Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MANAJEMEN KEGAWATDARURATAN ANAK

DENGAN KEJANG DEMAM

Dosen Pembimbing : Ns. Yanerith Purba, S.Kep,M.Kep

Disusun Oleh :

Yosua A Paraso (1814201268)

Sitania Tulangow (1814201175)

Roza C Belaya (1814201017)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

BAB II PEMBAHASAN

PENGERTIAN

ETIOLOGI

JENIS-JENIS/ KLASIFIKASI

PATOFISIOLOG / PATWAY

PENAGANAN SECARA KEGAWATDARURATAN

BAB III JURNAL

JURNAL KEJANG DEMAM

BAB II PENUTUP

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Kejang demam atau febrile convulsion merupakan jenis gangguan syaraf paling umum
yang sering dijumpai pada anak-anak dan penyakit ini biasanya terjadi pada usia 3 bulan
sampai 5 tahun karena pada usia ini otak anak sangat rentan terhadap peningkatan mendadak
suhu badan dan memiliki insiden puncak penyakit pada usia 18 bulan serta dikatakan hilang
apabila anak berusia 6 tahun. International League Against Epilepsy (ILAE) mengatakan
bahwa kejang demam dapat terjadi pada anak yang mengalami bangkitan kejang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh rektal diatas 38°C dan penyakit ini tidak disebabkan oleh infeksi sistem
syaraf pusat tanpa memiliki kejang neonatus sebelumya dan tidak memenuhi kriteria kejang
gejala akut lainnya. Kejang demam dapat berupa kejang tonik atau tonik/klonik dan seringkali
bermula fokal kemudian menjadi kejang umum serta kejang demam ini banyak dijumpai pada
anak laki-laki dari pada anak perempuan

Prevelensi kejang demam di Indonesia tahun 2009-2010 mencapai 16% dan


khususnya di Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 anak yang mengalami kejang demam.
Wibisono (2015), melaporkan angka kejadian kejang demam di Indonesia pada tahun 2012-
2013 di dapatkan sebanyak 3-4% dari anak yang berusia 6 bulan sampai 5 tahun. Hasil survey
yang didapatkan di indonesia pada bulan April 2009 terdapat 15 kasus kejang demam dan
sebanyak 80% disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan serta terdapat 2 orang
pasien meninggal dikarenakan Meningitis dan Enchepalitis.

Kejang demam pada anak dibawah 5 tahun ini merupakan masalah umum yang
biasanya menyebabkan kecemasan dan ketakutan di kalangan orang tua. Tarigan, Chairul dan
Syamsidah, mendapatkan hasil penelitian bahwa orang tua panik dan bingung saat anaknya
mengalami kejang demam yang dapat merusak otak dan kematian. Abdullah dan Abdulhadi
(2015), mendapatkan hasil penelitian yang dilakukan di Baghdad sebanyak 76% ibu percaya
bahwa menggunakan obat tradisional dengan cara menggosok seluruh bagian tubuh anak dan
banyak dari mereka melakukan praktek yang tidak benar seperti memasukan benda asing
kedalam mulut anak, memandikan anak dengan air dingin serta melakukan pijat jantung dan
membawa anak mereka ke dukun sehingga sering terjadi keterlambatan bagi petugas dalam
penangan lanjutan pada kejang demam. Barzegar (2016), mendapatkan hasil penelitaian
bahwa banyak kesalapahaman di Taiwan mengenai sikap yang kurang pada penanganan
kejang demam seperti mengguncang atau mencoba membangunkan anak pada saat kejang
berlangsung dan menarik mulut anak.

anak yang mengalami kejang demam dapat meningkatkan risiko kerusakan pada otak,
mempunyai riwayat keluarga dengan kejang demam, keterlambatan perkembangan dan
memunculkan gejala epilepsi. Orang tua anak sebaiknya harus mengetahui informasi tentang
penanganan yang diberikan pada anak yang mengalami kejang demam. Sebab apabila orang
tua memiliki sikap yang minim dan tidak segera membawa anak mereka ke petugas
kesehatan, maka akan mengakibatkan anak tersebut mengalami dampak dan diatas salah
satunya kerusakan otak dan kematian.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna memberikan
pendidikan kesehatan terhadap sikap ibu dalam menangani kejang demam pada anak.

BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTAN

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38ºC) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

Kejang demam merupakan kelainan neurologist yang paling sering dijumpai pada
anak, terutama pada anak umur 6 bulan sampai 4 tahun. Hampir 3% dari anak yang berumur
dibawah 5 tahun pernah menderita kejang demam

Hingga kini belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan faktor resiko yang penting
adalah demam. Demam sering disebabkan infeksi saluran pernafasan atas, otitis media,
pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih. Faktor resiko lainnya adalah riwayat
keluarga kejang demam, problem pada masa neonatus, kadar natrium rendah. Setelah kejang
demam pertama, kira-kira 33% anak akan mengalami satu kali rekurensi atau lebih, dan kira-
kira 9% akan mengalami 3X recurrent atau lebih.

Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, pada anak yang ambang kejangnya
rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang
tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 40ºC atau lebih.

Kejang demam yang berlansung singkat tidak berbahaya dan tidak menimbulkan
gejala sisa. Tetapi pada kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai
apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi kontraksi otot skelet yang akhirnya
menyebabkan hipoksemia, hiperkapnea, asidosis lactate, hipotensi.

Serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung
singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Umumnya kejang berhenti sendiri. Begitu kejang berhenti anak tidak memberi
reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah beberapa detik atau menit anak akan terbangun
dan sadar kembali tanpa adanya kelainan saraf.

Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap masalah yang terjadi
dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi bila demam tinggi dapat
menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang sering terjadi pada kenaikan suhu
tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam (Ngastiyah, 2012 dalam (Regina Putri, 2017).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu 38℃
biasanya terjadi pada usia 3 bulan – 5 tahun. Sedangkan usia < 4 minggu dan pernah kejang
tanpa demam tidak termasuk dalam kategori ini. (Ridha,2017). Kejang demam yang sering
disebut step, merupakan kejang yang terjadi pada saat seorang bayi ataupun anak mengalami
demam tanpa infeksi sestem saraf pusat yang dapat timbul bila seorang anak mengalami
demam tinggi (Sudarmoko, 2013).

Jadi bedasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa kejang demam adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang
disebabkan oleh proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.

B. PENYEBAB

Menurut William R. Turk, Kepala Divisi Neurologi di Nemours Children’s Clinic di


Jacksonville, Florida, Amerika Serikat, kejang demam pada anak harus diwaspadai karena
bisa datang tiba-tiba dan sering diawali dengan kehilangan kesadaran baru kemudian jadi
kejang demam.

1. Infeksi

Adanya infeksi pada tubuh meningkatkan risiko anak alami kejang demam, seperti infeksi
virus flu, radang amandel, dan infeksi telinga.

2. Dampak Imunisasi

Kejang demam yang dialami anak setelah imunisasi merupakan dampak dan imunisasi yang
dijalani bukan penyebab anak alami kejang demam.

3. Faktor Genetik

Jika orangtua pernah mengalami kejang demam berulang, kondisi ini juga rentan dialami oleh
anak. Faktor genetik dapat menjadi salah satu penyebab anak mengalami kejang demam.

4. Riwayat Kejang Demam

Kejang demam dapat terjadi secara berulang pada anak apalagi jika anak pernah mengalami
kejang demam sebelum usianya 1 tahun dan anak mengalami kejang demam ketika suhu
tubuh tidak terlalu tinggi.

Penyebab Kejang Demam


Penyebab kejang demam adalah peningkatan suhu tubuh. Demam pada anak yang sering
menimbulkan kejang adalah demam akibat infeksi saluran pernafasan, saluran pencernaan,
telinga-hidung-tenggorokan, saluran kencing, kulit, dan pasca imunisasi.

Risiko kejang demam pada anak semakin meningkat dengan kenaikan suhu tubuh. Sebagian
besar anak yang mengalami kejang demam memiliki suhu tubuh di atas 39°C.
Selain demam, usia anak juga merupakan faktor risiko terjadinya kejang demam. Kejang
demam umumnya terjadi pada usia 6 bulan hingga 5 tahun dengan puncak tertinggi pada usia
17- 23 bulan

Selanjutnya, faktor genetik juga berperan. Risiko kejang pada anak lebih tinggi jika ada
saudara kandung atau orang tua yang pernah mengalami kejang.

C. JENIS-JENIS KEJANG DEMAM

Ada 2 golongan kejang demam menurut Ridha 2017:

a. Kejang demam sederhana

1) Dikeluarga penderita tidak ada riwayat epilepsy

2) Sebelumnya tidak ada riwayat cedera otak oleh penyakit apapun

3) Serangan kejang demam yang pertama terjadi antara usia 6 bulan – 6 tahun

4) Lamanya kejang berlangsung < 20 menit

5) Kejang tidak bersifat tonik klonik

6) Tidak didapatkan gangguan atau abnormalitas pasca kejang

7) Sebelumnya juga tidak didapatkan abnormalitas neurology atau abnormalitas


perkembangan

8) Kejang tidak berulang dalam waktu singkat

9) Tanpa gerakan fokal dan berulang dalam 24 jam.

b. kejang demam kompleks

Kejang demam dengan salah satu ciri berikut ini:

1. Kejang lama > 15 menit

2. Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang
parsial

3. Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

Jenis Kejang Demam :

1. Kejang Focal Seizure


Kejang jenis ini merupakan kejan demam ya g terjadi ada bagian kecil otak yang
terganggu. Dampak dari adanya kejang ini berupa gangguan emosional serta gangguan fisik.
Gejala kejang ini pun juga sulit terdeteksi. Sindrom syok dengue merupakan salah satu
kondisi yang tingkat terkena kejang jenis focal seizure lebih tinggi. Ada beberapa cara untuk
mengatasi kejang ini antara lain :

2. Simple Focal Seizure

Simple focal seizur merupakan salah satu jenis kejang demam pada anak yang
dikategorikan dalam focal seizure. Penyebab dari adanya kejang ini adalah sama yaitu bagian
kecil pada otak terganggu. Gejala aanya kejang ini antara lain indra penciuman menurun,
indra perasa juga menurun, jari jari dan lengan berkedut , mersa pusing saat melihat cahaya
yag terang, mual dan berkeringat juga sering dirasakan .

3. Complex Focal Seizure

Boasanya jenis kejang ini serig terjadi pada bagian otak yang mengatur emosi dan
memori yaitu pada hypothalamus. Adanya gangguan pada bagian otak tersebutlah yang
menyebabkan kejang ini terjadi. Gejala yang biasa muncul adalah muntah , menangis,
pusing , serta kejang yang terjadi hanya beberapa menit.

4. Secondary Generalized Seizure

Jenis kejang ini dimulai dari satu pada bagian otak dan menjalar hingga ke sistem
syaraf. Gejala yang nantinya akan timbul adalah kejag yang bertipe berat serta mengalami
kelemahan otot.

Kejang ini perlu adanya perhatian khusus , karena apabila tidak segera diatasi
akan berdampat tidak baik bagi kesehatan anak.

5. Tonic-Clonik Seizure

Kejang jenis ini merupakan jenis kejang yang masuk dalam ketegori general seizure.
Pada kejang tonik-clonic anak akan mengalami gejala tubuh menjai kaku , menghentak-
hentak, gemetar , adanya penurunan kesadara.
Kejang jenis ini cukup berbahaya , demam anak lebih dari 3 hari ini kemungkinan
akan mudah sekali mendapati kondisi kejang.

6. Clonic Seizure

Pada kondisi kejang berjenis clonic seizure ini ciri khasnya yaitu otot akan spasme, dan
bagian wajah, leher dan otot akan menghentak-hentak ritmis. Biasanya akan tejadi beberapa
menit

Clonic seizure ini merupakan jenis kejang yang masuk ke dalam kategori general seizure

7. Tonic Seizure

Tanda dan gejala akibat kejang ini antara lain otot tangan, kaki badan akan terasa
tegang. Durasi kejan pada tipe ini biasanya hingga 20 detik dan terjadi pada saat anak akan
tertidur.

8. Atonic Seizure

Atonic Seizure merupakan jenis kejang yang akan mennimbulkan ciri seperti otot
tiba-tiba lemas, kepala akan condong kedepan serta kehilangan keseimbangan. Pada kondisi
ini anak akan beriseko jatuh.

9. Myoclonic Seizure

Gejala yang timbul pada kejang ini adalah otot tiba-tiba menghentak-hentak dan
mengalamo syok. Hal ini akan membuat anak kesakitan , 

10. Absence Seizure

Anak yang terkena kejang jenis ini biasanya tatapannya akan kosong , mata terbuka,
kepala serasa memutar. Kejang ini aka terjadi beberapa menit , yang dapat dilakukan yaitu
segera mengembalikan suhu tubuh , serta dibawa ke klinik terdekat. Panas batuk pilek pada
balita apabila tidak segera diatasi maka akan menimbulkan suhu badan semakin tinggi dan
akan menyebabakn kejang.
D. PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM

Pada keadaan demam, kenaikan suhu sebanyak 1℃ akan menyebabkan


kenaikan kebutuhan metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen meningkat
sebanyak 20%. Pada seorang anak yang berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65%
dari seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat menyebabkan terjadinya perubahan keseimbangan
dari membran sel neuron. Dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion Kalium
maupun ion Natrium melalui membran tadi, akibatnya terjadinya lepasan muatan
listrik. Lepasan muatan listrik ini dapat meluas ke seluruh sel maupun membran sel
tetangganya dengan bantuan neurotransmitter dan terjadilah kejang. Tiap anak
mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung pada tinggi atau rendahnya
ambang kejang seseorang anak pada kenaikan suhu tubuhnya. Kebiasaannya, kejadian
kejang pada suhu 38ºC, anak tersebut mempunyai ambang kejang yang rendah,
sedangkan pada suhu 40º C atau lebih anak tersebut mempunyai ambang kejang yang
tinggi. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih
sering terjadi pada ambang kejang yang rendah (Ngastiyah, 2007).
E. PENANGANAN KEJANG DEMAM

Penanganan kegawatdaruratan kejang demam pada anak.

Pertama : membebaskan jalan napas

Bisa dilakukan dengan melonggarkan pakain

Kedua : memasang oksigen

Dengan konsentrasi kira-kira 20-50 % akan membantu mendukung


metabolism di otak yang meningkat.

Ketiga : menghentikan episode kejang

Untuk menghentikan episode kejang demam, lita dapat memberikan


Diazepam pada anak

Dalam satu kali pemberian (single dose) diazepam suppositoria kira-


kira mengandung150-336 ng/ml diazepam.

Selanjutnya setelah kegawatdaruratan berhasil diatasi, langka selanjutnya adalah:

Manajemen Lanjutan : untuk mengidentifikasi penyebab demam, mencegah kejang

ulangan dan mengelola factor penyulit ( kadar elektrolit, gula


darah dan infeksi )

1. Seizure management

 Baringkan ditempat yang rata


 Bimbing pergerakan untuk mencegah injury
 Pertahankan jalan nafas: miringkan kepala
 Pasang sudip lidah/ tong spatel yang telah dibungkus
dengan kasa diantara gigi untuk mencegah lidah
tergigit
 Buka pakaian yang ketat
 Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien g)
Temani klien saat kejang
 Hindari penggunaann restrain
 Monitor vital sign
2. Airway management

 Buka jalan nafas: miringkan kepala


 Monitor respirasi dan status oksigenasi
 Perhatikan tipe dan jumlah sekresi
 Auskultasi suara paru
 Pasang endotrackeal sesuai kebutuhan
 Ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk efektif
bila kondisi memungkinkan

3. Aiway suction

 Tentukan kebutuhan untuk suction


 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
suction
 Monitor status oksigenasi klien
 Lakukan suction secara hati-hati dan lembut bila
perlu

Selain langka-langkah di atas kita juga dapat melakukan beberapa hal berikut :

1. Memberantas kejang secepat mungkin Bila pasien datang dalam keadaan status
convulsifus, obat pilihan utama adalah diazepam.
2. Pengobatan penunjang Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan perlunya
pengobatan penunjang;
 Posisi kepala dimiringkan untuk mencegah aspirasi isi lambung
 Usahakan agar jalan nafas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen;
bila perlu
 dilakukan intubasi atau trakeostomi
 Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur
 Diberikan oksigen
 Semua pakaian ketat dibuka
 Awasi secara ketat kesadaran
 Kompres hangat

Anak yang mengalami panas tinggi dan berisiko terjadi kejang demam, sebaiknya dilakukan:

 Buka pakaian samapai hanya tinggal celana dalamnya saja. Pastikan ia


memperoleh banyak udara segar tanpa menjadi kedinginan
 Singkirkan benda-benda disekelilingnya agar ia terlindung dari cedera. Basuh
tubuhnya dengan air hangat dimulai dari kepala dan turun kea rah tubuhnya.
Jangan biarkan tubuhnya menjadi terlalu dingin
 Setelah tubuh mendingin, kejangnya akan berhenti, letakkan recovery
position / gulingkan tubuhnya hingga ia berbaring miring dan jaga agar
kepalanya tetap menengadah kebelakang. Selimuti tubuhnya dengan selimut
atau seprei tipis dan tenangkan dirinya. Jika suhu tubuhnya naik lagi,
basuhlah kembali.
3. Mencari dan mengobati penyebab
JURNAL KEJANG DEMAM

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEJANG DEMAM


BERULANG PADA ANAK DI RSUP SANGLAH DENPASAR

Made Sebastian Dwi Putra Hardika, Dewi Sutriani Mahalini

Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. Bagian/SMF


Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/RSUP

ABSTRAK

Kejang demam merupakan kelainan neurologis tersering pada anak berusia 6 bulan-5 tahun. Sekitar
sepertiga dari kasus kejang demam akan mengalami setidaknya sekali kejadian kejang demam
berulang. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
kejang demam berulang pada anak. Penelitian ini dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar dengan
menggunakan rancangan cross sectional. Pendekatan retrospektif berdasarkan data dari rekam medis
pasien kejang demam yang dirawat periode Januari 2014-Juli 2015 digunakan untuk memperoleh
sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 38 (33,9%) dari total 112
sampel yang terlibat mengalami kejang demam berulang. Hasil penelitian mendapatkan bahwa
terdapat perbedaan yang bermakna antara usia saat kejang demam pertama (p=0,031) dan riwayat
keluarga dengan kejang demam (p=0,009) terhadap terjadinya kejang demam berulang. Analisis
regresi logistik menunjukkan bahwa usia

PENDAHULUAN

Kejang demam didefinisikan sebagai kejang pada anak usia lebih dari 1 bulan, berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh lebih dari 38oC yang tidak disebabkan oleh infeksi sistem saraf pusat (SSP),
tanpa adanya riwayat kejang neonatal atau kejang tanpa sebab sebelumnya, dan tidak memenuhi
kriteria kejang simptomatik lainnya.1 Secara umum terdapat dua jenis kejang demam, yaitu kejang
demam sederhana (KDS), yang mencakup hampir 80% kasus dan kejang demam kompleks
(KDK).2,3 Kejang demam merupakan jenis kejang yang paling banyak terjadi pada anak, mengenai
2-5% anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun dengan puncak onset antara usia 18-22 bulan.3,4 Di
Indonesia belum ada data mengenai insiden kejang demam. Beberapa rumah sakit telah melaporkan
jumlah temuan kasus kejang demam, seperti di Rumah Sakit Umum (RSU) Bangli dari Januari-
Desember 2007 sebanyak 47 kasus kejang demam5 , Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. Kariadi
Semarang pada Januari 2008-Maret 2009 mendapatkan 82 kasus6 , dan di Rumah Sakit Anak dan
Bunda (RSAB) Harapan Kita Jakarta dari tahun 2008- 2010 sebanyak 86 kasus.7 Prognosis kejang
demam umumnya baik, namun bangkitan kejang demam dapat membawa kekhawatiran yang sangat
besar bagi orang tuanya.1 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kejadian berulangnya kejang
demam pada anak berhubungan dengan riwayat keluarga dengan kejang demam, usia saat kejang
demam pertama, suhu rendah saat kejang demam pertama, jarak antara munculnya kejang dengan
onset demam, atau terdapat kejang demam kompleks.2,3 Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam
akan mengalami setidaknya sekali rekurensi. 2,8 Risiko berulangnya kejang demam sekitar 60%
setelah kejang demam pertama, 75% diantaranya terjadi dalam waktu satu tahun pertama. 1,2 Akan
tetapi, masih cukup banyak orang tua yang tidak peka dengan tanda kejang dan risiko berulangnya
kejadian kejang demam.9 Adanya risiko terjadinya kejang demam berulang pada anak serta masih
kurangnya penelitian mengenai kejang demam berulang di Indonesia membuat peneliti meneliti
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang pada anak di RSUP Sanglah
Denpasar.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian cross-sectional dan dilakukan di Bagian Ilmu
Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar dengan menggunakan pendekatan retrospektif berdasarkan
data dari buku register dan rekam medis pasien kejang demam pada bulan Januari 2014-Juni 2015.
Penelitian ini dilakukan pada bulan April-September 2015. Populasi target dari penelitian ini adalah
seluruh pasien kejang demam di Bali dengan populasi terjangkau, yaitu semua pasien kejang demam
di RSUP Sanglah Denpasar selama Januari 2014-Juni 2015. Kriteria inklusi adalah semua pasien
kejang demam berusia 6- 60 bulan di RSUP Sanglah Denpasar. Pasien dieksklusi bila terdapat
gangguan perkembangan otak, didapatkan infeksi SSP, penggunaan anti konvulsan jangka panjang,
serta faktor yang diteliti tidak tercantum pada data rekam medis. Pengambilan sampel menggunakan
teknik total sampling dimana dari keseluruhan populasi terjangkau sebanyak 162

anak, dengan 112 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi penelitian ini. Variabel yang diteliti
antara lain kejang demam berulang, usia saat kejang demam pertama, jenis kelamin, suhu saat kejang,
tipe kejang, durasi kejang, berat lahir, riwayat asfiksia saat lahir, lingkar kepala, status gizi, riwayat
keluarga, dan klasifikasi kejang demam.

Analisis data meliputi analisis univariat (deskriptif), analisis bivariat (uji chi-square), serta analisis
multivariat (uji regresi logistik). Besarnya variabel faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang
demam berulang, dinyatakan sebagai rasio prevalensi (RP). Pengaruh variabel tersebut dianalisis
secara multivariat menggunakan uji regresi logistik dengan interval kepercayaan (IK) 95%. Data
dianalisis dengan bantuan software SPSS versi
HASIL

Jumlah keseluruhan pasien kejang demam yang menjalani perawatan di RSUP Sanglah Denpasar
periode Januari 2014-Juni 2015 sebanyak 162 anak, dimana hanya 112 subjek yang memenuhi kriteria
inklusi dan eksklusi dengan rincian sebanyak 38 subjek (33,9%) dengan kejang demam berulang dan
74 subjek yang tidak. Subjek yang tidak memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dikarenakan oleh
beberapa sebab, yaitu 20 subjek tidak memenuhi kriteria usia, 10 subjek didapatkan infeksi SSP, dan
20 subjek dengan data tidak lengkap pada rekam medis.

Usia saat pertama kali mengalami kejang demam lebih banyak terjadi pada usia >12 bulan (56,2%)
dengan proporsi laki-laki yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sebagian besar pasien
mengalami tipe kejang umum (80,4%), durasi kejang

PEMBAHASAN

Penelitian ini mendapatkan 38 subjek (33,9%) dari total sampel penelitian mengalami kejang demam
berulang. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa usia saat kejang demam pertama merupakan
faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang. Usia anak 12 bulan saat kejang
demam pertama.

Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam akan mengalami minimal satu kali kejadian kejang demam
berulang.2,8,10 Beberapa penelitian sebelumnya melaporkan tingkat berulangnya kejadian kejang
demam berkisar antara 20,9-65%.4,7,11,12 Dengan bertambahnya usia anak akan terdapat penurunan
risiko untuk terjadinya kejadian kejang demam berulang.4 Hal ini terkait dengan kecenderungan anak
berusia lebih muda memiliki tingkat maturasi otak yang belum sepenuhnya sempurna sehingga
berdampak pada peningkatan kejadian kejang demam berulang

Kejadian kejang demam lebih banyak terjadi pada laki-laki, namun tidak didapatkan perbedaan yang
bermakna terhadap kejadian kejang demam berulang menurut jenis kelamin. Penelitian yang
dilakukan Dewanti dkk.7 , Reza dkk.8 , dan Jeong dkk.13 juga menunjukkan hal yang sama. Insiden
kejadian kejang demam dilaporkan lebih tinggi pada anak laki-laki dikarenakan proses maturasi sel
termasuk sel saraf lebih cepat terjadi pada anak perempuan

Rata-rata suhu saat kejang pada subjek dengan kejang demam berulang yaitu 38,4oC, yang berarti
sebagian besar subjek dengan kejang demam berulang memiliki suhu saat kejang 39oC. Anak dengan
riwayat kejang demam pada suhu yang lebih rendah akan memiliki risiko rekurensi yang lebih besar
dibandingkan dengan kejang demam pada suhu yang lebih tinggi

Suhu tubuh saat terjadinya kejang demam yang digunakan pada penelitian ini kurang akurat
dikarenakan kebanyakan orang tua membawa anaknya ke rumah sakit setelah mengalami serangan
kejang sehingga tidak didapatkan hasil pengukuran suhu tubuh sebelum kejang. Suhu tubuh yang
dicantumkan dalam penelitian ini merupakan suhu tubuh yang terukur saat masuk rumah sakit
berdasarkan data rekam medis. Hal ini menyebabkan suhu tubuh tidak dapat dijadikan acuan sebagai
faktor yang berhubungan dengan kejadian berulangnya kejang demam.

Tidak ditemukan perbedaan yang bermakna berdasarkan tipe kejang pada penelitian ini. Hasil
penelitian yang sama juga didapatkan oleh Gunawan dan Saharso4 , Razieh dan Sedighah.12 Jeong
dkk.13 melaporkan hasil berbeda bahwa pasien dengan tipe kejang fokal memiliki tingkat rekurensi
yang lebih tinggi, terutama dalam 24 jam pertama setelah kejadian kejang demam pertama.

Penelitian ini tidak menemukan adanya perbedaan yang bermakna antara durasi kejang dengan
kejadian kejang demam berulang. Gunawan dan Saharso4 , Razieh dan Sedighah12 juga menemukan
hasil serupa. Akan tetapi, Jeong dkk.13 menemukan bahwa durasi kejang merupakan faktor risiko
untuk berulangnya kejang demam

KESIMPULAN

Kejang demam pertama pada usia <12 bulan dan adanya riwayat keluarga dengan kejang demam (first
degree relative) merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kejang demam berulang
pada anak di RSUP Sanglah Denpasar.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. kejang demam adalah bangkitan kejang


yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38℃) yang disebabkan oleh
proses ekstrakranium terutama pada anak umur 3 bulan- 5 tahun.
2. Dalam penanganan kejang demam dibutuhkan tindakan yang cepat dan tepat terhadap pasien,
untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan
3. Dalam hal ini peraway harus lebih lagi melakukan sosialisasi terhadap ibu atau keluarga agar
mereka dapat mengerti situasi pencetus kejang demam dan dapat sesegera mungkin
melakukan pertolongan pertama terhadap anak kejang demam dengan metode yang telah di
ajarkan
4. Tatalaksana keperawatan gawat darurat yang dapat dilakukan untuk penanganan kejang
demam adalaha sebagai beriut :
Pertama : membebaskan jalan napas
Bisa dilakukan dengan melonggarkan pakain
Kedua : memasang oksigen
Dengan konsentrasi kira-kira 20-50 % akan membantu mendukung metabolism di
otak yang meningkat.
Ketiga : menghentikan episode kejang
Untuk menghentikan episode kejang demam, lita dapat memberikan Diazepam pada
anak
DAFTAR PUSTAKA

Halodoc (KEJANG DEMAM ANAK) 2019

Pusat Data & Informasi PERSI.Co. Id/2018/ Bagaimana Menolong Anak Kejang

Greene, et all, 2015, Pertolongan pertma untuk anak, alih bahasa susi purwoko

© 2021 Demampanas.com (PENGETAHUAN KEJANG DEMAM )

http://eprints.umm.ac.id/ 2020

© 2021 klikdokter.com KLY KapanLagi Youniverse All Rights Reserved

WWW.PERAWATKITASATU.COM/2018 /ASUHAN-KEPERAWATAN-KEJANG-DEMAM-
ANAK

Anda mungkin juga menyukai