Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN TRAUMA SUHU EXSTRIM


PANAS DAN DINGIN

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

Ahmad Wahyu Walquryadi Hizbi


Awalia Septi Aryani
Hindamayani
Ni Made Indi Aprianti Budi

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN


(STIKES ) MATARAM
PROGRAM KHUSUS

2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Suhu tubuh hampir seluruhnya di atur oleh mekanisme pernafasan, dan pengaturan suhu
yang terletak pada hipotalamus. Mekanisme pengaturah suhu tubuh di hipotalamus disebut
thermostat hipotalamus. Sedangkan pada dengan alat tubuh yang belum sempurna berfungsi
seperti bayi matur mrmiliki masalah dalam pengaturan suhu tubuh. Suhu tuuh adalah
perbedaan antara jumlah panas yang di produksi oleh jumlah panas yang hilang
kelingkungan keluar. Untuk mempertahankan suhu tubuh manusia dalam keadaan konstan,
diperlukan regulasi suhu tubuh. Suhu tubuh manusia diatur dengan mekanisme umpan
balik (feed back) yang
diperankan oleh pusat pengaturan suhu di hipotalamus.

B. TUJUAN :

1. Untuk mengetahui pengertian suhu tubuh


2. Untuk mengetahui fisiologi pengaturan suhu tubuh
3. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
4. Untuk mengetahui gangguan pada status suhu
5. Untuk mangetahui proses keperawatan pada trauma suhu extrim
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN SUHU TUBUH


Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula
dikatakan sebagai ukuran panas / dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang
thermodinamika suhu adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan
tenaga secara spontan.

B. FISIOLOGI PENGATURAN SUHU TUBUH


Hipotalamus yang terletak antara hemisfer serebral, mengontrol suhu tubuh. Suhu yang
nyaman adalah pada saat sistim panas beroperasi. Hipotalamus merasakan perubahan ringan
pada suhu tubuh, hipotalamus anterior mengontrol pengeluaran panas, dan hipotalamus posterior
mengontrol produksi panas. Bila sel saraf di hipotalamus anterior menjadi panas melebihi set
point maka inpuls akan dikirim untuk menurunkan suhu tubuh. Mekanisme pengeluaran panas
termasuk berkeringat, fasodilatasi atau pelebaran pembuluh darah dan hambatan produksi panas.
Darah didistribusi kembali ke pembuluh darah permukaan untuk meningkatkan pengeluaran
panas. Jika hipotalamus posterior merasakan suhu tubuh lebih rendah dari set point maka
mekanisme konservasi panas bekerja. Vasokonstriksi (penyempitan) pembuluh darah
mengurangi aliran darah kekulit dan extremitas. Kompensasi produksi panas distimulasi melalui
kontraksi otot volunteer dan getaran atau menggigil pada otot. Bila vasokonstriksi tidak efektif
dalam pencegahan tambahan pengeluaran panas, tubuh mulai menggigil. Lesi atau trauma pada
hipotalamus atau korda spinalis yang membawa pesan hipotalamus dapat menyebabkan
perubahan yang serius pada kontrol suhu.
C. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUHU TUBUH
1. Kecepatan metabolisme basal
Kecepatan metabolisme basal tiap individu berbeda-beda. Hal ini memberi
dampak jumlah panas yang diproduksi tubuh menjadi berbeda pula. Sebagaimana
disebutkan pada uraian sebelumnya, sangat terkait dengan laju metabolisme.
2. Rangsangan saraf simpatis
Rangsangan saraf simpatis dapat menyebabkan kecepatan metabolisme menjadi
100% lebih cepat. Disamping itu, rangsangan saraf simpatis dapat mencegah lemak
coklat yang tertimbun dalam jaringan untuk dimetabolisme. Hampir seluruh metabolisme
lemak coklat adalah produksi panas. Umumnya, rangsangan saraf simpatis ini
dipengaruhi stress individu yang menyebabkan peningkatan produksi ephineprin dan
norephineprin yang meningkatkan metabolisme.
3. Hormone pertumbuhan
Hormone pertumbuhan ( growth hormone ) dapat menyebabkan peningkatan
kecepatan metabolisme sebesar 15-20%. Akibatnya, produksi panas tubuh juga
meningkat.
4. Hormone tiroid
Fungsi tiroksin adalah meningkatkan aktivitas hampir semua reaksi kimia dalam
tubuh sehingga peningkatan kadar tiroksin dapat mempengaruhi laju metabolisme
menjadi 50-100% diatas normal.
5. Hormone kelamin
Hormone kelamin pria dapat meningkatkan kecepatan metabolisme basal kira-kira
10-15% kecepatan normal, menyebabkan peningkatan produksi panas. Pada perempuan,
fluktuasi suhu lebih berfariasi dari pada laki-laki karena pengeluaran hormone
progesterone pada masa ovulasi meningkatkan suhu tubuh sekitar 0,3-0,6°C di atas suhu
basal.
6. Demam ( peradangan )
Proses peradangan dan demam dapat menyebabkan peningkatan metabolisme
sebesar 120% untuk tiap peningkatan suhu 10°C.
7. Status gizi
Malnutrisi yang cukup lama dapat menurunkan kecepatan metabolisme 20-30%.
Hal ini terjadi karena di dalam sel tidak ada zat makanan yang dibutuhkan untuk
mengadakan metabolisme. Dengan demikian, orang yang mengalami mal nutrisi mudah
mengalami penurunan suhu tubuh (hipotermia). Selain itu, individu dengan lapisan lemak
tebal cenderung tidak mudah mengalami hipotermia karena lemak merupakan isolator
yang cukup baik, dalam arti lemak menyalurkan panas dengan kecepatan sepertiga
kecepatan jaringan yang lain.
8. Aktifitas
Aktifitas selain merangsang peningkatan laju metabolisme, mengakibatkan
gesekan antar komponen otot / organ yang menghasilkan energi termal. Latihan
(aktivitas) dapat meningkatkan suhu tubuh hingga 38,3-40,0 °C.
9. Gangguan organ
Kerusakan organ seperti trauma atau keganasan pada hipotalamus, dapat
menyebabkan mekanisme regulasi suhu tubuh mengalami gangguan. Berbagai zat
pirogen yang dikeluarkan pada saat terjadi infeksi dapat merangsang peningkatan suhu
tubuh. Kelainan kulit berupa jumlah kelenjar keringat yang sedikit juga dapat
menyebabkan mekanisme pengaturan suhu tubuh terganggu.
10. Lingkungan
Suhu tubuh dapat mengalami pertukaran dengan lingkungan, artinya panas tubuh
dapat hilang atau berkurang akibat lingkungan yang lebih dingin. Begitu juga sebaliknya,
lingkungan dapat mempengaruhi suhu tubuh manusia. Perpindahan suhu antara manusia
dan lingkungan terjadi sebagian besar melalui kulit.
D. GANGGUAN PADA STATUS SUHU
Kelelahan akibat panas terjadi bila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan cairan
dan elektrolit secara berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang terpajan panas. Tanda dan
gejala kurang volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas, tindakan
pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta memperbaiki
keseimbangan cairan dan elektrolit.
1. Suhu ekstrim yang tinggi/ trauma panas
Suhu tinggi yang ekstrim dapat timbul melalui tiga tahap yaitu mulai dari yang paling
ringan, selanjutnya tingkatan sedang, lalu seandainya dibiarkan dapat sampai pada tingkat
paling berat yang berpotensi menyebabkan kematian.
a. Hipertermia
Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi mekanisme
pengeluaran panas. Hipertermia dibagi menjadi dua :
1) Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
2) Hipertermian Malignan adalah kondisi bawaan dimana tidak dapat mengontrol produksi
panas, yang terjadi ketika orang yang rentan menggunakan obat-obatan anastetik tertentu.
b. Cramps
Cramps merupakan tingkatan paling ringan dan dikenal dengan istilah heat cramps.
Gejala dari cramps biasanya berupa kram otot yang sangat menyakitkan. Kram otot dapat
menyerang bagian otot kaki atau tangan. Pertolongan pertama untuk menangani gejala cramps
ini adalah:
1. Memberikan asupan air minum yang sejuk atau air minum yang mengandung elektrolit.
2. Pindahkan korban ke kawasan yang lebih sejuk untuk istirahat.
3. Regangkan lalu pijat secara lembut otot yang mengalami kram
4. Setelah kram otot hilang, korban dapat kembali beraktivitas tetapi tetap memantau tanda-
tanda yang ada untuk mengantisipasi adanya heat exhaustion.
c. Heat Exhaustion
Heat exhaustion merupakan tingkatan yang lebih berat dari cramps. Gejala yang
ditimbulkan antara lain adalah sakit kepala, kulit dingin, lembab lalu memerah, mual, lemas,
lelah, dan pusing. Pertolongan pertama untuk menangani Heat Exhaustion adalah:
1. Memindahkan penderita ke wilayah yang lebih sejuk dengan posisi yang nyaman untuk
istirahat.
2. Melepaskan pakaian tebal yang melekat pada si penderita, dan jika perlu Si Penderita tidak
usah mengenakan pakaian.
3. Mengompres kulit penderita menggunakan kain yang dibasahi air dingin.
4. Pada saat Si Penderita siuman, segera berikan air minum sejuk dalam jumlah yang banyak
tapi dengan tempo yang tidak terlalu cepat, ±1 gelas air per 15 menit.
5. Perhatikan tanda-tanda ke arah ‘heat stroke.
6. Penderita tidak dianjurkan untuk melanjutkan aktivitasnya pada hari itu.
d. Heat Stroke
Apabila gejala heat exhaustion tidak segera mendapat penanganan serius, dapat
berpotensi berlanjut pada tingkatan terberat yang disebut dengan ‘heat stroke’. Gejalanya dari
heat stroke ini antara lain adalah kulit panas, memerah dan keringa (tidak berkeringat), denyut
nadi cepat tapi melemah, penurunan kesadaran, pernapasan cenderung cepat dan dalam. Pada
gejala terberat ini sebaiknya penderita harus segera dibawa ke rumah sakit. Sementara untuk
pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah:
1. Memindahkan penderita ke wilayah yang lebih sejuk dengan posisi yang nyaman untuk
istirahat.
2. Melepaskan pakaian tebal yang melekat pada si penderita, dan jika perlu Si Penderita tidak
usah mengenakan pakaian.
3. Mengompres kulit penderita menggunakan kain yang dibasahi air dingin.
4. Mengompres areal pergelangan tangan, ketiak, leher, dan lipatan paha dengan menggunakan
es batu yang dilapisi plastik atau kain.
5. Mengawasi pernapasan serta denyut nadi penderita, dan bersiap untuk menjalankan
resusitasi jantung paru.
2. Suhu Ekstrim yang rendah/ trauma dingin.
Bila timbul suhu ekstrim yang rendah terdapat dua tahapan yang akan terjadi yakni
hipotermia dan frostbite. Hipotermia merupakan kondisi dimana suhu tubuh menurun di
bawah suhu normal. Bila turun 1-2ºC maka tingkat hipotermia tergolong masih ringan.
Namun, jika turun lebih dari 3ºC maka tingkat hipotermia tergolong berat. Penderita akan
mengalami menggigil yang ringan sampai berat tergantung tingkatannya. Selain itu,
pasien juga bisa mengalami mati rasa, gerakan melambat, bahkan kesadarannya menurun.
Bila hal itu terjadi segera bawa penderita ke rumah sakit.
Untuk meredakan gejala yang terjadi lakukan pertolongan pertama berikut ini:
1. Perhatikan pernapasan dan denyut nadi pasien. Bersiaplah melakukan tindakan resusitasi
jantung paru.
2. Bila keadaan memungkinkan segeralah pindahkan pasien ke ruangan dengan suhu kamar.
Namun, bila keadaan tidak memungkinkan segeralah ganti pakaian pasien yang basah
dengan pakaian kering kemudian selimuti seluruh tubuh pasien agar hangat.
3. Jangan gosok tubuh pasien khususnya pada organ jantung karena bisa menyebabkan
komplikasi yang fatal.
4. Hangatkan tubuh pasien dengan perlahan. Jangan langsung memanaskan tubuh pasien.
Sementara itu, kompres daerah ketiak, dada, leher, pergelangan tangan, dan lipatan paha
dengan kain yang dibasahi air hangat.
a. Hipotermia
Hipotemia adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin
mempengaruhi kemampuan tubuh untuk memproduksi panas. Adapun macam-macam
Hipotermi antara lain :
1) Hipotermia sepintas. Penurunan suhu tubuh rektum sebanyak 1°C-20C sesudah lahir.
Suhu tubuh akan menjadi normal kembali sesudah berumur 4-8 jam, bila suhu lingkungan
diatur sebaik-baiknya, Hipotermia sepintas ini terdapat pada bayi dengan BBLR,
hipoksia, resusitasi yang lama, ruangan tempat bersalin yang dingin, bila bayi tidak segera
dibungkus setelah lahir, terlalu cepat dimandikan (kurang dari 4 jam sesudah lahir),
pemberian morfin pada ibu yang sedang bersalin.
2) Hipotermia akut Terjadi bila bayi berada di lingkungan yang d ingin selama 6-12 jam.
terdapat pada bayi dengan BBLR diruang tempat bersalin yang dingin, inkubator yang
tidak cukup panas, kelalaian dari dokter, bidan dan perawat terhadap bayi yang akan
lahir, yaitu diduga mati dalam kandungan akan tetapi ternyata lahir hidup dan sebagainya.
Gejalanya ialah lemah, gelisah, pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua kaki
dingin. Terapinya ialah dengan segera memasukkan bayi ke dalam inkubator yang
suhunya telah diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat
diawasi dengan teliti
3) Hipotermia sekunder. Keadaan ini tidak disebabkan oleh suhu lingkungan yang dingin,
akan tetapi oleh beberapa penyebab lain seperti sepsis, sindrom gangguan pernafasan
dengan hipoksia atau hipoglikemia, perdarahan intrakranial, transfusi tukar, penyakit
jantung bawaan yang berat dan bayi dengan BBLR dan hipoglikemia. Pengobatannya
ialah dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian antibiotika, larutan
glukosa, oksigen dan sebagainya. Pemeriksaan suhu tubuh pada bayi yang sedang
mendapat transfusi tukar harus dilakukan beberapa kali oleh karena hipotermia harus
diketahui secepat-cepatnya dan bila suhu sekitar 320C, transfusi tukar harus dihentikan
untuk sementara waktu sampai suhu tubuh. Secara perlahan beri minum air hangat bila
pasien masih sadar. Bila terlalu cepat menghangatkan tubuh pasien dikhawatirkan bisa
menyebabkan gangguan jantung.
b. Frostbite
Merupakan kondisi dimana sebagian organ tubuh membeku akibat terpapar suhu dingin
yang berlebihan. Biasanya organ yang terkena, antara lain dagu, ujung jari tangan dan
kaki, cuping hidung, serta cuping telinga. Frostbite pada organ tubuh biasanya ditandai
dengan kulit yang terlihat pucat dan keras, bila terkelupas nampak jaringan di bawahnya
yang berwarna merah dan nyeri. Biasanya organ akan mengalami mati rasa.
Bila tubuh menunjukan gejala ini segera lakukan pertolongan pertama berikut ini:
1. Pindahakan pasien ke tempat yang lebih hangat
2. Rendam orang yang frostbite dalam wadah berisi air hangat sampai kulit memerah kurang
lebih selama 45 menit.
3. Jangan menggaruk atau menggosok daerah yang mengalami frostbite sebab bisa
mengakibatkan cedera jaringan
4. Bila tidak ada air hangat, balut dengan kain organ yang mengalami frostbite. Bila tangan
yang mengalami frostbite maka letakkan saja tangan di bawah ketiak atau perut.
5. Segeralah ke rumah sakit bila masih tetap mati rasa selama proses penghangatan.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA SUHU TUBUH EKSTRIM

A. Pengkajian
Data Subjektif
1. Pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya meningkat atau menurun
2. Pasien mengekspresikan perasaan panas atau hangat atau dingin & menggigil
3. Pasien mengatakan alat bantu apa yang dia gunakan bila kedinginan (misal : sweater atau
selimut)
4. Pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertermi atau hipotermi. Misal : m
asalah metabolisme karena kanker atau ketidakseimbangan hormon; integritas kulit;
riway at penyakit kronis seperti penyakit paru dan jantung; obat obat yang dikonsumsi
faktor res iko lain yang dapat diidentifikasi adalah lingkungan dimana pasien berada atau
tinggal.
5. Pasien mengemukakan lamanya hipertermi atau hipotermi dialami yaitu andermitten, rem
itten atau relapsing

Data Objektif

1. Perubahan yang terjadi pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara loka atau si
stemik.
2. Tingkat kesadaran
3. Berat badan
4. Status hidrasi dan nutrisi

B. Diagnosa Keperawatan
1. Hipotermia yang berhubungan dengan regulasi suhu tak efektif :
D.0131 Hipotermia
Definisi : Suhu tubuh berada dibawah rentang normal tubuh

Penyebab
a) Kerusakan hipotalamus
b) Konsumsi alkohol
c) Berat badan ekstrem
d) Kekurangan lemak subkutan
e) Terpapar suhu lingkungan rendah
f) Malnutrisi
g) Pemakaian pakaian tipis
h) Penurunan laju metabolisme
i) Tidak beraktivitas
j) Transfer panas (mis. konduksi, konveksi, evaporasi, radiasi)
k) Trauma
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)

Objektif
a) Kulit terasa dingin
b) Menggigil
c) Suhu tubuh dibawah nilai normal

Gejala dan Tanda Minor


Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
a) Akrosianosis
b) Bradikardi
c) Dasar kuku sianotik
d) Hipoglikemia
e) Hipoksia
f) Pengisian kapiler > 3 detik
g) Konsumsi oksigen meningkat
h) Ventilasi menurun
i) Piloereksi
j) Takikardia
k) Vasokonstruksi perifer
l) Kutis memorata (pada neonatus)
2. Hipertermia yang berhubungan dengan proses infeksi:
D.0130 Hipertermia
Definisi : Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal tubuh
Penyebab

a) Dehidrasi
b) Terpapar lingkungan panas
c) Proses penyakit (mis. infeksi, kanker)
d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e) Peningkatan laju metabolisme
f) Respon trauma
g) Aktivitas berlebihan
h) Penggunaan inkubator
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif

a) Suhu tubuh diatas nilai normal


Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif

a) Kulit merah
b) Kejang
c) Takikardi
d) Takipnea
e) Kulit terasa hangat
Kondisi Klinis Terkait

a) Proses infeksi
b) Hipertiroid
c) Stroke
d) Dehidrasi
e) Trauma
f) Prematuritas

C. Intervensi
Diagnosa pertama
Manajemen Hipotermia (I.14507)

Manajemen hipotermia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola suhu tubuh dibawah rentang normal.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen hipotermia berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
1. Monitor suhu tubuh
2. Identifikasi penyebab hipotermia (mis: terpapar suhu lingkungan rendah, pakaian tipis,
kerusakan hipotalamus, penurunan laju metabolisme, kekurangan lemak subkutan)
3. Monitor tanda dan gejala akibat hipotermia (mis: hipotermia ringan: takipnea, disartria,
menggigil, hipertensi, diuresis; hipotermia sedang: aritmia, hipotensi, apatis,
koagulopati, refleks menurun; hipotermia berat: oliguria, refleks menghilang, edema
paru, asam-basa abnormal)
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang hangat (mis: atur suhu ruangan, inkubator)
2. Ganti pakaian dan/atau linen yang basah
3. Lakukan penghangatan pasif (mis: selimut, menutup kepala, pakaian tebal)
4. Lakukan penghangatan aktif eksternal (mis: kompres hangat, botol hangat, selimut
hangat, perawatan metode kangguru)
5. Lakukan penghangatan aktif internal (mis: infus cairan hangat, oksigen hangat, lavase
peritoneal dengan cairan hangat)
Edukasi
1. Anjurkan makan/minum hangat
Diagnosa Keuda
Manajemen Hipertermia (I.15506)

Manajemen hipertermia adalah intervensi yang dilakukan oleh perawat untuk


mengidentifikasi dan mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi termoregulasi.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen hipertermia berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
1. Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
penggunaan inkubator)
2. Monitor suhu tubuh
3. Monitor kadar elektrolit
4. Monitor haluaran urin
5. Monitor komplikasi akibat hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang dingin
2. Longgarkan atau lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis (keringat
berlebih)
6. Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia atau kompres dingin pada dahi,
leher, dada, abdomen, aksila)
7. Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika perlu
D. Implementasi
Tindakan yang dilakukan berdasarkan perencanaan yang telah di tentukan
E. Evaluasi
Data Subjektif :
1. Pasien mengemukakan derajat temperatur tubuhnya normal
2. Pasien mengekspresikan perasaan nyaman dan tidak menggigil
3. Pasien mengatakan sudah tidak menggunakan alat bantu yang dia gunakan bila kedingina
n (misal : sweater atau selimut)
4. Pasien dapat mengemukakan faktor resiko terjadinya hipertensi atau hipotermi sudah tida
k dirasakan lagi.
Data Objektif :
1. Kondisi nampak normal pada permukaan kulit baik warna, kelembaban, secara lokal atau
sistemik.
2. Tingkat kesadaran pasien berada pada composmentis
3. Berat badan sesuai dengan bb idealnya
4. Status hidrasi dan nutrisi baik dan normal
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Suhu adalah pernyataan tentang perbandingan (derajat) panas suatu zat. Dapat pula dikatakan
sebagai ukuran panas / dinginnya suatu benda. Sedangkan dalam bidang thermodinamika suhu
adalah suatu ukuran kecenderungan bentuk atau sistem untuk melepaskan tenaga secara
spontan. Hipertermia adalah peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidakmampuan
tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas. Hipotemia
adalah pengeluaran panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi
kemampuan tubuh untuk memproduksi panas.
B. Saran
a. Ketika harus mermperhatikan hal-hal yang dapat menyebabkan suhu pada tubuh dapat
berubah secara ekstrim
b. Kita harus menjaga kebersihan lingkungan
c. Melakukan pola hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H, A Aziz. 2006. Pengantar KDM Aplikasi Konsep & Proses Keperawatan.
Salemba Medika. Jakarta.

Elis J.R, Nowlis E.A. 1985. Nursing a Human Needs Approach. Third Edition. Houghton
Mefflin Company. Boston.

NANDA, 2002, Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications.

North American Nursing Diagnosis Association. 2001. Nursing Diagnoses : Definition &
Classification 2001-2002. Philadelphia.

Towarto, Wartonal. 2007. Kebutuhan Dasar & Prose Keperawatan. Edisi 3. Salemba
Medika. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai