PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam kejang adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rectal di atas 38° C) yang disebabkan oleh suatu proses
pada anak-anak yang terjadi bersamaan dengan demam. Bila demam kejang tidak
ditangani akan terjadi kerusakan sel-sel otak akibat kekurangan oksigen dalam
otak, pengeluaran sekret lebih dan risiko kegawatdaruratan untuk aspirasi jalan
nafas yang menyebabkan tersumbatnya jalan nafas. Jika tidak ditangani dengan
kelainan neurologis yang paling sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan
pada tahun 2007 berkisar antara 8%-49% (Brough, 2008). Angka kejadian di
Asia pada tahun 2007 dari seluruh kejang ditemukan 20% anak mengalami
pendengaran, kepala membesar dan lain-lain (Depkes RI, 2006). Anak laki-laki
lebih sering menderita kejang demam dengan insiden sekitar dua kali lipat
1 1
dibandingkan anak perempuan. Sekitar 30% sampai 40% anak-anak satu kali
berusia antara 6 bulan samapi dengan 5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6
Faktor yang penting pada demam kejang ialah demam, umur, genetik,
prenatal dan perinatal. Demam pada demam kejang sering disebabkan oleh
infeksi traktus urinarius. Kejang tidak selalu timbul pada suhu yang paling tinggi.
Kadang-kadang pada demam yang tidak terlalu tinggi sudah dapat menyebabkan
kejang. Anak yang demikian biasanya mempunyai resiko tinggi untuk kejangnya
Usia ketika pertama kali terserang demam kejang (kurang dari 15 bulan),
Sering mengalami demam, riwayat keluarga yang juga menderita demam kejang,
Jika kejang terjadi segera setelah demam atau suhu tubuh relatif rendah, maka
2006).
hanya terulang lebih dari 2-3 kali, hanya 9 % yang terulangnya lebih dari 3 kali.
2
Terulangnya demam kejang lebih sering pada usia muda. Bayi yang menderita
demam kejang pertama pada usia kurang 1 tahun mempunyai resiko terulangnya
semestinya, anak pun terancam bakal terkena retardasi mental. Pasalnya, demam
kejang bisa menyebabkan rusaknya sel-sel otak anak. Dapat disimpulkan, jika
kejang itu berlangsung dalam jangka waktu yang lama, maka kemungkinan sel-
sel yang rusak online pharmacy without prescription pun akan semakin banyak.
Bukan tidak mungkin tingkat kecerdasan anak akan menurun drastis dan tidak
anak, yang tak kalah penting, begitu anaknya terkena demam kejang, orang tua
pun mesti ekstra hati-hati, karena dalam setahun pertama setelah kejadian, kejang
serupa atau malah yang lebih hebat berpeluang terulang kembali. Cara mencegah
agar anak tidak mengalami demam kejang, kejang bisa terjadi jika suhu tubuh
naik atau turun dengan cepat. Sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga
atau tidak dapat dicegah. Dahulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan
pencegahan pada anak-anak yang sering mengalami demam kejang, tetapi hal ini
kejang, saat mereka menderita demam bisa diberikan diazepam (baik yang
melalui mulut maupun melalui rektal). Dengan penanggulangan yang tepat dan
3
cepat, perjalanan penyakitnya baik dan tidak menimbulkan kematian
(Marhendraputra, 2010).
tanpa demam. (Lumbantobing, 2006). Demam kejang bisa membuat orang tua
kemungkinan bahwa anak akan mengalami cedera karena terjatuh atau tersedak
dengan kejang demam rata-rata baik, namun sejauh ini serangan kejang demam
sering menyebabkan rasa takut atau khawatir yang sangat bagi orang tuanya atau
menyebabkan perasaan cemas atau takut pada orang tua. Rasa takut atau
khawatir yang terjadi ini juga disebabkan karena orang tua atau pengasuh tidak
Hasil penelitian lain memperlihatkan hampir 80% orang tua mempunyai rasa
4
beberapa penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang
akan mengakibatkan penanganan kejang demam pada anak yang berbeda pula.
orang tua atau pengasuh terhadap anaknya ketika mengalami serangan kejang
demam tersebut. Upaya mencegah dan menghadapi kejang demam, orang tua
penatalaksanaan serangan kejang demam pada anak sangat tergantung pada peran
orang tua atau pengasuhnya, terutama ibu. Ibu merupakan bagian integral dari
sistem kehidupan rumah tangga atau keluarga yang dengan kesabaran dan kasih
sayangnya dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil agar tumbuh dan
demam di rumah pada anak yang mengalami serangan kejang demam. Orangtua
kejang demam dapat menentukan tindakan yang terbaik bagi anaknya (Rahayu,
2014).
5
Pendidikan kesehatan merupakan salah satu usaha promotif dan preventif
menambah informasi orang tua mengenai kejang demam dan tindakan awal
kejang yang dirawat di RSUD Sawah Lunto, tahun 2014 jumlah penderita
merupakan rawatan demam kejang berulang, pada tahun 2015 jumlah penderita
Maret 2016 jumlah penderita demam kejang yang dirawat berjumlah 123 orang¸
penyebab kematian bayi dan balita selama tahun 2015 di Kota Sawah Lunto,
demam kejang berada pada tingkat ke 4 dari 10 penyebab kematian bayi dan
balita, di Ruang Rawat Inap Perinatologi dan Anak RSUD Sawah Lunto yaitu
6
Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Ruang Anak
RSUD Sawah Lunto pada tanggal 18 April 2016, berdasarkan hasil wawancara
dengan 8 orang ibu balita yang anaknya dirawat dengan demam kejang berulang,
4 orang ibu balita mengatakan anaknya kejang demam berulang lebih kurang 2
bulan yang lalu, 1 orang ibu balita balitanya pertama kali menderita demam
kejang pada umur 8 bulan dan sekarang setiap kali balitanya demam sering
bagaimana merawat anak demam di rumah sehingga sering terjadi demam kejang
pada balitanya dan 2 orang ibu balita mengatakan tidak ada mendapatkan
pencegahan risiko demam kejang berulang pada balita di ruang Anak RSUD
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penelitian
8
2. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan masukan dan pedoman untuk penelitian selanjutnya yang ada
3. Bagi Responden
di rumah.
Saintika Padang.
E. Ruang lingkup
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai 23 Juni tahun
populasi Ibu yang mempunyai balita yang pernah mengalami demam kejang dari
bulan Januari s/d Maret 2016 yang berjumlah 123 orang dengan jumlah sampel 55
orang dimana rata-rata jumlah pasien yang dirawat tiap bulannya adalah 18 orang.
Pengumpulan data dilakukan sebanyak dua kali, sebelum dan sesudah diberikan
9
sebanyak dua kali, yaitu pengukuran yang dilakukan sebelum eksperimen (O1),
(O2)
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
a. Kejang demam, dalam istilah medis dikenal sebagai febrile konvulsi, adalah
bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh ( suhu rectal 38 °C),
tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf
lainnya.
b. Demam kejang adalah suatu kondisi saat tubuh anak balita sudah tidak dapat
menahan serangan demam pada suhu tertentu. Naiknya suhu badan pada
anak balita dapat saja merangsang kerja syaraf jaringan otak secara
persyaratan –persyaratan pada anggota gerak tubuh, antara lain pada lengan
dan kaki. Akibatnya terjadilah kejang-kejang antara lain pada lengan dan
2. Epidemiologi
11
11
pertama kehidupan, namun dalam 2-3 tahun pertama insidennya menurun,
mencapai usia 6-8 tahun dan sesudah itu kejang ini menjadi jarang. Kejang
pertama terbanyak diantara 17 sampai 23 bulan. Pria lebih banyak terkena dari
kejang diturunkan oleh sebuah gen dominan dengan penetrasi yang tidak
(Widjaja, 2008).
Sedangkan menurut Haslam Robert H.A yang dikutip oleh Nelson (2000)
a. Demam kejang terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun.
Menurut Tejani NR (2008), demam kejang terjadi pada anak berusia 3 bulan
– 5 tahun.
c. Dari semua kasus kejang demam, sekitar 80% merupakan demam kejang
anak wanita.
12
f. Kejadian kecacatan atau kelainan neurologis sebagai komplikasi demam
pada hari kelima kelahiran (fifth birthday) mereka, dan sekitar sepertiganya
berulang minimal sekali. Angka yang sama dari demam kejang di Amerika
Guam sekitar 14%, di Hongkong sekitar 0,35%, dan di China sekitar 0,5-
1,5%.
3. Patofisiologi
Sel dan organ otak memerlukan suatu energy yang didapat dari
metabolism otak adalah glukosa. Sumber energi otak adalah glukosa yang
melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan air. Sifat proses ini adalah
dalam dan permukaan luar oleh ion kalium (K +) dan sangat sulit dilalui oleh ion
natrium (Na+) dan elektrolit lainnya, kecuali ion Klorida (Cl-). Akibatnya
konsentrasi Kalium dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi natrium rendah,
13
jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan
potensial yang disebut potensial membrane dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membran ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-
keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari
seluruh tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada
basal 10%-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Jadi pada
membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium melalui membran tadi, dengan akibat terjadinya
lepas muatan listrik. Lepas muatanlistrik ini demikian besarnya sehingga dapat
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari
tinggi rendahnya ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan
14
suhu tubuh tertentu. Pada anak dengan ambang kejang yang rendah, dapat
terjadi kejang pada suhu 38ºC, sedangkan pada anak dengan ambang kejang
yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40 ºC atau lebih. Dari kenyataan ini
dan tidak meninggalkan gejala sisa. Namun pada demam kejang yang
meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skelet yang
permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel
neuron otak.
sehingga terjadi serangan epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa demam
15
kejang yang berlangsung lama dapat menyebabkan kelainan anatomis di otak
5. Etiologi
dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam. Kejang
(Nelson, 2000)
Infeksi virus saluran pernapasan atas, roseola dan otitis media akut adalah
penyebab demam kejang yang paling sering. Atau infeksi oleh virus herpes
karena Shigella juga sering menyebakan demam tinggi dan demam kejang
pada anak-anak.
6. Manifestasi Klinis
kejang berhenti anak tidak member reaksi apapun untuk sejenak, tetapi setelah
beberapa detik atau menit anak terbangun dan sadar kembali tanpa adanya
kelainan saraf.
16
Demam kejang dapat berlangsung lama atau parsial. Pada kejang yang
menjadi 2 golongan :
1) Kejang umum
2) Waktunya singkat
5) EEG normal
17
4) kejang simetris
Demam kejang yang tidak memenuhi salah satu atau lebih dari ketujuh
provokasi oleh demam. Kejang kelompok kedua ini mempunyai suatu dasar
7. Faktor Risiko
bulan-5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
18
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya demam kejang berulang:
usia ketika pertama kali terserang demam kejang (kurang dari 15 bulan) sering
kejang terjadi segera setelah demam atau jika suhu tubuh relatif rendah, maka
tubuh yang terjadi secara tiba-tiba), kejang tonik-klonik atau grand mal, pingsan
yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-
berlangsung selama 10-20 detik), gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot
yang kuat dan berirama, biasanya berlangsung selama 1-2 menit), lidah atau
9. Pencegahan
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada
sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah.
Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak
yang sering mengalami kejang demam, tetapi hal ini sekarang sudah jarang
19
saat mereka menderita demam bisa diberikan diazepam (baik yang melalui
mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsi. Suhu tubuh
menunjukkan angka lebih besar dari 38,5o Celsius. Dari anamnesa biasanya
didapatkan riwayat demam kejang pada naggota keluarga lainnya (ayah, ibu,
kejang lebih ditujukan untuk mencari penyebab terjadinya demam, antara lain:
a. Pemeriksaan Laboratorium
b. Pungsi Lumbal
20
untuk menegakkan atau menyingkirkan diagnosis meningitis karena
berikut:
3) Bayi > 18 bulan, tidak rutin kecuali bila ada tanda-tanda meningitis.
c. Elektroensefalografi
demam kejang komplikasi pada usia > 6 tahun atau demam kejang fokal).
d. Pencitraan
2) Paresis nervus VI
3) Papiledema
11. Penatalaksanaan
21
diazepam yang diberikan intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3-
Obat yang praktis dan dapat diberikan oleh orang tua atau dirumah
adalah diazepam rektal, dosis diazepam rektal adalah 0,5-0,7 mg/kg atau
diazepam rektal dengan dosis 5 mg untuk anak dibawah usia 3 tahun atau
dosis 7,5 mg untuk anak di atas usia 3 tahun (lihat gambar 1).
dapat diulangi lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan intravena
waktu 5 menit. Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap
KEJANG (+)
KEJANG (+)
22
0,3-0,5 mg/kg. Bila kejang tetap belum berhenti diberikan fenitoin secara
oleh seorang ahli anastesi. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat
kedua orang tua cirri-ciri serangan yang relativ tidak berbahaya pada
1) Antipiretik
Demam kejang terjadi pada saat demam, maka tujuan utama pengobatan
4-6 jam. Selain itu juga dapat diberikan kompres air hangat bila suhu
lebih dari 39oC dan kompres air biasa bila suhu lebih dari 38oC.
23
2) Antikonvulsan
Pemakaian diazepam oral dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam pada saat demam
atau dengan diazepam rektal dosis 0,5 mg/kg setiap 8 jam pada suhu >
38,5oC.
dan hidrosefalus.
c) Kejang fokal
d) Dipetimbangkan bila:
(3) Kejang lebih dari atau sama dengan 4 kali dalam setahun
c. Pengobatan penyebab
Penyebab dari demam kejang baik KDS maupun Epilepsi yang diprovokasi
demam biasanya adalah infeksi pada traktus respiratorius bagian atas dan
otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat dan adequat akan sangat
24
menurunkan resiko terjadinya kejang. Secara akademis, anak yang datang
baik
25
1) Anak harus dibaringkan di tempat yang datar dengan posisi
napas.
penanganan khusus.
5) Jika kejang terus berlanjut selama 10 menit, anak harus segera dibawa
menit. Ada pula sumber yang menyatakan bahwa penanganan lebih baik
6) Setelah kejang berakhir (jika < 10 menit), anak perlu dibawa menemui
dokter untuk meneliti sumber demam, terutama jika ada kekakuan leher,
3) Pemberian diazepam 0,5 mg/kg berat badan per rektal (melalui anus)
atau jika telah terpasang selang infus 0,2 mg/kg per infus
26
4) Pengawasan tanda-tanda depresi pernapasan
penurun panas atau kompres. Selain itu perbanyak minum air putih
(Nelson, 2000).
12. Komplikasi
a. Luka yang terjadi pada saat kejang karena terjatuh atau tidak disengaja
kejang.
13. Prognosis
a. Kematian
Dengan penanganan kejang yang cepat dan tepat, prognosa biasanya baik,
27
tidak sampai terjadi kematian. Dalam penelitian ditemukan angka
b. Terulangnya Kejang
c. Epilepsi
kepada faktor :
menderita KDS
%, dibanding bila hanya didapat satu atau tidak sama sekali faktor
di atas.
d. Hemiparesis
(berlangsung lebih dari setengah jam) baik kejang yang bersifat umum
28
kelumpuhannya. Mula-mula kelumpuhan bersifat flacid, sesudah 2
e. Retardasi Mental
Ditemukan dari 431 penderita dengan KDS tidak mengalami kelainan IQ,
2000).
B. Pendidikan Kesehatan
2012).
29
Kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual,
secara sosial dan ekonomi, dan menurut WHO yang paling baru ini memang
mental dan tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat (Notoatmodjo, 2012).
sasaran.
30
individu sehingga memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih
salah satu upaya untuk merubah pengetahuan, sikap atau perilaku seseorang.
juga faktor metode, faktor meteri atau pesannya, pendidik atau petugas yang
31
pelayanan memberikan informasi dalam upaya peningkatan
rasa dan raba sebagaian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan
dari:
1) Tahu (know)
2) Memahami
dipelajari.
32
3) Aplikasi (Aplication)
diberikan
4) Sintesis (Synthesis)
yang baru dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan. Yang
5) Evaluasi (Evaluation)
33
dapat membandingkan anak-anak yang cukup gizi, dengan anak-
34
komunikasi, informasi, dan pendidikan kesehatan (WHO, 1994).
kesehatan kliennya
seseorang yang mulai tertarik kepada suatu perubahan perilaku atau inovasi.
dengan tepat serta dapat membantunya maka perlu menggunakan metode ini.
intensif. Setiap masalah yang dihadap oleh klien dapat di teliti dan di
35
bantu penyelesaiannya. Akhirnya klien tersebut dengan sukarela,
b. Interview (Wawancara)
apakah perilaku sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar
1) Kelompok Besar
36
2) Kelompok Kecil
permainan stimulasi.
ada pada setiap manusia diterima atau ditangkap melalui panca indera.
37
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima sesuatu maka
semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian yang diperoleh. Dengan
sebuah kerucut.
1
0
9
8
7
6
5
4
3
2
1
1
Gambar 2.5
1. Kata-kata
2. Tulisan
38
3. Rekaman, radio
4. Film
5. Televisi
6. Pameran
7. Field trip
8. Demonstrasi
9. Sandiwara
Dari kerucut tersebut dapat dilihat bahwa lapisan yang paling dasar
adalah benda asli yang paling atas adalah kata-kata. Hal ini berarti bahwa dalam
proses pendidikan, benda asli mempunyai intensitas yang paling tinggi untuk
yang hanya dengan kata-kata saja sangat kurang efektif atau intensitasnya
C. Kerangka Teori
topik penelitian, yang disusun berdasar pada teori yang sudah ada dalam tinjauan
teori yang mengikuti kaedah input, proses dan output (Saryono, 2011).
Bagan 2.1
39
Kerangka Teori
Pendidikan Kesehatan
BAB III
40
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
O1 X O2
Keterangan:
X = Intervensi
41
Penelitian ini telah dilakukan pada tanggal 9 Juni sampai 23 Juni tahun
2016 di Ruang Rawat Inap Perinatologi dan Anak RSUD Sawah Lunto.
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah Ibu yang mempunyai balita yang
pernah mengalami demam kejang dari bulan Januari s/d Maret 2016 yang
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai objek yang
N
n=
1 +N ( d 2 )
dari bulan Januari sampai Maret 2016, dengan rata-rata 18 orang perbulannya.
42
1) Bersedia diminta menjadi responden
D. Etika Penelitian
dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan. Masalah etik
43
mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian akan disajikan.
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
E. Jenis Data
1. Jenis Data
a. Data primer
b. Data sekunder
demam kejang yang pernah dirawat di RSUD Sawah Lunto yang diambil
dari laporan ruang rawat inap anak dan perinatolgi RSUD Sawah Lunto
kesehatan dan setelah diberikan pendidikan kesehatan. Cara ukur yang digunakan
44
dalam penelitian ini adalah dengan kuesioner yang memuat pertanyaan untuk
Setiap jawaban yang diberikan responden, diisi oleh peneliti dengan memberi
45
Melakukan penilaian / kode angka pada jawaban kuesioner agar lebih mudah
1. Analisa Univariat
atau analisa yang dilakukan tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo,
46
pengetahuan sebelum di berikan penkes dan nilai mean / rata-rata setelah
2. Analisa Bivariat
untuk membandingkan rata-rata dua variabel dalam satu group. Artinya pula
analisis ini berguna untuk melakukan pengujian terhadap dua sampel yang
digunakan untuk menguji bahwa tidak atau adanya perbedaan antara dua
variable. Jika hasil uji statistik menunjukkan nilai p ≤ 0,05, maka ada pengaruh
berulang.
Uji ini digunakan untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan proporsi
yang bermakna antara distribusi frekuensi yang diamati dan yang diharapkan
dengan derajat kemaknaan 0,05, bila p-value ≤ 0,05 berarti ada hubungan yang
bermakna (Ho ditolak), sedangkan bila p value > 0,05 berarti tidak ada
I. Kerangka Konsep
47
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan
dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan sistem yang terdiri dari input,
proses, dan output. Menurut L. James Havery sistem adalah prosedur logis dan
dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai suatu kesatuan
Bagan 3.1
Kerangka Kerja
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pencegahan Risiko Demam Kejang Berulang Pada Balita Di Ruang Anak
RSUD Sawah Lunto Tahun 2016
Sebelum Sesudah
Pendidikan kesehatan
tentang pencegahan
demam kejang berulang
J. Hipotesis Penelitian
48
Ha. Ada pengaruh pendidikan kesehatan terhadap tingkat pengetahuan ibu tentang
pencegahan risiko demam kejang berulang pada balita di ruang Anak RSUD
K. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Defenisi Operasional
BAB IV
49
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum
Umum terbesar di Sumatera Tengah dan sebagai salah satu yang tertua di
batu bara Ombilin. Pada saat ini RSUD Sawahlunto sudah terakreditasi dari 5
ada di Kota Sawahlunto dan merupakan rujukan bagi Puskesmas yang ada di
Sawah Lunto didukung oleh beberapa sarana dan prasarana yang memadai yang
B. Analisa Univariat
50
50
1. Rerata Tingkat Pengetahuan Responden Sebelum Dilakukan Pendidikan
Kesehatan
Tabel 4.1
Rerata Tingkat Pengetahuan tentang Pencegahan Demam Kejang Berulang
Sebelum Diberikan Pendidikan Kesehatan di Ruang Rawat Inap
Perinatologi dan Anak RSUD Sawah Lunto
Tahun 2016
Pengetahuan 18 0,17 2 – 11
sebelum pendidikan
kesehatan
kesehatan adalah 0,17, dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 11.
Kesehatan
Tabel 4.2
Rerata Tingkat Pengetahuan tentang Pencegahan Demam Kejang Berulang
Setelah Diberikan Pendidikan Kesehatan di Ruang Rawat Inap
Perinatologi dan Anak RSUD Sawah Lunto
Tahun 2016
51
Berdasarkan tabel 4.2 di atas diperoleh bahwa rata-rata tingkat
0,56. Nilai minimum yang dicapai adalah 6 dan nilai maksimum 14.
C. Analisa Bivariat
Tabel 4.4
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Pencegahan Risiko Demam Kejang Berulang Pada Balita Di Ruang Anak
RSUD Sawahlunto Tahun 2016
kesehatan adalah 0,389, p value 0,004. Dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
52
BAB V
PEMBAHASAN
A. Analisa Univariat
0,17, dengan nilai minimum 2 dan nilai maksimum 11. Hasil penelitian ini
peningkatan pengetahuan ibu di Desa Tempur Sari Tembok Boyo Ngawi tahun
dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera yang meliputi indera penglihatan,
didapatkan juga dengan membaca buku dan mendengarkan televisi, radio. Selain
53
53
itu pengetahuan juga dapat diperoleh melalui institusi pendidikan. Dimana
mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para
responden 88,9 % mengetahui tanda dan gejala dari demam kejang. Sebanyak
karena responden sibuk bekerja sebagai PNS, petani dan pedagang, sehingga
anak sakit di rumah. Disarankan pada responden agar dapat menghadiri posyandu
54
0,56 dengan nilai minimum 6 dan nilai maksimum 14. Hasil penelitian ini hampir
pengetahuan ibu di Desa Tempur Sari Tembok Boyo Ngawi tahun 2015 dimana
kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan
atau masyarakat secara keseluruhan ingin mencapai hidup sehat, secara individu
bahwa 94,4% responden sudan mengetahui defenisi, tanda dan gejala serta
berapa lama kemungkinan demam kejang akan dialami oleh balita. Hal ini
55
menunjukkan bahwa Pendidikan kesehatan juga merupakan suatau upaya yang
yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain. Anggota keluarga
perawatan pencegahan demam kejang pada anak hal ini dibuktikan dari
B. Analisa Bivariat
balita dimana diperoleh ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan pre
56
Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa pengetahuan adalah hasil dari tahu
dan ini terjadi setelah melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan itu terjadi melalui panca indera yang meliputi indera penglihatan,
didapatkan juga dengan membaca buku dan mendengarkan televisi, radio. Selain
mengajar secara formal, dimana terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para
usaha promotif dan preventif yang hakikatnya merupakan suatu kegiatan atau
57
menambah informasi orang tua mengenai kejang demam dan tindakan awal
Menurut analisa peneliti pengetahuan dasar yang sama menjadi dasar yang
kejang demam di rumah terbukti memberikan pengaruh atau dampak kepada ibu
58
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini tentang
pencegahan risiko demam kejang berulang pada balita di ruang Anak RSUD
adalah 0,17 dengan standar deviasi 0,383 di ruang Anak RSUD Sawah Lunto
tahun 2016
adalah 0,56 dengan standar deviasi 0,511. Dari hasil estimasi interval dapat
59
59
B. Saran
1. Bagi Responden
balita yang pernah kejang sesuai dosis dokter dan membawa balita demam ke
serta dampak bila bayi / balita tidak segera diobati, dan diharapkan kepada
petugas kesehatan untuk menganjurkan pada ibu yang mempunyai balita yang
60
61