OLEH
MARLINA LIDIA FRAGA
NIM 151602620
2020
1
1. TERMOREGULASI
A. PENGERTIAN
B. PATOFISIOLOGI
Sinyal suhu yang dibawa oleh reseptor pada kulit akan diteruskan
kedalam otak melalui traktus (jaras) spinotalamikus (mekanismenya
hampir sama dengan sensasi nyeri). Ketika sinyal suhu sampai tingkat
medulla spinalis, sinyal akan menjalar dalam kratus lissauer beberapa
segmen diatas atau dibawah,selanjutnya akan berakhir terutama pada
lamina I,II, dan III radiks dorsalis. Setelah mengalami percabangan melalui
satu atau lebih neuron dalam medulla spinalis, sinyal suhu selanjutnya
akan dijalarkan ke serabut termal asenden yang menyilang ke traktus
sensorik anterolateral sisi berlawanan,dan akan berakhir di tingkat
retikular batang dan kompleks ventrobasal talamus. Beberapa sinyal suhu
1
tubuh pada kompleks ventrobasal akan diteruskan ke korteks
somatosensorik.
2
Kulit mempunyai lebih banyak reseptor untuk dingin dan hangat
dibanding reseptor yang terdapat pada organ tubuh lain seperti lidah,
saluran pernapasan, maupun organ visera lainnya. Bila kulit menjadi
dingin melebihi suhu tubuh, maka ada tiga proses yang dilakukan untuk
meningkatkan suhu tubuh. Ketiga proses tersebut yaitu mengigil untuk
meningkatkan produksi panas, berkeringat untuk menghalangi kehilangan
panas, dan vasokontraksi untuk menurunkan kehilangan panas.
Selain reseptor suhu tubuh yang dimiliki kulit, terdapat reseptor suhu lain
yaitu reseptor pada inti tubuh yang merespon terhadap suhu pada organ
tubuh bagian dalam, seperti : visera abdominal, spinal cord, dan lain-lain.
Thermoreseptor di hipotalamus lebih sensitif terhadap suhu inti ini.
Hipotalamus integrator sebagai pusat pengaturan suhu inti berada di
preoptik area hipotalamus. Bila sensitif reseptor panas di hipotalamus
dirasang efektor sistem mengirim sinyal yang memprakasai pengeluaran
keringat dan vasodilatasi perifer. Hal tersebut dimaksudkan untuk
menurunkan suhu, seperti menurunkan produksi panas dan
meningkatkan kehilangan panas. Sinyal dari sensitif reseptor dingin di
hipotalamus memprakarsai efektor untuk vasokontriksi, menggigil, serta
melepaskan epineprin yang meningkatkan produksi panas. Hal tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan produksi panas dan menurunkan
kehilangan panas. Efektor sytem yang lain adalah sytem saraf somatik.
Bila sytem ini dirangsang, maka seseorang secara sadar membuat
penilaian yang cocok, misalnya menambah baju sebagai respon terhadap
dingin, atau mendekati kipas angin bila kepanasan.
D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
1. Usia
Pada bayi dan balita belum terjadi kematangan mekanisme
pengaturan suhu tubuh sehingga dapat terjadi perubahan suhu tubuh
yang drastis terhadap lingkungan. Pastikan mereka mengenakan
3
pakaian yang cukup dan hindari pajanan terhadap suhu lingkungan.
Seorang bayi baru lahir dapat kehilangan 30% panas tubuh melalui
kepala sehingga ia harus menggunakan tutup kepala untuk mencegah
kehilangan panas. suhu tubuh bayi baru lahir antara 35,5–37,5°C.
Regulasi tubuh baru mencapai kestabilan saat pubertas. Suhu normal
akan terus menurun saat seseorang semakin tua. Para dewasa tua
memiliki kisaran suhu tubuh yang lebih rendah dibandingkan dewasa
muda. Suhu oral senilai 35°C pada lingkungan dingin cukup umum
ditemukan pada dewasa tua. Namun rata - rata suhu tubuh dari
dewasa tua adalah 36°C. Mereka lebih sensitif terhadap suhu yang
ekstrem karena perburukan mekanisme pengaturan, terutama
pengaturan vasomotor (vasokontriksi dan vasodilatasi) yang buruk,
berkurangya aktivitas kelenjar keringat dan metabolisme yang
menurun.
2. Olahraga
Aktivitas otot membutuhkan lebih banyak darah serta peningkatan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Berbagai bentuk olahraga
meningkatkan metabolisme dan dapat meningkatkan produksi panas
sehingga terjadi peningkatan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama
seperti lari jarak jauh dapat meningkatkan suhu tubuh sampai 41 °C.
3. Kadar hormon
Umumnya wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar.
Hal tersebut dikarenakan adanya variasi hormonal saat siklus
menstruasi. Kadar progesteron naik dan turun sesuai siklus
menstruasi. Saat progesteron rendah, suhu tubuh berada dibawah
suhu dasar yaitu sekitar1/10nya. Suhu ini bertahan sampai terjadi
ovulasi, kadar progesteron yang memasuki sirkulasi akan meningkat
dan menaikan suhu tubuh kesuhu dasar atau kesuhu yang lebih tinggi.
4
Variasi suhu ini dapat membantu mendeteksi masa subur seorang
wanita.
4. Stres
Stres fisik maupun emosional meningkatkan suhu tubuh melalui
stimulasi hormonal dan saraf. Perubahan fisologis ini meningkatkan
metebolisme, yang akan meningkatkan produksi panas. Pasien yang
gelisah akan memiliki suhu normal yang lebih tinggi.
5. Lingkungan Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Tanpa
mekanisme kompensasi yang tepat, suhu tubuh manusia berubah
mengikuti suhu lingkungan. Suhu lingkungan lebih berpengaruh
terhadap anak-anak dan dewasa tua karena mekanisme regulasi suhu
mereka yang kurang efisien.
E. MEKANISME PENGELUARAN PANAS
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan. Stuktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secsra konstan, pengeluaran panas secara
normal melalui :
1. Radiasi ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam bentuk
gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang.
2. Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda
suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut.
3. Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
4. Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari
permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.
F. Macam-macam gangguan termoregulasi
1. Demam merupakan mekanisme pertahanan yang sangat penting.
Peningkatan system imun tubuh. Demam juga merupakan bentuk
pertarungan akibat infeksi karena virus menstimulasi interferon
(substansi yang bersifat melawan virus ).
5
2. Kelelahan akibat panas terjadi bila diaferosis yang banyak
mengakibatkan kehilangan cairan dan eletrolit secara berlebihan.
Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. tanda dan gejala
kurang volume cairan adalah hal umum selama kelelahan akibat
panas.
3. Hipertermi Peningkatan suhu tubuh yang berhubungan dengan
ketidakmampuan tubuh menghilangkan panas ataupun mengurangi
produksi panas tersebut disebut hipertermi.
4. Heatstroke adalah kondisi dimana panas akan menekan fungsi
hipotalamus. Pajanan yang lama terhadap matahari atau lingkungan
panas akan membebani mekanisme kehilangan, panas pada tubuh
kondisi ini mengakibatkan heatstroke yaitu kegawatan berbahaya
dengan mortalitas yang tinggi.
5. Hipotermi Pengeluaran panas yang hilang saat paparan lama terhadap
lingkungan dingin akan melebihi kemampuan tubuh untuk
menghasilkan panas, sehingga terjadi hipotermi.
2. METABOLISME
A. PENGERTIAN
Metabolisme adalah reaksi kimiawi yang terjadi di dalam seluruh
organisme di bumi. Reaksi metabolisme membutuhkan bantuan enzim
tertentu untuk mengubah suatu senyawa kimia. Reaksi metabolisme
termasuk dalam reaksi biokimia yang terdiri reaktan dan produk.
Reaktan adalah senyawa yang akan direaksikan, sedangkan produk
adalah hasil dari reaksi. Berdasarkan kebutuhan energinya, reaksi
metabolisme dapat dibagi menjadi dua reaksi yang membutuhkan energi
(katabolisme) dan reaksi yang menghasilkan energi
1. Katabolisme merupakan proses metabolisme yang mengubah
senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana. Reaksi katabolisme menghasilakn energi. Dalam sel
6
makhluk hidup, hasil akhir dari proses katabolisme adalah senyawa
kimia berenergi yang tinggi dalam bentuk ATP (Adenosin trifosfat).
Dalam sel eukariot, katabolisme yang paling umum terjadi adalah
katabolisme karbohidrat. Reaksi metabolisme ini akan mengubah
karbohidrat seperti glukosa menjadi senyawa yang sangat sederhana,
seperti karbon dioksida.
Secara umum, reaksi katabolisme dari senyawa-senyawa yang
didapatkan dari makanan (karbohidrat, lipid, protein) disebut sebagai
respirasi seluler. Semua kehidupan seluler melakukan respirasi agar
dapat hidup.
a. Glikolisis berperan mengubah glukosa menjadi piruvat. Glikolisis
dapat digunakan oleh seluruh organisme karena glikolisis tidak
membutuhkan oksigen. Oleh karena itu, glikolisis mengawai
runtutan reaksi respirasi aerobik (yang butuh oksigen) maupun
reaksi anaerobik (yang tidak membutuhkan oksigen). Untuk
setiap 1 molekul glukosa, glikolisis menghasilkan 2 ATP dan 2
NADH.
b. Oksidasi piruvat dan siklus krebs
Piruvat yang dihasilakan oleh proses glikolisis akan melalui reaksi
oksidasi piruvat. Piruvat akan dioksidasi menjadi senyawa Asetil-
CoA. Oksidasi ini disertai dengan proses dekarboksilasi sehingga
reaksi oksidasi piruvat juga akan melepaskan karbon dioksida.
Asetil-CoA kemudian akan masukm ke dalam siklus krebs. Siklus
krebs menghasilkan molekul kaya energi seperti ATP dan NADH
yang nantinya akan digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif.
Fosforilasi oksidatif adalah tahap akhir dari respirasi seluler
aerobik. Pada tahap inilah oksigen akan digunakan sebagai
akseptor elektro terakhir. NADH dan FADH2 yang dihasilkan dari
proses-proses metabolisme sebelumnya akan dioksidasi oleh
7
protein-protein pembawa elekton yang ada dalam membran
dalam mitokondria. Proses ini menyebabkan protein pembawa
elektron memompa ion hidrogen ke arah ruang antarmembran
sehingga menyebabkan ruang antarmembran menjadi asam.
Dengan demikian, terjadi sebuah ketidakseimbangan konsentrasi
ion hidrogen dan ini berbahaya bagi sel.
Untungnya, di dalam membran dalam mitokondria terdapat
protein ATP sintase yang akan menyalurkan ion hidrogen dari
ruang antar membran menuju matriks mitokondria. Proses ini
menghasilkan energi dalam bentuk ATP. Kalian bisa
membayangkan seperti air yang jatuh memutar kincir air dari
tempat yang tinggi ke tempat yang rendah.
2. Anabolisme
Anabolisme merupakan proses metabolisme yang mengubah
senyawa yang lebih sederhana menjadi senyawa yang lebih
kompleks. Reaksi anabolisme membutuhkan energi agar dapat
berjalan. Dalam sel, energi ini biasanya berupa ATP. Olej karena
itu, proses anabolisme ini menggunakan ATP yang tersimpan dalam
sel.
Reaksi yang termasuk anabolisme diantaranya fotosintesis dan
kemosintesis. Fotosintesis ialah proses anabolisme yang
memanfaatkan cahaya matahari sebagai sumber energi. Fotosintesis
mengubah senyawa-senyawa yang sangat sederhana seperti air dan
karbon dioksida menjadi senyawa yang kompleks dan berenrgi tinggi
seperti glukosa.
Fotosintesis dilakukan oleh sel-sel yang memiliki klorofil, seperti
sel Cyannobacteria, sel alga, dan tentu saja tumbuhan. Organisme
yang melakukan fotosintesis disebut sebagai fotoautotrof. Di lain
sisi, kemosintesis merupakan pembentukan senyawa kompleks
8
berenergi tinggi dari senyawa-senyawa yang lebih sederhana (seperti
karbon dioksida dan metana) menggunakan bantuan oksidasi
senyawa inorganik, alih-alih sinar matahari.
Biasanya proses kemosintesis ini dilakukan oleh bakteri dan
archaebacteria. Organisme yang melakukan fotosintesis disebut
sebagai kemoautotrof.
9
hingga akhirnya terbentuk energi. Nantinya, lemak akan diubah
menjadi asetil CoA dan bergabung dengan metabolisme karbohidrat
di siklus Krebs.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI METABOLISME PADA MANUSIA
1. Hormon
Hormon dapat mempengaruhi kecepatan metabolisme tubuh.
Terdapat beberapa kondisi yang akan menghambat proses
metabolisme tubuh. Misalnya seperti pada penderita tiroid, kondisi
hormon tiroksin yang rendah akan menurunkan metabolisme tubuh.
Demikian halnya pada kondisi stres, hormon kortisol akan
menghambat proses metabolisme.
2. Usia
Faktor usia tentu sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme.
Seiring bertambahnya usia menjadi usia lanjut, tubuh akan
kehilangan otot sedangkan massa tubuh semakin bertambah. Pada
umumnya di usia lanjut akan mengalami penurunan metabolisme.
Sebab, kalori yang dibutuhkan tubuh semakin sedikit jumlahnya.
3. Asupan Makanan
Asupan makanan yang dikonsumsi tentu mempengaruhi laju
metabolisme. Nutrisi-nutrisi yang terkandung dalam makanan akan
meningkatkan metabolisme tubuh. Sehingga jika kamu mengonsumsi
makanan yang mengandung gizi tinggi, metabolisme tubuh akan
lebih cepat.
4. Konsumsi Obat – Obatan
Kondisi kesehatan sudah pasti sangat mempengaruhi semua proses
dalam tubuh,Termasuk juga metabolisme. Ketika tubuh
mengonsumsi obat-obatan tertentu maka akan memicu perlambatan
proses metabolisme yang terjadi di dalam tubuh.
5. Aktivitas Tubuh
10
Aktivitas fisik yang dilakukan secara rutin dan teratur akan
mempengaruhi proses metabolisme tubuh. Sebab, aktivitas tubuh
dapat meningkatkan massa otot dan memicu pembakaran lemak
menjadi lebih cepat. Sehingga, hal itu dapat menaikkan laju proses
metabolisme tubuh.
6. Jenis Kelamin
Perbedaan jenis kelamin antara pria dan wanita juga termasuk faktor
yang mempengaruhi proses metabolisme. Banyak penelitian
mengungkapkan bahwa proses metabolisme pada pria lebih cepat
dibandingkan pada wanita. Sebab, pada umumnya pria memiliki
postur tubuh yang lebih besar dibandingkan wanita.
D. GANGGUAN METABOLISME
1. Diabetes
Diabetes merupakan penyakit yang identik dengan kegagalan
metabolisme karbohidrat. Penyakit ini ditandai dengan tingginya
kadar gula yang terkandung dalam darah. Penyebabnya
ialah terhambatnya sekresi hormon insulinsehingga glukosa dalam
darah akan sulit terkontrol dan terus mengalami peningkatan.
2. Galaktosemia
Galaktosemia merupakan kondisi dimana tubuh mengalami
ketidakmampuan dalam mencerna galaktosa. Kelainan ini tergolong
langka, sebab diturunkan secara autosom resesif. Kelainan ini juga
menyebabkan beberapa enzim yang diperlukan dalam proses
metabolisme mengalami defisiensi.
3. Xanthoma
Xanthoma merupakan gangguan metabolisme yang disebabkan
karena tingginya kadar lemak dalam darah. Kadar lemak yang tidak
terproses oleh tubuh ini tentu akan menjadi menumpuk di dalam
11
tubuh. Xanthoma ini ditandai dengan munculnya penumpukan lemak
di bawah permukaan kulit.
4. Penyakit Gaucher
Penyakit Gaucher merupakan penyakit yang disebabkan karena
tubuh tidak mampu melakukan metabolisme terhadap lemak. Lemak
yang masuk ke dalam tubuh akan menumpuk di dalam organ seperti
hati, kelenjar limpa, dan sumsum tulang. Penyakit ini akan memicu
pembesaran organ yang tertimbun lemak di dalamnya sehingga
fungsi organ menjadi terganggu.
12
DAFTAR PUSTAKA
13