DOKTER INTERNSHIP
Oleh:
Zheila Ayu Ciptaningtyas, dr.
Pembimbing:
Mellita Widyastuti, dr. Sp. A., M. Kes
0
LAPORAN KASUS
No. ID dan Nama Peserta : Zheila Ayu Ciptaningtyas, dr.
No. ID dan Nama Wahana : RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Topik : KDK + GEA + Dehidrasi Ringan
Pembimbing:
Tanggal Kasus :
24 Juli 2017
1
Riwayat penyakit Sekarang :
Heteroanamnesis
Ny. N (26 tahun) Ibu Pasien
Anak, perempuan, usia 23 bulan, diantar orangtuanya ke IGD dengan
keluhan kejang secara tiba- tiba sebanyak 2x, lama kejang pertama kurang lebih
3 menit dan kejang kedua kurang lebih 5 menit. Jarak antara kejang yang
pertama dan kejang yang kedua kurang lebih 1,5 jam. Kejang dirasa orangtua
pasien seluruh tubuh dengan tangan dan kaki kelojotan dan mata mendelik
keatas. Saat kejang pasien tidak sadar. Pasca kejang pasien diam sejenak
kemudian menangis. Selain kejang, ibu pasien mengatakan bahwa dalam satu
hari anaknya juga BAB 3 kali, konsistensi cair, warna putih kekuningan, lendir
(+), darah (-). Pasien juga muntah sebanyak 2 kali, warna makanan dan susu
yang diminum. Makannya berkurang, tetapi minumnya setiap kali habis BAB
bertambah. BAK warna kekuningan, jumlah urin tidak dapat dinilai karena
pasien menggunakan popok. Riwayat demam sebelum kejang disangkal oleh
orangtua pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu: riwayat kejang sebelumnya pada usia 6 bulan,
disertai demam sebanyak satu kali kejang.
Riwayat Penyakit Keluarga : ibu pasien menyangkal ada keluarga pasien
dengan riwayat kejang atau riwayat sakit serupa.
Riwayat Alergi : ibu pasien menyangkal anaknya dan keluarga lainnya memiliki
alergi tertentu.
Riwayat Pengobatan : pasien sudah diperiksakan ke dokter dan diberi obat
(Thyamphenicol Syr, Neo kaulana Syr, dan L-Bio) tetapi setelah diobati sempat
kejang sebanyak satu kali.
Riwayat Tumbuh Kembang:
Pada usia 0-1 bulan pasien dapat mengangkat kedua tangan dan kakinya.
Pada usia 2 bulan pasien dapat mengangkat kepala dan mencoba untuk miring
Pada usia 3 bulan pasien dapat mengangkat kepala dengan sempurna saat
didudukkan, dapat memegang mainan.
Pada usia 6 bulan pasien dapat tengkurap sendiri tanpa bantuan
Pada usia 7 bulan pasien dapat berceloteh satu kata ma ma dan teriak-teriak
Pada usia 8 bulan pasien dapat merangkak
Pada usia 9-10 bulan pasien dapat melakukan tepuk tangan dan memukul-mukul
mainan
Pada usia 11-12 bulan pasien baru mencoba untuk merangkak dan meraih sesuatu
dalam jarak tertentu
Pada usia 15 bulan, pasien mecoba untuk berdiri dengan dipegangi dan suka
loncat-loncat
2
Pada usia 18 bulan pasien berusaha memegang sesuatu untuk dapat berdiri.
Pada usia 20 bulan pasien dapat berdiri tanpa berpegangan dan dapat bertahan
beberapa detik
Pada usia 22 bulan pasien dapat berjalan dengan jarak tertentu dan mudah
terjatuh.
Pasien juga rutin dibawa ke posyandu untuk dilakukan pengukuran berat badan
dan panjang badan. Selain itu juga pemberian makanan tambahan berupa bubur,
telur, atau makanan lainnya.
Riwayat Gizi : pasien mendapatkan ASI eksklusif hingga usia 6 bulan,
kemudian dilanjutkan MPASI pada usia 7 bulan. Makanan yang diberikan oleh
ibunya pada awal MPASI yaitu bubur susu, kemudian dilanjutkan dengan nasi
tim yang dihaluskan dengan sayur dan lauk (telur/ati/ikan) hingga saat ini.
Jumlah makanan yang diberikan seukuran mangkok kecil, untuk sekali makan
kadang habis kadang tidak. Porsi makan dalam sehari hanya dua kali yaitu saat
siang dan sore hari. Menu makan pagi yang biasa diberikan apabila anak mau
berupa sereal. Menu makanan yang diberikan antara makan siang dan sore sama.
Kadang pasien agar mau makan orang tua memberikan bakso dan kuahnya.
Pasien jarang diberikan buah, dalam satu minggu kurang lebih 3 kali, buah yang
diberikan biasanya semangka, pisang, papaya, atau jeruk. Kadang-kadang apabila
ada roti orangtua pasien suka memberikan ke anaknya.
Pasien juga minum susu formula SGM, cara pengenceran tidak didapatkan data,
waktu minum susu formula tidak didapatkan data tetapi kadang dalam satu hari
bisa lebih dari 3 kali dengan botol dot ukuran 240 ml. Saat malam hari pasien
minum ASI.
Riwayat Imunisasi : ibu pasien mengatakan bahwa imunisasi yang diterima
anaknya hingga usia 23 bulan lengkap di Puskesmas setempat, tetapi jadwal
tepatnya kapan ibu pasien. Hanya ingat pada saat lahir anaknya di imunisasi
hepatitis B dan DPT karena pasien sempat demam.
Riwayat Kelahiran : pasien merupakan anak pertama, lahir dibantu oleh bidan,
dengan BBL 2800 gram, dengan persalinan normal tanpa induksi atau stimulasi
pada usia kehamilan 39 minggu 5 hari.
Riwayat Pasca Lahir : saat lahir pasien nangis, pada usia 7 hari sempat kuning
karena ASI yang keluar belum lancer, riwayat fototerapi (-)
Status Internistik:
3
Kesadaran : CM
Keadaan Umum : Lemah, rewel, tidak tampak kesakitan,
tampak kecil dan kurus.
FrekuensiNadi : 110x/menit teraba pada arteri radialis,
teratur, isi dan tegangan cukup.
Respiratory rate : 26x/menit, teratur, kedalaman cukup.
Suhu : 36,8C axilla
Kepala : anemis (-), icterus (-), sianosis (-), dispnea (-),
mulut kering, mata cowong (-)
Leher : struma (-), pembesaran KGB (-/-), kaku kuduk
tidak didapatkan data.
Thoraks :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vocal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor dikedua paru
Auskultasi :
Paru : Vesicular(+/+), Rhonki (-/-) , Wheezing(-/-)
Jantung:S1,S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-), ES (-)
Abdomen :
Inspkesi : cembung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : Supel (+), hepar lien tidak teraba, tugor kulit kembali
cepat
Ektremitas : akral dingin, kering, merah, edema (-), CRT < 2
Pemeriksaan Antropometri :
Berat badan : 8,5 kg
Panjang Badan : 87 cm
Lingkar kepala : tidak didapatkan data
BB/U : -3 < Z < 0 (Kurang)
PB/U : -2 < Z < 0 (Normal)
BB/PB : -3 < Z < 0 (Buruk)
Status Neurologis:
GCS : E4 V5 M6
Kaku Kuduk / Tanda Rangsang Meningeal : tidak bisa dinilai
Nervus Cranialis : Pupil bulat isokor 3mm/3mm
Reflek cahaya +/+
4
Kekuatan otot : tidak didapatkan data
SUBJEKTIF
Anak, perempuan, usia 23 bulan, diantar orangtuanya ke IGD dengan
keluhan kejang secara tiba tiba sebanyak 2x, lama kejang pertama kurang lebih
3 menit dan kejang kedua kurang lebih 5 menit. Jarak antara kejang yang
pertama dan kejang yang kedua kurang lebih 1,5 jam. Kejang dirasa orangtua
pasien seluruh tubuh dengan tangan dan kaki kelojotan dan mata mendelik
keatas. Saat kejang pasien tidak sadar. Pasca kejang pasien diam sejenak
kemudian menangis. Selain kejang, ibu pasien mengatakan bahwa dalam satu
hari anaknya juga BAB 3 kali, konsistensi cair, warna putih kekuningan, lendir
(+), darah (-). Pasien juga muntah sebanyak 2 kali, warna makanan dan susu
yang diminum. Makannya berkurang, tetapi minumnya setiap kali habis BAB
bertambah. BAK warna kekuningan, jumlah urin tidak dapat dinilai karena
pasien menggunakan popok. Riwayat demam sebelum kejang disangkal oleh
orangtua pasien.
OBJEKTIF
Status Internistik:
Kesadaran : CM
Keadaan Umum : Lemah, rewel, tidak tampak kesakitan,
tampak kecil dan kurus.
FrekuensiNadi : 110x/menit teraba pada arteri radialis,
teratur, isi dan tegangan cukup.
Respiratory rate : 26x/menit, teratur, kedalaman cukup.
Suhu : 36,8C axilla
Kepala : anemis (-), icterus (-), sianosis (-), dispnea (-),
mulut kering, mata cowong (-)
5
Leher : struma (-), pembesaran KGB (-/-), kaku kuduk
tidak didapatkan data.
Thoraks :
Inspeksi : simetris, retraksi (-)
Palpasi : Vocal premitus kanan dan kiri sama
Perkusi : sonor dikedua paru
Auskultasi :
Paru : Vesicular(+/+), Rhonki (-/-) , Wheezing(-/-)
Jantung:S1,S2 tunggal, Murmur (-), Gallop (-), ES (-)
Abdomen :
Inspkesi : cembung (-)
Auskultasi : Bising usus (+) meningkat
Perkusi : timpani
Palpasi : Supel (+), hepar lien tidak teraba, tugor kulit kembali
cepat
Ektremitas : akral dingin, kering, merah, edema (-), CRT < 2
Pemeriksaan Antropometri :
Berat badan : 8,5 kg
Panjang Badan : 87 cm
Lingkar kepala : tidak didapatkan data
BB/U : -3 < Z < 0 (Kurang)
PB/U : -2 < Z < 0 (Normal)
BB/PB : -3 < Z < 0 (Buruk)
Status Neurologis:
GCS : E4 V5 M6
Kaku Kuduk / Tanda Rangsang Meningeal : tidak bisa dinilai
Nervus Cranialis : Pupil bulat isokor 3mm/3mm
Reflek cahaya +/+
6
- Tyamphenicole 3 x 1 cth/PO
- Neokaolana Syr 3 x 1 cth/PO
- L-Bio 2 x 1 sachet
FOLLOW UP
7
L-Bio 2 x 1
sachet
Asam Valproat 2
x 1,8 ml
27 Juli 17 Kejang (-), demam KU : cukup Epilepsi Infus Ringer
(-), BAB cair (-), T : 36,8 C DCA asetat 8 tpm
muntah (-), makan RR : 24 kpm (makro)
dan minum cukup Abdomen : BU Inj. Cefotaxim 3
(+), NT (-) x 300 mg
PO/
Thyamphenicol
Syr 3 x 1 cth
Neo kaulana Syr
3 x 1 cth
L-Bio 2 x 1
sachet
Asam Valproat
Syr 2 x 1,8 ml
28 Juli 17 Kejang (-), demam KRS
(-), BAB cair (-),
muntah (-), makan Thyamphenicol
dan minum cukup. Syr 3 x 1 cth
Neo kaulana Syr
3 x 1 cth
L-Bio 2 x 1
sachet
Asam Valproat
Syr 2 x 1,8 ml
8
TINJAUAN PUSTAKA
EPILEPSI
1. Definisi
Epilepsi merupakan bangkitan kejang berulang 2 kali atau lebih tanpa provokasi
dengan interval serangan lebih dari 24 jam, akibat pelepasan muatan listrik berlebihan di
sel-sel otak. Epilepsi merupakan salah satu penyebab terbanyak morbiditas atau kecacatan di
bidang neurologi anak, yang dapat menimbulkan berbagai permasalahan seperti gangguan
belajar, gangguan tumbuh kembang dan penurunan kualitas hidup anak. Kejadian epilepsi
pada anak sekitar 20-70 per 100.000 anak per tahun. Di Indonesia terdapat paling sedikit
700.000-1.400.000 kasus epilepsi dengan pertambahan sekitar 70.000 kasus baru setiap
tahun dan diperkirakan 40%-50% terjadi pada anak-anak.
2. Penyebab Epilepsi
Epilepsi ditimbulkan akibat cetusan muatan listrik yang terjadi di sel-sel otak yang
dapat disebabkan oleh proses di dalam otak (intrakranial) ataupun di luar otak
(ekstrakranial). Sebagian besar kasus epilepsi tidak dapat ditemukan penyebab yang pasti
atau yang lebih sering kita kenal dengan kelainan idiopatik.
9
4. Gejala Klinis Epilepsi
Gejala epilepsi yang paling sering kita temukan adalah kejang. Kita harus dapat
memastikan apakah anak benar-benar kejang atau tidak. Berikut merupakan beberapa hal
yang dapat kita gunakan untuk membedakan antara kejang dan bukan kejang.
Beberapa informasi penting yang perlu diketahui oleh orangtua mengenai kejang
yang terjadi pada anak, yaitu:
Tipe kejang (apakah kejang selurung tubuh atau hanya pada sebagian tubuh?).
Kesadaran penderita selama kejang dan ingatan pasien akan kejadian kejang.
Lamanya kejang berlangsung.
Frekuensi atau jumlah kejang dan riwayat kejang sebelumnya.
Faktor pencetus kejang bila ada (biasanya kejang pada epilepsi tidak ada faktor
pencetusnya.
Adanya gejala awal sebelum kejang, seperti: rasa takut, mual, rasa berputar,
kesemutan atau mati rasa pada jari, dll.
Riwayat kelahiran, tumbuh kembang anak, dan prestasi di sekolah.
Gejala lain yang menyertai kejang.
Riwayat epilepsi dalam keluarga.
5. Tatalaksana
10
Apabila terjadi kejang, berikut adalah beberapa tips sebagai penanganan awal yang
dapat dilakukan oleh orangtua di rumah :
1. Tenang dan jangan panik.
2. Longgarkan pakaian anak.
3. Berikan obat anti kejang lewat lubang pantat sesuai dengan berat badan anak.
Untuk anak dengan berat badan < 10 kg dapat diberikan obat diazepam 1 tube dan
untuk anak dengan berat badan > 10 kg dapat diberikan obat diazepam 2 tube.
4. Segera bawa anak ke sarana kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan
lebih lanjut.
Pengobatan epilepsi tergantung dari jenis epilepsi yang diderita. Pengobatan ini
biasanya diberikan hingga 2 tahun bebas kejang. Penghentian obat dilakukan secara
bertahap dalam waktu 2-3 bulan. Prinsip pengobatan epilepsi :
- Pengobatan awal epilepsi biasanya menggunakan 1 jenis obat anti kejang.
Pengobatan awal ini sangat menentukan keberhasilan terapi epilepsi.
- Jika pengobatan dengan 1 jenis obat anti kejang hingga dosis maksimal gagal
mengontrol kejang (masih terjadi kejang), maka dapat ditambahkan obat anti kejang
kedua.
- Jika kejang masih tetap tidak terkontrol dengan 2-3 macam obat anti kejang, maka
dapat dipikirkan pembedahan bila didapatkan indikasi.
Beberapa hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kepatuhan minum
obat dan respon terhadap obat yang diberikan. Pengobatan epilepsi diberikan dalam jangka
waktu yang panjang sehingga dapat menimbulkan efek samping tergantung dari jenis obat
anti kejang yang diberikan. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan darah dan fungsi hati
secara berkala (biasanya setiap 3 bulan) untuk memantau apabila didapatkan efek samping
akibat obat yang diberikan.
11
DIARE CAIR AKUT
1. Pengertian Diare
Diare adalah keadaan frekuensi BAB lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak. Konsistensi feces dapat bewarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan
darah atau lendir saja.
Diare adalah buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7
hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sakit.
2. Etiologi
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Enternal : Infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak.
b. Infeksi Enternal ini meliputi :
1) Infeksi Bakteri : E.coli, salmonella, shigella, vibria cholerae, aeromonas, dll.
2) Infeksi Virus : Enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, dll.
3) Infeksi Parasit : Cacing (ascaris), Protozoa (trichomonas haminis),
Jamur(candida algicans).
c. Infeksi Parenteral :Infeksi dibagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti:
1) Tonsilofaringitis (Radang Tonsil)
2) Radang Tenggorokan
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun
2. Faktor Malarbsorbsi
a. Malarbsorbsi Karbohidrat (Disakarida, Monosakarida)
Pada bayi kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare.
Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut.
b. Malarbsorbsi Lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trglyserida. Dengan bantuan
kelenjar lipase mengubah lemak menjadi micelles yang siap di arbsorbsi usus. Jika
12
tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat terjadi. Gejalanya
adalah tinja mengandung lemak.
c. Malarbsorbsi Protein
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
mentah (sayuran) dan kurang matang.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas dan tegang, walaupun jarang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare kronis.
3. Jenis Diare
1. Diare Akut
Diare akut adalah diare yang terjadi sewaktu-waktu, tetapi gejalanya dapat menjadi
berat. Penyebabnya sebagai berikut :
a. Gangguan jasad renik / bakteri yang masuk kedalam usus halus setelah melewati
berbagai rintangan asam lambung.
b. Asam renik yang berkembang pesat didalam usus halus
c. Racun yang dikeluarkan oleh bakteri
d. Kelebihan cairan usus akibat racun
2. Diare Kronis/ Menahun/ Persisten
Pada diare kronis terjadinya lebih kompleks, berupa faktor yang menimbulkannya
terutama jika sering berulang pada anak. Diare kronis/ diare yang menetap akan berakhir 14
hari atau lebih lama, karena :
a. Gangguan bakteri jamur dan parasite
b. Malarbsorbsi kalori dan lemak
c. Gejala-gejala sisa karena cidera usus oleh setiap enteropatogen pasca infeksi akut.
13
4. Macam-macam Diare
Berdasarkan klasifikasi dehidrasi WHO, maka dehidrasi dibagi tiga menjadi
dehidrasi ringan, sedang, atau berat.
1. Dehidrasi Ringan (jika penurunan cairan tubuh 5 persen dari berat badan)
Gejala :
a. Muka memerah
b. Rasa sangat haus
c. Kulit kering dan pecah-pecah
d. Volume urine berkurang dengan warna lebih gelap dari biasanya
e. Pusing dan lemah
f. Kram otot terutama pada kaki dan tangan
g. Kelenjar air mata berkurang kelembabannya
h. Sering mengantuk
i. Mulut dan lidah kering dan air liur berkurang
2. Dehidrasi Sedang (jika penurunan cairan tubuh antara 5-10 persen dari berat badan)
Gejala:
a. Gelisah, cengeng
b. Kehausan
c. Mata cekung
d. Kulit keriput, misalnya kita cubit kulit dinding perut, kulit tidak segera kembali ke
posisi semula.
e. Tekanan darah menurun
f. Pingsan
g. Kontraksi kuat pada otot lengan, kaki, perut, dan punggung
h. Kejang
i. Perut kembung
j. Gagal jantung
k. Ubun-ubun cekung
l. Denyut nadi cepat dan lemah
3. Dehidrasi berat (jika penurunan cairan tubuh lebih dari 10 persen dari berat badan)
Gejala:
a. Berak cair terus-menerus
b. Muntah terus-menerus
c. Kesadaran menurun, lemas luar biasa dan terus mengantuk
d. Tidak bisa minum, tidak mau makan
e. Mata cekung, bibir kering dan biru
f. Cubitan kulit baru kembali setelah lebih dari 2 detik
g. Kesadaran berkurang
h. Tidak buang air kecil
i. Tangan dan kaki menjadi dingin dan lembab
j. Denyut nadi semakin cepat dan lemah hingga tidak teraba
k. Tekanan darah menurun drastis hingga tidak dapat diukur
l. Ujung kuku, mulut, dan lidah berwarna kebiruan
m. Tidak kencing 6 jam atau lebih/frekuensi buang air kecil berkurang/kurang dari 6
popok/hari.
n. Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
14
5. Patogenesis
1. Gangguan Osmotic
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
2. Gangguan Sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan reaksi sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul
diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
3. Gangguan Motilitas Usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik menurun akan
mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan selanjutnya akan timbul diare juga.
4. Patogenesis Diare Kronis
Lebih kompleks dan faktor yang menimbulkan ialah inflasi bakteri, parasit,
malarbsorbsi, malnutrisi, dll.
6. Patofisiologi
8. Komplikasi Diare
15
Komplikasi diare adalah dehidrasi yaitu kekurangan cairan. Terdapat 3 keadaan
akibat dehidrasi, yaitu:
1. Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan <5% Berat Badan). Tandanya anak tetap aktif,
keinginan untuk minum seperti biasa karena rasa haus tidak meningkat, kelopak mata
tidak cekung, buang air kecil (BAK) sering.
2. Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% Berat Badan). Tandanya anak
gelisah atau rewel, anak ingin minum terus karena rasa haus meningkat, kelopak mata
cekung, BAK mulai berkurang.
3. Dehidrasi berat (kehilangan cairan >10% Berat Badan). Tandanya anak lemas atau
tidak sabar, tidak dapat minum, kelopak mata sangat cekung, pada uji cubit kulit kembali
lebih dari 2 detik. Agar lebih mudah gunakan kulit perut.
Untuk menilai kondisi dehidrasi pada anak ada 4 parameter yang bisa digunakan yaitu
aktivitas, rasa haus, kelopak mata, buang air kecil, dan uji turgor atau uji cubit. Lihat
kelopak mata anak, apakah cekung atau tidak. Anak harus kencing dalam waktu 6-8 jam,
jika lebih dari 8 jam tidak kencing maka dehidrasi ringan. Untuk anak yang lebih besar
batas kencingnya 12 jam. Uji cubit paling gampang dilakukan pada kulit perut, kulit
harus kembali dalam 2 detik.
9. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Tinja : Mikroskopis dan makroskopis, pH dan kadar gula jika diduga
ada intoleransi gula (sugar intolerance). Biarkan kuman untuk mencari kuman penyebab dan
uji resistensinya terhadap berbagai antibiotika (pada diare persisten).
2. Pemeriksaan Darah : Darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit
(terutama Na, K, Ca dan P serum pada diare yang disertai kejang).
3. Pemeriksaan kadar ureum dan klanin darah untuk mengetahui faal ginjal
4. Cuodenal incubation, untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif terutama
pada diare kronik.
10. Tatalaksana
Diare adalah mekanisme tubuh mengeluarkan racun, bakteri, virus. Anak-anak tidak
boleh dihentikan diarenya, karena menghambat pergerakan usus. Seolah-olah diarenya
berhenti tapi di dalam masih berlangsung. Efek sampingnya usus lecet.
Terapi yang dilakukan yaitu :
a. Terusakan pemberian ASI jika anak masih menyusu pada ibunya, diperbanyak
kuantitas dan frekuensi pemberiannya.
16
b. Rehidrasi. Berikan cairan lebih dari biasanya. Berikan cairan rehidrasi oral khusus
anak (oralit anak) yang mengandung elektrolit untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Anak
yang diare jangan hanya diberi air saja, sebaiknya diberikan cairan yang mengandung
elektrolit (natrium, kalium) dan kalori. Jangan menggunakan oralit dewasa, karena
osmolaritasnya lebih tinggi. Pada tahun 2004 WHO bersama UNICEF mengumumkan
kesepakatan mengubah penggunaan cairan rehidrasi oral yang lama menjadi cairan rehidrasi
oral yang memiliki osmolaritas rendah (hipoosmolar). Oralit dewasa bisa digunakan asalkan
dincerkan 2x, misal yang harusnya 1 sachet untuk 200 ml, maka dibuat 1 sachet untuk 400
ml.
17
d. Anak jangan dipuasakan. Makanan harus tetap diberikan tapi hindari sayuran karena
serat susah dicerna sehingga bisa meningkatkan frekuensi diarenya. Buah-buahan juga
dihindari kecuali pisang dan apel karena mengandung kaolin, pektin, kalium yang berfungsi
memadatkan tinja serta menyerap racun.
e. Obat yang boleh diberikan yaitu biakan bakteri hidup seperti lactobacillus.
Contohnya Lacto-B, Lacto Bio, Protezin, dll.
f. Karena penyebab tersering adalah virus, maka tidak diperlukan antibiotik kecuali
pada kasus yang terbukti ada infeksi bakteri misalnya penyakit kolera yang
disebabkan Vibrio cholerae, penyakit disentri yang disebabkan bakteri atau amuba dengan
ciri-ciri fesesnya bau sekali, ada lendir, darah, anaknya merasa sakit sekali saat mau BAB.
Untuk membuktikan infeksi bakteri dilakukan dengan pemeriksaan feses rutin. Antibiotik
yang digunakan harus berdasarkan resep dokter dan harus dihabiskan untuk mencegah
terjadinya resistensi bakteri terhadap antibiotik tersebut!
18
DAFTAR PUSTAKA
Ball Jane dan Bindler Ruth, Pediatric Nursing, Appleton and Lange, 1995.
Barnard Scipien Chard Howe, Pediatric Nursing Care, The C.V. Mosby Company,
1993.
.H. Markum, 1991, Buku Ajar Kesehatan Anak, jilid I, Penerbit FKUI
(http://helwatinnajwa93.blogspot.com/2012/03/makalah-penyakit-diare.html)
diakses pada 17 Oktober 2014
(http://rizkiauliarahmawati2012.blogspot.com/2013/10/makalah-diare.html) diakses
pada 17 oktober 2014
19