BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI eksklusif ialah air susu ibu yang diberikan kepada bayi sejak
komponen dari sistem kekebalan tubuh. Sistem kekebalan atau imunitas tubuh
terbagi menjadi dua, yakni sistem imunitas bawaan atau nonspesifik dan sistem
imunitas didapat atau spesifik. Ketika terjadi respon imun terhadap agen-agen
asing maka limfosit B terutama yang terlibat dalam pembentukan protein globular
2010). Oleh karena itu, ASI dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit infeksi,
Kejang demam adalah suatu kejadian kejang yang terkait dengan gejala
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38C), serta tidak didapatkan infeksi
intrakranial atau kelainan pada otak (Hirtz, 1992). Menurut American Academy of
Pediatrics (AAP) kejang demam terjadi pada 2-4% anak usia 6 bulan hingga 5
2
Sistem kekebalan atau imunitas tubuh terbagi menjadi dua, yakni sistem
imunitas bawaan atau nonspesifik dan sistem imunitas didapat atau spesifik.
Sistem imun spesifik terbagi lagi menjadi dua jenis yaitu sistem imun spesifik
selular dan humoral. Sistem imun spesifik humoral ditunjang oleh limfosit B,
sedangkan sistem imun spesifik selular ditunjang oleh limfosit T. Ketika terjadi
respon imun terhadap agen-agen asing maka limfosit B terutama yang terlibat
kali terbentuk saat bayi baru lahir dan merupakan imunitas alamiah bayi dari ari-
ari ibu. Namun, setelah bayi lahir terjadi kesenjangan zat kekebalan tubuh
dengan pemberian ASI eksklusif karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya
mana salah satu gejala infeksi ialah demam yang pada akhirnya berpeluang
B. Rumusan Masalah
kejadian kejang demam pada bayi usia 6-18 bulan di RSI Jemursari Surabaya
tahun 2015?
C. Tujuan Penelitian
Menentukan ada atau tidak adanya hubungan antara pemberian ASI eksklusif
dengan penurunan kejadian kejang demam pada bayi usia 6-18 bulan di RSI
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini digunakan sebagai rekomendasi bagi orang tua akan
lebih lanjut khususnya dalam hal mutlaknya pemberian ASI eksklusif yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kejang Demam
Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
kompleks bila mengalami salah satu ciri berikut ini: kejang lama > 15 menit,
kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial,
berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam (ILAE, 1993). Penelitian di RSUD
bahwa dari 100 anak sebanyak 53% didiagnosis menderita kejang demam
kejang demam terbanyak terjadi pada kenaikan suhu tubuh berkisar 38,9C-
39,9C yaitu 40%-56%, 20% suhu di atas 40C dan 11% 37C-38,9C (Gonzales,
kejang dan eksitabilitas neural, karena kenaikan suhu tubuh berpengaruh pada
kanal ion dan metabolisme seluler serta produksi ATP. Setiap kenaikan suhu
Faktor-faktor yang berperan dalam risiko kejang demam yaitu, faktor demam dan
usia.
a. Faktor demam
bangkitan kejang demam sebanyak 80%. Sebagian besar penderita kejang demam
telah mengalami demam lebih dari 39C dengan lama demam kurang dari 2 jam.
Hasil penelitian Fuadi dkk (2010) menunjukkan bahwa anak dengan demam di
atas 39C memiliki resiko 4,5 kali lebih besar dibandingkan anak dengan demam
7
di bawah 39C dan anak dengan lama demam kurang dari dua jam untuk
terjadinya kejang demam 2,4 kali lebih besar daripada anak yang mengalami
flow (CBF) serta peningkatan kebutuhan oksigen dan glukosa sehingga pengaliran
ion keluar-masuk sel terganggu. Selain itu, faktor genetik juga berperan terhadap
terjadinya kejang demam di mana adanya riwayat kejang dari orang tua si bayi
b. Faktor usia
Anak penderita kejang demam sebagian besar berusia kurang dari dua
4% anak akan mengalami kejang demam, terjadi dalam satu kelompok usia antara
3 bulan sampai 5 tahun dengan demam tanpa infeksi intrakranial, sebagian besar
(90%) kasus terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun dengan kejadian paling
sering pada usia 18-24 bulan, faktor riwayat keluarga yang positif kejang demam
sebanyak 25% dari anak yang mengalami kejang demam. Sepertiga anak akan
mengalami kejang demam, 15% atau lebih akan mengalami kejadian kejang
demam berulang.
Kejang demam terjadi hanya pada bayi yang berusia 6 bulan sampai 5
tahun karena pada rentang usia tersebut fungsi hipothalamus masih belum
sempurna sehingga saat kenaikan suhu tubuh terjadi fungsi saraf bayi belum
cukup matang untuk proteksi muatan listrik yang keluar sehingga terjadi kejang.
(Susanto, 2014). Kejang demam lebih beresiko terjadi pada laki-laki daripada
8
Kejang demam akan berulang kembali pada sebagian kasus. Faktor risiko
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah
B. Demam
1. Definisi Demam
Demam, yang merupakan gejala awal kejang demam, adalah kenaikan suhu
tubuh lebih dari 38C rektal atau lebih 37,8C aksila. Menurut NAPN (National
Association Pediatric Nurse) demam pada bayi kurang dari 3 bulan melebihi
38C, sedangkan pada anak umur lebih dari 3 bulan, suhu oral dan aksila melebihi
38,3C.
9
2. Jenis Demam
3. Etiologi Demam
rangsang, misalnya toksin bakteri, peradangan, dan radang pirogenik lain. Bila
produksi sitokin pirogen secara sistemik masih dapat ditoleransi maka efeknya
akan menguntungkan tubuh secara keseluruhan; tetapi bila telah melampaui batas
kritis tertentu maka sitokin ini membahayakan tubuh. Batas kritis sitokin pirogen
demam hanya merupakan reaksi pertahanan tubuh terhadap cedera atau infeksi,
penyakit non infeksi, atau suatu reaksi fisiologis tubuh seperti dehidrasi, suhu
10
udara terlalu panas, kelelahan setelah beraktivitas, dan lain-lain. Jadi, pada
hakikatnya demam adalah tanda alarm yang ditunjukkan tubuh untuk tujuan-
tujuan tertentu, kebanyakan terjadi sebagai parameter atau gejala awal dari
4. Patofisiologi Demam
a. Ketika suhu set point meningkat misalnya saat infeksi yang merupakan
karena itu, secara ilmiah, demam dapat disebut sebagai respons homeostatik. Pada
5. Mekanisme Demam
dan sel-sel Kupffer mengeluarkan suatu zat kimia yang dikenal sebagai pirogen
6), dan INF (interferon) yang bekerja pada pusat termoregulasi hipotalamus untuk
patokan yang baru dan bukan di suhu normal.Sebagai contoh, pirogen endogen
normal prademam sebesar 37C terlalu dingin dan organ ini memicu mekanisme
poten diantaranya adalah IL-1 dan TNF, selain IL-6 dan IFN. Pirogen endogen
ini akan bekerja pada sistem saraf pusat tingkat OVLT (Organum Vasculosum
Laminae Terminalis) yang dikelilingi oleh bagian medial dan lateral nukleus
melalui sinyal aferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal MIP-1
adalah sesuatu yang disengaja dan bukan disebabkan oleh kerusakan mekanisme
dkk, 2008).Mekanisme kejang ada beberapa teori, yang pertama yakni gangguan
7. Penatalaksanaan Demam
bertujuan untuk merendahkan suhu tubuh yang terlalu tinggi bukan untuk
apabila penderita dengan umur < 3 bulan dengan suhu rektal > 38C, penderita
dengan umur 3-12 bulan dengan suhu > 39C, penderita dengan suhu > 40,5C,
dan demam dengan suhu yang tidak turun dalam 48-72 jam (Kaneshiro & Zieve,
2010).
demam:
Memakai satu lapis pakaian dan satu lapis selimut sudah dapat
b. Terapi Farmakologis
menurunkan panas sedangkan ibuprofen memiliki efek kerja yang lama (Graneto,
antikoagulan dan resiko sindrom Reye pada anak-anak (Kaushik, Pineda, & Kest,
2010).
C. Sistem Imunitas
sel, molekul dan jaringan yang berperan dalam resistensi terhadap infeksi disebut
bahan dalam lingkungan hidup. Sistem imun dapat dibagi menjadi dua, yakni
sistem imun alamiah / non spesifik / innate dan sistem imun didapat / adaptif /
acquired.
15
semua benda asing yang mengancam tubuh (antigen). Sistem ini sudah didapat
sejak lahir. Respons sistem ini berlangsung sangat cepat karena tidak butuh waktu
untuk mengenal antigen. Sistem imun nonspesifik ini dibagi menjadi tiga jenis
a. Sistem pertahanan fisik atau mekanik ialah kulit, selaput lendir, silia
saluran napas, batuk dan bersin yang akan mencegah masuknya berbagai
kuman patogen ke dalam tubuh. Kulit yang rusak misalnya oleh luka bakar
dan selaput lendir yang rusak oleh asap rokok akan meninggikan resiko
infeksi.
enzim proteolitik dalam usus, serta lisozim dalam keringat, air mata, dan
air susu.
dan parasit. Interferon pula dilepas sebagai respon terhadap infeksi virus.
d. Pertahanan selular terdiri dari sel natural killer (NK), mononuklear (MN),
lain ialah faktor genetik, usia, jenis kelamin, hormon, dan nutrisi. Infeksi lebih
sering terjadi dan lebih berat pada anak usia balita karena sistem imun yang belum
matang pada usia muda, sedangkan pada usia lanjut terjadi penurunan resistensi
terhadap infeksi khususnya virus. Sistem imun pada pria dan wanita mengalami
perbedaan setelah pubertas. Pada wanita respons imun terintegrasi dengan sistem
endokrin yang tujuannya agar janin dalam kandungan tidak ditolak selama hamil.
Nutrisi yang kurang baik disertai dengan sanitasi yang buruk dapat meningkatkan
resiko infeksi. Selain itu pola hidup dengan stres, pendidikan kesehatan yang
kurang dan jumlah keluarga besar dalam rumah sempit juga meningkatkan
Sistem imun spesifik atau didapat memiliki respons yang sangat lambat (>
96 jam), ia mulai bekerja setelah sistem imun nonspesifik atau bawaan tidak
mengingat benda yang dianggap asing bagi dirinya. Benda asing yang pertama
kali muncul dalam badan segera dikenal oleh sistem imun spesifik sehingga
terjadi sensitisasi sel-sel sistem imun tersebut. Jika sel imun tersebut berpapasan
kembali dengan benda asing yang sama, maka benda asing yang terakhir ini akan
dikenal lebih cepat, kemudian dihancurkan olehnya. Sistem imun spesifik terbagi
antara humoral dan selular di mana yang berperan dalam humoral adalah limfosit
Sel B banyak terletak pada limfosit asal sumsum tulang. Antibodi yang
dihasilkan sel B ini dapat pertahankan tubuh dari infeksi ekstraseluler virus dan
3) IgA terdapat dalam sekresi tubuh; kolostrum, air mata, air liur, sekresi
disirkulasikan melalui KGB dan limpa. Fungsi utama sistem imun spesifik seluler
hypersensitivity), Tc (cytotoxic).
D. ASI Eksklusif
ASI merupakan singkatan dari Air Susu Ibu, ASI merupakan makanan
terbaik untuk bayi. Untuk mendapat manfaat maksimal maka ASI harus diberikan
sesegera mungkin setelah dilahirkan (dalam waktu 30 menit setelah lahir karena
daya isap bayi saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya)
2012 yakni ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama 6 (enam)
bulan, tanpa menambahkan dan atau mengganti dengan makanan atau minuman
lain.
cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, dan air putih, serta tanpa
tambahan makanan padat, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi
tim, kecuali vitamin dan mineral dan obat (Roesli, 2000). Selain itu, pemberian
ASI eksklusif juga berhubungan dengan tindakan memberikan ASI kepada bayi
hingga berusia 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali sirup obat.
Setelah usia bayi 6 bulan, barulah bayi mulai diberikan makanan pendamping
ASI, sedangkan ASI dapat diberikan sampai 2 tahun atau lebih (Prasetyono,
2005).
19
ASI merupakan makanan alamiah utama bayi baru lahir hingga berusia 6
bulan. Kandungan nutrisinya cukup lengkap untuk tumbuh kembang bayi pada
(hanya memberi ASI sebagai makanan bayi) telah terbukti melindungi bayi dari
Hasil penelitian dari Oxford University dan Institute for Social and
bayi yang mendapat ASI Eksklusif akan tumbuh menjadi anak yang lebih pintar
dalam membaca, menulis, dan matematika. Salah satu peneliti, Maria Iacovou
mengemukakan asam lemak rantai panjang (long chain fatty acids) yang
Manfaat ASI bagi bayi adalah sebagai nutrisi. ASI merupakan sumber gizi
yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan
pertumbuhan bayi. ASI adalah makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas
dan kuantitasnya. Dengan tata laksana menyusui yang benar, ASI sebagai
makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai
usia 6 bulan. Setelah usia 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan padat,
tetapi ASI dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Negara-negara barat
ASI eklslusif dan terbukti bayi penerima ASI eksklusif dapat tumbuh sesuai
Selain itu, ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Dengan
atau daya tahan tubuh ) dari ibunya melalui plasenta, tetapi kadar zat tersebut
dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Badan bayi baru lahir
sekitar 4 bulan. Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari ibu menurun yang
dibentuk sendiri oleh tubuh bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode
antibodi bayi lebih cepat. Jadi, ASI tidak saja bersifat imunisasi pasif, tetapi juga
aktif. Suatu kenyataan bahwa mortalitas (angka kematian) dan mobiditas (angka
terkena penyakit) pada bayi ASI eksklusif jauh lebih rendah dibandingkan dengan
Air susu ibu selain merupakan nutrient ideal, dengan komposisi tepat, dan
adalah taurin, laktosa, asam lemak ikatan panjang (Danuatmaja, 2003). ASI juga
dapat menjalin kasih sayang. Bayi yang sering berada dalam dekapan ibunya
karena menyusui, dapat merasakan kasih sayang ibu dan mendapatkan rasa aman,
tenteram, dan terlindung. Perasaan terlindung dan disayangi inilah yang menjadi
3. Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada di
tempat yang suhu udara panas. Pada saat awal kelahiran, ASI mengandung
banyak kolostrum. Kolostrum merupakan ASI yang keluar pada saat kelahiran
sampai hari ke-4 atau ke-7 (Roesli, 2005). Kolostrum kaya akan zat antibodi
terutama IgA. Selain itu, di dalam kolostrum terdapat lebih dari 50 proses
pembunuh kuman dalam jumlah paling tinggi. Kolostrum dihasilkan pada saat
sistem pertahanan tubuh bayi paling rendah. Jadi dapat dianggap bahwa kolostrum
adalah imunisasi pertama yang diterima oleh bayi (Roesli, 2005). Disamping
ASI makro yaitu karbohidrat, protein, dan lemak, sedangkan kompoisis mikro
dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa
22
yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan
pada susu formula. Kadar karbohidrat dalam kolostrum tidak terlalu tinggi, tetapi
jumlahnya meningkat terutama laktosa pada ASI transisi (7-14 hari setelah
melahirkan). Setelah melewati masa ini maka kadar karbohidrat ASI relatif stabil
(Badriul, 2008).
cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan protein yang terdapat dalam susu
formula. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri dari protein whey dan casein.
Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang lebih mudah
diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih banyak mengandung protein
casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi. Jumlah casein yang terdapat di
dalam ASI hanya 30%, dibanding susu formula yang mengandung protein dalam
jumlah yang tinggi (80%) (Badriul, 2008). Di samping itu ASI mempunyai asam
amino yang lengkap yaitu taurin. Taurin diperkirakan mempunyai peran pada
perkembangan otak karena asam amino ini ditemukan dalam jumlah cukup tinggi
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya
kadarnya setiap kali diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Selain
jumlahnya yang mencukupi, jenis lemak yang ada dalam ASI mengandung lemak
rantai panjang yang merupakan lemak kebutuhan sel jaringan otak dan sangat
mudah dicerna serta mempunyai jumlah yang cukup tinggi. Dalam bentuk Omega
23
ASI. Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mempunyai
fungsi untuk pertumbuhan jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf dan
pembekuan darah. Mineral zink dibutuhkan oleh tubuh karena merupakan mineral
E, vitamin K, dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut
dalam air seperti vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI. Makanan
yang dikonsumsi ibu berpengaruh terhadap kadar vitamin ini dalam ASI. Kadar
vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI tetapikadar vitamin B6, B12 dan asam
folat mungkin rendah pada ibu dengan gizi kurang (Badriul, 2008).
dalam jumlah yang tinggi. Vitamin A selain berfungsi untuk kesehatan mata, juga
(Hendarto dan Pringgadini, 2008). ASI mengandung berbagai zat yang berfungsi
diperankan oleh sel seperti makrofag dan neutrofil serta produknya dan faktor
protektif larut, sedangkan sel spesifik oleh sel limfosit dan produknya
(Matondang, dkk, 2008). Sel limfosit T merupakan 80% dari sel limfosit yang
24
terdapat dalam ASI. Sel limfosit T dapat menghancurkan kapsul bakteri E.coli dan
mentransfer kekebalan selular dari ibu ke bayi yang disusuinya (Munasir dan
Kurniati, 2008).
BAB III
A. Kerangka Konsep
Selular
Infeksi
Sistem Imunitas
Kejang Demam
Spesifik
Demam
Non-infeksi Humoral
Imunoglobulin
ASI eksklusif
Keterangan :
Kejang demam dicetuskan oleh demam. Demam merupakan tanda infeksi dan
noninfeksi bagi tubuh yang merupakan tanda adanya reaksi sistem imun.ASI
sistem imun pada tubuh bayi. Peneliti akan meneliti apakah ada hubungan antara
B. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara penurunan kejadian kejang demam pada bayi usia 6-18
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah bayi yang berusia 6-18 bulan yang berobat Rumah Sa-
kit Islam Jemursari di Surabaya dan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria inklusi
b. Kriteria eksklusi
28
mengeksklusi responden
2. Sampel Penelitian
a. Besar Sampel
dkk (1997) :
4 pq
n
d2
Keterangan :
Berdasarkan data rekam medis jumlah pasien di poliklinik anak RSI Jemursari
pada bulan Juli 2014 sampai Juli 2015 sebanyak 15.648 pasien dan pasien kejang
66
p= 0,0042
15648
q = 1 - p = 1 - 0,0042 = 0,9958
4 0,0042 0,9958
n= 16,7 17 sampel
(0,1) 2
D. Variabel Penelitian
1. Variabel Tergantung
2. Variabel Bebas
E. Definisi Operasional
F. Prosedur Penelitian
1. Alur Prosedur Penelitian
Membagikan kuesioner pada ibu bayi usia 6-18 bulan dengan riwayat kejang demam
Pertama-tama peneliti akan mencari pasien bayi usia 6-18 bulan yang menderita
kejang demam, kemudian meminta persetujuan ibu bayi untuk mengisi kuesioner
31
tentang pemberian ASI eksklusif. Dari data yang didapat tentunya ada ibu yang
memberi ASI eksklusif dan ada yang tidak. Selanjutnya semua data tersebut akan
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan dokter spesialis anak yang
Jenis data yang diambil oleh peneliti dalam penelitian ialah data primer.
G. Analisis Data
Data dianalisis dengan program SPSS 16.0 for Windows. Uji hipotesis untuk