OLEH :
SRI HARTINI
AZAN FATAHULLAH
NI MADE INDI APRIANTI BUDI
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “Asuhan Keperawatan Kejang Demam pada
Anak”. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal . Dengan ini kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inpirasi terhadap pembaca.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak usia dini adalah salah satu pewaris dari pada setiap bangsa,
Anak merupakan aset bangsa, sebagai pewaris dan sekaligus sebagai generasi
dengan sebaik-baiknya sehingga kelak menjadi orang dewasa yang sehat, baik
(Hasendra, 2019).
Salah satu aspek utama yang menjadi tolak ukur bagi pertumbuhan
2 faktor utama yaitu gizi dan infeksi yang berpengaruh besar terhadap
pnemonia, campak, diare, malaria, dan malnutrisi, ini berarti bahwa penyakit
infeksi dalam tubuh menyebabkan kenaikan suhu tubuh yang biasa disebut
intrakranial; terjadi pada sekitar 2-4% anak berusia 3 bulan sampai 5 tahun.
kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului
SSP/Sistem Saraf Pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama dengan
kejang lebih banyak dibandingkan dengan anak normal. Kejang demam adalah
bangkitan yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh (suhu rectal lebih dari 38°C),
Salah satu faktor risiko kejang demam adalah riwayat kejang pada keluarga,
dihubungkan dengan tipe kejang demam pertama dan usia saat terjadi kejang demam
demam kompleks sebagai tipe kejang demam pertama dan berhubungan dengan usia
B. Rumusan masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Klien Anak dengan Kejang Demam ?
BAB II
TINJAUANPUSTAKA
1. Pengertian
2. Etiologi
Beberapa teori dikemukan mengenai penyebab terjadinya kejang demam:
Faktor keturunan memegang peranan penting untuk terjadinya kejang demam,
25-50% anak dengan kejang demam mempunyai anggota keluarga yang pernah
mengalami kejang demam sekurang- kurangnya sekali. Faktor penting lainnya
terjadinya kejang demam pada anak adalah suhu badan(Arifuddin Adhar, 2016).
Pasien kejang demam didefinisikan sebagai pasien yang mengalami bangkitan
kejang yang terjadi saat pasien berusia 6 bulan sampai 5 tahun disertai
peningkatan suhu tubuh di atas 38⁰C, dengan metode pengukuran suhu apa pun,
serta kejadian kejang tidak disebabkan oleh proses intrakranial. Jenis kejang
merupakan jenis kejang yang dialami pasien saat terjadi bangkitan kejang. Jenis
kejang dibagi menjadi kejang umum dan kejang fokal. Durasi kejang dibagi
menjadi dua yaitu 1 kali. Klasifikasi kejang demam dibagi dua menjadi kejang
demam sederhana dan kejang demam kompleks. Kejang demam sederhana
memiliki durasi kejang yang singkat, kurang dari 15 menit, dapat berhenti
sendiri secara spontan, jenis kejang merupakan kejang umum tonik dan atau
klonik, tanpa gerakan fokal, tidak berulang dalam 24 jam. Kejang demam
kompleks memiliki durasi kejang yang lama, lebih dari 15 menit, kejang fokal
atau parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial, episode
kejang lebih dari satu kali dalam 24 jam atau berulang(Susanti, Yurika Elizabeth
& Wahyudi, 2020).
3. Penatalaksanaan
Pada anak-anak penatalaksaan kejang demam terdiri dari(Irdawati, 2009):
1) Penatalaksana Medis
2) Penatalaksanaan keperawatan
1. Pengkajian
klien baik fisik,psikososial, maupun emosional. Data dasar ini digunakan untuk
serta sebagai acuan dalam memberikan edukasi pada klien(Ode Debora, 2013).
Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian pada anak dengan kejang
demam adalah:
orang tua perlu ditanyakan untuk mengetahui status sosial anak meliputi
b. Keluhan utama
Meliputi keluhan paling utama yang dialami oleh pasien, biasanya keluhan
yang dialami pasien kejang demam adalah anak mengalami kejang pada saat
betul ada kejang. Diharapkan ibu atau keluarga yang mengantar mengetahui
waktu berlangsung lama. Dari lama bangkitan kejang dapat kita ketahui
pola serangan apakah bersifat umum, fokal, tonik atau klonik. Pada kejang
berapa kejang teljadi untuk pertama kali dan berapa frekuensi kejang per
tahun. Prognosa makin kurang baik apabila timbul kejang pertama kali pada
kejang, misalnya lapar, lelah, muntah, sakit kepala dan lain-lain. Dimana
teljadi untuk pertama kalinya. Apakah ada riwayat trauma kepala, radang
Adakah keluarga yang memiliki penyakit kejang demam sepexti pasien (25 %
keluarga yang mendedta penyakit seperti ISPA, diare atau Penyakit infeksi
Kelainan ibu sewaktu hamil per trisemester, apakah ibu pemah mengalami
infeksi atau sakit panas sewaktu hamil. Riwayat trauma perdarahan pervagina
selama neonatal apakah bayi panas, diare, muntah, tidak mau netek dan
kejang kejang.
g. Riwayat imunisasi
Jenis imunisasi yang sudah didapatkan dan yang belum ditanyakan serta umur
menimbulkan kejang.
h. Riwayat perkembangan
saja dan dilakukan otot-otot kecil dan memerlukan koordinasi yang cermat,
i. Riwayat sosial
Untuk mengetahui perilaku pada anak dan keadaan emosionalnya yang perlu
2) Pola nutrisi
kualitas dan kuantitas dari makanan yang dikonsumsi oleh anak, makanan apa
saja yang disukai dan yang tidak, bagaimana selera makan anak, berapa kali
3) Pola eliminasi
bagaimana warna, bau khas, dan terdapat darah, serta tanyakan apakah
berkumpul dengan keluarga sehari berapa jam, aktivitas apa yang disukai.
5) Pola tidur/istirahat
Berapa jam sehari tidur, berangkat tidur jam berapa. Bangun tidur jam berapa,
a. Data objektif
1) Pemeriksaan Umum
Pertama kali perhatikan keadaan umum vital : tingkat kesadaran, tekanan darah,
respirasi, nadi dan suhu. Pada kejang demam sederhana akan didapatkan suhu
tinggi sedang kesadaran setelah kejang akan kembali normal seperti sebelum
2) Pemeriksaan fisik
hingga ujung kaki untuk mendapatkan data objektif tentang kondisi pasien (Perry,
2005). a) Kepala
tanda-tanda mikro atau makro sepali, adakah dispersi bentuk kepala, apakah
b) Rambut
seperti rambut jagung dan mudah dicabut tanpa menyebabkan rasa sakit pada
pasien.
c) Muka/Wajah
Paralisis fasialis menyebabkan asimetri wajah; sisi yang paresis tertinggal bila
anak menangis atau tertawa, sehingga wajah tertarik ke sisi sehat. Adakah tanda
d) Mata
Saat serangan kejang teljadi dilatasi pupil, untuk itu periksa pupil dan ketajaman
e) Telinga
Periksa fungsi telinga, kebersihan telinga serta tandatanda adanya infeksi
seperti
pembengkakan dan nyeri di daerah belakang telinga, keluar cairan dari
f) Hidung
Adakah ada pemafasan cuping hidung, polip yang menyumbat jalan nafas, apakah
g) Mulut
h) Tenggorokan
i) Leher
vena jugularis.
j) Thorax
Pada infeksi amati bentuk dada klien, bagaimana gerak pernafasan, frekuensinya,
irama, kedalaman, adakah retraksi dada. Pada auskultasi adakah suara nafas
tambahan.
k) Jantung
l) Abdomen
Adakah distensi abdomen serta kekakuan otot pada abdomen, bagaimana turgor
kulit dan peristaltik usus, adakah tanda meteorismus, adakah pembesaran hepar.
m) Kulit
n) Ekstremitas
o) Genetalia
Adakah kelainan bentuk oedema, sekret yang keluar dari vagina, tanda-tanda
infeksi.
2. Diagnose keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat diambil pada kasus kejang demam adalah
Tabel 1
Tabel 2
muncul jika perencanaan yang dibuat di aplikasikan pada klien. Tindakan yang
dilakukan mungkin sama mungkin juga berbeda dengan urutan yang telah di buat
lingkungan panas).
aksilla).
Evaluasi adalah tahap kelima dari proses keperawatan. pada tahap ini perawat
membandingkan hasil tindakan yang telah dilakukan dengan kriteria hasil yang sudah ditetapkan
serta menilai apakah masakah yang terjadi sudah diatasi seluruhnya,hanya sebagian,atau belum
teratasi semuanya. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan yaitu suatu proses yang digunakan
untuk mengukur dan memonitor kondisi klien untuk mengetahui kesesuain tindakan
tempat kesehatan lain dan perlu menyusun ulang prioritas diagnosa supaya kebutuhan klienbisa
terpenuhui atau teratasi (Ode Debora, 2013). Evaluasi dinilai berdasarkan respon pasien terhadap
a. Menggigil menurun.
menurun.