Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PEMBERDAYAAN PADA INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT


DALAM PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK SERTA
REPRODUKSI WANITA

Disusun Oleh:

Ega Devira 1912001054


Demonika Vira 1912001053

PROGRAM STUDI D-3 KEBIDANAN


AKBID ST. BENEDICKTA PONTIANAK
YAYASAN DARMA INSAN
2021
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu, baik
individu, kelompok, maupun masyarakat, merupakan aset yang harus dijaga,
dilindungi, bahkan harus ditingkat. Semua orang baik secara individu, kelompok,
maupun masyarakat dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup
sehat atau memperoleh perlindungan kesehatan. perencanaan suatu proeses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang ada. Dalam pendekatan yang dipimpin
masyarakat. Perencanaan adalah suatu proses pengkajian oleh masyarakat tentang
aspek kehidupan mereka termasuk potensi dan asset mereka.
Pembangunan kesehatan pada hakekatnya diarahkan guna tercapainya
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang, menyangkut
fisik, mental, maupun sosial budaya dan ekonomi. Untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal dilakukan berbagai upaya pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, terarah dan berkesinambungan. Masalah reproduksi di Indonesia
mempunyai dua dimensi. Pertama: yang laten yaitu kematian ibu dan kematian
bayi yang masih tinggi akibat bebagai faktor termasuk pelayanan kesehatan yang
relatif kurang baik. Kedua ialah timbulnya penyakit degeneratif yaitu menopause
dan kanker (Kemenkes RI, 2013).
Dalam globalisasi ekonomi kita diperhadapkan pada persaingan global
yang semakin ketat yang menuntut kita semua untuk menyiapkan manusia
Indonesia yang berkualitas tinggi sebagai generasi penerus bangsa yang harus
disiapkan sebaik mungkin secara terencana, terpadu dan berkesinambungan.
Upaya tersebut haruslah secara konsisten dilakukan sejak dini yakni sejak
janin dalam kandungan, masa bayi dan balita, masa remaja hingga dewasa
bahkan sampai usia lanjut (Kemenkes RI, 2013)
Berbagai masalah kesehatan, khususnya masalah kesehatan ibu dan
anak masih dihadapi masyarakat terutama yang berkaitan dengan tiga
terlambat, yaitu terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan,
terlambat mengenali tanda bahaya, terlambat mencari fasilitas kesehatan serta

1
terlambat memperoleh pelayanan kesehatan. Yang tentunya hal itu bisa
teratasi bila seluruh sektor dapat bekerja sama dalam rangka meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan. Dalam rangka
meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan
diperlukan kerjasama dari berbagai pihak. Baik itu kerjasama intrasektoral
maupun kerjasama lintas sektoral.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemberdayaan?
2. Bagaimana bentuk strategi pemberdayaan pada keluarga dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta reproduksi wanita?
3. Tujuan
1. Mengetahui apa itu pemberdayaan
2. Mengetahui Bagaimana bentuk strategi pemberdayaan pada keluarga dalam
pelayanan kesehatan ibu dan anak serta reproduksi wanita

2
BAB II PEMBAHASAN

A. Pemberdayaan Pada Individu, Keluarga dan Masyarakat dalam


Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Serta Reproduksi Wanita
Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuannya untuk mewujudkan kemampuan masyarakat
dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan berasal dari kata dasar daya yang berarti kekuatan atau
kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai
sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kuranga tau belumberdaya. Berdasarkan penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah proses untuk memperoleh daya,
kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan atau kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya
(Sulistiyanti dalamFahrudin, 2011). Strategi pemberdayaan dalam pelayanan
kesehatan ibu dan anak serta reproduksi wanita dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Strategi Pemberdayaan Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila individu tersebut
mempunyai masalah kesehatan karena ketidakmampuan merawat dirinya sendiri
oleh suatu hal atau sebab, maka dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya
baik secara fisik, mental dan sosial.
Bentuk strategi pemberdayaan individu ialah dengan melakukan
pemberdayaan perempuan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak
serta reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kesehatan ibu.
Peningkatan kualitas perempuan menjadi dasar untuk menciptakan
pembangunan yang berkelanjutan bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, diperlukan
pemberdayaan perempuan agar memiliki kesadaran akan dirinya sebagai manusia
yang seutuhnya dan posisi dalam budayanya. Pemberdayaan ini dilakukan dengan
memberikan promosi kesehatan melalui penyuluhan kesehatan untuk

3
meningkatkan kemampuan individu dalam memelihara dan meningkatkan
kesehatannya.
2. Strategi Pemberdayaan Keluarga
Keluarga adalah suatu lembaga yang merupakan satuan (unit) terkecil dari
masyarakat, terdiri atas ayah, ibu dan anak. Keluarga yang seperti ini disebut
rumah tangga atau keluarga inti (keluarga batih). Sedangkan keluarga yang
anggotanya mencakup juga kakek dan nenek atau individu lain yang memiliki
hubungan darah, bahkan juga tidak memiliki hubungan darah (misalnya pembantu
rumah tangga) disebut keluarga luas (extended family). Oleh karena merupakan
unit terkecil dari masyarakat, maka derajat kesehatan rumah tangga atau keluarga
menentukan derajat kesehatan masyarakat.
Strategi pemberdayaan keluarga yang dapat dilakukan ialah Pendekatan
Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesahatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
Pentingnya pendekatan keluarga juga diamanatkan dalam Rencana
Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019. Dalam Renstra
disebutkan bahwa salah satu acuan bagi arah kebijakan Kementrian Kesehatan
adalah penerapan pendekatan pelayanan kesehatan yang terintegrasi dan
berkesinambungan (continuum of care). Hal ini berarti bahwa pelayanan
kesehatan harus dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life
cycle), sejak masih dalam kandungan sampai lahir menjadi bayi, tumbuh menjadi
anak balita, anak usia sekolah, remaja, dewasa muda (usia produktif), dan
akhirnya menjadi dewasa tua atau usia lanjut. Untuk dapat melaksanakan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan terhadap seluruh tahapan siklus
hidup manusia, maka fokus pelayanan kesehatan harus pada keluarga. Dalam
pemberian pelayanan kesehatan, indvidu-individu harus dilihat dan diperlakukan
sebagai bagian dari keluarga.
3. Strategi Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan proses
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan kesejahteraan

4
mereka sendiri (Notoadmodjo, 2010). Dalam hal ini kesejahteraan adalah upaya
dalam memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan.
Adapun strategi pemberdayaan masyarakat ialah:
 Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan.
 Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah.
 Mengembangkan berbagai cara untuk menggali dan memanfaatkan
sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk pembangunan
kesehatan.
 Mengembangkan berbagai bentuk kegiatan pembangunan kesehatan yang
sesuai dengan kultur budaya masyarakat setempat.
 Mengembangkan manajemen sumberdaya yang dimiliki masyarakat
secara terbuka (transparan).
B. Strategi Pemberdayaan Kader dan Dukun
a. Pengertian kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki – laki atau wanita yang dipilih
oleh masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah – masalah kesehatan
perseorangan maupun masyarakat untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat
dengan tempat – tempat pemberian pelayanan kesehatan. Kader merupakan tenaga
masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat departemen kesehatan
membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan untuk
mneingkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu anak. Para kader
kesehatan masyarakat itu memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara
sederhana. Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat.
 Perilaku hidup bersih dan sehat
 Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
 Upaya penyehatan dilingkungan
 Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
 Permasyarakatan keluarga sadar gizi

5
Kader ditunjuk oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas –
tugas kader kesehatan masyarakat yang secara umum hamper sama tugasnya
dibeberapa negara yaitu:
 Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang
ringan
 Melaksanakan pengobatan yang sederhana
 Pemberian motivasi dan saran – saran pada ibu –ibu sebelum dan sesudah
melahirkan
 Menolong persalinan
 Pemberian motivasi dan saran – saran tentang perawatan anak
 Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi
 Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan
 Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan
 Melakukan penyuntikan imunisasi
 Pemberian motivasi KB
 Membagikan alat – alat KB
 Pemberina motivasi tentang sanitasi lingkungan, kesehatan perorangan dan
kebiasaan sehat secara umum
 Pemberian motivasi tentang penyakit menular, pencegahan dan rujukan
 Pemberian motivasi tentang perlunya fail up pada penyakit menular dan
perlunya memastikan diagnosis
 Penanganan penyakit menular
 Membantu kegiatan di klinik
 Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS
 Membina kegiatan UKS secara teratur
 Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu
pencatatan dan pelaporan
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini
disebabkan Karena kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan
pelatihan kader. Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa
yang telah ditetapkan sebelumnya telah dilaksankan kegiatan persiapan tingkat

6
desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk
melaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan
berjumlah 4 -5 orang untuk tiap posyandu.
b. Pembentukan kader
Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan
Karen kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader.
Pelatihan kader ini diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan
sebelumnya telah dilaksankan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan
desa, pengamatan dan adanya keputusan bersama untuk melaksanakan acara
tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4 -5 orang
untuk tiap posyandu.
c. Strategi menjaga eksistensi kader
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu adanya strategi agar mereka dapat
selalu eksis membantu masyarakat dibidang kesehatan.
 Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksankan oleh
bidan desa maupun petugas lintas sektor yang mengikuti kegitn posyandu
 Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan
rutin tiap bulan secara bergilir disetiap posyandu
 Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana
semua kader diundang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan
bisa juga diberikan rewards
d. Definisi dukun
Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaa serta memiliki keterampilan menolong
persalinan secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan cara
turn – temurun belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah
peningkatanan keterampilan tersebut serta melalui petugas kesehatan. Beriku
beberapa tujuan bimbingan dukun:
 Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan keterampilan dukun bayi
 Menjaga, mempertahankan dan meningkatkan cakupan hasil kegiatan
dukun dalam merawat bumil, bulin dan bunas

7
 Sebagai bahan asupan dalam penyusunan laporan kegiatan petugas
puskesmas
Strategi pemberdayaan kader dan dukun dikaitkan dengan konteks
pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga aras atau matra
pemberdayaan (empowerment setting) ( Suharto,2005) yaitu :
a. Matra Micro
Pemberdayaan dilakukan terhadap klien secara individu melalui bimbingan,
konseling, stress managemen, crisis intervention. Tujuan utamanya adalah
membimbing atau melatih klien dalam menjalankan tugas – tugas
kehidupannya. Model ini sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat
pada tugas (Task centered approach)
b. Matra Mezzo
Pemberdayaan dilakukan terhadap sekolompok klien. Pemberdayaan
dilakukan dengan menggunakan kelompok sebagai media intervensi.
Pendidikan dan pelatihan, dinamika kelompok, biasanya digunakan sebagai
strategi dalam meningkatkan kesadaran. Pengetahuan dan keterampilan dan
sikap-sikap klien agar dapat memiliki kemampuan memecahkan
permasalahan yang dihadapinya.
c. Matra Macro
Pendekatan ini disebut juga sebagai strategi sistem besar (large system
strategi), karena sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang
lebih luas, perumusan kebijakan, perencanaan social, kampanye, aksi social,
lobbying, pengorganisasian masyarakat, managemen konflik, adalah beberapa
strategi dalam pendekatan ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai
orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situai – situai mereka
sendiri, dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk
bertindak.
C. Pendampingan Sosial Kader dan Dukun
Pengembangan Masyarakat (PM) adalah proses membantu orang-orang
biasa agar dapat memperbaiki masyarakatnya melalui tindakan-tindakan kolektif
(Twelvetrees, 1991:1). Secara akademis, PM dikenal sebagai salah satu metode
pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup

8
masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta
menekankan pada prinsip partisipasi sosial (Suharto, 1997:292). Menurut Johnson
(1984), PM merupakan spesialisasi atau setting praktek pekerjaan sosial yang
bersifat makro (macro practice). Sesuai dengan prinsip pekerjaan sosial, yakni
“membantu orang agar mampu membantu dirinya sendiri”, PM sangat
memperhatikan pentingnya partisipasi sosial dan pendekatan pemberdayaan
masyarakat. Dalam konteks ini, dan bahkan dalam hampir semua praktek
pekerjaan sosial, peranan seorang community worker seringkali diwujudkan
dalam kapasitasnya sebagai pendamping, bukan sebagai penyembuh atau pemecah
masalah (problem solver) secara langsung. Dalam konteks PM pendampingan
sosial berpusat pada tiga visi praktek pekerjaan sosial yang dapat diringkas
sebagai 3P, yaitu: pemungkin (enabling) pendukung (supporting), dan pelindung
(protecting). Merujuk pada Payne (1986), prinsip utama pendampingan sosial
adalah “making the best of the client’s resources”. Dalam pendampingan sosial,
klien dan lingkungannya tidak dipandang sebagai sistem yang pasif dan tidak
memiliki potensi apa-apa.

D. Bidang Tugas Pendamping


Bidan memberikan bimbingan teknis dan memberdayakan pihak yang
sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh masyarakat) untuk tumbuh kembang
ke arah pencapaian tujuan yang diinginkan Pendamping adalah petugas yang
ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas bimbingan kepada
masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah program pembangunan
E. Peran sebagai pendamping
a) Fasilitator
Bidan Sebagai Fasilitator adalah bidan memberikan bimbingan teknis dan
memberdayakan pihak yang sedang didampingi (dukun bayi, kader, tokoh
masyarakat) untuk tumbuh kembang ke arah pencapaian tujuan yang
diinginkan, Fasilitas juga diartikan sebagai proses sadar, sepenuh hati dan
sekuat tenaga membantu kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan
taat pada nilai-nilai dasar partisipasi (PNPM Mandiri, 2008). Pendamping
adalah petugas yang ditunjuk untuk memfasilitasi dan melakukan aktifitas

9
bimbingan kepada masyarakat untuk melalui tahapan – tahapan dalam sebuah
program pembangunan.
b) Mediator
Mediasi yaitu Sengketa dalam masyarakat desa sering kali ditemui dalam
pelaksanaan pemberdayaan masyarakat. Untuk itu diperlukan proses mediasi.
Proses mediasi menurut Lewis dan Singer (2005) adalah sebuah proses
penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga yang independen yaitu,
mediator yang membantu para pihak yang sedang bersengketa untuk
mencapai suatu penyelesaian dalam bentuk suatu kesepakatan secara sukarela
terhadap sebagian ataupun seluruh permasalahan yang dipersengketakan. 
c) Broker
Dalam pengertian umum, seorang broker membeli dan menjual saham dan
surat berharga lainnya di pasar modal. Seorang beroker berusaha untuk
memaksimalkan keuntungan dari transaksi tersebut sehingga klien dapat
memperoleh keuntungan sebesar mungkin. Pada saat klien menyewa seorang
broker, klien meyakini bahwa broker tersebut memiliki pengetahuan
mengenai pasar modal, pengetahuan yang diperoleh terutama berdasarkan
pengalamannya sehari-hari. Dalam konteks PM, peran pekerja sosial sebagai
broker tidak jauh berbeda dengan peran broker di pasar modal. Seperti halnya
di pasar modal, dalam PM terdapat klien atau konsumen. Namun demikian,
pekerja sosial melakukan transaksi dalam pasar lain, yakni jaringan pelayanan
sosial. Pemahaman pekerja sosial yang menjadi broker mengenai kualitas
pelayanan sosial di sekitar lingkungannya menjadi sangat penting dalam
memenuhi keinginan kliennya memperoleh “keuntungan” maksimal. Dalam
proses pendampingan sosial, ada tiga prinsip utama dalam melakukan
peranan sebagai broker: 
 Mampu mengidentifikasi dan melokalisir sumber-sumber
kemasyarakatan yang tepat.
 Mampu menghubungkan konsumen atau klien dengan sumber secara
konsisten.
 Mampu mengevaluasi efektifitas sumber dalam kaitannya dengan
kebutuhan-kebutuhan klien.

10
Prinsip-prinsip tersebut sesuai dengan makna broker seperti telah dijelaskan
di muka. Peranan sebagai broker mencakup “menghubungkan klien dengan
barang-barang dan jasa dan mengontrol kualitas barang dan jasa tersebut.
Dengan demikian ada tiga kata kunci dalam pelaksanaan peran sebagai
broker, yaitu: menghubungkan (linking), barang-barang dan jasa (goods and
services) dan pengontrolan kualitas (quality control). 

d) Pembela
Pembela klien (advokat). Peran bidan sebagai penasehat telah didefinisikan
oleh Kohnke (1980) adalah kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada
seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan
memungkinkan bagi dirinya. Sokongan dapat berupa dorongan secara verbal
atau keterlibatan diskusi dengan petugas kesehata lain, instansi atau anggota
keluarga dalam melindungi dan memfasilitasi keluarga dan masyarakat dalam
pelayanan kebidanan komunitas
e) Pelindung
Tanggungjawab pekerja sosial terhadap masyarakat didukung oleh hukum.
Hukum tersebut memberikan legitimasi kepada pekerja sosial untuk menjadi
pelindung (protector) terhadap orang-orang yang lemah dan rentan. Dalam
melakukan peran sebagai pelindung (guardian role), pekerja sosial bertindak
berdasarkan kepentingan korban, calon korban, dan populasi yang berisiko
lainnya. Peranan sebagai pelindung mencakup penerapan berbagai
kemampuan yang menyangkut: (a) kekuasaan, (b) pengaruh, (c) otoritas, dan
(d) pengawasan sosial.  
Prinsip-prinsip peran pelindung meliputi:
 Menentukan siapa klien pekerja sosial yang paling utama.
 Menjamin bahwa tindakan dilakukan sesuai dengan proses perlindungan.
 Berkomunikasi dengan semua pihak yang terpengaruh oleh tindakan
sesuai dengan tanggungjawab etis, legal dan rasional praktek pekerjaan
sosial.

11
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat langsung. Tujuannya untuk mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
itu sendiri.
Strategi pemberdayaan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
reproduksi wanita dibagi menjadi tiga yaitu:
1. Strategi pemberdayaan individu dengan melakukan pemberdayaan
perempuan khususnya dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta
reproduksi wanita. Kesehatan reproduksi memiliki peranan penting dalam
meningkatkan kesehatan ibu.
2. Strategi pemberdayaan keluarga yang dapat dilakukan dengan Pendekatan
Keluarga. Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk
meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/meningkatkan akses
pelayanan kesahatan diwilayah kerjanya dengan mendatangi keluarga.
3. Strategi pemberdayaan masyarakat atau empowerment merupakan proses
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam
mengenali, mengatasi, memelihara, melindungi dan meningkatkan
kesejahteraan mereka sendiri (Notoadmodjo, 2010).

12
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, Komang Ayu Henny. 2010. Aplikasi Praktis Asuhan Keperawatan


Keluarga. Cetakan I. Jakarta : Sagung Seto
Fahrudin, Adi. 2011. Pemberdayaan partisipasi dan penguatan kapasitas
masyarakat. Bandung: Humaniora
Friedman. M (2010). Keperawatan Keluarga Riset,Teori dan Praktik. Jakarta :
ECG.
Kementrian Kesehatan RI, Riset Kesehatan. RISKESDAS 2013. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI(2013).
Safrudin, S. K. M., dkk. 2009. Kebidanan komunitas. EGC.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat.
bandung:Refika Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai