Anda di halaman 1dari 8

PORTOFOLIO

KOMA HIPOGLIKEMI

Disusun oleh :

dr. Amalia Khairunnisa Hasibuan

Pendamping :
dr. Yenni Murvanti
dr. Etha Wilda Panjaitan

RS BHAYANGKARA TK II MEDAN
INTERNSIP DOKTER INDONESIA
PERIODE 2015-2016
KOTA MEDAN
BERITA ACARA PRESENTASI PORTOFOLIO

Pada hari ini tanggal ........................................................... telah dipresentasikan oleh:

Nama Peserta : dr. Ina Rahmawati Kambuna

Dengan Judul/Topik :

Nama Pendamping : dr. Affandi Siregar

Lokasi Wahana : RSUD Sibuhuan,Padang Lawas,Sumatera Utara

No. Nama Peserta Presentasi Tanda Tangan

Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.

Pendamping

(dr.Affandi Siregar)
PORTOFOLIO
Nama Peserta : dr. Ina Rahmawati Kambuna
Nama Wahana : RSUD Sibuhuan,Padang Lawas
Topik : Penurunan Kesadaran ec Koma Hipoglikemia
Tanggal (kasus) : 27 Agustus2016
Nama Pasien : Bpk. A No RM : 362731
Tanggal Presentasi : Nama Pendamping : dr. Affandi Siregar

Tempat Presentasi : RSUD Sibuhuan,Padang Lawas


Objektif Penatalaksanaan Hipoglikemia
Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonates Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi Laki-laki 53 tahun, diantar keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran
Tujuan Mengetahui penegakan diagnosis yang tepat
Mengetahui penatalaksanaan kegawatdaruratan pada kasus
hipoglikemia
Bahan bahasan Tinjauan Pustaka Riset Kasus Audit
Cara membahas Diskusi Presentasi dan Email Pos
diskusi
Data pasien Nama : Bpk A No registrasi : 362731
Nama RS : RSUD Sibuhuan Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis : DM tipe II + penurunan kesadaran ec Koma Hipoglikemia
2. Gambaran Klinis:
Bpk A, Laki-laki 53 tahun, diantar keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1
hari SMRS, keluhan diawali dengan lemas dan tidak nafsu makan yang dialami os 1 minggu
ini. Menurut keluarga penurunan kesadaran secara tiba- tiba, tidak disertai dengan adanya
muntah, nyeri kepala (-), kejang (-), lemas sesisi tubuh (-), mulut pelo (-) dan bicara cadel (-).
Riwayat trauma sebelumnya (-), konsumsi alkohol (-), riwayat adanya penurunan kesadaran
sebelumnya disangkal.
Menurut keluarga, pasien diketahui memiliki penyakit DM sejak 3 bulan yang lalu. Menurut
keluarga os teratur berobat, namun 1 minggu ini os tidak nafsu makan. Diakui oleh keluarga
makan yg dikonsumsi pasien sangat sedikit, hanya 3 sendok dalam satu hari karena pasien
merasakan mual, keringat dingin, dan berdebar-debar sehingga nafsu makanny menurun.
Menurut keluarga os mengonsumsi 2 jenis obat gula makan dan obat pelancar darah namun
keluarga tidak mengetahui nama obatnya.
Pemeriksaan fisik :
KU : kesadaran Somnolen
TD : 140/90 mmHg N: 80 x/menit RR: 24 x/menit S: 36,5 C
KGD Sewaktu 45 mg/dl
3. Riwayat pengobatan : OAD (nama tidak diketahui)
4. Riwayat kesehatan/penyakit
- Riwayat DM + 3 bulan
- Riwayat hipertensi disangkal
5. Riwayat keluarga: riwayat DM dan hipertensi pada keluarga disangkal
6. Riwayat pekerjaan: pasien sudah tidak bekerja, dulunya seorang PNS
7. Kondisi lingkungan sosial dan fisik (rumah, lingkungan, pekerjaan)
Pasien tinggal di lingkungan perkampungan, tidak bekerja, aktivitas minimal, dan biaya
kesehatan ditanggung oleh BPJS.
8. Lain-lain:

Daftar Pustaka :
Tjokoprawiro, A., dkk., 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Airlangga University Press:
Surabaya

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI), 2006. Konsensus Pengelolaan dan


Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Koma Hipoglikemia
2. Perlunya ketepatan dalam mendiagnosis kasus hipoglikemia secara cepat dan tepat.
3. Perlunya melakukan pemeriksaan klinis sederhana untuk mendiagnosis hipoglikemia (GDS
Stik).
4. Perlunya perbaikan kadar gula darah segera untuk menghindari kerusakan otak yang
irreversibel.
5. Perlunya monitor kadar gula darah secara berkala untuk menghindari kejadian berulang.
6. Perlunya merujuk ke spesialis Penyakit Dalam untuk penyesuaian terapi DM selanjutnya.
1. Subyektif
Laki-laki 53 tahun, diantar keluarga dengan keluhan penurunan kesadaran sejak 1 hari
SMRS, keluhan diawali dengan lemas dan tidak nafsu makan yang dialami os 1 minggu ini.
Pasien diketahui memiliki penyakit DM sejak 3 bulan yang lalu. Os teratur berobat, namun 1
minggu ini os tidak nafsu makan. Diakui oleh keluarga makan yg dikonsumsi pasien sangat
sedikit, hanya 3 sendok dalam satu hari karena pasien merasakan mual, keringat dingin, dan
berdebar-debar sehingga nafsu makanny menurun. Menurut keluarga os mengonsumsi 2 jenis
obat gula makan dan obat pelancar darah namun keluarga tidak mengetahui nama obatnya.
2. Obyektif
Pemeriksaan fisik
KU: kesadaran somnolen
Vital sign
o TD : 140/90 mmHg
o Nafas : 36 x/menit
o Suhu : 36,5oC (per axiler)
o Nadi : 124 x/menit, irreguler
o SaO2 : 98 %
Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung
Simetris, napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut
Sianosis (-)
Tenggorok
Uvula di tengah, T1-T1
Leher
Trakhea di tengah, limfonodi tidak membesar, JVP R-2 cmH20
Thorax
Pulmo
Inspeksi : Simetris, pengembangan dada kanan = kiri, retraksi (-)
Palpasi : SF kanan=kiri
Perkusi : Sonor/sonor,
Auskultasi : Vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Cor
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan normal
Auskultasi : BJ I-II intensitas normal, irreguler, bising jantung (-)
Abdomen
Inspeksi : Simetris
Auskultasi : Bising usus (+) N
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas
Superior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)
Inferior: Akral dingin (-/-); Oedem (-/-)

Pemeriksaan Penunjang
KGD sewaktu 45 mg/dl
3. Assessment
Diagnosis: Penurunan kesadaran ec koma hipoglikemia
Hipoglikemia merupakan suatu kondisi dimana kadar gula darah (glukosa) < 60 mg/dl.
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut pada pasien diabetes melitus. Bila terdapat
penurunan kesadaran pada penyandang diabetes melitus harus selalu dipikirkan kemungkinan
terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia pada orang dengan DM sering terjadi akibat peningkatan
kadar insulin yang kurang tepat baik karena setelah penyutikan insulin subkutan atau akibat
pemberian obat yang meningkatkan sekresi insulin seperti sulfonilurea. Sulfonilurea merupakan
OHO yang sangat sering menyebabkan hipoglikemia terutama pada orang tua. Hal tersebut
terjadi akibat obat golongan ini selain bekerja dengan menstimulasi pengeluaran sekresi insulin,
obat tersebut memiliki masa paruh yang sangat panjang yaitu 12-24 jam. Peningkatan insulin
secara tidak proporsional yang tidak di imbangi dengan asupan glukosa yang cukup dan disertai
dengan kemampuan fisiogis tubuh yang gagal dalam melindungi penurunan glukosa dalam batas
aman inilah penyebab terjadinya penurunan kesadaran. Hal tersebut terjadi akibat jaringan saraf
pusat yang sangat tergantung dengan glukosa, karena otak hanya menyimpan glukosa (dalam
bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Hipoglikemia akibat sulfonilurea dapat
berlangsung lama, sehingga harus diawasi sampai seluruh obat diekskresi dan waktu kerja obat
telah habis. Terkadang diperlukan waktu yang cukup lama untuk pengawasannya (24-72 jam
atau lebih, terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan terapi
dengan OHO kerja panjang). Hipoglikemia yang terjadi pada pasien non-DM disebabkan karena
keadaan kritis pada kegagalan hati, jantung, ginjal, sepsis, serta kelaparan yang berkepanjangan.
Selain itu juga dapat disebabkan pada penggunaan obat alkohol, salisilat, sulfonamide, quinine,
dan pada hiperinsulinemia endogen, tumor non- sel pankreas.
Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang harus dihindari, mengingat
dampaknya fatal atau terjadi kemunduran mental bermakna pada pasien. Perbaikan kesadaran
pada diabetes melitus usia lanjut sering lebih lambat dan memerlukan pengawasan yang lebih
lama.
Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala adrenergik (berdebar-debar, berkeringat banyak,
tremor, dan rasa lapar), gejala neuro-glikopenik (pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai
koma) dan gejala malaise (mual, sakit kepala).
Klasifikasi dan manifestasi klinis hipoglikemia:
Jenis Hipoglikemia Manifestasi Klinis
Ringan Dapat diatasi sendiri dan tidak mengganggu aktivitas
sehari-hari
Penurunan glukosa (stresor) merangsang saraf simpatis
sekresi adrenalin ke pembuluh darah yang
menyebabkan perspirasi, tremor, takikardia, palpitasi,
gelisah
Penurunan glukosa (stresor) merangsang saraf
parasimpatis lapar, mual, tekanan darah turun
Sedang Dapat diatasi sendiri, mengganggu aktivitas sehari-hari
Otak mulai kurang mendapat glukosa sebagai sumber
energi timbul gangguan pada SSP berupa pusing,
vertigo, gangguan konsentrasi, penurunan daya ingat,
perubahan emosi, perilaku irasional, penurunan fungsi
rasa, gangguan koordinasi gerak, double vision
Berat Membutuhkan bantuan orang lain dan terapi glukosa
Fungsi SSP mengalami gangguan berat berupa
disorientasi, kejang hingga penurunan kesadaran
Diagnosis hipoglikemia ditentukan berdasarkan Trias Whipple, yaitu:
Adanya gejala-gejala hipoglikemia
Kadar gula darah yang kurang dari 60 mg/dL
Gejala-gejala hipoglikemia yang menghilang setelah peningkatan kadar gula darah (post
koreksi).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (2006) pedoman tatalaksana hipoglikemiaa


adalah sebagai berikut:
Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (Intravena) bisa diberikan satu
flakon (25 cc) dextrosa 40% (10 gr dextrosa) untuk meningkatkan kadar
glukosa kurang lebih 25-50 mg/dL.
Adapun terapi medika mentosa hipoglikemia yang dapat diberikan adalah:
a. Glukosa Oral.
b. Glukosa Intravena.
c. Glukagon (SC/IM).
d. Thiamine 100 mg (SC/IM) pada pasien alkoholisme.

Kadar Glukosa (mg/dL) Terapi Hipoglikemia


< 30 mg/dl Injeksi IV dextrose 40 % (25 cc) bolus 3 flakon
30-60 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus 2 flakon
60-100 mg/dl Injeksi IV dextrosa 40 % (25 cc) bolus 1 flakon
Follow up :
1. Periksa kadar gula darah 30 menit setelah injeksi.
2. Setelah 30 menit pemberian bolus 3 atau 2 atau 1 flakon dapat diberikan 1
flakon lagi sampai 2-3 kali untuk mencapai kadar glukosa darah 120 mg/dl.
4. Plan
Diagnosis
Hipoglikemia et causa insulin
Besar kemungkinan keluhan pada pasien ini disebabkan karena pasien tidak makan
setelah diinjeksi insulin apidra 12 unit.
Pengobatan
Pengobatan awal adalah perbaikan kadar glukosa darah secepatnya untuk menghindari
kerusakan otak irreversibel karena otak memerlukan setidaknya 6 gr glukosa/jam. Karena
pasien mengalami penurunan kesadaran pengobatan awal dapat diberikan injeksi Dextrose
40% dengan rumus sebagai berikut
1 flakon jika GDS 60-90 mg/dl
2 flakon jika GDS 30-60 mg/dl
3 flakon jika GDS < 30 mg/dl
Pendidikan
Edukasi yang diperlukan tentang tata cara pemakaian OHO dan pentingnya pengaturan pola
makan pada pasien DM. Edukasi kepada pasien tentang gejala awal dari hipoglikemia pun
penting dilakukan. Gejala yang dapat timbul jika terjadi hipoglikemia berupa berkeringat,
jantung berdebar, tremor, lapar, bingung, mengantuk, sulit berbicara, inkoordinasi, parestesia,
gangguan visual, mual dan sakit kepala. Sehingga ketika pasien mengalami gejala tersebut dapat
melakukan penatalaksanaan sendiri dengan konsumsi makanan yang mengandung glukosa.

Konsultasi
Dijelaskan perlunya konsultasi dengan dokter spesialis penyakit dalam untuk regulasi gula
darah lebih lanjut dan penyesuaian terapi DM selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai