Anda di halaman 1dari 8

PERUBAHAN SISTEM PENGATURAN TUBUH PADA LANSIA

DISUSUN OLEH::

1. AGUNG ADI
2. BELLA MARANTIKA
3. ISWAHYUDHY JUDINALI
4. INDRI HAPSARI
5. IZNI ALFISHAR

STIKES CITRA DELIMA PANGKAL PINANG


PERUBAHAN SISTEM PENGATURAN TUBUH PADA LANSIA

I. Peengertian Termoregulasi
Termoregulasi berasal dati kata “termo” yang artinya suhu dan “regulasi” artinya
pengaturan sehingga termoregulasi ialah pengaturan suhu tubuh. Termoregulasi adalah suatu
pengaturan fisiologi tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi panas dan kehilangan
panas sehingga suhu tubuh dapat di perhatikan secara konstan.(Aziz,2012).
Termoregulasi merupakan suhu tubuh dimana suhu tubu dapat mengalami panas dan
dingin “hootness and coldness” yang berpengaruh pada lingkungan sekitar / ruang pada saat
kita berada. Suhu tubuh merupakan perbedaan antara produksi panas dari tubuh dan antara
pengeluaran suhu panas ke luar lingkungan luar tubuh. Sedangkan termoregulasi pada lansia
merupakan Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia yang sudah mengalami penurunan usia
untuk keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.

II. Anatomi dan Fisiologis

Sistem termoregulasi dikendalikan oleh hipotalamus di otak, yang berfungsi sebagai

termostat tubuh. Hipotalamus terletak antara hemisfer serebral sebagai pengontrol suhu
tubuh. Hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas dan hipotalamus posterior
mengontrol produksi panas. .hipoalamus mampu berespon terhadap perubahan suhu sekecil
0,01 0C.
Hipotalamus sebagai pusat integrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen
mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian terkoordinasi dalam
mekanisme penambahan atau pengurangan panas Pusat pengaturan suhu inti berada di
preoptik area hipotalamus di rangsang, efektor sistem mengirim sinyal untuk mengeluarkan
keringat.
Adapun sensor lain yang mengatur sistem termoregulasi adalah:
1. Kulit
Kulit teridiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan subkutis. Epidermis mengalami
perubahan ketebalan sangat sedikit seiring penuaan sesorang. perlambatan dalam proses
perbaikan sel, jumlah sel basal yang lebih sedikit, Dalam proses penuaan (lansia), volume
dermal mengalami penurunan, sehingga dermis menjadi tipis, dan jumlah sel biasanya
menurun. Pada saat elastisitas menurun, dermis meningkatkan kekuatan peregangannya;
hasilnya adalah lebih sedikit ‘’melentur’’ketika kulit mengalami tekanan. Lapisan
jaringan subkutan mengalami penipisan seiring dengan peningkatan usia. Hal ini turut
berperan lebih lanjut terhadap kelemahan kulit dan penampilan kulit yang
kendur/menggantung diatas tulang rangka.. Penurunan lapisan lemak terutama dapat
dilihat secara jelas pada wajah,tangan,kaki, dan betis, penurunan lemak tubuh lebih lanjut
menimbulkan gangguan fungsi perlindungandari kulit tersebut.

Mekanisme pengeluaran panas ada 4 yaitu: konveksi, konduksi, radiasi dan


penguapan. Perpindahan panas dari kulit ke udara dan terbawa oleh arus udara disebut
koveksi Jika suhu kulit lebih besar dari suhu sekitarnya tubuh dapat kehilangan panas
karena radiasi dan konduksi, tapi jika suhu lingkungan lebih tinggi daripada kulit,tubuh
mendapatkan panas melalui radiasi dan konduksi maka satu-satunya cara tubuh
melepaskan diri dari panas adalah dengan penguapan
Kulit mempunyai banyak reseptor sensori untuk dingin dan hangat
dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah, saluran pernapasan,
maupun organ visera lain. Jika kulit dingin melebihi suhu tubuh maka ada tiga proses
untuk meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses yaitu menggigil untuk memproduksi
panas, berkeringat untuk menghalangi panas, dan vasokonstriksi untuk menurunkan
kehilangan panas. (Asmadi 2008)

2. Inti Tubuh.
Selain reseptor oleh kulit, inti tubuh yang merespon terhadap suhu tubuh pada organ
tubuh bagian dalam, seperti hati, jantung, visera abnormal, spinal cord, dan lain-
lain.Termoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti. (Aziz,2012)

Perubahan respon tubuh usia lanjut terhadap system termoregulasi ( Miller,2012),:


1. Respon Terhadap suhu dingin
perubahan respon tubuh usia lanjut terhadap suhu dingin meliputi vosokontriksi yang tidak
efisien, penurunan cardiac output, penurunan massa otot,kurangnya sirkulasi periper,
penurunan jaringan subkutan serta terlambatnya dan berkurangnya menggigil.
2. Respon terhadap suhu panas
Peningkatan suhu atau demam adalah respon protektif tubuh terhadap kondisi patologis,
seperti kanker, infeksi, dehidrasi, suhu tubuh usia lanjut tidak selalu meningkat (demam)
saat kondissi patologis, suhu tubuh dapat terlihat normal atau biasa rendah karena terjadi
perubahan terhadap pusat termoregulasi di hypothalamus yang berkorelasi dengan
bertambahnya usia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi termoregulasi :
1. Usia
Perubahan fungsi ginjal untuk menympan air yang terjadi pada usia lanjut mengakibatkan
respon menurunkan haus yang berkontribusi terhadap tidak adekatnya cairan dan
kehilangan termoregulasi.
2. Lingkungan
Suhu lingkungan bias meningkatkan kerentanan lansia untuk usia lebih dari 75 tahun
untuk mengalami hipotermi atau hipertermi. Factor lain yang meningkatkan resikon
perubahan termoregulasi adalah lingkungan.Contoh: panas yang berhubungan dengan
penyakitbisa terjadi presibilitasi dengan adanya aktivitas moderat di cuaca yang panas
dan lembab, khususnya jika intake cairan tidak adekuat. Jika hanya mengandalkan
sensasi haus merka untuk signal terhadap kebuuhan intake cairan, mereka bisa
dimungkinkan untuk dehidrasi karena usia yang berhubungan dengan sensasi haus.
3. Psikososial
Lansia yang mengalami isolasi social dan dimensia dapat meningkatkan resiko gangguan
termoregulasi karena mereka kehilangan kemampuan kognitif sehingga tidak
memungkinka nmereka untuk mengatur suhu tubuhnya dan menggunakan pakaian yang
sesuai.
4. Perubahan persepsi
lansia mengalami penurunan persepsi yang merubah persepsi dingin atau panas lansia
dan mengurangi stimulus untuk melakukan aksi protektif, misal menambah pakaian atau
menaikkan suhu lingkungan.
5. Hipertermi yng ditandai dengan duhudiatas 39,40C yang dihasilkan dari paparan
lingkungan dan latihan. Resiko hipertermi meningkat dengan adanya perubhan psikologi
yang meningkatkan produksi panas internal, misal hipertiroid, ketoasidosis diabetic) atau
mengganggu kemampuan dalam berespon untuk tekanan panas ( misal kardiovaskuler
dan ketidakseinbangan cairan).
6. Hipotermi
Hipotermi ditandai dengan suhu inti tubuh 35 0C atau dibawahnya akibat
darimetabolisme yang menurun (Efendi, 2009). Resik meningkat jika ada kondisi dimana
produksipanas menurun ( misal saat inaktifitas, malnutrisi, gangguan endokrin dan
kondisi neuromuscular) serta meningkatkan kehilangan panas( terbakar atau
vasodilatasi ) atau dampak dari proses termoregulasinoemal tubuh ( kondisi patologi pada
pusat system saraf). Selain itu resiko hiptermi juga meningkat jika mengalami gangguan
seterti kardiovaskular, infeksi, trauma ,gangguanendikrin dan gagal ginjal kronik

IV.Gangguan/Masalah keperawatan yang mungkin muncul:


1. Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh
2. Hipertermi
3. Hupotermi
4. Ketidakefektifan system termoregulasi
Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh
NOC : Termoregulasi,dengan kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit
NIC : Pengaturan Suhu
 Monitor suhu setiap 2 jam, sesuai kebutuhan
 Monitor tekanan darah, nadi dan respirasi
 Monitor suhu dan warna kulit
 Monitor dan laporkan adanya tanda dan gejala dari hipotermia dan hipertermia
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi adekuat
 Instruksikan pasien bagaimana mencegah keluarnya panas dan serangan panas
 Diskusikan pentingnya termoregulasi dan kemungkinan efek negatif dari demam yang
berlebihan
 Informasikan pasien mengenai indikasi adanya kelelahan akibat panas dan penanganan
emergensi yang tepat
 Sesuaikan suhu lingkungan untuk kebutuhan pasien
 Berikan medikasi yang tepat untuk mencegah dan mengontrol menggigil
 Berikan pengobatan antipiretik, sesuai kebutuhan
Hipertermi
NOC: Termoregulasi, dengan kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit
NIC: Perawatan Demam

 Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya


 Monitor warna kulit dan suhu
 Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan kehilangan cairan yang tak dirasakan
 Bari obat atau cairan IV(misal antipiretik, agen antibakteri, dan agen anti menggigil)
 Tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan
 Dorong konsumsi cairan
 Fasilitasi istirahat; pembatasan aktivitas
 Kompres pada lipatan paha dan aksila
 Tingkatkan sirkulasi udara
 Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubungan dengan demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab demam
 Pastikan tanda lain dari infeksi yang terpantau pada orangtua
 Lembabkan bibir dan mukosa hidung yang kering

Hipotermi
NOC : Termoregulasi, dengan kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit
NIC: Perawatan Hipotermi

 Monitor suhu pasien, menggunakan alat pengukur dan rute yang paling tepat
 Bebaskan pasien dari lingkungan yang dingin
 Bebaskan pasien dari pakaian yang dingin dan basah
 Dorong pasien yang mengalami hipotermia uncomplicated untuk mengkonsumsi
cairan hangat, tinggi karbohidrat tanpa alkohol atau kafein
 Berikan pemanas yang pasif (misalnya selimut, pakaian hangat, tutup kepala)
 Berikan pengobatan dengan hati-hati
 Monitor adanya gejala-gejala yang berhubungan dengan hipotermia ringan
 Monitor adanya syok pemanasan kembali
 Monitor warna kulit dan suhu kulit
 Identifikasi faktor medis, lingkungan dan faktor lain yang mungkin memicu
hipotermia
Ketidakefektifan termoregulasi
NOC: Termoregulasi, dengan kriteria hasil:
 Suhu tubuh dalam rentang normal
 Nadi dan RR rentang normal
 Tidak ada perubahan warna kulit
NIC:
Monitor tanda-tanda vital

 Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan status pernafasan dengan tepat
 Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermia dan hipertermia
 Monitor irama dan laju pernafasan
 Monitor suara paru
 Monitor pola pernapasan abnormal
 Monitor warna kulit, suhu, kelembaban
 Monitor sianosis sentral dan perifer
III. PATHWAY SISTEM TERMOREGULASI

7. perubahan laju metabolism 1. agens farmaseutikal


8. sepsis, 2. aktivitas yang berlebihan,
9. suhu lingkungan ekstrem, 3. berat badan ekstrem,
10. usia ekstrem (bayi prematur dan lansia), 4. dehidrasi,
11. kerusakan hipotalamus, 5. pakaian yang tidak sesuai untuk
12. trauma, suhu lingkungan,
6. peningkatan kebutuhan oksigen,

Termoreseptor sentral (di hipotalamus bagian lain SSP dan organ abdomen
Termoreseptor perifer (kulit)

Pusat integrasi termoregulasi hipotalamus

Adaptasi perilaku Neuron motorik Sistem saraf simpatis Sistem saraf simpatis

Otot rangka Pembuluh darah Kelenjar keringat

Kontrol produksi panas/pengurangan panas

Kontrol produksi panas Kontrol pengurangan panas

Risiko ketidakseimbangan suhu tubuhHipertermi Hipotermi Ketidakefektifan termoregulasi

Anda mungkin juga menyukai