Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PROMOSI KESEHATAN

“PENERAPAN PROMOSI KESEHATAN PADA LANSIA”

KELOMPOK 4

ANISA LAILA ISNAINI PO.71.20.3.18.001


ASTUTI DWI PUTRI KRISNADI PO.71.20.3.18.006
CINDY SEPTARINI PO.71.20.3.18.010
DEVI FITRIA PO.71.20.3.18.015
ERZAFIRA ARDAINI PUTRI PO.71.20.3.18.019
INDAH KARTIKA SARI PO.71.20.3.18.024
JESSICA IRENE SAFITRI PO.71.20.3.18.028
KABUL BUDIMAN PO.71.20.3.18.029
LINGGA PITALOKA PO.71.20.3.18.032

DOSEN PEMBIMBING : ZURAIDAH,S.K.M,M.K.M

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG
PRODI D III KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah,puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang


telah memberi rahmat,karunia,serta kasih sayang terbesar-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penerapan Promosi Kesehatan Pada
Lansia”.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi
Kesehatan. Selain itu sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan
memotivasi mahasiswa dalam menyusun karya tulis.
Kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan
keterbatasan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena itu,kami mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sekalian demi memperbaiki makalah ini dalam
penulisan lain di kemudian hari.
Dan semoga makalah ini dapat mendatangkan manfaat bagi kita
semua.sekian dan terimakasih.

Lubuklinggau, September 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang
semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah
lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2%
dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006 usia harapan
hidup meningkat menjadi 66,2 tahun dan jumlah lansia menjadi 19 juta orang, dan
diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4%. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu.
Data menurut DepKes RI, mengenai angka kesakitan pada lansia, yaitu angka
kesakitan usia 55 tahun ke atas 25,7%, usia 45-59 tahun 11,6% dan usia di atas 60 tahun
9,2%. Menurut WHO tahun 2002 dalam kurun waktu 10 tahun penyakit jantung dengan
prevalensi 1,1/100 penduduk menjadi penyebab utama lansia meninggal. (Cengkunek,
2009)
Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran
organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran
dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran
perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan
berpikir. Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari
hasil kerja karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda
(Depkes RI, 2007).
Peran dari berbagai pihak sangat diperlukan untuk membantu lansia. Disamping
keluarga, pemerintah juga perlu memberikan intervensi untuk membantu lansia tetap
mempunyai kondisi fisik dan mental yang prima. Hal ini menjadi salah satu strategi
untuk meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan usia lanjut melalui kegiatan yang di
adakan di posyandu lansia diantaranya pendidikan kesehatan.
Pendidikan kesehatan adalah suatu proses perubahan pada diri seseorang yang
dihubungkan dengan pencapaian tujuan kesehatan individu, dan masyarakat. Pendidikan
kesehatan tidak dapat diberikan kepada seseorang oleh orang lain, bukan seperangkat
prosedur yang harus dilaksanakan atau suatu produk yang harus dicapai, tetapi
sesungguhnya merupakan suatu proses perkembangan yang berubah secara dinamis,
yang didalamnya seseorang menerima atau menolak informasi, sikap, maupun praktek
baru, yang berhubungan dengan tujuan hidup sehat (Suliha, dkk., 2002).
Pendidikan kesehatan memiliki berbagai macam metode dalam penerapannya,
salah satunya adalah metode demonstrasi. Metode Demonstrasi adalah metode
pengajaran dengan cara memperagakan benda, kejadian, aturan, dan urutan melakukan
suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran
yang relevan. Metode demonstrasi ini diharapkan dapat memberikan solusi yang efektif
dalam pelaksanaan pendidikan kesehatan terhadap lansia yang secara fungsional
kemampuan nya menurun.

B. Rumusan Masalah
1) Bgaimana konsep promosi kesehatan?
2) Bagaimana model promosi kesehatan dengan demonstrasi pada lansia?
3) Bagaimana menyusun perencanaan promosi kesehatan?

C. TUJUAN
Tujuan Umum
Untuk menjelaskan dan mengetahui promosi kesehatan dengan metode demonstrasi pada
lansia.

Tujuan Khusus
1) Mahasiswa mengetahui dan memahami konsep promosi kesehatan.
2) Mahasiswa mengetahui dan memahami promosi kesehatan pada lansia dengan metode
demonstrasi.
3) Mahasiswa mengetahui dan memahami dalam menyusun perencanaan promosi
kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Promosi Kesehatan
1.1 Definisi Promosi kesehatan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok, dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim
yang mendukung, dilakukan dari, oleh, dan untuk masyarakat sesuai dengan faktor
budaya setempat. Yang ingin dicapai melalui pendekatan ini adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan keterampilan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
( Depkes RI, 2006).
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan telah menetapkan tiga strategi dasar
promosi kesehatan, yaitu penggerakan dan pemberdayaan, bina suasana, dan advokasi
(Depkes RI, 2004). Ketiga strategi tersebut diperkuat oleh kemitraan serta metode dan
sarana komunikasi yang tepat. Strategi tersebut harus dilaksanakan secara lengkap
dan berkesinambungan dalam mengubah perilaku baru masyarakat menjadi lebih baik
yang diperlukan oleh program kesehatan. Lingkup promosi kesehatan mencakup
diantaranya sebagai berikut :
a. Strategi promosi kesehatan yaitu advokasi, bina suasana, dan gerakan
(pemberdayaan) masyarakat.
b. Tatanan kegiatan promosi kesehatan dilakukan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat di tatanan keluarga, sekolah, tempat bekerja, tempat-tempat
umum, dan sarana kesehatan.
c. Prioritas perilaku yang akan dikembangkan berdasarkan program kesehatan yang
dilaksanakan, maka kegiatan dilakukan untuk mengembangkan aspek perilaku
sehat tertentu, misalnya yang berkaitan dengan kesehatan KIA, gizi, kesehatan
lingkungan, gaya hidup, Jaminan Pemeliharan Kesehatan Masyarakat (JPKM), dan
sebagainya sesuai dengan kebutuhan, kondisi, dan situasi di masing-masing
tatanan.
Secara definisi istilah promosi kesehatan dalam ilmu kesehatan masyarakat
(health promotion ) mempunyai dua pengertian. Pengertian promosi kesehatan yang
pertama adalah sebagai bagian dari tingkat pencegahan penyakit. Level and Clark,
mengatakan ada empat tingkat pencegahan penyakit dalam perspektif kesehatan
masyarakat, yakni :
a. Health promotion (peningkatan/promosi kesehatan)
b. Specific protection (perlindungan khusus melalui imunisasi)
c. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis dini dan pengobatan segera)
d. Disability limitation (membatasi atau mengurangi terjadinya kecacatan)
e. Rehabilitation (pemulihan)

1.2 Tujuan Promosi Kesehatan


Tujuan umum promosi kesehatan tidak terlepas dari Undang-Undang
Kesehatan No.23/1992, maupun WHO, yakni meningkatnya kemampuan masyarakat
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental, dan
sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun social. Promosi kesehatan di
semua program kesehatan, baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi
lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan
lainnya bermuara pada kemampuan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, baik
kesehatan individu, kelompok maupun masyarakat.

1.3 Sasaran Promosi Kesehatan


Sasaran promosi kesehatan yang dilaksanakan oleh perawat adalah individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat. Agar promosi kesehatan dapat lebih tepat
sasaran, maka sasaran tersebut perlu dikenali secara lebih khusus, rinci, dan jelas
melalui pengelompokan sasaran promosi kesehatan meliputi sasaran utama (primer),
sasaran antara (sekunder), dan sasaran penunjang (tersier).
Sasaran primer adalah mereka yang diharapkan akan menerapkan perilaku
baru. Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung segala upaya pendidikan
atau promosi kesehatan. Sesuai dengan permasalahan kesehatan,maka sasaran ini
dapat dikelompokkan menjadi: kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum, ibu
hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah
untuk kesehatan remaja, dan sebagainya. Upaya promosi yang dilakukan terhadap
sasaran primer ini sejalan dengan strategi pemberdayaan masyarakat
(empowerment).
Sasaran sekunder adalah mereka yang dapat mempengaruhi sasaran primer.
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan sebagainya. Disebut sasaran
sekunder, karena dengan memberikan pendidikan kesehatan kepada kelompok ini
diharapkan untuk selanjutnya kelompok ini akan memberikan pendidikan kesehatan
kepada masyarakat disekitarnya. Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada
sasaran sekunder ini adalah sejalan dengan strategi dukungan social (social support).
Sasaran tersier adalah mereka yang berpengaruh terhadap keberhasilan
kegiatan, seperti para pengambil keputusan atau penyandang dana. Para pembuat
keputusan atau penentu kebijakan baik di tingkat pusat, maupun daerah adalah
sasaran primer tersier promosi kesehatan. Dengan kebijakan-kebijakan atau
keputusan yang dikeluarkan oleh kelompok ini akan mempunyai dampak terhadap
perilaku para tokoh masyarakat (sasaran sekunder), dan juga kepada masyarakat
umum (sasaran primer). Upaya promosi kesehatan yang ditujukan kepada sasaran
tersier ini sejalan dengan strategi advokasi (advocacy).

1.4 Jenis Metode Promosi Kesehatan


Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik
Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi.
1. Berdasarkan Teknik Komunikasi
a. Metode penyuluhan langsung.
Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka
dengansasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan
diskusi (FGD),pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll.
b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung
berhadapansecara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan
pesannya denganperantara (media). Umpamanya publikasi dalam bentuk media
cetak, melaluipertunjukan film, dsb
2. Berdasarkan Jumlah Sasaran Yang Dicapai
a. Pendekatan perorangan
Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak
langsungdengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah,
hubungantelepon, dan lain-lain
b. Pendekatan kelompok
Dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok
sasaran.Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara
lain :Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain
c. Pendekatan masal
Petugas Promosi Kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus
kepadasasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam
golongan iniadalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran
tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film.

1.5 Media dan Alat Peraga Promosi Kesehatan


Promosi kesehatan masyarakat dapat diberikan kepada sasaran baik secara
langsung maupun melalui media tertentu. Dalam situasi di mana pendidik (sumber)
tidak dapat bertemu langsung dengan sasaran, media pendidikan sangat diperlukan.
Media promosi kesehatan adalah saluran komunikasi yang dipakai untuk
mengirimkan pesan kesehatan. Media yang dapata dipergunakan adalah sebagai
berikut (Efendi & Makhfudli, 2009) :
- Media elektronik : radio, televisi, internet, telepon, handphone, teleconference
- Media cetak : majalah koran, selebaran (leaflet dan flyer), booklet, papan besar
(billboard), spanduk, poster, flannelgraph, bulletin board
- Media lain : surat

2. Metode Demonstrasi
2.1 Definisi Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan cara penyajian suatu pengertian atau ide yang
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara menjalankan suatu
tindakan, adegan, atau memperlihatkan bagaimana menggunakan suatu prosedur.
Sasaran pendidikan kesehatan dapat mencoba sendiri prosedur yang telah
diperlihatkan oleh komunikator. Contohnya yaitu menyajikan larutan oralit langkah
demi langkah (Efendy & Makhfudli, 2009).
Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan
barang, kejadian, aturan dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung
maupun menggunakan media yang relevan dengan pokok bahasan atau dengan materi
yang sedang disajikan. Metode ini sangat efektif diterapkan pada materi yang
membutuhkan banyak praktek untuk menunjukkan suatu proses atau kegiatan,
biasanya digabungkan dengan metode dan tanya (Sumartini, 2014).
2.2 Tujuan Metode Demonstrasi
Menurut Rochman (2007) mengemukakan bahwa tujuan penerapan metode
demonstrasi adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan memperlihatkan cara
melakukan sesuatu atau proses terjadiny sesuatu seperti :
1. Mengajarkan klien/peserta tentang suatu tindakan, proses atau prosedur
keterampilan fisik dan motorik.
2. Mengembangkan kemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan
klien/peserta secara bersama-sama.
3. Mengkonkritkan informasi yang disajikan pada klien/peserta.
Ditinjau dari sudut tujuan penggunaannya dapat dikatakan bahwa metode
demonstrasi bukan metode yang dapat diimplementasikan dalam proses belajar
mengajar secara independen karena metode demonstrasi merupakan alat bantu untuk
memperjelas apa yang diuraikan, baik secara verbal maupun tekstual. Metode
demonstrasi bertujuan untuk menghindari atau menghilangkan verbalisme sehingga
membantu klien/peserta agar dapat memahami dengan jelas, mengerti dan mampu
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

2.3 Manfaat Metode Demonstrasi


Menurut Simamora (2009), manfaat metode demonstrasi :
1. Perhatian peserta atau responden dapat lebih terpusatkan.
2. Proses pendidikan kesehatan dapat lebih terarah pada materi yang sedang diberikan
atau dipelajari.
3. Pengalaman dan kesan sebagai hasil pembelajaran lebih melekat pada peserta atau
responden.

2.4 Prinsip Metode Demonstrasi


Menurut Sumartini (2014), beberapa prinsip metode demonstrasi yang perlu
diperhatikan adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan hubungan yang baik dengan peserta/klien serta menarik perhatian
sehingga ada keinginan dan kemauan dari klien/peserta untuk menyaksikan apa
yang didemonstrasikan.
2. Memberikan penjelasan yang baik untuk peserta/klien sehingga dapat memahami
suatu prosedur yang sebelumnya belum dipahami.
3. Menetapkan inti pokok atau garis besar langkah-langkah yang dilakukan pada saat
demonstrasi agar peserta/klien dapat benar-benar memahami.
4. Menyiapkan alat yang sesuai dan dapat diamati dengan jelas oleh klien/peserta.
5. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan atau
topik tertentu tentang adanya kesulitan yang akan ditemui klien/peserta sambil
memikirkan dan mencari cara untuk mengatasinya.

2.5 Pedoman Metode Demonstrasi


a. Persiapan
1) Identifikasi bacaan atau kegiatan yang perlu dilakukan peserta didik sebelum
demonstrasi.
2) Untuk demonstrasi yang rumit, berikan petunjuk tertulis untuk mengarahkan
observasi selama demonstrasi.
3) Latihan sebelum melakukan demonstrasi agar teampil dalam menampilkan
prosedur.
4) Ukur waktu yang diperlukan termasuk persiapan, dmeonstrasi, diskusi setelah
demonstrasi, demonstrasi ulang oleh peserta didik, dan menerapkan kembali
alat-alat yang digunakan.
b. Sebelum demonstrasi
1) Siapkan materi dan alat sebelum peserta didik tiba dan uji coba tiap alat (cek
kesiapan alat).
2) Alat penerapan alat danmateri agar dapat dilihat peserta didik.
3) Jelaskan tujuan demonstrasi dan jelaskan gambaran prosedur.
4) Jelaskan tiap materi dan alat.
5) Diskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
6) Identifikasi hal-hal penting yang perlu diobservasi selama demonstrasi.
7) Cek apakah semua peserta didik dapat melihat demonstrasi.
c. Pelaksanaan demonstrasi
1) Demonstrasikan tiap langkah prosedur secara teratur agar dapat diikuti.
2) Uraikan prosedur sambil memberikan demonstrasi dan tekankan butir-butir
penting.
3) Hindari hal detail yang tidak penting.
4) Tekankan cara melaksanakan prosedur, bukan cara yang tidak perlu dilakukan.
5) Pantau tiap langkah demonstrasi.
d. Setelah demonstrasi
1) Ulangi demonstrasi atau tiap langkah jika peserta didik perlu melakukan
observasi lanjutan di klinik (redemonstrasi).
2) Diskusikan prosedur segera setelah demonstrasi dan mengulang hal-hal yang
penting.
3) Berikesempatan mengamati praktik sesuai dengan perbedaan peserta didik,
tentang lama praktik, umpan balik, dan reinforcement.
4) Perhatikan peserta didik yang kidal.
5) Evaluasi hasil demonstrasi dan identifikasi area yang perlu dimodfikasi.

Menurut Agus Suprijono (2009:130) adapun langkah-langkah dalam penerapan


metode demonstrasi adalah :
1. Merumuskan tujuan yang akan dicapai setelah proses demonstrasi berakhir
2. Mempersiapkan peralatan yang akan digunakan dalam demonstrasi
3. Mempersiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan
4. Menjelaskan topik yang akan didemonstrasikan
5. Melakukan demonstrasi yang akan dilihat dan ditirukan
6. Penguatan melalui diskusi, tanya jawab, dan latihan
7. Kesimpulan dari demonstrasi yang telah dilakukan

Hal-hal yang harus diperhatikan selama demonstrasi berlansung adalah :


1. Keterangan-keterangan dapat didengar jelas
2. Jika ada alat, alat-alat telah ditempatkan pada posisi yang baik dan mudah
dijangkau
3. Disarankan untuk membuat catatan-catatan seperlunya
Sebelum demonstrasi dilakukan, sebaiknya dilakukan uji coba terlebih dahulu
agar penerapannya dapat dilaksanakan dengan efektif dan tercapai tujuan yang telah
ditentukan, sehingga dengan uji coba dapat diketahui kekurangan dan kesalahannya.
Setelah diuji coba dalah dilakukan realisasinya, yaitu memperagakan atau
mempertunjukkan sesuatu yang akan diajarkan atau telah diajarkan dari teori.
Kemudian peserta diminta untuk mempertunjukkan kembali apa yang telah
didemonstrasikan. Dengan demikian unsur-unsur manusiawi dapat dilibatkan baik
emosi, intelegensi, tingkah laku, serta indera mereka, penga;aman langsung akan
memperjelas pengertian yang ditangkapnya dan memperkuat daya ingatnya. Setelah
itu baru dilakukan evaluasi sejauh mana hasil hyang dicapai dari penggunaan metode
demonstrasi tersebut.

2.6 Proses Pembimbingan pada Metode Demonstrasi


a. Menyiapkan pengaturan tempat yang memungkinkan demonstrasi dapat dilihat
dengan jelas oleh peserta didik.
b. Menjelaskan tujuan demonstrasi.
c. Mejelaskan serta menunjukkan bahan dan alat yang digunakan.
d. Mendiskusikan prinsip penting dalam demonstrasi.
e. Mengidenstifikasi hal-hal yang perlu diobservasi selama demonstrasi berlangsung.
f. Mendemosntrasikan setiap prosedur dan menekankan pada bagian yang penting.
g. Memantau setiap langkah demonstrasi.
h. Menginstruksikan untuk melakuakn redomenstrasi.
i. Member kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi dirimaupun
kelompok tentang lamanya waktu demonstrasi dankesulitan yang dihadapi.
j. Memberikanumpan balik dna reinforcement.
k. Mengevaluasi proses dan mengidentifikasi kemugkinan modifikasi.

2.7 Kelebihan Metode Demonstrasi


Menurut Agus Suprijono (2009), kelebihan metode demonstrasi adalah :
1. Menarik dan menahan perhatian
2. Mengahdirkan subjek dengan cara mudah dipahami
3. Menyajikan hal-hal yang meragukan apakah dapat atau tidak dapat dikerjakan
4. Lebih objektif dan nyata
5. Menunjukkan pelaksanaan ilmu pengetahuan dengan contoh
6. Mempercepat penyerapan langsung dari sumbernya
7. Dapat membantu mengembangkan kepemimpinan lokal
8. Dapat memberikan bukti praktik yang dianjurkan
9. Dapat melihat sebelum melakukannya sendiri
2.8 Kekurangan Metode Demonstrasi
Menurut Agus Suprijono (2009), kelemahan metode demonstrasi adalah :
1. Keterampilan yang memadai diperlukan untuk melaksanakan demonstrasi yang
baik
2. Demonstrasi terbatas hanya untuk pengajaran tertentu
3. Memerlukan waktu yang banyak dan agak mahal
4. Memerlukan banyak persiapan awal
5. Dapat dipengaruhi oleh kondisi tertentu
6. Dapat mengurangi kepercayaan jika tidak berhasil sempurna

3. Konsep Lansia
3.1 Pengertian Lansia
Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang,
yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang
menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh manfaat (Hurllock, 1999).

3.2 Batasan Lansia


Negara – negara maju di Eropa dan Amerika menganggap batasan umur lansia adalah
65 tahun dengan pertimbangan bahwa usia tersebut orang aakan pensiun. Tapi akhir-
akhir ini telah dicapai konsensus yang ditetapkan oleh Badan Kesehatann Dunia
(WHO) bahwa batasan umur lansia adalah 60 tahun.

Secara fisik lansia akan mengalami kemunduran dalam aktifitas, kemunduran


organ dan berbagai kelemahan fisik. Secara biologis lansia mengalami kemunduran
dalam proses pertumbuhan organ. Secara mental lansia mengalami kemunduran
perkembangan mental seperti penurunan daya ingat, kecerdasan dan kemampuan berpikir.
Secara sosial ekonomi lansia mengalami kemunduran sumber pendapatan dari hasil kerja
karena tidak mampu melaksanakan pekerjaan seperti ketika masih usia muda (Depkes RI,
2007).
4. Senam Lansia
4.1 Pengertian Senam Lansia
Senam lansia adalah olahraga ringan dan mudah dilakukan, tidak
memberatkanyang diterapkan pada lansia. Aktifitas olahraga ini akan membantu
tubuh agartetap bugar dan tetap segar karena melatih tulang tetap kuat, memdorong
jantungbekerja optimal dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran
didalam tubuh. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur
danterarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan
denganmaksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan
tersebut. Senam lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga
(MENPORA) merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia
yang jumlahnya semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan
diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan
puskesmas. (Suroto, 2004).

4.2 Fisiologi Senam Lansia


Selama melakukan senam lansia terjadi kontraksi otot skletal (rangka) yang
akan menyebakan respons mekanik dan kimiawi. Menurut Ronny (2009), respons
mekanik pada saat otot berkontraksi dan berelaksasi menyebabkan kerja katup vena
menjadi optimal sehingga darah yang balik ke ventrikel kanan menjadi meningkat.
Aliran balik jantung yang meningkat mempengaruhi peningkatan regangan pada
ventrikel kiri jantung sehingga curah jantung meningkat sampai mencapai 4-5 kali
dibandingkan curah jantung saat istirahat (Latief, 2002).
Respons kimiawi menghasilkan penurunan pH dan kadar PO2, terakumulasinya
asam laktat, adenosin dan K+ oleh metabolisme selama otot aktif berkontraksi
(Ronny, 2009). Akumulasi zat metabolik ini menyebabkan pembuluh darah
mengalami dilatasi yang akan menurunkan tekanan arteri, namun berlangsung
sementara karena adanya respon arterial baroreseptor dengan meningkatkan denyut
jantung dan isi sekuncup sehingga tekanan darah meningkat (Latief, 2002).
Tekanan darah yang meningkat akan meningkatkan stimulus impuls pada pusat
baroresptor di arteri karotis dan aorta. Impuls ini akan menuju pusat pengendalian
kardiovaskuler di medula oblongata melalui neuron sensorik yang akan
mempengaruhi kerja saraf simpatis dan melepaskan NE (norepinephrin dan
epinephrin), dan 31 saraf parasimpatis yang akan melepaskan lebih banyak ACH yang
mempengaruhi SA node yang akan menurunkan tekanan darah (Guyton, 2001).

4.3 Manfaat Senam Lansia


Menurut Depkes (2003) olahraga dapat memberi beberapa manfaat, yaitu:
meningkatkan peredaran darah, menambah kekuatan otot, dan merangsang pernafasan
dalam. Selain itu dengan olahraga dapat membantu pencernaan, menolong ginjal,
membantu kelancaran pembuangan bahan sisa, meningkatkan fungsi jaringan,
menjernihkan dan melenturkan kulit, merangsang kesegaran mental, membantu
mempertahankan berat badan, memberikan tidur nyenyak, memberikan kesegaran
jasmani.
Manfaat senam lansia secara khusus :
1. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3. Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4. Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung
maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner dan kecelakaan.
5. Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi
organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia
setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan
denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
6. Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.
4.4 Prinsip Senam Lansia
Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa tersaing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi / menghambat proses penuaan.
f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali

Ketentuan- ketentuan senam :


Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk
pemanasan dan pendinginan).
1. Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian latihan inti
dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi.
2. Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk menggantikan keringat
yang hilang. Selalu diingat untuk minum air sebelum , selama dan sesudah
berlatih.
3. Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak mengganggu
pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu makan sebelumnya.
4. Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.
5. Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh
menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang belakang.
6. Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai
pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan tebal.
7. Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki
yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah tumit.
8. Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari, bila latihan
diluar gedung.
9. Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
10. Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan berlatih
diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin atau semen yang keras, hal
ini untuk mengurangi cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).

4.5 Hal – hal yang Harus Diperhatikan Demi Keselamatan Lansia


a. Komponen-komponen kesegaran jasmani yang dilatih selama senam meliputi;
Ketahanan kardio pulmonal, kelentukan, kekuatan otot, komposisi tubuh,
keseimbangan, kelincahan gerak.
b. Selalu memperhatikan keselamatan/menghindari cedera.
c. Senam dilakukan secara teratur dan tidak terlalu berat,sesuai dengan kemampuan.
d. Senam dilakukan dengan dosis berjenjang atau dosis dinaikkan sedikit demi
sedikit.
e. Hindari kompetensi dalam bentuk apapun.
f. Perhatikan kontraindikasi senam dan sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlatih
dahulu. Pengukuran tingkat kesegaran jasmani diperlukan untuk penjaringan
kesehatan dan merupakan tahap persiapan senam.

4.6 Gerakan Senam Lansia


Latihan senam yang dilakukan dalam tiga segmen
a. Pemanasan (warming up)
Gerakan umum (yang dilibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) di lakukan
secara lambat dan hati-hati. Dilakukan bersama dengan peregangan (stretching).
Lamanya kira-kira 8-10 menit. Pada 5 (lima) menit terakhir pemanasan dilakukan
lebih cepat. 34. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan
mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam proses metabolisme
yang meningkat (Menpora, 2008).
b. Latihan inti
Tergantung pada komponen/faktor yang dilatih maka bentuk latihan tergantung
pada faktor fisik yang paling buruk. Gerakan senam dilakukan berurutan seperti
contoh dalam buku ini dapat diiringi dengan musik yang disesuaikan dengan
gerakan. Untuk usia lanjut biasanya dilatih :
1. Daya tahan (endurance)
2. Kardio–pulmonal dengan latihan latihan yang bersifat aerobik
3. Fleksibilitas dengan peregangan
4. Kekuatan otot dengan latihan beban
5. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan, latihan aerobik,
kombinasi dengan latihan beban kekuatan.
c. Pendinginan (cooling down)
Dilakukan secara aktif artinya sehabis latihan shit-up perlu dilakukan gerakan
umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan
pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada
pemanasan yaitu selama 8-10 menit.
BAB III
PERENCANAAN DAN EVALUASI
3.1 Masalah
Menurut Maryam dkk (2008), gangguan fisik yang sering terjadi pada lansia
diantaranya adalah arthritis (46%), hipertensi (38%), gangguan pendengaran (28%) ,
kelainan Jantung (28%), sinusitis kronis (18%), penurunan visus (14%), dan gangguan
pada tulang (13%).

Prioritas Masalah
Menurut Jubaidi (2008) ada beberapa perubahan fisik pada lansia yang dapat menjadi
suatu kondisi lansia terserang penyakit, seperti perubahan kardiovaskuler yaitu
menurunnya elastisitas pembuluh darah, perubahan pada respirasi yaitu menurunnya
kekuatan otot-otot pernafasan, serta perubahan pada pendengaran dan perubahan pada
penglihatan. Terdapat beberapa macam penyakit yang biasa menimpa para lansia antara
lain hipertensi, diabetes mellitus, jatung koroner, stroke, katarak, dan lain sebagainya.
Penelitian yang dilakukan oleh Margiyati (2010) menunjukkan bahwa senam yang
dilakukan oleh lansia dapat memberi pengaruh pada penurunan tekanan darah pada
lansia penderita hipertensi. Penelitian oleh Sukartini (2010) tentang manfaat senam
terhadap kebugaran lansia juga menunjukkan bahwa senam dapat mempengaruhi tidak
hanya stabilitas nadi, namun juga stabilitas tekanan darah sistolik dan diastolik,
pernafasan dan kadar immunoglobulin. Diharapkan promosi kesehatan senam lansia
dengan metode demonstrasi ini dapat mencegah keberlanjutan atau komplikasi penyakit
pada lansia.
3.2 Komponen Promkes

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP)


SENAM LANSIA

Topic : Senam Lansia


Sasaran : Lansia,Keluarga Lansia,dan ketua posyandu lansia
Tempat : Balai Desa kota Lubuklinggau
Hari/ Tgl : Kamis, 16 September 2020
Waktu : Jam 10 sampai selasai.

A. TUJUAN UMUM
a. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai senam lansia
b. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai prinsip senam lansia
c. Meningkatkan pemahaman lansia mengenai manfaat senam lansia
d. Melatih lansia melakukan gerakan senam lansia
e. Menjadikan lansia mampu mengaplikasikan senam lansia secara mandiri
dengan tepat

B. MATERI
Terlampir

C. MEDIA
1) Power point
2) Video
3) Leafleat

D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Video
4. Demonstrasi.
E. KEGIATAN
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan:
1. Member salam 1. Menjawab salam
2. Menjelaskan tujuan penyuluhan 2. Mendengarkan dan
3. Menyebutkan materi atau pokok memperhatikan
2. 45 menit Pelaksanaan Menyimak dan
Menjelaskan materi penyuluhan secara memperhatikan.
menyeluruh dan teratur
Materi:
1. Pengertian senam lansia ?
2. Manfaat senam lansia?
3. Prinsip senam lansia
4. Gerakan senam lansia
3. 1 jam 8 Evaluasi Merespon dan bertanya
mnt 1. Memberikan kesempatan kepada
lansia untuk bertanya

4. 2 menit Penutup Menjawab salam


Mengakhiri penyuluhan, mengucapkan
terimakasih dan salam

F. PENGORGANISASIAN KELOMPOK
Pembawa acara : Devi Fitria
Penyuluh : Kabul Budiman
MATERI SENAM LANSIA
1. Pengertian Senam Lansia
Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur danterarah serta
terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud
meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Senam
lansia yang dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan Olahraga (MENPORA)
merupakan upaya peningkatan kesegaran jasmani kelompok lansia yang jumlahnya
semakin bertambah. Senam lansia sekarang sudah diberdayakan diberbagai tempat
seperti di panti wredha, posyandu, klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004).

2. Manfaat Senam Lansia


1) Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia
2) Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan (adaptasi)
3) Fungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam fungsinya terhadap
bertambahnya tuntutan, misalya sakit.
4) Sebagai Rehabilitas
Pada lanjut usia terjadi penurunan masa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung
maksimal, tolerasnsi latihan, kapasitas aerobik dan terjadinya peningkatan lemak
tubuh. Dengan melakukan olahraga seperti senam lansia dapat mencegah atau
melambatkan kehilangan fungsional tersebut. Bahkan dari berbagai penelitian
menunjukan bahwa latihan/olah raga seperti senam lansia dapatmengeliminasi
berbagai resiko penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit arteri
koroner dan kecelakaan.
5) Senam lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi
organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia
setelah latihan teratur. Tingkat kebugaran dievaluasi dengan mengawasi kecepatan
denyup jantung waktu istirahath yaitu kecepatan denyut nadi sewaktu istirahat. Jadi
supaya lebih bugar, kncepatan denyut jantung sewaktu istirahat harus menurun.
6) Dengan mengikuti senam lansia efek minimalya adalah lansia merasa berbahagia,
senantiasa bergembira, bisa tidur lebih nyenyak, pikiran tetap segar.

3. Prinsip Senam Lansia


Program senam mempunyai prinsip antara lain :
a. Membantu tubuh agar tetap bergerak/ berfungsi.
b. Menaikkan kemampuan daya tahan tubuh.
c. Memberi kontak psikologis dengan sesama, sehingga tidak merasa tersaing.
d. Mencegah terjadinya cedera.
e. Mengurangi / menghambat proses penuaan.
f. Gerakannya bersifat dinamis (berubah-ubah)
g. Bersifat progresif (bertahap meningkat)
h. Adanya pemanasan dan pendinginan pada setiap latihan
i. Lama latihan berlangsung 15-60 menit
j. Frekuensi latihan perminggu minimal 3 kali dan optimal 5kali

Ketentuan- ketentuan senam :


Dosis latihan senam adalah; Lama latihan minimum ; 30 - 40 menit (termasuk
pemanasan dan pendinginan).
1) Pada awal senam lakukan dahulu pemanasan, peregangan, kemudian
latihan inti dan pada akhir latihan lakukan pendinginan dan peregangan lagi.
2) Sebelum senam boleh minum cairan terlebih dahulu untuk
menggantikan keringat yang hilang. Selalu diingat untuk minum air sebelum ,
selama dan sesudah berlatih.
3) Makan sebagian telah selesai dua jam sebelum latihan, agar tidak mengganggu
pencernaan. Kalau latihan pada pagi hari tidak perlu makan sebelumnya.
4) Senam diawasi oleh para pelatih, agar tidak terjadi cedera.
5) Senam dilakukan secara lambat, tidak boleh cepat dan dan gerakan tidak boleh
menyentak dan memilir ( memutar ) terutama untuk tulang belakang.
6) Pakaian yang dikenakan terbuat dari bahan ringan dan tipis, jangan memakai
pakaian tebal dan sangat menutup badan, seperti training spak lengkap dan tebal.
7) Jenis sepatu yang dianjurkan adalah sepatu lari atau sepatu untuk berjalan kaki
yang mempunyai sol/ bantalan yang tebal pada daerah tumit.
8) Waktu senam sebaiknya pagi dan sore hari, bukan pada siang hari, bila latihan
diluar gedung.
9) Tempat senam sebaiknya berupa lapangan atau taman.
10) Landasan tempat senam sebaiknya tidak terlalu keras dan dianjurkan berlatih
diatas tanah atau rumput dan bukan diatas lantai ubin atau semen yang keras, hal
ini untuk mengurangi cedera kaki dan tungkai (Menpora, 2008).

Rencana Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada sasaran primer yakni lansia di balai desa sesudah
demonstrasi. Yang melakukan evaluasi adalah mahasiswa berkolaborasi dengan
kader. Selain itu, evaluasi pada sasaran sekunder dan tersier yakni keluarga dan ketua
posyandu lansia dilakukan dengan metode pretest dan posttest. Saat di rumah,
keluarga juga berperan untuk mengevaluasi lansia dengan cara menandai lembar
observasi yang telah diberikan oleh penyuluh.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Promosi kesehatan adalah upaya memberdayakan perorangan, kelompok dan
masyarakat agar memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya melalui
peningkatan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan serta mengembangkan iklim
yang mendukung, dilakukandari, oleh dan untuk masyarakat sesuai denagn faktor
budaya setempa. Tujuan dari promosi kesehatan ini adalah tujuan pendidikan, tujuan
saran, dan tujuan perilaku. Sasaran dari promosi kesehatan adalah sasaran primer,
sekunder dan tersier. Stretegi dalam promosi kesehatan adalah advokasi, bina usaha,
dan gerakan pemberdayaan masyarakat. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan medic, pendekata perilaku, pendekatan edukasional, perubahan pada
klien, pendekatan social. Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam
rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana sseseorang telah beranjak jauh
dari periode terdahulu yang menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
manfaat (Hurllock, 1999). Batasan umur lansia adalah 60 tahun berdasarkan WHO.
Promosi kesehatan pada lansia dengan metode demonstrasi diberikan agar lansia
mudah memahami apa yang disampaikan penyuluh serhubungan dengan penurunan
fungsi organnya.

4.2 Saran
Dengan pemaparan dalam makalah ini diharapkan mahasiswa dan tenaga
kesehatan ainnya mampu menerapkan promosi kesehatan pada lansia dengan metode
demonstrasi. Perawat dan tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan keluarga dan
masyarakat demi terjadinya keberhasilan acara promosi kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Allender J.A, Cherie Rector, Kristine D. Warner. 2010. Community Health Nursing : Promoting &

Protecting the Public Health, 7th edition. Lippincott : Philadelphia

Darmojo, B. 2006. Buku Ajar Geriatri: Ilmu Kesehatan Lanjut Usia, Edisi 3, Jakarta: Bala Penerbit

FKUI

Efendi, Ferry dan Makhfudli. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Latif, N, 2002. Sosialisasikan Senam Lansia, Available from : http://www.epsikologi.com , (Cited

2013 Mar 16)

Maghfiroh S.D., Ninuk D.K, Kristiawati. 2012. Pendidikan Kesehatan Metode Demonstrasi dan

Ceramah Meningkatkan Kemampuan Latihan Batuk Efektif pada Anak Usia Sekolah

Menpora. 2008. Senam Lanjut Usia. Jakarta, Kementrian Pendidikan dan Olahraga.

Miller, Carol A. 1999. Nursing Careof Older Adults: Theory and Practice. Philadepia: Lippincott

Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Nugroho . 2008 Keperawatan Gerontik dan Geriatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC

Simamora, Roymond. 2009. Buku Ajar Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta : EGC

Sumartini, Yosephine. 2014. Pencapaian Prestasi Belajar Siswa Melalui Metode Demonstrasi.

Volume 7 Nomor 1.

Syah, M. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Stanley, Mickey,and Patricia GauntlettBeare. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik, ed 2. Jakarta:

EGC

Tamher dan Noorkasiani. 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan.

Jakarta : Salemba Medika

Gerakan Senam Lansia

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/133/jtptunimus-gdl-mialidiawa-6616-3-babii.pdf

http://www.pps.unud.ac.id/thesis/pdf_thesis/unud91514203818final%20thesis%20isi%20bu

%20gong.pdf

Anda mungkin juga menyukai