diri
5) Memonitor pernyataan pasien
tentang berat badan
6) Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7) Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8) Memonitor peneriamaan diri
pasien
9) Tidak mengkritisi pasien
25 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dari
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan terapi IV
5) Memerika CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor kadar albumin
8) Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
25 Nyeri akut 1) Pengkajian nyeri secara
Mei berhubungan dengan komprehensif yang meliputi
2017 agen cedera; biologis lokasi, karakteristik, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum
mengobati pasien
2) Mencek perintah pengobatan
sebelum memberikan analgesik,
meliputi obat, dosis, dan
frekuensi obat analgesik yang
diresepkan
3) Melakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif meliputi
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas,
beratnya nyeri dan faktor
pencetus
4) Penggunaan komunikasi
terapeutik
5) Mengkaji faktor – faktor yang
dapat memperberat nyeri
6) Mengajarkan teknik non
farmakologi seperti relaksasi
7) Mengevaluasi keefektifan dari
tindakan pengontrolan nyeri
8) Menganjurkan pasien untuk
istirahat dan tidur
9) Memberikan informasi terkait
diagnosa dan keperawatan
10) Mendorong keluarga menemani
pasien
11) Mengkaji tanda verbal dan non
verbal dari ketidak nyamanan
12) Mengukur TTV, yaitu tekanan
darah, nadi, pernafasan dan suhu
tubuh
25 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Mengkaji riwayat diare
4) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
5) Menilai turgor kulit
6) Monitor ketidak seimbangan
asam basa
7) Monitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
9) Monitor adanya mual muntah dan
diare
10) Berikan terapi IV
11) Monitor kecepatan aliran IV
12) Monitor tanda- tanda vital
26 Ketidak seimbangan 1) Monitor kalori dan asupan
mei nutrisi kurang dari makanan
2017 kebutuhan tubuh 2) Menentukan IMT
berhubungan dengan 3) Memonitor penurunan berat
faktor biologis badan
4) Memonitor turgor kulit
5) Memonitor rambut
6) Memonitor adanya mual muntah
7) Mengidentifikasi diare
8) Memonitor diet dan asupan kalori
9) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
10) Memonitor konjungtiva
11) Mengidentifikasi rongga mulut
12) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
13) Memastikan insersi intravena
cukup paten
14) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
15) Memonitor intake dan output
cairan
16) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
17) Memonitor tanda- tanda vital
26 Harga diri rendah 1) Menentukan harapan tentang citra
Mei situasional diri pasien
2017 berhubungan dengan 2) Menentukan perubahan fisik saat
gangguan citra tubuh ini yang mempengaruhi citra
tubuh pasien
3) Membantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan bagian
tubuh
4) Memonitor frekuensi dari
pernyataan pasien mengkritisi diri
5) Memonitor pernyataan pasien
tentang berat badan
6) Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7) Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8) Memonitor peneriamaan diri
pasien
9) Tidak mengkritisi pasien
27 Harga diri rendah 1) Memberikan suasana
Mei situasional penerimaan dengan melihat
2017 berhubungan dengan respon pasien
gangguan citra tubuh 2) Memonitor penerimaan pasien
3) Menilai kepercayaan diri pasien
27 Diare berhubungan 1) Menilai BAB pasien frekuensi,
Mei dengan Proses Infeksi bentuk, volume, dan warna
2017 2) Menghitung bisis usus
3) Menilai turgor kulit pasien
4) Memonitor serum elektrolit
5) Melihat AGD pasien untuk menilai
kadar PH
6) Mengkaji respon haus pasie
7) Memberikan obat pasien
27 Ketidak seimbangan 1) Melihat diet yang di dapatkan
Mei nutrisi kurang dari pasien
2017 kebutuhan tubuh 2) Memantau cairan infus yang di
berhubungan dengan dapatkan pasien
faktor biologis 3) Memastikan aliran infus pasien
berjalan lancar
4) Menilai Intake dan output pasien
5) Menilai kadar albumin, protein
total, elektrolit, glukosa darah, dan
kimia darah
6) Mengukur tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan suhu tubuh pasien
27 Harga diri rendah 1) Menentukan harapan tentang citra
Mei situasional diri pasien
2017 berhubungan dengan 2) Menentukan perubahan fisik saat
gangguan citra tubuh ini yang mempengaruhi citra
tubuh pasien
3) Membantu pasien untuk
mendiskusikan perubahan bagian
tubuh
4) Memonitor frekuensi dari
pernyataan pasien mengkritisi diri
5) Memonitor pernyataan pasien
tentang berat badan
6) Menggunakan pendekatan yang
menenagkan
7) Menyediakan informasi mengenai
diagnosis pasien
8) Memonitor peneriamaan diri
pasien
9) Tidak mengkritisi pasien
F. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Evaluasi Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan

23 Mei Kekurangan volume S :


2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi masih
cair
- Paseien mengatakan
warna fases kuning
- Pasien mengatakan
badan terasa panas

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Kulit tampak kering
- Denyut nadai cepat
N :102
TD : 80/70 mmHg
S : 37,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 2,8 gr/dl

A : masalah belum
terataso

P : Intervensi
dilanjutkan

23 Mei Nyeri akut S :


2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri dada di sebelah
kanan bagian bawah
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri

O:

- Pasien tampak tidak


bersemangat
- Pasien tampak
meringis jika daerah
abdomen kuadran
atas saat di palpasi
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 80/60 mmHg
- N : 102 x/i

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

23 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
- Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 1 minggu yang
lalu, diare hilang
timbul
- Pasien merasa mual
jika makan nasi

O:

- Pasien tampak
lemah
- TD : 90/60 mmHg
- N : 124 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit jelek
- PH : 7,46
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

23 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis tidak merasa mual
dan muntah
- Pasien mengatakan
masih diare
O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjungtiva
anemis
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Albumin 2,8
- Limfosit 9%
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit
Infuspaten
- Gula darah puasa
107 mg/dl
- TD : 80/60 mmHg
N: 102 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,8 o

A: Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

23 Mei Harga diri rendah S:


2017 situasional - Pasien mengatakan
berhubungan dengan berat badannya
gangguan citra tubuh sekarang berkurang
drastis
- Pasien mengatakan
tidak percaya diri
dengan postur
tubuhnya saat ini

A:

- Pasien tampak
banyak diam
- Saat berbicara pasien
lebih banyak
menunduk
- Pasien hanya
sesekali menatap
lawan bicara
- Pasien belum bisa
berkomunikasi
terbuka
P :masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan
24 Mei Kekurangan volume S:
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan masih terasa
lemah
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi awalnya
lunak lalu cair
- Paseien mengatakan
warna fases kuning

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
dan pecah pecah
- Kulit tampak kering
- N :88 x/i
TD : 80/70 mmHg
S : 36,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,
- CRT 3 detik

A : masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

24 Mei Nyeri akut S:


2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri

O:

- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 80/70 mmHg
- N : 88 x/i

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

24 Mei Diare berhubungan S:


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi awalnya
lunak lalu cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang

O:

- Pasien tampak
lemah
- TD : 80/70 mmHg
- N : 88 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit jelek
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2

A : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

24 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh nafsu makan masih
berhubungan dengan kurang
faktor biologis - Pasien mengatakan
masih diare
O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak
dihabiskan
seperempat porsi
- Konjungtiva
anemis
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit Infus
paten
- TD : 80/70 mmHg
N: 88 x/i
RR : 19 x/i
S : 36,8 oC

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

24 Mei Harga diri rendah S:


2017 situasional - Pasien mengatakan
berhubungan dengan masih bermasalah
gangguan citra tubuh dengan berat
badannya
- Pasien mengatakan
masih belum percaya
diri

A:

- Pasien tampak
banyak diam
- Pasien sudah berani
bertanya dan
menyampaikan
keluhannya

P :masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan
25 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan masih terasa
lemah
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 2 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi awalnya
lunak lalu cair
- Paseien mengatakan
warna fases kuning

O:

- Pasien tampak lemah


- Mukosa bibir kering
dan pecah pecah
- N :94 x/i
TD : 90/70 mmHg
S : 37,0 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,

A : masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

25 Mei Nyeri akut S:


2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri

O:

- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 90/70 mmHg
- N : 93 x/i

A : masalah belum
teratasi
P : intervensi
dilanjutkan

25 Mei Diare berhubungan S:


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi awalnya
lunak lalu cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang

O:

- Pasien tampak
lemah
- TD : 90/70 mmHg
- N : 93 x/i
- Pasien tampak lemah
- Bising usus
- Turgor kulit jelek
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2

A : masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

24 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh nafsu makan masih
berhubungan dengan kurang
faktor biologis - Pasien mengatakan
masih diare
O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak
dihabiskan
seperempat porsi
- Konjungtiva
anemis
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit Infus
paten
- TD : 90/70 mmHg
N: 93 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,0 oC

A : Masalah belum
teratasi

P :Intervensi dilanjutkan

25 Mei Harga diri rendah S:


2017 situasional - Pasien mengatakan
berhubungan dengan masih bermasalah
gangguan citra tubuh dengan berat
badannya
- Pasien mengatakan
masih belum percaya
diri

A:

- Pasien tampak
banyak diam
- Pasien sudah berani
bertanya dan
menyampaikan
keluhannya

P :masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan
26 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 1 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi lunak
- Paseien mengatakan
warna fases kuning

O:

- Pasien tampak lemah


- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :102
TD : 80/70 mmHg
S : 37,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,
- Turgor kulit jelek
- Albumin 2,8 gr/dl

A : masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
26 Mei Nyeri akut S :
2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa di
dada bagian bawah
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri

O:

- Pasien tampak tidak


bersemangat
- Pasien tampak
meringis jika daerah
abdomen kuadran
atas saat di palpasi
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 100/80 mmHg
- N : 85 x/i

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

26 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB satu kali,
konsistensi lunak,
warna kuning, dan
volumenya sedang

O:

- Pasien tampak
lemah
- TD : 100/80 mmHg
- N : 85 x/i
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit mulai
membaik
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

26 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh nafsu makan masih
berhubungan dengan kurang
faktor biologis - Pasien mengatakan
tidak merasa mual
dan muntah
O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor mulai
membaik
- Diit tampak
dihabiskan ¼ porsi
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Albumin 2,8
- Limfosit 9%
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit
Infuspaten
- Gula darah puasa
107 mg/dl
- TD : 100/80
mmHg
N: 85 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,8 oC

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutka

26 Mei Harga diri rendah S:


2017 situasional - Pasien mengatakan
berhubungan dengan tidak
gangguan citra tubuh mempermasalhkan
lagi berat badanya
- Pasien mengatakan
tidak percaya diri
dengan postur
tubuhnya saat ini

A:

- Pasien masih sering


diam
- Pasien berbicara
sudah menatap
wajah pembicara
- Pasien sudah mampu
berkomunikasi
terbuka

P :masalah teratasi

A : Intervensi dihentikan
27 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
hari ini BAB 1 kali
- Pasien mengatakan
konsistensi lunak
- Paseien mengatakan
warna fases kuning

O:

- Pasien tampak lemah


- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :102
TD : 80/70 mmHg
S : 37,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus WIDA KN-2,
- Turgor kulit jelek
- Albumin 2,8 gr/dl

A : masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan
27 Mei Nyeri akut S :
2017 berhubungan dengan
agen cedera; - Pasien mengatakan
biologis nyeri masih terasa di
dada bagian bawah
- Pasien mengatakan
nyeri terasa seperti
mendesak
- Pasien mengtakan
skala nyeri berkisar
antara 4 sampai 5
- Pasien mengatakan
nyeri terasa hilang
timbul
- Pasien mengtakan
posisi tidur lebih
nyaman miring ke
kiri, agar tidak terasa
nyeri

O:

- Pasien tampak tidak


bersemangat
- Pasien tampak
meringis jika daerah
abdomen kuadran
atas saat di palpasi
- Pasien tampak
melindungi nyeri
- TD: 100/80 mmHg
- N : 85 x/i

A : masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan

27 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB satu kali,
konsistensi lunak,
warna kuning, dan
volumenya sedang

O:

- Pasien tampak
lemah
- TD : 100/80 mmHg
- N : 85 x/i
- Bising usus 16 x/i
- Turgor kulit mulai
membaik
- Pasien mendapat
terapi IVFD WIDA
KN-2

P : masalah teratasi

A : Intervensi
dihentikan
26 Mei Ketidak seimbangan S :
2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengatakan
kebutuhan tubuh nafsu makan masih
berhubungan dengan kurang
faktor biologis O:
- BB : 31 kg
- TB :157 cm
- IMT : 12,19 (berat
badan kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor mulai
membaik
- Diit tampak
dihabiskan ¼ porsi
- Bibir kering,
terdapat sariawan,
dan kondidiasis
oral
- Albumin 2,8
- Limfosit 9%
- Terpasang IVFD
WIDA KN-2 8
tetes/menit
Infuspaten
- Gula darah puasa
107 mg/dl
- TD : 100/80
mmHg
N: 85 x/i
RR : 19 x/i
S : 37,8 oC

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi dilanjutka
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN.U DENGAN HIV AIDS
DI IRNA NON BEDAH PENYAKIT DALAM PRIA
RSUP Dr. M DJAMIL PADANG

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identifikasi Klien :
a. Nama : Tn.U
b. No. MR : 97.91.00
c. Tempat/ Tgl Lahir : Pariaman, 1 Februari 1967
d. Umur : 50 tahun
e. Jenis Kelamin : Laki – Laki
f. Status Kawin : Kawin
g. Agama : Islam
h. Pendidikan terakhir : SMP
i. Pekerjaan : Pabrik
j. Tanggal Masuk : 21 Mei 2017
k. Alamat : Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto
Tangah
l. Diagnosa Medis : Diare kronik,
IO dengan TB Paru, condidiasis oral, dan anemia
ringan

2. Identifikasi Penanggung Jawab


a. Nama : Ny. E
b. Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
c. Alamat : Perumahan Cendana Anak Air C/2 Koto
Tangah
d. Hubungan : Istri
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
1) Keluhan Utama
Pasien masuk RSUP Dr. M. Djamil Padang melalui IGD pada tanggal
19 Mei 2017 jam 09.45 WIB dirujuk dari Rs. Siti Rahma, dengan
keluhan diare sejak 3 minggu yang lalu, konsistensi cair dan berlendir,
frekuensi 3 sampai 4 kali dalam sehari, BAB bewarna kuning, dan
kadang berdarah, pasien mengatakan badan terasa lemah dan letih
2) Keluhan Saat Dikaji
Pada saat pengkajian tanggal 25 Mei 2017 jam 11.00 WIB, didapatkan
pasien dengan kesadaran komposmentis, keadaan umum klien tampak
lemah dan letih. Saat pengkajian pasien mengatakan masih diare,
frekuensi 4 sampai 5 kali dalam sehari, BAB cair, bewarna kuning
kadang berdarah serta berlendir, pasien mengeluhkan badan terasa
lemah dan letih, nafsu makan menurun, pasien mengatakan berat
badan semakin berkurang BB sekarang 33 kg, pasien mengatakan
mulut sariawan serta bibir kering, pasien juga mengeluhkan kulit
gatal-gatal dan bewarna kemerahan.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan dua bulan yang lalu pernah dirawat karena penyakit
paru, pasien mengatakan tidak mendapat terapi obat paru, pasien
mengatakan sudah berhenti merokok sejak 2 bulan yang lalu, pasien
mengatakan pernah minum alkohol sewaktu muda pasien mengatakan
tidak pernah mengkonsumsi narkoba, pasien mengatakan pernah seks
bebas sebelum menikah.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki penyakit
HIV AIDS. Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang
mempunyai penyakit keturunan seperti Hipertensi, DM, Jantung serta
penyakit TBC.
4. Pola aktivitas sehari – hari (ADL)
a. Pola Nutrisi
1) Sehat
Saat sehat pasien makan 3 kali sehari pasien menkonsumsi nasi
ditambah lauk pauk, sayur dan habis dalam satu porsi, pasien
kadang-kadang juga mengkonsumsi buah. Pasien minum air putih
5-6 gelas/hari, pasien juga mengatakan sering mengkonsumsi kopi.
2) Sakit
Pasien mengatakan nafsu makan berkurang sejak 1 bulan terakhir.
Pasien mendapatkan diet ML dan hanya dihabiskan 3-4
sendok.pasien sering mengeluhkan haus. Saat sakit pasien banyak
mengkonsumsi air putih ±800 ml perhari
b. Pola Eliminasi
1) Sehat
BAB : pada saat sehat pasien BAB 1 kali sehari dengan konsistensi
lunak bewarna kecoklatan. BAK : pada saat sehat pasien BAK lebih
kurang 6 kali sehari, pasien BAK dengan lancar
2) Sakit
BAB : pasien mengatakan diare sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit frekuensi 4-5 kali dalam sehari, bewarna kuning
terkadang berdarah, konsistensi cair dan berlendir. Pasien BAK 5
sampai 7 kali sehari. pasien terpasang pempers, kebutuhan eliminasi
pasien dilakukan ditempat tidur.
c. Pola Tidur dan Istirahat
1) Sehat
Saat sehat pasien tidur malam 6 sampai 7 jam perhari, pasien
mengatakan tidak terbiasa tidur siang karena bekerja
2) Sakit
Selama sakit jam tidur pasien meningkat, waktu pasien lebih banyak
digunakan untuk tidur dan istirahat. Pasien mengatakan tidur malam
6-8 jam perhari dan tidur siang 2-3 jam. Pasien mengatakan pola
tidur terganggu karena diare.
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1) Sehat
Saat sehat pasien mampu melakukan aktifitas sehari hari secara
mandiri.
2) Sakit
Saat sakit aktivitas pasien lebih banyak di tempat tidur . aktivitas
pasien dibantu keluarga.
e. Pola bekerja
1) Sehat
Saat sehat pasien bekerja sebagai petani karet, pasien bekerja 5 jam
dalam sehari.
2) Sakit
Pasien mengatakan sudah 6 minggu tidak bekerja karena badan
terasa lelah dan letih.

5. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tinggi badan : 153 cm
2) Berat badan : 33 kg
3) IMT : 14,10 (Berat badan kurang)
4) Lingkar lengan : 19 cm
5) Kesadaran : Composmentis Coperatif
6) Tekanan darah : 100/70 mmHg
7) Nadi : 110 x/i
8) Pernafasan : 19 x/i
9) Suhu : 37,0 oC
b. Kepala
Kepala simetris, tidak ada pembengkakan pada kepala dan tidak ada lesi.
c. Wajah
Ekspresi wajah tampak tegang
d. Rambut
Rambut bewarna hitam, tampak kusam distribusi rambut merata, rambut
mudah rontok dan berketembo.
e. Mata
Mata simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sklera tidak
ikhterik,reflek cahaya positik kiri dan kanan, reflek pupil isokor, ukuran
pupil 2mm/2mm
f. Hidung
Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung, tidak terdapat
pembengkakan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Mulut
Bibir tampak kering dan pecah-pecah, terdapat condidiasis oral, terdapat
sariawan, terdapat gigi yang berlubang
h. Telinga
Telinga simetris, tidak terdapat pembengkakan di area telinga, terdapat
serumen di kedua telinga terdapat serumen di kedua telinga.
i. Leher
Leher simetris, tidak ada pembengkakan kelenjer getah bening, dan
tidak terdap bendungan vena jugularis.
j. Paru-Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan, tidak
terdapat retraks dinding dada, terdapat
bantuan otot bantu pernafasan
Palpasi : Premitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor
Auskultasi :Vasikuler
k. Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi :Ikhtus kordis teraba satu jari RIC 3
Perkusi : Pekak pada batas jantung
Auskultasi : reguler
l. Abdomen
Inspeksi : tidak terdapat pembengkakan atau asites pada
Perut, tidak terdapat distensi abdomen.
Ausklutasi : bising usus 22x/i
Palpasi : saat dilakukan perkusi didapatkan suara timpani
Perkusi : hepar terba dan tidak ada nyeri tekan pada
abdomen
m. Kulit
Kulit terlihat kering, terdapat tanda-tanda lesi (sarkoma kaposi), turgor
kulit jelek.
n. Genitalia
Pasien mengatakan tidak ada keluhan di area kemaluan.
o. Ekstremitas
Atas : Pasien terpasang NaCL 0,9% 20 tetes/menit di tangan
sebelah kanan, akral teraba dingin, tidak terdapat udema, kulit kering,
CRT > 3 detik tonus otot melemah.
Bawah : terdapat udema, kulit kering, akral teraba dingin, CRT >
3 detik, tonus otot melemah.

6. Data Psikologis
a. Status Emosional
Emosi pasien stabil, pasien mampu diajak komunikasi.
b. Kecemasan
Pasien mengatakan perasaan cemas karena merasa kondisinya belum
juga membaik, pasien mengatakan tidak mengerti dengan penyakitnya
saat ini.
c. Pola Koping
Pasien bersemangat dalam menjalani proses pengobatan,dan sabar
dalam menjalani penyakitnya saat ini.
d. Gaya Komunikasi
Pasien mampu diajak berkomunikasi, pasien mampu berkomunikasi
secara terbuka.
e. Konsep diri diurai untuk komponen gambaran diri, harga diri, peran,
identitas, dan ideal diri.
Pasien memiliki konsep diri yang baik, pasien ingin segera sembuh agar
bisa kembali bekerja dan berkumpul besama keluarga.

7. Data Sosial Ekonomi


Keluarga mengatakan pasien merupakan seseorang yang senag
bersosialisasi dengan orang lain. Pasien bekerja di kebun karet pasien
mengatakan penghasilan bersihnya Rp. 2.000.000 perbulan. Gajinya
digunakan untuk membantu biaya ppendidikan anak anaknya dan juga
membeli kebutuhan rumah tangga. Pasien memakai kartu BPJS kelas II
untuk pembiayaan di rumah sakit.

8. Data Spiritual
Pasien merupakan seorang muslim dan berkeyakinan bahwa allah akan
memberikan kesembuhan kepadanya. pasien mengatakan dalam masih
sering meninggalkan shalat.

9. Lingkungan tempat tinggal


a. Tempat pembuangan kotoran : WC + sepctic tang
b. Tempat pembuangan sampah : dikumpul ke mobil sampah
c. Pekarangan : hanya ada teras rumah
d. Sumber air minum : klien minum dengan air
galon
e. Pembuangan air limbah : klien buang air limbah diselokan
depan di rumah
10. Data Penunjang
Hasil
Jenis Pemeriksaan 19 20 22 29 30 Nilai Rujukan
Hemoglobin 10,2 8,8 14-18 g/dl
Leukosit 4.060 3.050 5.000-10.000/mm3
Eritrosit 3,8 4,5-5,5 Juta
Trombosit 330.000 285.000 150.000-400.000/ mm3
Hematokrit 32 29 40-48%
Retikulosit 0,5 0,5 – 2 %
LED 0 – 10 mm
Hematolo

MCV 76 82 – 92 fL
gi

MCH 23 27 – 31 pg
MCHC 31 32 – 36
Basofil 0 0 - 1,0 %
Eosinofil 0 1,0 – 3,0 %
N. Batang 10 2,0 – 6,0 %
N.Segmen 79 50 – 70 %
Limfosit 8 20 – 40 %
Monosit 3 2,0 – 8,0 %
GDS 84 < 200 mg/dl
Ureum darah 32 10,9-50,0 mg/dl
Kreatinin Darah 0,8 0,6-1,1 mg/dl
Kimia Klinik

Kalsium 7,2 8,1-10,4mg/dl


Natrium 129 136-145 Mmol/L
Kalium 3,3 3,5 – 5,1 Mmol/L
Klorida serum 102 97-111 Mmol/L
Total protein 4,0 66 – 87 g/dl
Albumun 1,7 2,8 gr/dl
Globulin 2,3 1,3 – 2,7 g/dl
Kuning Kuning - Coklat
Warna
muda
Kekeruhan Negatif Negatif
BJ 1.020 1,003 – 1,030
Pemeriksaan Urin

PH 5,5 4,6 – 8,0


Leukosit 1–2 ≤5
Eritrosit 0–1 ≤1
Protein Positif Negatif
Glukosa Negatif Negatif
Bilirubin Negatif Negatif

Urobilinogen Positif Positif

Warna kuning
saa
rik

Konsistensi Lunak
Darah Negatif
Lendir Negatif
Leukosit 0-1 ≤5
Eritrosit 0-1 ≤1
Tes darah samar Positif negatif
HbsAg < 0,13 ( Negatif )
Imnunolog

Serologi

Anti HCV < 1 ( Negatif )


i–

CD4 ≥ 600 Sel/μL


Procalation < 0,5 Low Risk

11. Program dan Rencana Peengobatan


Program pengobatan pasien mulai dari tanggal 19 mei 2017 :
Nacl 0,9% 2x-1–1
New diatab 3 x1 (PO)
Nacetilsistein 3 x 200 g (PO)
Lansoprazol 1 x 30 mg (PO)
Albumin 20% 1 kali trnfusi (IV)
Niflec 1 ekstra (PO)
Dexametasone 3 x 1amp ( IV)
Clindamicin 4 x 600 (PO)

12. ANALISA DATA KEPERAWATAN


Data Masalah Penyebab

DS : Kekurangan Kehilangan cairan aktif


f. Pasien mengatakana badan volume cairan
terasa lemah dan letih
g. Pasien mengatakan BAB cair
h. Frekuensi BAB 3 sampai 4
kali dalam sehari
i. Pasien merasakan sering
merasa haus
j. Pasien mengatakan sering
keringat malam

DO :

i. Pasien tampak lemah


j. Bibir tampak kering
k. Turgor kulit Jelek
l. CRT > 3 detik
m. Kulit tampak kering
n. TD = 80/70 mmHg
o. N = 124 x/i
p. Pasien mendapatkan terapi
Nacl 0,9%
DS : Diare Proses Infeksi
d. Pasien mengatakan diare
seajak tiga minggu yang lalu
e. Pasien mengtakan
konsentrasi BAB cair
f. Pasien mengatakan frekuensi
diare 3 sampai 4 kali sehari,
konsistensi cair dan
berlendir, bewarna kuning,
kadang kemerah merahan.

DO:

e. Pasien tampak lemah


f. Bising usus 21 x/i
g. TD : 90/60 mmHg
h. N : 124 x/i
DS: Ketidak Faktor biologis
a. Pasein mengatakan berat seimbangan
badan mengalami penurunan nutrisi kurang
sejak sakit dari kebutuhan
b. Pasien mengatakan nafsu tubuh
makan berkurang
c. Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang sejak sakit
d. Pasien mengatakan porsi
makan hanya dihabiskan 3
sampai 4 sendok makan

DO:

a. Pasien tampak kurus


b. Berat badan sekarang 33 kg
c. Tinggi badan 154 cm
d. IMT 14, 34 (Berat badan
kurang)
e. Lingkar lengan 19
f. Porsi makan tampak tidak
habis
g. Bising usus 21 x/i
h. Bibir kering
i. Terdapat sariawan
j. Tonus otot melemah
DS : Resiko kerusakan Faktor imunologi
integritas kulit
a. Pasien mengatakan kulit
gatal – gatal dan memerah
b. Pasien mengatakan kulit
memerah sejak 1 minggu
yang lalu
c. Pasien mengatakan tidak
memiliki riwayat alergi

DO :

a. Kulit tampak memerah pada


bagian ekstremitas
b. Kulit kering
c. Turgor kulit jelek
DS : Ansietas Kurang pengetahuan

a. Pasien mengatakan ada


perasaan cemas
b. Pasien mengatakan merasa
cemas karena kondisinya
belum juga membaik
c. Pasien mengatakan tidak
mengerti dengan proses
penyakitnya saat ini

DO :

a. Ekspresi wajah tampak


tegang

13. DIAGNOSA KEPERAWATAN


No Diagnosa Ditemukan Masalah Dipecahkan Masalah
Keperawatan
Tgl Paraf Tgl Paraf

1 Kekurangan 25 Mei
volume cairan 2017
berhubungan
dengan
Kehilangan
cairan aktif
2 Diare 25 Mei
berhubungan 2017
dengan Proses
Infeksi

3 Ketidak 25 Mei
seimbangan 2017
nutrisi kurang
dari kebutuhan
tubuh
berhubungan
dengan faktor
biologis

4 Resiko 25 Mei
kerusakan 2017
integritas kulit
berhubungan
dengan faktor
imunologis

5 Ansietas 25 Mei
berhubungan 2017
dengan kurang
pengetahuan

14. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


NO Diagnosa Intervensi
Keperawatan
NOC NIC

1 Kekurangan Setelah dilakukan Menajemen cairan:


volume cairan tindakan keperawatan 6) Jaga intake/ asupan
berhubungan diharapkan diharapkan yang akurat dan catat
dengan keseimbangan cairan ouput pasien
Kehilangan tidak terganggu dengan 7) Monitor status hidrasi
cairan aktif kriteria hasil : (misalnya membran
6) Tekanan darah mukosa lembab,
tidak terganggu denyut nadi adekuat,
7) Denyut nadi radial dan tekanan darah
tidak terganggu ortostatik)
8) Keseimbangan 8) Monitor hasil
intake dan output laboratorium yang
dalam 24 jam tidak relevan dengan retensi
terganggu cairan
9) Berat badan stabil 9) Monitor tanda tanda
10) Turgor kulit tidak vital
terganggu 10) Beri terapi IV, seperti
yang ditentukan
Setelah dilakukan 11) Distribusi cairan
tindakan keperawatan selama 24 jam
diharapkan hidrasi
tidak terganggu dengan Monitor cairan :
kriteria hasil :
8) Tentukan jumlah dan
8) Turgor kulit tidak jenis intake/asupan
terganggu cairan serta kebiasaan
9) Membran mukosa eliminasi
lemba tidak 9) Tentukan faktor faktor
terganggu yang menyebabkan
10) Intake cairan tidak ketidak seimbangan
terganggu cairan
11) Output cairan tidak 10) Periksa isi ulang
terganggu kapiler
12) Perfusi jaringan 11) Periksa turgor
tidak terganggu kulit
13) Tidak ada nadi 12) Monitor berat
cepat dan lemah badan
14) Tidak ada 13) Monitor kadar
kehilangan berat serum albumin dan
badan protein total
14) Monitor membran
mukosa, turgor kulit
dan respon haus

2 Diare Setelah dilakukan Menajemen saluran cerna


berhubungan tindakan keperawatan 3) Monitor buang air
dengan Proses diharapkan eliminasi besar termasuk
Infeksi usus tidak terganggu frekuensi, konsistensi,
dengan kriteria hasil : bentuk, volume dan
4) Pola eliminasi tidak warna dengan cara
terganggu yang tepat
5) Suara bising usus 4) Monitor bising usus
tidak terganggu
6) Diare tidak ada Menajemen diare

Setelah dilakukan 6) Tentukan riwat diare


tindakan keperawatan 7) Ambil tinja untuk
diharapka tidak terjadi pemeriksaan kultur
keparahan infeksi, dan sensitifitas bila
dengan kriteria hasil : diare berlanjut
8) Instruksikan pasien
4) Melaise tidak ada atau anggota keluarga
5) Nyeri tidak ada untuk mencatat warna,
6) Depresi jumlah sel volume, frekuensi, dan
darah putih tidak ada konsistensi tinja
9) Identifikasi faktor
yang bisa
menyebabkan diare
(misalnya medikasi,
bakteri, dan
pemberian makan
lewat selang)
10) Amati turgor kulit
secara berkala
Monitor Elektrolit

8) Monitor serum
elektrolit
9) Monitor serum
albumin dan kadar
protein total, sesuai
dengan indikasi
10) Monitor ketidak
seimbangan asam basa
11) Identifikasi
kemungkinan
penyebab ketidak
seimbangan elektrolit
12) monitor adanya
kehilangan cairan
elektrolit, jika
diperlukan
13) monitor adanya mual,
muntah dan diare
14) monitor adanya
penyakit medis yang
dapat menyebabkan
ketidak seimbangan
elektrolit

Terapi Intravena (IV)

1) Berikan pengobatan
IV, sesuai yang
diresepkan, dan
monitor untuk
hasilnya
2) Monitor kecepatan
aliran intravena dan
area intravena selama
pemberian infus
3) Monitor tanda- tanda
vital

3 Ketidak Setelah dilakukan Menajemen nutrisi :


seimbangan tindakan keperawatan 4) Tentukan status gizi
nutrisi kurang diharapkan status pasien dan
dari kebutuhan nutrisi dapat kemampuan pasien
tubuh ditingkatkan dengan untuk memenuhi
berhubungan kriteria hasil : kebutuhan gizi
dengan faktor 3) Asupan nutrisi tidak 5) Identifikasi adanya
biologis menyimpang dari alergi atau intolerasi
rentang normal makanan yang
4) Asupan makanan dimiliki pasien
tidak menyimpang 6) Monitor kalori dan
dari rentang normal asupan makanan

Setelah dilakukan Monitor nutrisi :


tindakan keperawatan
diharapkan status 1) Lakukan pengukuran
nutrisi : Asupan nutrisi antopometri pada
dapat ditingkatkan komposisi tubuh
dengan kriteria hasil : (misalnya indeks masa
tubu)
7) Asupan kalori 2) Monitor kecendrungan
sebagian besar turun dan naiknya
adekuat berat badan
8) Asupan protein 3) Identifikasi perubahan
sebagian besar berat badan terakhir
adekuat 4) Monitor turgor kulit
9) Asupan lemak dan mobilitas
sebagian besar
adekuat
10) Asupan
karbohidrat
sebagian besar
adekuat
11) Asupan vitamin
sebagian besar
adekuat
12) Asupan mineral
sebagian besar
adekuat

Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan terjadi
peningkatan nafsu
makan dengan kriteria 5) Identifikasi adanya
hasil : abnormalitas rambut
(misalnya kering,
4) Intake makanan tipis, kasar dan mudah
tidak terganggu patah)
5) Intake nutrisi tidak 6) Monitor adanya muall
terganggu muntah
6) Intake cairan tidak 7) Identifikasi
terganggu abnormalitas eliminasi
bowel (misalnya
Setelah dilakukan diare)
tindakan keperawatan 8) Monitor diet dan
diharaokan terjadi asupan kalori
peningkatan status 9) Identifikasi penurunan
nutrisi : asupan nafsu makan
makanan dan cairan 10) Monitor adanya warna
dengan kriteria hasil : pucat, kemerahan dan
jaringan konjungtiva
3) Asupan makanan
yang kering
secara oral
11) Identifikasi adanya
sebagian besar
ketidak normalan
adekuat
dalam rongga mulut
4) Asupan cairan
(misalnya;inflamasi,
intravena
kenyal, ompong, gusi
sepenuhnya
berdarah, kering, bibir
adekuat
peceh-pecah, bengkak,
merah tua, lidah kasar
12) Lakukan pemeriksaan
laboratorium, moitor
hasilnya (misalnya
kolesterol, serum
albumin, nitrogen,
urin, selama 24 jam,
hitung limfosit total
dan nilai elektrolit)
Pemberian nutrisi total
parenteral:

1) Pastikan isersi
intravena cukup paten
untuk memberikan
nutrisi intravena
2) Pertahankan
kecepatan aliran yang
konstan
3) Monitor masukan dan
output cairan
4) Monitor kadar
albumin, protein total,
elektrolit profil lipid,
glukosa darah dan
kimia darah
5) Monitor tanda tanda
vital
4 Resiko Setelah dilakukan Pemberian obat kulit:
kerusakan tindakan keperawatan
integritas kulit diharapkan integritas 4) Ikuti prinsip 5 benar
berhubungan jaringan kulit dan pemberian
dengan faktor membranmukosa dapat 5) Catat riwayat medis
imunologis ditingkatkan : pasien dan riwayat
alergi
7. Suhu kulit tidak 6) Tentukan pengetahuan
terganggu pasien mengenai
8. Tekstur kulit tidak medikasi dan
terganggu pemahaman pasien
9. Integritas kulit mengenai metode
tidak terganggu pemberian obat
10. Pigmentasi
abnormal ringan Pengecekan kulit :
11. Lesi mukosa
ringan 5) Amati warna,
12. Kanker kulit tidak kehangatan,
ada bengkak, pulsasi,
tekstur, edema, dan
ulserasi pada
ekstremitas
6) Monitor warna dan
suhu kulit
7) Monitor kulit dan
selaput lendir
terhadap area
perubahan warna,
memar, dan pecah
8) Monitor kulit untuk
adanya ruam dan
lecet

5 Ansietas Setelah dilakukan Bimbingan antisipatif :


berhubungan tindakan keperawatan
dengan kurang diharapkan tingkat 4) Bantu klien
pengetahuan kecemasan tidak mengidentifikasi
terganggu dengan kemungkinan
kriteria hasil : perkembangan
9) Tidak ada situasi krisis yang
wajah tegang akan terjadi dan efek
10) Tidak ada rasa dari krisis yang bisa
takut yang berdampak pada
disampaikan secara klien dan keluarga
lisan 5) Gunakan contoh
11) Tidak ada rasa kasus untuk
cemas yang di meningkatkan
sampaikan secara kemampuan
lisan pemecahan masalah
12) Tidak ada klien dengan cara
peningkatan tekan yang tepat
darah 6) Libatkan keluarga
13) Tidak ada maupun orang orang
peningkatan terdekat klien jika
tekanan nadi memungkinkan
14) Tidak ada
peningkatan Pengurangan kecemasan :
frekuensi
10) Gunakan
pernafasan
pendekan yang
15) Tidak ada menarik
tenang dan
diri
menyakinkan
16) Tidak ada
11) Nyaktakan
gangguan pola
dengan jelas harapan
tidur
terhadap prilaku
klien
12) Berikan informasi
faktual terkait
diagnosis, perawatan
dan progosis
13) Dorong keluarga
untuk mendampingi
pasien dengan cara
yang tepat
14) Puji kekuatan
prilaku yang baik
secara tepat
15) Dengarkan klien
16) Identifikasi pada
saat terjadi
perubahan
kecemasan
17) Instruksikan
pasien untuk
menggunakan teknik
relaksasi
18) Kaji untuk tanda
verbal dan nonverbal
keceemasan
15. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Tindakan Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan

25 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output


Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dari
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan infus NACL 0,9%
5) Menentukan faktor–faktor yang
menyebabkan ketidak
seimbangan cairan
6) Memerika CRT
7) Memeriksa turgor kulit
8) Memonitor kadar albumin
9) Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
25 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Mengkaji riwayat diare
4) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
5) Menilai turgor kulit
6) Monitor ketidak seimbangan
asam basa
7) Monitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
9) Monitor adanya mual muntah dan
diare
10) Berikan terapi infus NaCl 0,9%
11) Monitor kecepatan aliran infus
12) Monitor tanda- tanda vital
25 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Mengkaji riwayat alergi
2017 kebutuhan tubuh 3) Monitor kalori dan asupan
berhubungan dengan makanan
faktor biologis 4) Menentukan IMT
5) Memonitor penurunan berat
badan
6) Memonitor turgor kulit
7) Memonitor rambut
8) Memonitor adanya mual muntah
9) Mengidentifikasi diare
10) Memonitor diet dan asupan kalori
11) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
12) Memonitor konjungtiva
13) Mengidentifikasi rongga mulut
14) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
15) Memastikan insersi intravena
cukup paten
16) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
17) Memonitor intake dan output
cairan
18) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
19) Memonitor tanda- tanda vital
25 Resiko kerusakan 1) Menjalankan prinsip 5 benar
Mei integritas kulit pemberian obat
2017 berhubungan dengan 2) Mengkaji riwat alergi pasien
faktor imunologis 3) Menetukanpengetahuan pasien
tenntang metode pemberian obat
4) Periksa kulit terkait kemerahan
5) Mengamati warna kulit
6) Monitor adanya ruam dan lecet
25 Ansietas berhubungan 1) Membantu klien menidentifikasi
Mei dengan kurang kemungkinan pembengkakan
2017 pengetahuan situasi yang akan terjadi dan efek
dari krisis yang bisa berdampak
pada klien dan keluarga dengan
penyuluhan akan penyakit
2) Menggunakan perbandingan
kondisi pasien lain dengan pasien
lsin untuk meningkatkan rasa
percaya diri pasien
3) Melibatkan keluarga bercerita
dalam kasus pasien
4) Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
5) Memuji prilaku yang baik pasien
6) Mendengarkan keluhan pasien,
mengkaji ungkapan kecemasan
pasien
26 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dan
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan infus NACL 0,9%
5) Memeriksa CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor kadar albumin
8) Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
26 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
4) Menilai turgor kulit
5) Monitor adanya mual muntah
6) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual muntah dan
diare
8) Berikan terapi infus NaCl 0,9%
9) Monitor kecepatan aliran infus
10) Monitor tanda- tanda vital
26 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Monitor kalori dan asupan
2017 kebutuhan tubuh makanan
berhubungan dengan 3) Menentukan IMT
faktor biologis 4) Memonitor penurunan berat
badan
5) Memonitor turgor kulit
6) Memonitor rambut
7) Memonitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi diare
9) Memonitor diet dan asupan kalori
10) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
11) Memonitor konjungtiva
12) Mengidentifikasi rongga mulut
13) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
14) Memastikan insersi intravena
cukup paten
15) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
16) Memonitor intake dan output
cairan
17) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
18) Memonitor tanda- tanda vital
26 Resiko kerusakan 1) Menjalankan prinsip 5 benar
Mei integritas kulit pemberian obat
2017 berhubungan dengan 2) Mengkaji riwat alergi pasien
faktor imunologis 3) Menetukanpengetahuan pasien
tenntang metode pemberian obat
4) Periksa kulit terkait kemerahan
5) Mengamati warna kulit
6) Monitor adanya ruam dan lecet
26 Ansietas berhubungan 1) Melibatkan keluarga bercerita
Mei dengan kurang dalam kasus pasien
2017 pengetahuan 2) Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3) Memuji prilaku yang baik pasien
4) Mendengarkan keluhan pasien,
mengkaji ungkapan kecemasan
pasien
27 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dan
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan infus NACL 0,9%
5) Memeriksa CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor kadar albumin
8) Memonitor memonitor mokosa,
turgor kulit, dan respon haus
27 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
4) Menilai turgor kulit
5) Monitor adanya mual muntah
6) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual muntah dan
diare
8) Berikan terapi infus NaCl 0,9%
9) Monitor kecepatan aliran infus
10) Monitor tanda- tanda vital
27 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Monitor kalori dan asupan
2017 kebutuhan tubuh makanan
berhubungan dengan 3) Menentukan IMT
faktor biologis 4) Memonitor penurunan berat
badan
5) Memonitor turgor kulit
6) Memonitor rambut
7) Memonitor adanya mual muntah
8) Mengidentifikasi diare
9) Memonitor diet dan asupan kalori
10) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
11) Memonitor konjungtiva
12) Mengidentifikasi rongga mulut
13) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
14) Memastikan insersi intravena
cukup paten
15) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
16) Memonitor intake dan output
cairan
17) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
18) Memonitor tanda- tanda vital
27 Resiko kerusakan 1) Menjalankan prinsip 5 benar
Mei integritas kulit pemberian obat
2017 berhubungan dengan 2) Periksa kulit terkait kemerahan
faktor imunologis 3) Mengamati warna kulit
4) Monitor adanya ruam dan lecet

27 Ansietas berhubungan 1) Melibatkan keluarga bercerita


Mei dengan kurang dalam kasus pasien
2017 pengetahuan 2) Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3) Mendengarkan keluhan pasien,
mengkaji ungkapan kecemasan
pasien
28 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dan
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan infus NACL 0,9%
5) Memeriksa CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor mokosa, turgor kulit,
dan respon haus
28 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
4) Menilai turgor kulit
5) Monitor adanya mual muntah
6) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual muntah dan
diare
8) Berikan terapi infus NaCl 0,9%
9) Monitor kecepatan aliran infus
10) Monitor tanda- tanda vital
28 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Monitor kalori dan asupan
2017 kebutuhan tubuh makanan
berhubungan dengan 3) Menentukan IMT
faktor biologis 4) Memonitor turgor kulit
5) Memonitor rambut
6) Memonitor adanya mual muntah
7) Mengidentifikasi diare
8) Memonitor diet dan asupan kalori
9) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
10) Memonitor konjungtiva
11) Mengidentifikasi rongga mulut
12) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
13) Memastikan insersi intravena
cukup paten
14) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
15) Memonitor intake dan output
cairan
16) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
17) Memonitor tanda- tanda vital
28 Resiko kerusakan 1) Menjalankan prinsip 5 benar
Mei integritas kulit pemberian obat
2017 berhubungan dengan 2) Periksa kulit terkait kemerahan
faktor imunologis 3) Mengamati warna kulit
4) Monitor adanya ruam dan lecet

28 Ansietas berhubungan 1) Melibatkan keluarga bercerita


Mei dengan kurang dalam kasus pasien
2017 pengetahuan 2) Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3) Mendengarkan keluhan pasien,
mengkaji ungkapan kecemasan
pasien
29 Kekurangan volume 1) Mencatat Intake dan Output
Mei cairan berhubungan pasien
2017 dengan kehilangan 2) Menilai status hidarasi dan
cairan aktif mukosa bibir, denyut nadi, dan
tekanan darah
3) Mengukur TTV (tekanan darah,
nadi, pernafasan, dan suhu tubuh
4) Memberikan infus NACL 0,9%
5) Memeriksa CRT
6) Memeriksa turgor kulit
7) Memonitor mokosa, turgor kulit,
dan respon haus
29 Diare berhubungan 1) Momonitor buang air besar
Mei dengan Proses Infeksi termasuk frekuensi, konsistensi,
2017 bentuk, volume dan warna
2) Memonitor bising usus
3) Menginstruksikan pasien atau
anggota keluarga untuk mencatat
warna, volume, frekuensi dan
konsistensi tinja
4) Menilai turgor kulit
5) Monitor adanya mual muntah
6) Mengidentifikasi ketidak
seimbangan elektrolit
7) Monitor adanya mual muntah dan
diare
8) Berikan terapi infus NaCl 0,9%
9) Monitor kecepatan aliran infus
10) Monitor tanda- tanda vital
29 Ketidak seimbangan 1) Menentukan status gizi
Mei nutrisi kurang dari 2) Monitor kalori dan asupan
2017 kebutuhan tubuh makanan
berhubungan dengan 3) Menentukan IMT
faktor biologis 4) Memonitor turgor kulit
5) Memonitor rambut
6) Memonitor adanya mual muntah
7) Mengidentifikasi diare
8) Memonitor diet dan asupan kalori
9) Mengidentifikasi penurunan
nafsu makan
10) Memonitor konjungtiva
11) Mengidentifikasi rongga mulut
12) Menilai hasil laboratorium
(kolesterol, albumin, nitrogen,
limfosit, dan nilai elektrolit)
13) Memastikan insersi intravena
cukup paten
14) Mempertahankan kecepatan
aliran infus
15) Memonitor intake dan output
cairan
16) Memonitor kadar albumin,
protein total, elektrolit, profil
lipid, glukosa darah dan kimia
darah
17) Memonitor tanda- tanda vital
29 Resiko kerusakan 1) Menjalankan prinsip 5 benar
Mei integritas kulit pemberian obat
2017 berhubungan dengan 2) Periksa kulit terkait kemerahan
faktor imunologis 3) Mengamati warna kulit
4) Monitor adanya ruam dan lecet

29 Ansietas berhubungan 1) Melibatkan keluarga bercerita


Mei dengan kurang dalam kasus pasien
2017 pengetahuan 2) Menggunakan pendekatan yang
tenang dan meyakinkan
3) Mendengarkan keluhan pasien,
mengkaji ungkapan kecemasan
pasien
16. EVALUASI KEPERAWATAN
Tgl/ Diagnosa Evaluasi Paraf
Hari Keperawatan Keperawatan

25 Mei Kekurangan volume S :


2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare
- Pasien mengatakan
sering merasa haus

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :102
TD : 90/60 mmHg
S : 37,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus NaCl 00,9%,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

25 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
- Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 3 minggu
yang lalu

O:
- Pasien tampak lemah
- Bising usus 19 x/i
- Turgor kulit jelek
- N : 102 x/i
- TD :90/60

P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

25 mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis porsi makan hanya
dihabiskan 2 sendok
- Pasien mengatakan
tidak merasa mual
- Pasien mengatakan
tidak memiliki
riwayat alergi
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :102 x/i
- RR : 19 x/i
- S : 37,8OC
P : Masalah belum
teratasi

A: Intervensi
dilanjutkan

25 Mei Resiko kerusakan S :


2017 integritas kulit - Pasien mengatakan
berhubungan dengan kulit gatal – gatal
faktor imunologi dan kemerahan
- Pasien mengatakan
kulit memerah sejak
1 minggu yang lalu
- Pasien mengatakan
tidak memiliki
riwayat alergi

A:

- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

25 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
pengetahuan ada perasaan cemas
- Pasien mengatakan
merasa cemas karena
tidak mengetahu
kondisinya
- Pasien tidak
mengerti dengan
proses penyakit saat
ini

O:

- Ekspresi wajah
tampak tegang

A : Masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan
26 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :100
TD : 80/60 mmHg
S : 35,9 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus NaCl 00,9%,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

26 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
- Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 3 minggu
yang lalu

O:

- Pasien tampak lemah


- Bising usus 19 x/i
- Turgor kulit jelek
- N : 100 x/i
- TD :80/60
- S : 35,90c
P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

26 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis porsi makan hanya
dihabiskan 1 sendok
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :100 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 35,9OC

P : Masalah belum
teratasi

A: Intervensi
dilanjutkan

26 Mei Resiko kerusakan S :


2017 integritas kulit - Pasien mengatakan
berhubungan dengan kulit gatal – gatal
faktor imunologi dan kemerahan
- Pasien mengatakan
kulit memerah sejak
1 minggu yang lalu
- Pasien mengatakan
tidak memiliki
riwayat alergi

A:

- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

26 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
pengetahuan ada perasaan cemas
- Pasien tidak
mengerti dengan
proses penyakit saat
ini

O:

- Ekspresi wajah
tampak tegang

A : Masalah belum
teratasi

P : intervensi
dilanjutkan
27 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- N :82
TD : 90/70 mmHg
S : 36,6 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus NaCl 0,9%,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

27 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
- Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 3 minggu
yang lalu

O:

- Pasien tampak lemah


- Bising usus 19 x/i
- Turgor kulit jelek
- N : 82 x/i
- TD :90/70
- S : 36,60c

P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

27 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis porsi makan hanya
dihabiskan 1 sendok
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :82 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 36,6OC

P : Masalah belum
teratasi

A: Intervensi
dilanjutkan

27 Mei Resiko kerusakan S :


2017 integritas kulit - Pasien mengatakan
berhubungan dengan kulit gatal – gatal
faktor imunologi dan kemerahan
- Pasien mengatakan
kulit memerah sejak
1 minggu yang lalu

A:

- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

27 Mei Ansietas S:
2017 berhubungan
dengan kurang - Pasien mengatakan
tidak ada lagi rasa
pengetahuan cemas

O:

- Tidak ada lagi


ekpresi wajah tegang

A : Masalah teratasi

P : intervensi sihentikan
28 Mei Kekurangan volume S :
2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- Pasien tampak lemah


- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :87
TD : 80/70 mmHg
S : 37,0 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus NaCl 0,9%,
- CRT > 3 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 1,7 gr/dl

A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

28 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 3 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang
- Pasien mengatakan
mengalami diare
sejak 3 minggu
yang lalu
O:

- Pasien tampak lemah


- Bising usus 19 x/i
- Turgor kulit jelek
- N : 87 x/i
- TD :80/70
- S : 37,00c

P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

28 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis porsi makan hanya
dihabiskan 2 sendok
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :87 x/i
- RR : 18 x/i
- S : 37,0

P : Masalah belum
teratasi
A: Intervensi
dilanjutkan

28 Mei Resiko kerusakan S :


2017 integritas kulit - Pasien mengatakan
berhubungan dengan kulit gatal – gatal
faktor imunologi dan kemerahan
- Pasien mengatakan
kulit memerah sejak
1 minggu yang lalu

A:

- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

29 Mei Kekurangan volume S :


2017 cairan berhubungan
dengan kehilangan - Pasien mengatakan
cairan aktif badan terasa lemah
dan letih
- Pasien mengatakan
masih diare

O:
- Pasien tampak lemah
- BB : 33 kg
- Tonus otot melemah
- Mukosa bibir kering
- Denyut nadai cepat
N :90
TD : 90/70 mmHg
S : 36,8 oc
RR : 19 x/i
- Pasien terpasang
infus NaCl 0,9%,
- CRT > 2 detik
- Turgor kulit jelek
- Albumin 1,7 gr/dl
A : Masalah belum
teratasi

P : Intervensi
dilanjutkan

29 Mei Diare berhubungan S :


2017 dengan Proses - Pasien mengatakan
Infeksi BAB sudah 2 kali,
konsistensi cair,
warna kuning, dan
volumenya sedang

O:

- Pasien tampak lemah


- Bising usus 19 x/i
- Turgor kulit jelek
- N : 90 x/i
- TD :90/70 mmHg
- S : 37,00c

P : Masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan

29 Mei Ketidak seimbangan S :


2017 nutrisi kurang dari - Pasien mengtakan
kebutuhan tubuh tidak nafsu makan
berhubungan dengan - Pasien mengatakan
faktor biologis porsi makan hanya
dihabiskan 3 sendok
- Pasien mengatakan
masih diare

O:

- BB : 33 Kg
- TB :153 cm
- IMT : 14,10 (berat
bada kurang)
- Lingkar lengan : 19
cm
- Turgor kulit jelek
- Diit tampak tidak
dihabiskan
- Konjung tiva anemis
- Bibir kering terdapat
sariawan, dan
kondidiasis oral
- Albumin 1,7 gr/dl
- Limfosit
- Terpasang infus
NaCl 0,95 8 tetes/i
- Infus paten
- Gula darah puasa
- N :90 x/i
- RR : 19 x/i
- S : 37,0

P : Masalah belum
teratasi

A: Intervensi
dilanjutkan

29 Mei Resiko kerusakan S :


2017 integritas kulit - Pasien mengatakan
berhubungan dengan kulit gatal – gatal
faktor imunologi dan kemerahan
- Pasien mengatakan
kulit memerah sejak
1 minggu yang lalu

A:

- Kulit tampak
memerah
- Kulit kering
- Turgor kulit jelek

P : masalah belum
teratasi

A : Intervensi
dilanjutkan
-• L.

Anda mungkin juga menyukai