Pembimbing:
dr. Oktadoni Saputra, MMedEd, M.Sc., Sp.A
dr. Ismi Citra Ismail, Sp.A(K)
KELOMPOK 5
Aulia Fasya
Gusti Agung Putu Yogy Veda A
Karunia Santi
Muhammad Yusha Akbar
Nabilah Amirah Salsabila
2 tahun SMRS pasien memiliki riwayat benjolan pada leher kanan. Benjolan
semakin lama semakin membesar dan tidak nyeri. 4 bulan lalu, benjolan
pecah dan keluar cairan berwarna putih. Dalam kurun waktu 2 bulan terakhir,
pasien lemas dan terlihat pucat. Lalu pasien dan keluarga memutuskan
berobat ke RS Bhayangkara dan disana dikatakan pasien curiga terkena TB.
Lalu pasien diarahkan untuk ke puskesmas dan memeriksakan dahaknya.
Karena pasien tidak batuk, keluarga menunggu hingga pasien batuk dan
mengeluarkan dahaknya sampai 1 bulan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat Kehamilan
Ibu G3P2A0, hamil saat berusia 33 tahun. Ibu rutin ANC tiap bulannya, vaksin TT
2 kali. Riwayat mengalami sakit atau mendapatkan perawatan di fasyankes selama
kehamilan disangkal.
Riwayat Persalinan
Bayi lahir spontan pervaginam pada 27 juli 2007, cukup bulan, langsung menangis,
kemerahan dan bergerak aktif. Berat badan lahir: 3300 gram panjang badan
lahir: 48 cm
Riwayat Imunisasi
BCG : 1 kali (0)
DPT : 3 kali (2,3,4)
Campak : 1 kali (9)
Hepatitis : 4 kali, (0,2,3,4)
Polio : 4 kali (0,2,3,4)
Booster
Campak : 18 bulan
Kesimpulan : Imunisasi sesuai rekomendasi pemerintah lengkap.
Riwayat Makan
Riwayat Lingkungan
Ventilasi rumah hanya di depan rumah dan pintu belakang, pencahayaan kurang.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit berat
Tingkat kesadaran : Somnolen (E4V2M5)
Heart Rate
SpO2
118x/menit
98%
BB/U : Persentil 5
P S D
50t 108 64
h
90t 121 78
Tekanan darah : 110/55 mmHg
h
Sistol : P 50-90
Diastol : P <50
95t 125 82
Interpretasi : Tekanan darah Normal
h
99t 132 89
h
Pemeriksaan Fisik
Kepala : Normocephal, benjolan (-), tidak tampak jejas
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), nistagmus (-/-), pupil isokor, refleks cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi (-), deformitas (-), sekret (-/-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : sianosis (-)
Leher : pembesaran KGB (-), tampak jejas sikatrik
Thorax:
I : Normothorak, pergerakan nafas simetris, retraksi intercostal (-)
P: Fremitus taktil simetris
P: Sonor
A: Rhonki (+/+), BJ I dan BJ II dbn, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
I: Datar, lesi (-)
A: BU (+) 6x/m
P: Timpani seluruh lapang abdomen
P: Massa (-), nyeri (-), organomegali (-)
• Ekstremitas superior : Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
• Ekstremitas inferior: Akral hangat, sianosis (-/-), edema (-/-), CRT < 2 detik
☺
Pemeriksaan
Fisik
Status Generalis
Pemeriksaan motorik
• Kekuatan : sulit dinilai
• Gerakan : Terbatas di keempat ekstremitas
• Tonus : normotonus
• Klonus : (+/+)
Pemeriksaan Sensorik
• Anastesi : sulit dinilai
• Hipoestesi : sulit dinilai
☺
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Motorik
1
☺
Pemeriksaan
Fisik
Status Generalis
Rangsang Meningeal
• Kaku kuduk : (+)
• Lasseque sign : (-)
• Kernig sign : (+)
• Brudzinski I : (-)
• Brudzinksi II : (-)
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnostic Meningoensefalitis TB
• Ceftriaxone 2 gr/12 jam
• Phenitoin 100 mg/12 jam
• Dexamethasone 5 mg/ 6 jam
Therapy • Ranitidin 40mg/12 jam
• Isoniazid 300 mg
• Rifampicin 600 mg
• Pirazinamid 1200 mg
• Etambutol 800 mg
Manifestasi infeksi TB di susunan saraf pusat (SSP) secara patologi dapat berupa gejala :
Negara berkembang : herpes simplex type-1 (HSV-1), virus gondok, enterovirus, herpes zooster, adenovirus dan virus Epstein –Barr
Tatalaksana
Tuberkulosis paru dan ekstraparu ditatalaksana dengan regimen antituberkulosis
yang sama yaitu rifampisin, isoniazid, pirazinamid, etambutol selama 2 bulan
fase intensif dan rifampisin, isoniazid selama 10 bulan fase lanjutan
(2RHZE/10RH).
Para ahli merekomendasikan pemberian terapi obat anti tuberkulosis pada meningitis
tuberkulosis selama minimal 9 sampai 12 bulan. WHO dan PDPI
mengklasifikasikan meningitis tuberkulsosis ke dalam kategori I terapi tuberkulosis.
Dosis OAT pada anak anak
Obat Dosis
skoring tuberkulosis pada anak didapatkan bernilai 4, yaitu ditemukannya kontak Tb berdasarkan
laporan keluarga, demam yang tidak diketahui penyebabnya dan gambaran thoraks paru sugestif TB milier.
Skoring <6 , berdarkan alur diagnosis TB Paru anak TB anak klinis (Kemenkes,2016)
Pada pemeriksaan fisik ditemukannya kaku kuduk, kernig sign dan klonus.
Lalu pada pemeriksaan radiologis ditemukan inflamasi pada parenkim
otak (cerebritis) dan ventrikulomegaly.
Penurunan kejang
kesadaran
Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan Pada pemeriksaan ct scan
didapatkan hasil LED rontgen thorax didapatkan didapakan kesan cerebritis
meningkat, limfosit, segmen kesan tb milier
dan monosit menurun
•gambaran tuberkel halus
•mengalami peradangan (millii) yang tersebar • infeksi system saraf
salah satu penyebabnya merata di seluruh pusat dengan M.
bisa karena infeksi lapangan paru sesuai tuberculosis terjadi
(Rahmah, 2016) gambaran tb milier yang leptomeningitis eksudatif
merupakan tanda bahwa basal atau dalam bentuk
sudah terjadi penyebaran lokal seperti tuberkuloma,
secara hematogen ke abses, atau cerebritis
seluruh tubuh (Anja, 2014).
(Kowalak,2011).
•Adanya TB milier
meningkatkan kecurigaan
diseminasi ke
intracranial.
Terapi OAT sudah sesuai dengan petunjuk teknis manajemen dan tatalaksana TB anak 2016, dosis harian OAT pada
anak adalah isoniazid 7-15 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari; rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari;
pirazinamid 30-40 mg/kgBB, maksimum 2000 mg/hari; etambutol 15-25 mg/kgBB/hari, maksimum 1000 mg/hari
(Kemenkes, 2016).
diberikan dexamethasone dengan dosis 5 mg/ 6 jam. Hal ini dikarenakan pemberian kortikosteroid dapat
menekan respons inflamasi dalam ruang subaraknoid sehingga mengurangi risiko edema serebral, peningkatan
tekanan intrakrania, gangguan aliran darah otak, vaskulitis, dan cedera neuron (Cresswell, 2020)
Terapi suportif diberikan
berupa O2 nasal kanul,
ranitidin 40mg/12 jam, vitamin
B complex 1x10 mg.
Pemberian ranitidin
dikarenakan pasien dalam • Selain itu, obat
kondisi stres akibat penyakit pirazinamid, rifampicin
dan isoniazid memiliki
Meningitis TB yang dapat
efek samping mual
meningkatkan produksi asam muntah yang dapat
lambung, sehingga pasien dicegah menggunakan
diberikan ranitidin 40 mg pemberian ranitidin.
injeksi setiap 12 jam.
Terimakasih