TAHUN 2023
DISUSUN OLEH :
NPM. 022.01.3982
TAHUN 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah rnerupakan gerbang utama dalam
penanganan kasus gawat darurat dirumah sakit yang memegang
peranan penting dengan kelangsungan hidup pasien.dalam suatu pelayanan
gawat darurat memerlukan penanganan segera yaitu cepat, tepat dan cermat
untuk mentukan prioritas kegawat daruratan pasien yang bertujuan
untuk mencegah kecacatan dan kernatian (Mahyawati, 2015).
B. Rumusan Masalah
Apakah terdapat hubungan antara Respon Time pelayanan UGD terhadap
kepuasan pasien di RSAD Wira Bhakti Mataram ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah secara umum untuk mengetahui
hubungan respon time pelayanan UGD dengan tingkat kepuasaan
pelayanan pasien di RSAD Wira Bhakti Mataram Tahun 2023.
2. Tujuan Khusus
a. mengetahui tingkat kepuasaan pasien di RSAD Wira Bhakti
Mataram Tahun 2023.
b. Hubungan Respon time dengan Kepuasan pasien RSAD Wira Bhakti
Mataram Tahun 2023.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat Bagi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai referensi di perpustakaan bagi institusi pendidikan
kesehatan terkait tentang respon time dalam menangani pasien di isntalasi
gawat darurat.
b. Manfaat Bagi Peneliti lain
Dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang berminat
melakukan penelitian terkait dengan respon time dengan kepuasan pasien di
Unit gawat darurat
c. Manfaat Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengalaman peneliti
tentang menejemen keperawatan khususnya tentang respon time di ruang
Unit gawat darurat.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dengan diketahuinya hubungan respon time dengan kepuasan pasien
diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dan pertimbangan
bagi rumah sakit untuk menyusun kebijakan dalam rangka peningkatan
mutu pelayanan kesehatan.
b. Manfaat Bagi perawat
Dapat digunakan sebagai pedoman dan untuk meningkatan mutu pelayanan
di Unit gawat darurat yang dapat meningkatkan kepuasan pasien.
c. Manfaat Bagi keluarga
Hasil ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi keluarga pasien
tentang hubungan respon time dengan kepuasan pasien terhadap lama
waktu tanggap yang diberikan petugas dalam memberi pelayanan terhadap
pasien yang datang berobat di Unit gawat darurat di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSKATA
A. Tinjauan Pustaka
1. Unit Gawat Darurat
a. Defenisi
Unit Gawat Darurat (UGD) adalah unit pelayanan di Rumah Sakit
yang memberi penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit
dan cidera, yang membutuhkan perawatan gawat darurat
(Queensland Helth ED, 2012). UGD memiliki tujuan utama
diantaranya adalah menerima, melakukan triage, menstabilisasi,
dan memberikan pelayanan kesehatan akut untuk pasien, termasuk
pasien yang membutuhkan resusitasi dan pasien dengan tingkat
kegawatan tertentu (Australasian Collage for Emergency Medicine,
2014).
b. Pelayanan Gawat Darurat.
Haryatun dan Sudaryanto (2008) mengatakan pelayanan gawat
darurat adalah pelayanan yang memerlukan pertolongan segera
yaitu cepat, tepat dan cermat untuk mencegah kematian dan
kecacatan, atau pelayanan pasien gawat darurat memegang peranan
yang sangat penting (Time saving is life saving) bahwa waktu adalah
nyawa. Salah satu indikator mutu pelayanan berupa response time
atau waktu tanggap, hal ini sebagai indikator proses untuk
mencapai indikator hasil yaitu kelangsungan hidup.
Maryuani, Anik dan Yulianingsih (2009) mengatakan ada
beberapa faktor yang mempengaruhi asuhan keperawatan gawat
darurat, yaitu: kondisi kegawatan seringkali tidak terprediksi baik
kondisi klien maupun jumlah klien yang datang ke ruang gawat
darurat, keterbatasan sumber daya dan waktu, adanya saling
ketergantungan yang sangat tinggi di antara profesi kesehatan yang
bekerja di ruang gawat darurat, keperawatan diberikan untuk semua
usia dan sering dengan data dasar yang sangat mendasar, tindakan
yang diberikan harus cepat dan dengan ketepatan yang tinggi.
Pratiwi (2011) mengemukakan bahwa ada beberapa aspek utama
yang mendukung pelayanan keperawatan di Unit Gawat Darurat
diantaranya jumlah perawat yang cukup akan meningkatkan pelayanan,
ketanggapan perawat dalam memenuhi kebutuhan pasien, kehandalan
perawat dalam melakukan tindakan keperawatan dan kelengkapan
fasilitas Unit Gawat Darurat.
c. Klasifikasi Triage
Menurut Mardalena (2016) klasifikasi triage dari tingkat keutamaan atau
prioritas, dibagi menjadi 4 kategori warna. Berikut ada beberapa warna yang
sering digunakan untuk triage :
1) Merah
Warna merah digunakan untuk menandai pasien yang harus segera
ditangani atau tingkat prioritas pertama. Warna merah menandakan bahwa
pasien dalam keadaan mengancam jiwa yang menyerang bagian vital.
Pasien dengan triage merah memerlukan tidakan bedah dan resusitasi
sebagai langkah awal sebelum dilakukan tindakan lanjut, seperti
operasi atau pembedahan. Pasien bertanda merah, jika tidak segera
ditangani bisa menyebabkan pasien kehilangan nyawanya. Berikut yang
termasuk ke priorotas pertama (warna merah) di antaranya henti
jantung, pendarahan besar, henti napas, dan pasien tidak sadarkan diri.
Waktu tanggap untuk pasien triage merah yaitu 0 menit atau langsung
diberikan penanganan.
2) Kuning
Pasien yang diberi tanda kuning juga berbahaya dan harus segera
ditangani. Hanya saja, tanda kuning menjadi tingkat prioritas kedua
setelah tanda merah. Dampak jika tidak segera ditanggani, akan
mengancam fungsi vital organ tubuh bahkan mengancam nyawa.
Misalnya, pasien yang mengalami luka bakar tingkat II dan III kurang
dari 25% mengalami trauma thorak, trauma bola mata, dan laserasi luas.
Adapun yang termasuk prioritas kedua, di antaranya terjadinya luka bakar
pada daerah vital, seperti kemaluan dan airway. Selain itu, terjadinya luka
di kepala atau subdural hematom yang ditandai dengan muntah.
Pendarahan bisa juga terjadi dibagian tertentu, seperti di telinga, mulut
dan hidung. Penderita subdural hematom memiliki kecepatan nadi
kurang 60 kali per menit, napas tidak teratur, lemah, refleks, dan
kurang menerima rangsangan. Waktu tanggap untuk pasien triage kuning
batas maksimal dilakukan penanganan < 30 menit.
3) Hijau
Warna hijau merupakan tingkat prioritas ketiga. Warna hijau
mengisyaratkan bahwa pasien hanya perlu penanganan dan pelayanan
biasa. Dalam artian, pasien tidak dalam kondisi gawat darurat dan tidak
dalam kondisi terancam nyawanya. Pasien yang diberi prioritas warna
hijau menandakan bahwa pasien hanya mengalami luka ringan atau
sakit ringan, misalnya luka superfisial. Penyakit atau luka yang masuk ke
priorotas hijau adalah fraktur ringan disertai perdarahan. Pasien yang
mengalami benturan ringan atau laserasi, histeris, dan mengalami luka
bakar ringan juga termasuk ke prioritas ini. Waktu tanggap untuk pasien
triage hijau batas maksimal dilakukan penanganan < 60 menit.
4) Hitam
Warna hitam digunakan untuk pasien yang memiliki kemungkinan hidup
sangat kecil. Biasanya, pasien yang mengalami luka atau penyakit
parah akan diberikan tanda hitam. Tanda hitam juga digunakan untuk
pasien yang belum ditemukan cara menyembuhkannya. Salah satu hal
yang dapat dilakukan untuk memperpanjang nyawa pasien adalah
dengan terapi suportif. Warna hitam juga diberikan kepada pasien yang
tidak bernapas setelah dilakukan intervensi live saving. Adapun yang
termasuk kategori prioritas warna hitam antara lain pasien yang
mengalami trauma kepala dengan otak keluar, spinal injury, dan
pasien multiple injury.
2. Respon Time Perawat Unit Gawat Darurat
a. Definisi
Respon Time (waktu tanggap) adalah penanganan pasien gawat
darurat yang harus ditangani paling lama 5 menit setelah sampai
di UGD dan ini merupakan menjadi salah satu indikator mutu
pelayanan serta salah satu prinsip umum pelayanan UGD di Rumah
Sakit (Kemenkes, 2010).
b. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Respon Time.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wa Ode, et al
(2012) mengatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan respon
time penanganan kasus di UGD bedah dan non bedah adalah:
1) Ketersediaan Stretcher
Canadian of Association Emergency Physician (2012)
menuliskan ketidakcukupan terhadap ketersediaan stretcher pada
penanganan pasien di UGD akan menyebabkan hal yang serius
terhadap pasien baru dimana pasien tersebut keadaannya kritis.
Maka, penanganan pada pasien tersebut akan terhambat karena
ketersediaan stretcher yang kurang memadai.
2) Ketersediaan petugas triage
Ketersedian petugas triage sangat berpengaruh karena pada saat
pasien masuk UGD maka pertama kali pasien akan dilakukan
penggolongan triage terlebih dahulu untuk menentukan prioritas
tindakan, namun jika petugas triage tidak tersedia maka hal
tersebut tidak dilakukan sehingga pasien yang masuk akan
berkumpul dalam satu ruangan tanpa adanya
penggolongan prioritas penanganan dan membuat petugas yang
akan melakukan tindakan menjadi kualahan.
3) Tingkat karakteristik pasien
Kondisi pasien yang masuk di UGD akan mempengaruhi
waktu tanggap perawat itu sendiri, semakin kritis keadaan
pasien, maka waktu tanggap perawat harus semakin cepat
karena berhubungan dengan keselamatan dan nyawa pasien.
4) Faktor pengetahuan petugas kesehatan, ketrampilan dan
pengalaman bekerja petugas kesehatan yang menangani kejadian
gawat darurat.
c. Alat Ukur Respon Time
1) Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa dengan
standart 100%.
2) Jam buka pelayanan gawat darurat dengan standart 24 jam.
3) Pemberi pelayanan kegawatdaruratan yang bersertifikat yang
masih berlaku ATLS/BTLS/ACLS/PPGD dengan standart 100 %.
4) Kesediaan tim penanggulangan bencana dengan standart 1 tim.
5) Waktu tanggap pelayanan perawat/dokter di gawat darurat
(Respon time) dengan standart ≤ 5 menit terlayani setelah
pasien datang (Kemenkes, 2010).
3. Kepuasan Pasien
a. Definisi
Kepuasan pasien merupakan hal yang subjektif, sulit diukur, dapat
berubah-ubah, serta banyak sekali faktor yang berpengaruh sebanyak
dimensi di dalam kehidupan manusia. Subjektivitasme tersebut bisa
berkurang dan bahkan bisa menjadi objektif bila cukup banyak orang
yang sama pendapatnya terhadap sesuatu hal. Oleh karena itu, untuk
mengkaji kepuasan pasien dipergunakan suatu instrumen penelitian
yang cukup valid disertai metode penelitian yang baik (Satrianegara,
2014)
Kepuasan pasien adalah evaluasi positif dari dimensi pelayanan
yang beragam. Pelayanan yang dievaluasi dapat berupa sebagian kecil
dari pelayanan, misalnya salah satu jenis pelayanan dari serangkaian
pelayanan rawat jalan atau rawat inap, semua jenis pelayanan yang
diberikan untuk menyembuhkan seorang pasien sampai dengan sistem
pelayanan secara menyeluruh di dalam rumah sakit. Kajian tentang
kepuasan pasien harus dipahami sebagai suatu hal yang sangat banyak
dimensinya atau variabel yang mempengaruhinya (Satrianegara, 2014).
b. Indikator Kepuasan Pasien
Menurut Parasuraman dalam Syafrudin (2011), terdapat 10 indikator
untuk mengukur kepuasan pelanggan. Dalam perkembangan selanjutnya
kesepuluh dimensi tersebut dirangkum menjadi lima dimensi yang biasa
dikenal dengan istilah kualitas layanan “ RATER” (responsiveness,
assurance, tangible, emphaty, dan relibiality). Lebih jelasnya dapat
diuraikan mengenai bentuk-bentuk aplikasinya sebagai berikut :
1) Daya tanggap (responsiveness)
Daya tanggap adalah elemen yang berkaitan dengan kesediaan
karyawan dalam membantu dan memberikan pelayanan yang terbaik
bagi pasien, petugas dapat memberikan informasi yang jelas,
petugas memberikan pelayanan dengan segera dan tepat waktu,
petugas memberi pelayanan yang baik. Menurut Margaretha dalam
(Nursalam, 2013), mendefenisikan daya tanggap adalah suatu
bentuk pelayanan dalam memberikan penjelasan, agar orang yang
diberi pelayanan tanggap dan menanggapi pelayanan yang
diterima, sehingga diperlukan adanya unsur daya tanggap yang
diterima.
Memberikan penjelasan secara bijaksana sesuai dengan
bentuk-bentuk pelayanan yang dihadapinya. Sehingga individu
yang mendapat pelayanan mampu mengerti dan menyetujui
segala bentuk pelayanan yang diterima.
Memberikan penjelasan yang mendetail yaitu penjelasan yang
bersifat jelas, transparan, singkat dan dapat di pertanggung
jawabkan.
Memberikan pembinaan atas bentuk pelayanan yang dianggap
kurang atau belum sesuai dengan prosedur pelayanan yang
ditunjukkan.
2) Jaminan (assurance)
Hal ini terutama mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan
sifat dapat dipercaya dari petugas. Selain itu, bebas dari bahaya saat
pelayanan merupakan jaminan juga. Menurut margaretha dalam
Nursalam (2013), mengemukajan bahwa suatu organisasi kerja
sangat memerlukan adanya kepercayaan yang diyakini sesuai
dengan kenyataan bahwa organisasi tersebut dapat memberikan
kualitas pelayanan yang dapat dijamin sesuai dengan :
Mampu memberikan kepuasan dalam pelayanan yaitu
memberikan pelayanan yang cepat, tepat, mudah, lancar, dan
berkualitas.
Mampu menunjukkan komitmen kerja yang tinggi sesuai
dengan bentuk - bentuk integritas kerja, etos kerja, dan budaya
kerja yang sesuai dengan visi, misi suatu organisasi dalam
memberikan pelayanan.
Mampu memberikan kepastian atas pelayanan sesuai dengan
perilaku yang ditunjukkan, agar orang yakin sesuai dengan
perilaku yang dilihatnya.
3) Bukti fisik (tangible)
Menurut Gibson dalam (Nursalam, 2013), bukti fisik adalah segala
sesuatu yang tampak seperti fasilitas, peralatan, kenyamanan ruangan,
dan penampilan petugas yang melihat dinamika dunia kerja
sekarang ini yang mengedepankan pemenuhan kebutuhan pelayanan
masyarakat. Kualitas layanan fisik (tangible) dapat tercermin dari
aplikasi lingkungan kerja berupa :
Kemampuan menunjukkan prestasi kerja pelayanan dalam
menggunakan alat dan perlengkapan kerja secara efisien dan
efektif
Kemampuan menunjukkan penguasaan teknologi dalam
berbagai akses data sesuai dinamika dan perkembangan dunia
kerja yang dihadapinya.
Kemampuan menunjukkan integritas dari sesuai dengan
penampilan yang menunjukkan kecakapan, kewibawaan, dan
dedikasi kerja.
4) Empati (emphaty)
Menurut (Nursalam, 2013), empati dalam suatu pelayanan adalah
adanya suatu perhatian, keseriusan, simpatik, pengertian dan
keterlibatan pihakn- pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
untuk mengembangkan dan melakukan aktivitas pelayanan sesuai
tungkat pengertian dan pemahaman dari masing – masing pihak.
Menurut Margaretha dalam Nursalam (2013), bahwa suatu bentuk
kualitas layanan dari empati orang – orang pemberi pelayanan
terhadap yang mendapatkan pelayanan harus diwujudkan dalam
lima hal, yaitu:
Mampu memberikan perhatian terhadap bentuk pelayanan
yang diberikan, sehingga yang dilayani merasa menjadi orang
yang penting.
Mampu memberikan keseriusan atas aktivitas kerja pelayanan
yang diberikan, sehingga yang dilayani mempunyai kesan
bahwa pemberi pelayanan menyikapi pelayanan yang
diinginkan.
Mampu menunjukkan rasa simpatik atas pelayanan yang
diberikan sehingga yang dilayani merasa memiliki wibawa atas
pelayanan yang dilakukan.
Mampu menunjukkan pengertian yang mendalam atas berbagai
hal yang diungkapkan, sehingga yang dilayani menjadi lega
dalam menghadapi bentuk – bentuk pelayanan yang dirasakan.
Mampu menunjukkan keterlibatannya dalam memberikan
pelayanan yang dilakukan, sehingga yang dilayani menjadi
tertolong menghadapi berbagai bentuk kesulitan pelayanan.
5) Kehandalan (reliability)
Kehandalan adalah kemampuan untuk mewujudkan pelayanan yang
dapat diandalkan. Artinya dalam memberikan pelayanan setiap
pegawai diharapkan memiliki kemampuan dalam pengetahuan
keahlian, kemandirian, penguasaan, dan profesionalisme kerja yang
tinggi sehingga akvitas kerja yang dikerjakan menghasilkan bentuk
pelayanan yang memuaskan, tanpa ada keluhan dan kesan yang
berlebihan atas pelayanan yang diterima oleh masyarakat (Syafrudin,
2011)
Menurut Sunyoto dalam Nursalam (2013), bahwa kehandalan dari
pegawai yang berprestasi, dapat dilihat dari :
Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai
dengan tingkat pengetahuan terhadap uraian kerjanya.
Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang
terampil sesuai dengan tingkat keterampilan kerja dalam
menjalankan aktivitas pelayanan yang efektif dan efisien.
Kehandalan dalam memberikan pelayanan yang sesuai
dengan pengalaman kerja yang dimilikinya. Sehingga
penguasaan tentang uraian kerja dapat dilakukan secara
cepat, tepat, mudah, dan berkualitas sesuai dengan
pengalamannya.
Kehandalan dalam mengaplikasikan penguasaan
teknonologi untuk memperoleh pelayanan yang akurat dan
memuaskan sesuai hasil output penggunaan teknologi yang
ditunjukkan.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kepuasan Pasien
Lupiyoadi dalam Rangkuti (2013), menyatakan bahwa dalam
menentukan tingkat kepuasan, terdapat lima faktor yang
mempengaruhi, yaitu :
1) Kualitas pelayanan
Pelanggan dalam hal ini pasien akan merasa puas jika mereka
memperoleh pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang
diharapkan.
2) Emosional
Pasien akan merasa bangga dan mendapat keyakinan bahwa
3) Harga
4) Biaya
5) Waktu tunggu
Unit gawat darurat (UGD) adalah salah satu bagian di rumah sakit
penanganan, waktu tanggap yang baik bagi pasien yaitu ≤ 5 menit. Apabila
terjadi apabila kebutuhan, keinginan dan harapan dapat dipenuhi melalui jasa
mematuhi nasihat, setia, atau taat terhadap rencana pengobatan yang telah
prosedur serta sikap yang diberikan oleh pemberi layanan itu sendiri
(Nursalam, 2013)
pasien dengan baik. Tanggap terhadap setiap keluhan yang dirasakan pasien,
ramah dan sopan terhadap pasien. Dari hasil kuesioner didapatkan responden
berjalan dengan baik serta melakukan dan membina hubungan saling percaya
antara pasien dan perawat. Bila pasien merasa senang dan puas, maka
perawat juga merasa puas dengan asuhan keperawatan yang telah diberikan
antara pasien dan perawat baik. Kepribadian perawat yang baik adalah
keadaan fisik yang sehat, penampilan yang menarik, jujur, rendah hati,
teguh pada ilmu dan kiat keperawatan. Kiat keperawatan lenih difokuskan
Respon Time
Kenyamanan
Tingkat Kepuasan
Pasien
Kualitas pelayanan
Emosional
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Independen yang tidak diteliti
: Variabel dependen
: Garis penghubung
C. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban atau Dugaan sementara terhadap rumusan masalah
penelitian dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk
kalimat pernyataan (Sugiyono 2018)
Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada Pengaruh Emergency Respon Time Pelayanan
METODE PENELITIAN
2. Desain Penelitian
atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada objek
penelitian hanya diukur secara simultan, sesaat atau sekali saja
2013)
X Y
Keterangan :
X : Respon Time
Y : Kepuasan Pasien
____ : Hubungan
1. Populasi Penelitian
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu
yang akan diteliti, bukan hanya objek atau subjek yang akan dipelajari saja
tetapi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki subjek atau objek
tersebut, atau kumpulan orang, individu, atau objek yang akan diteliti sifat-
sifat atau karakteristiknya (Hidayat 2017)
Populasi dalam penelitian ini adalah semua Pasien dengan tingkat kesadaran
composmentis GCS 14-15 yang dirawat di UGD RSAD Wira Bhakti
Mataram baik Rawat Jalan maupun Rawat Inap.
2. Sampel Penelitian dan Teknik Pengambilan Sampel
a. Sampel
Sampel merupakan bagian populasi yang akanditeliti atau sebagian jumlah
dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2017). Dalam
penelitian ini yang menjadi sampel adalah 20 orang responden.
1) Kriteria inklusi
Pada penelitian ini kriteria inklusinya adalah sebagai berikut :
- Pasien kategori triase hijau – kuning
- Pasien yang sadar GCS 13, 14 & 15
- Pasien yang bisa membaca tulis
- Semua pasien yang bersedia menjadi responden b. Kriteria
eksklusi
2) kriteria eksklusinya :
- Pasien yang gawat darurat (merah)
- Pasien yang tidak sadar
- Pasien yang bermasalah dengan Airway, Breathing,
Ciruculation, Dissability, Exposure
D. Definisi Operasional
Kepmenkes RI No. 856. 2010. Standard Unit Gawat Darurat Rumah Sakit.
Jakarta : Menteri Kesehatan.
Mahyawati ( 2015), hubungan kegawatdaruratan pasien dengan waktu
tanggap perawat Di UGD RS PKU muhammadiyah Yogyakarta,
Naskah Publikasi, Prrogram Studi Ilmu Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan'Aisyiyah Yogyakarta