KASUS KEGAWATDARURATAN
Disusun Oleh :
dr. Ardiani Okky Novitasari
Pendamping :
dr. P. Karunia Dewi
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Tanggal
Mengetahui,
Dokter Pendamping IGD
Daftar Pustaka :
1. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. 2006. Konsensus Pengelolaan dan
Pencegahan Hipoglikemia pada DM tipe 2.
2. Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2006. Jakarta. PB Perkeni. p. 30-31
3. Watkins, J peter dkk. Diabetes and its management.2003. blackwell publishing:
Australia
4. Bakta IM, Suastika IK. Gawat Darurat Di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC;
2010.
5. Mansjoer A, Setiowulan W, Wardhani W I, Savitri R, Triyanti K, Suprohaita. Kapita
3
Seorang wanita berusia 57 tahun datang dalam keadaan tidak sadarkan diri sejak 1 jam
SMRS. Dari alloanamnesis didapatkan bahwa pasien merupakan penyandang diabetes yang
menjalani pengobatan dengan obat glibenklamid yang diminum sejak 3 bulan yang lalu. Obat
tidak diminum teratur oleh pasien. Sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien mengeluh
mual dan cepat lelah. Nafsu makan berkurang dan pasien tidak meminum obat glibenklamid.
Pada pagi saat hari masuk rumah sakit, pasien mengeluh mual dan lemas. Pasien lalu minum
obat untuk gula dan hanya makan sedikit nasi. Setelahnya, pasien bertambah lemas, keringat
dingin, gemetar, lalu tak sadarkan diri. Keluarga lalu melarikan pasien ke rumah sakit. Pasien
pernah menggunakan obat gula yang disuntikkan 3 kali sehari sebelum makan selama 5 hari,
setelah itu menggunakan glibenklamid. Pasien mengeluh penglihatan kabur, sering
kesemutanpada tungkai dan sering gatal-gatal pada badan.
2. Objektif :
Status gawat darurat
Airway: Bebas
Breathing : RR 20 x/menit
Circulation: TD
Nadi
: 100/70 mmHg
: 102 x/menit, teraba lemah
GDS 28 mg/dl
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
Keadaan gizi
Tanda-tanda vital:
4
o TD
o Nadi
: 100/70 mmHg
: 102 x/menit, teraba lemah
o Respirasi
o Suhu
: 20 x/menit
: 37 C
Kepala
Rambut
Mata
: normochepali, simetris
Hidung
Bibir
Lidah
: lidah kotor (-), lidah tremor (-), papil lidah atrofi (-)
Telinga
Leher
Thorax
Paru-paru
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
o
o
o
o
o
o
o
o
(-/-)
Jantung
Inpeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
keringat dingin ++
Pemeriksaan Laboratorium Darah :
HGB
: 13,8 g/dl
WBC
: 9,5.103 /mm3
5
HCT
PLT
: 275.103 /mm3
HCT
: 38,5 %
GDS
: 28 mg/dl
Ureum
: 22 mg/dl
Creatinine
: 0,61 mg/dl
Kolesterol
: 181 mg/dl
Trigliserida
: 94 mg/dl
Asam Urat
: 3,95 mg/dl
Pemeriksaan EKG
Kesan : sinus rhythm dengan HR 80 x/menit
3. HIPOGLIKEMIA
Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa darah berada dibawah kadar
normal. Pada pasien diabetes hipoglikemia dapat terjadi karena terapi insulin yang melebihi
dosis yang dibutuhkan.
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut diabetes melitus dan merupakan faktor
penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah. Bila terdapat penurunan
kesadaran pada penyandang diabetes, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya
hipoglikemia. Hipoglikemia pada diabetes paling sering disebabkan oleh penggunaan obat
sulfonilurea dan insulin.
Hipoglikemia akut menunjukkan gejala dan Triad yang meliputi:
Kelebihan obat / dosis obat ; terutama insulin ,atau obat hipoglikemia oral
Kebutuhan tubuh akan insulin yang relatif menurun ; gagal ginjal kronik pasca
persalinan
Asupan makan tidak adekuat ; jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat
6
Stadium gangguan otak ringan : lemah lesu ,sulit bicara, kesulitan menghitung
sementara
Stadium simpatik : keringat dingin pada muka ,bibir atau tangan gemetar
Anamnesis
Penggunan preparat insulin atau obat hipoglemik oral ; dosis terakhir ,waktu
pemakaian terakhir ,perubahan dosis.
Penatalaksanaan
1. Pada stadium permulaan (sadar), diberikan gula murni 30 gram (sekitar 2 sendok
makan) atau sirup/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula
diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat. Obat hipoglikemik
dihentikan sementara. Glukosa darah sewaktu dipantau setiap 1-2 jam. Bila sebelumnya
pasien tidak sadar, glukosa darah dipertahankan sekitar 200 mg/dl dan dicari penyebab
hipoglikemia.
2. Pada stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia),
diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intravena dan
diberikan cairan dekstrosa 10% per infus sebanyak 6 jam per kolf. Glukosa darah
sewaktu diperiksa. Jika GDS < 50 mg/dl, ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml
secara intravena; jika GDS < 100 mg/dl ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml
intravena. GDS kemudian diperiksa setiap 1 jam setelah pemberian dekstrosa 40%, jika
GDS < 50 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml intravena; jika GDS <
100 mg/dl maka ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml intravena; jika GDS 100-200
mg/dl maka tidak perlu diberikan bolus dekstrosa 40%; jika GDS > 200 mg/dl maka
dipertimbangkan untuk menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%. Jika GDS > 100
mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam dengan
protokol sesuai di atas. Jika GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan mengganti infus dengan
dekstrosa 5% atau NaCl 0,9%. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut,
pemantauan GDS dilakukan setiap 4 jam dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS >
100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, dilakukan sliding scale setiap 6 jam dengan
regular insulin.
3. Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin seperti
adrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg iv/im. Jika pasien belum sadar
dengan GDS sekitar 200 mg/dl, diberikan hidrokortison 100 mg per 4 jam selama 12
jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan manitol 1,5-2
g/kgBB iv setiap 6-8 jam dan dicari penyebab lain penurunan kesadaran. Untuk
menghindari timbulnya hipoglikemia pada pasien perlu diajarkan bagaimana
menyesuaikan penyuntikan insulin dengan waktu dan jumlah makanan (karbohidrat),
pengaruh aktivitas jasmani terhadap kadar glukosa darah, tanda dini hipoglikemia, dan
cara penanggulangannya.
4. Plan :
a. Diagnosis kerja :
Koma Hipoglikemia pada DM Tipe II
b. Terapi :
Stop OAD
c. Pendidikan:
Dilakukan pada pasien dan keluarga mengenai penyakit pasien dan bahwa pasien harus dicek
kadar gula darahnya secara rutin agar tidak terjadi hipoglikemia ulang atau hiperglikemia,
pasien juga disarankan untuk selalu kontrol ke fasilitas kesehatan untuk terapi dengan
pengolahan gaya hidup, dan jika perlu penggunaan obat anti diabetes mellitus, dengan
8
Periode
Tiap 1 jam 1 hari sekali
dan puasa
Kontrol pasca
Seminggu - sebulan
opname
sekali
Nasihat
pengobatan.
Kualitas hidup pasien membaik.
Follow up pasien:
Keluhan dan Pemeriksaan
Terapi
15-12-2015
Terapi :
VS : TD : 100/70 mmHg
liter/menit
RR : 20 x/mnt
S : lemas
GD: 144
Oksigen
O: CM, lemah
VS: TD: 110/70
HR: 86 x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 36,7 C
PF: abdomen supel, BU (+) normal, timpani,NT(-).
liter/menit
GDP: 156
S:-
GDP: 143
O: CM
Edukasi
17-12-2015
HR : 102 x/mnt
Suhu : 37 C
16-12-2015
Oksigen
HR: 80 x/mnt
RR: 20x/mnt
Suhu: 36,7 C
PF: abdomen supel, BU (+) normal, timpani,NT(-).
Ass : DM II dengan koma hipoglikemia
10