Oleh:
Muhammad Hilmi Syafruddin G992108048
Oleh:
Muhammad Hilmi Syafruddin G992108048
Dosen Pembimbing
Thorax :
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 & S2 reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Pulmo
Inspeksi : Normochest, simetris kanan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri, nyeri tekan
(-) massa (-)
Perkusi : Sonor/sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, RBH (-/-), RBK (-/-), w
heezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding dada, petechi
ae (-), jejas (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan suprapubik (-), nyeri ketok ginjal (-
/-), hepatomegali (-), splenomegali (-), rovsing sign (-), psoas si
gn (-), obturator sign (-), turgor kulit kembali cepat.
H. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium Darah (6/03/2032)
Kesan : Terjadi penurunan kadar gula darah sewaktu, serta kadar kalium yang
menurun
I. Assesment
Hipoglikemia
DM tipe II
Hipokalemia
J. Tatalaksana
o Terapi
Stop obat DM sementara
Inf D5 40% 20tpm
Jika GDS <100 inj D40 3 fl
KSR 3x 1
o Plan Pemeriksaan
HbA1c
o Monitoring
Evaluasi KUVS/8 Jam
Evaluasi GDS/ 15 menit
K. Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan pria berusia 77 tahun datang ke IGD RS UNS
mengeluhkan pusing nggliyer sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluhkan semakin hari semakin
lemas, hingga pasien merasa sulit untuk beraktivitas dan memutuskan untuk ke IGD. Pasien
mengaku keluhan yang dirasa saat ini juga disertai lemas. Selain itu pasien juga mengeluhkan
tidak nafsu makan selama kurang lebih 1 minggu SMRS.
Awalnya pasien merasa nafsu makan menurun selama 1 minggu ini, lalu pasien meng
eluhkan lemas kemudian pasien mengeluhkan pusing nggliyer pada 3 hari SMRS, hingga pas
ien merasa sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga pasien dan keluarga memutu
skan untuk datang ke IGD RS UNS.
Pasien saat ini juga sudah terdiagnosis diabetes lebih dari 10 tahun yang lalu, dan saat
ini juga rutin untuk kontrol ke poliklinik penyakit dalam di RS UNS dan diberikan obat rutina
n glimepirid 1x4 mg, metformin 3x500 mg, avodart 1x1, harnal 1x0,4 mg. 1 Minggu yang lal
u, oleh karena gula darah belum mencapai target, maka pasien diberikan tambahan obat galv
us 2x1.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di bangsal pasien merasa masih lemas dan keluhan p
using berkurang, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien tidak ditemukan adan
ya kelainan.
Pada pemeriksaan gula darah sewaktu pasien adalah 68 mg/dl dibawah harga normal
gula darah sewaktu yaitu 70 – 140 mg/dl, hal ini bisa disebabkan karena pasien mengalami pe
nurunan nafsu makan kurang lebih selama 1 minggu, serta penambahan obat galvus yang
digunakan untuk mencapai target gula darah pada pasien,
Pasien juga mengalami hipokalemia yang disebabkan karena kurangnya “intake”
makanan, karena nafsu makan pasien selama kurang lebih 1 minggu terakhir mengalami
penurunan nafsu makan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
peningkatan gula dalam darah disebabkan kelainan sekresi insulin, kerja dari
insulin ataupun bisa disebabkan karena keduanya (Perkeni, 2021)
B. Etiologi
Pada pulau Langerhans di pankreas, ada dua subkelas utama sel
endokrin yaitu: sel beta penghasil insulin dan sel alfa yang mensekresi
glukagon. Sel beta dan alfa lalu akan mengubah tingkat sekresi hormon
mereka berdasarkan lingkungan glukosa sekitar. Tanpa keseimbangan antara
insulin dan glukagon, kadar glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kasus ini,
insulin tidak ada dan/atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin),
dan dengan demikian terjadi hiperglikemia. (Sapra A., et al, 2022)
Pada kasus DM tipe I terjadi destruksi sel beta pada pancreas yang
disebabkan karena penyakit autoimun, yang pada akhirnya menyebabkan kadar
insulin menjadi rendah atau bahkan bisa tidak ada kadar insulin dalam tubuh
(Sapra A., et al, 2022).
Kasus DM tipe II memiliki onset yang lebih tersembunyi, di mana
terdapat kadar insulin dan sensitivitas hormon insulin yang tidak seimbang,
menyebabkan defisit fungsi hormon tersebut. Banyak factor yang dapat
menyebabkan resistensi insulin, tetapi biasanya muncul karena obesitas dan
penuaan(Sapra A., et al, 2022).
C. Epidemiologi
Secara global, 1 dari 11 orang dewasa menderita DM (90% menderita
DMT2). Timbulnya DMT1 secara bertahap meningkat sejak lahir dan
memuncak pada usia 4 sampai 6 tahun dan kemudian lagi dari 10 sampai 14
tahun. Sekitar 45% anak hadir sebelum usia sepuluh tahun. Prevalensi pada
orang di bawah usia 20 adalah sekitar 2,3 per 1000 (Goyal R., et al 2023)
Sementara sebagian besar penyakit autoimun lebih sering terjadi pada
wanita, tidak ada perbedaan gender yang jelas dalam kejadian DMT1 masa
kanak-kanak. Pada beberapa populasi, seperti pada laki-laki yang lebih tua
asal Eropa (lebih dari 13 tahun), mereka lebih mungkin mengembangkan
DMT1 dibandingkan dengan perempuan (rasio laki-laki dan perempuan 3:2)
(Goyal R., et al 2023).
D. Patofisiologi
Resistensi insulin oleh karena kadar asam lemak yang berlebihan dan
sitokin proinflamasi, mengakibatkan gangguan perpindahan gula dan
meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada respon atau produksi insulin
yang kurang mencukupi, respon dari tubuh adalah dengan meningkatkan
glukagon secara tidak tepat, sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap
hiperglikemia. Sementara resistensi insulin adalah komponen dari DMT2,
penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang tidak
memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin mereka. (Sapra A., et al,
2022)
E. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI pada tahun 2021 terdapat pada
table berikut:
G. Tatalaksana
Edukasi diabetes dan keterlibatan pasien sangat penting dalam manajemen.
Pasien memiliki hasil yang lebih baik jika mereka dapat mengatur diet mereka
(karbohidrat dan pembatasan kalori secara keseluruhan), berolahraga secara
teratur (lebih dari 150 menit setiap minggu), dan memantau glukosa secara
mandiri. (Sapra A., et al, 2022)
Tatalaksana untuk pasien diabetes adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
dari penderitau, penatalaksanaan meliputi :