oleh :
Kelompok 5 Keperawatan 4C
Rahman Nur Alamsyah 1119136
Dea Kamelia 1119137
Aini Putri Dinanti 1119138
Selsa Dwi R 1119139
Nalda Sastria 1119140
Nisrina Salsabila 1119141
Hilmi Fauzan 1119142
Fitriana Azhar W 1119143
A. Pengertian Geriatri
Geriatri merupakan cabang ilmu dari gerontology dan kedokteran yang
mempelajari kesehatan pada lansia dalam berbagai aspek, yaitu promotif, preventif,
kuratif, dan rehabilitative. Pada prinsipnya geriatric mengusahakan masa tua yang
bahagia dan berguna (DEPKES RI, 2000). Gerontology adalah suatu ilmu yang
mempelajari proses penuaan dan masalah yang akan terjadi pada lansia yaitu
kesehatan, social, ekonomi, perilaku, lingkungan dan lail-lain (DEPKES RI, 2000).
Tujuan pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Mempertahan derajat kesehatan setinggi-tingginya sehingga terhindar dari
penyakit atau gangguan/kesehatan.
2. Memelihara kondisi kesehatan dengan aktivitas fisik sesuai kemampuan dan
aktivitas mental yang mendukung.
3. Melakukan diagnosis dini yang tepat dan memadai.
4. Melakukan pengobatan yang tepat.
5. Memelihara kemandirian secara maksimal.
6. Tetap memberikan bantuan moril dan perhatian sampai akhir hayatnya agar
kematiannya berlangsung dengan tenang.
Prinsip-prinsip pelayanan geriatric adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan yang menyeluruh (biopsikososialspiritual).
2. Orientasi terhadap kebutuhan klien.
3. Diagnosis secara terpadu.
4. Team work (koordinasi).
5. Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya.
Perkembangan geriatric baru terjadi pada abad ke-20. Di Indonesia, geriatric
baru berkembang dan masih dalam masa perintisan. Pada prinsipnya, geriatric
mengusahakan agar para lansia dapat menjadi lansia yang berguna dan bahagia,
sehingga tidak menjadi beban bagi keluarga dan masyarakat.
B. Strategi dan Kebijakan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia di Indonesia
Undang-undang Dasar (UUD) 1945, juga Undang-undang (UU) Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan, sudah sangat jelas menggariskan bahwa setiap orang
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Tentu saja, setiap orang berhak
hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman,
bermutu, dan terjangkau. Dalam hal pelayanan kesehatan bagi warga lansia, juga tidak
bisa lepas dari semua ketentuan perundang-undangan tersebut.
Di dunia saat ini, jumlah penduduk lanjut usia sudah mencapai sekitar 21%
dari total populasi dunia. Pada tahun 2025, diperkirakan akan mencapai jumlah sekitar
1,2 miliar jiwa. Ini jelas memerlukan satu perhatian khusus, termasuk di negara-
negara berkembang seperti In-donesia, karena dari jumlah 1,2 milyar lanjut usia
tersebut, sekitar 80% hidup di negaranegara sedang berkembang. Khusus di
Indonesia, sensus penduduk tahun 2010 ini menunjukkan bahwa populasi lansia kita
adalah sekitar 18,1 juta jiwa atau 9,6% dari total populasi. Jumlah sebesar itu telah
menjadikan Indonesia sebagai salah satu dari lima negara dengan jumlah penduduk
lansia terbanyak, dan makin lama makin banyak.
Dari satu sisi, hal itu menandakan keadaan kesehatan warga makin bagus, tapi
kompleksitas permasalahan lansia sangat banyak, sehingga ‘pekerjaan rumah’ kita
pun lebih banyak lagi. Jumlah usia lansia 60 tahun ke atas diperkirakan akan
meningkat menjadi 29,1 juta jiwa pada tahun 2020 dan 40 juta jiwa pada tahun 2030.
Sekali lagi, memerlukan upaya-upaya yang sangat serius dalam pelayanan kesehatan
bagi mereka.
1. Rencana Strategis Kementerian Kesehatan
Kementerian Kesehatan mengembangkan beberapa strategy :
a. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan kesehatan
melalui kerjasama nasional dan global.
b. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang merata, terjangkau, bermutu dan
berkeadilan, serta berbasis bukti; dengan pengutamaan pada upaya promotif
dan preventif. Salah satu masalah yang dihadapi dalam hal ini adalah pengaruh
iklan, melalui media massa, terutama TV, yang mempengaruhi banyak orang
yang percaya berbagai macam upaya-upaya kesehatan alternatif, tetapi masih
dipertanyakan basis buktinya.
c. Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk
mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional. Meskipun pemerintah
sekarang ini mengembangkan sistem jaminan sosial, ter-masuk jaminan sosial
di bidang kesehatan, tetapi yang lebih utama sebenarnya adalah promosi
pencegahan penyakit. Penyediaan jaminan sosial dan kesehatan penting, tetapi
jauh lebih penting adalah upaya pencegahan. Prinsipnya, jangan sampai atau
sesedikit mungkin warga masyarakat terkena penyakit. Karena itu, perubahan
prilaku untuk hidup bersih dan sehat menjadi sangat substansial. Kalau
kemudian terpaksa jatuh sakit, saat itulah jaminan kesehatan menjadi penting
dan bermanfaat.
d. Meningkatkan pengembangan dan pendayagunaan sum-ber daya manusia
(SDM) kesehatan yang merata dan bermutu. Ini, sekali lagi, tidak mudah.
Salah satu contoh kerumitannya adalah ketidaksesuaian antara permintaan dan
penyediaan. Pada suatu saat, diperlukan tenaga khusus untuk bidang tertentu,
tetapi lembaga pendidikan tidak atau belum menghasilkannya. Misalnya,
sekarang kita membutuhkan banya tenaga promosi kesehatan untuk
mendukung visi dan misi mengutamakan upaya pencegahan, tetapi belum ada
lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan kualifikasi tenaga tersebut.
Kalau pun ada, masih sangat terbatas. Sebaliknya,pada sisi lain, ada banyak
penawaran yang sebenarnya sudah mulai melimpah.
e. Meningkatkan ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat dan alat
kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan, dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan.
f. Meningkatkan manajemen kesehatan yang akuntabel, transparan, berdaya
guna dan berhasil guna untuk memantapkan desentralisasi kesehatan yang
bertanggung jawab.