Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 77 TAHUN DENGAN HIPOGLIKEMIA, DM TIPE II DAN


HIPOKALEMIA

Oleh:
Muhammad Hilmi Syafruddin G992108048

Dosen Pembimbing Residen Pembimbing

Dr. Laily Shofiyah, M.Kes., Sp.PK. dr. Rizqi Karima Putri

BAGIAN PATOLOGI KLINIK


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan Kasus Stase Patologi Klinik dengan judul:

SEORANG LAKI-LAKI 77 TAHUN DENGAN HIPOGLIKEMIA, DM TIPE II DAN


HIPOKALEMIA

Oleh:
Muhammad Hilmi Syafruddin G992108048

Telah disetujui untuk dipresentasikan pada,


hari/tanggal: Kamis, 20 April 2023

Dosen Pembimbing

dr. Laily Shofiyah, M.Kes., Sp.PK.


BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas
o Nama : Tn. Y
o Usia : 77 tahun
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Status : Sudah menikah
o Alamat : Kartasura, Sukoharjo
o Tanggal Periksa : 07/03/23
o No.RM : 0005xxxx
B. Keluhan Utama
o Pusing nggliyer 3 hari SMRS
C. Riwayat Penyakit Sekarang
o Pasien mengeluhkan pusing nggliyer sejak 3 hari SMRS. Keluhan lemas dira
sakan semakin hari semakin lemas, hingga pasien merasa sulit untuk beraktiv
itas dan memutuskan untuk ke IGD. Pasien mengaku keluhan disertai lemas.
Pasien tidak mengeluhkan keluhan demam (-), keringat dingin (-), tremor (-),
pandangan kabur (-), mual muntah (-), BAB cair (-), sesak (-), batuk (-). Nam
un selama 1 minggu ini pasien mengeluhkan tidak nafsu makan.
o Pasien memiliki riwayat gula darah tinggi dan rutin kontrol ke poli penyakit da
lam RS UNS dan diberikan obat rutinan glimepirid 1x4 mg, metformin 3x500
mg, avodart 1x1, harnal 1x0,4 mg. 1 Minggu yang lalu, oleh karena gula darah
belum mencapai target, maka pasien diberikan tambahan obat galvus 2x1.
D. Riwayat Penyakit Dahulu
o Riw keluhan serupa : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat diabetes : (+) diakui
o Riwayat hipertensi : disangkal
o Riwayat stroke : disangkal
o Riwayat peny. jantung : disangkal
o Riwayat peny. paru : disangkal
o Riwayat peny. ginjal : disangkal
o Riwayat keganasan : disangkal
o Riwayat mondok : disangkal
o Riwayat operasi : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat keluhan serupa : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat diabetes : diakui
o Riwayat hipertensi : diakui
o Riwayat stroke : disangkal
o Riwayat peny. jantung : disangkal
o Riwayat peny. paru : disangkal
o Riwayat maag : disangkal
o Riwayat penyakit ginjal : disangkal
o Riwayat keganasan : disangkal
F. Riwayat Sosial Ekonomi
o Pasien sudah tidak bekerja, pasien merupakaan seorang pensiunan guru
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang, GCS E4V5M6
Vital Sign
 TD : 170/105 mmHg (MAP: 127)
 RR : 20 x/menit
 HR : 70 x/menit, reguler
 Suhu : 36,7oC
 SpO2 : 97% O2 ruang
 Kepala : Normocephal, jejas (-)
 Mata :Mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/), refleks
cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
 Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), mimisan (-) sekret (-/-)
 Mulut :Mukosa kering (-), sianosis (-), perdarahan mukosa (-), pembengkakan
gusi (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), ikterik sublingual (-), atrofi papil lidah (-)
 Leher : peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)

 Thorax :
Cor
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : S1 & S2 reguler, bunyi jantung tambahan (-)
Pulmo
 Inspeksi : Normochest, simetris kanan kiri, retraksi (-)
 Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri, nyeri tekan
(-) massa (-)
 Perkusi : Sonor/sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, RBH (-/-), RBK (-/-), w
heezing (-/-)
 Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding dada, petechi
ae (-), jejas (-), caput medusae (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : supel, nyeri tekan suprapubik (-), nyeri ketok ginjal (-
/-), hepatomegali (-), splenomegali (-), rovsing sign (-), psoas si
gn (-), obturator sign (-), turgor kulit kembali cepat.
H. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium Darah (6/03/2032)
Kesan : Terjadi penurunan kadar gula darah sewaktu, serta kadar kalium yang
menurun

I. Assesment
 Hipoglikemia
 DM tipe II
 Hipokalemia
J. Tatalaksana
o Terapi
 Stop obat DM sementara
 Inf D5 40% 20tpm
 Jika GDS <100 inj D40 3 fl
 KSR 3x 1
o Plan Pemeriksaan
 HbA1c
o Monitoring
 Evaluasi KUVS/8 Jam
 Evaluasi GDS/ 15 menit

K. Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam

BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan pria berusia 77 tahun datang ke IGD RS UNS
mengeluhkan pusing nggliyer sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluhkan semakin hari semakin
lemas, hingga pasien merasa sulit untuk beraktivitas dan memutuskan untuk ke IGD. Pasien
mengaku keluhan yang dirasa saat ini juga disertai lemas. Selain itu pasien juga mengeluhkan
tidak nafsu makan selama kurang lebih 1 minggu SMRS.
Awalnya pasien merasa nafsu makan menurun selama 1 minggu ini, lalu pasien meng
eluhkan lemas kemudian pasien mengeluhkan pusing nggliyer pada 3 hari SMRS, hingga pas
ien merasa sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehingga pasien dan keluarga memutu
skan untuk datang ke IGD RS UNS.
Pasien saat ini juga sudah terdiagnosis diabetes lebih dari 10 tahun yang lalu, dan saat
ini juga rutin untuk kontrol ke poliklinik penyakit dalam di RS UNS dan diberikan obat rutina
n glimepirid 1x4 mg, metformin 3x500 mg, avodart 1x1, harnal 1x0,4 mg. 1 Minggu yang lal
u, oleh karena gula darah belum mencapai target, maka pasien diberikan tambahan obat galv
us 2x1.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di bangsal pasien merasa masih lemas dan keluhan p
using berkurang, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien tidak ditemukan adan
ya kelainan.
Pada pemeriksaan gula darah sewaktu pasien adalah 68 mg/dl dibawah harga normal
gula darah sewaktu yaitu 70 – 140 mg/dl, hal ini bisa disebabkan karena pasien mengalami pe
nurunan nafsu makan kurang lebih selama 1 minggu, serta penambahan obat galvus yang
digunakan untuk mencapai target gula darah pada pasien,
Pasien juga mengalami hipokalemia yang disebabkan karena kurangnya “intake”
makanan, karena nafsu makan pasien selama kurang lebih 1 minggu terakhir mengalami
penurunan nafsu makan.

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang ditandai
peningkatan gula dalam darah disebabkan kelainan sekresi insulin, kerja dari
insulin ataupun bisa disebabkan karena keduanya (Perkeni, 2021)
B. Etiologi
Pada pulau Langerhans di pankreas, ada dua subkelas utama sel
endokrin yaitu: sel beta penghasil insulin dan sel alfa yang mensekresi
glukagon. Sel beta dan alfa lalu akan mengubah tingkat sekresi hormon
mereka berdasarkan lingkungan glukosa sekitar. Tanpa keseimbangan antara
insulin dan glukagon, kadar glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kasus ini,
insulin tidak ada dan/atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin),
dan dengan demikian terjadi hiperglikemia. (Sapra A., et al, 2022)
Pada kasus DM tipe I terjadi destruksi sel beta pada pancreas yang
disebabkan karena penyakit autoimun, yang pada akhirnya menyebabkan kadar
insulin menjadi rendah atau bahkan bisa tidak ada kadar insulin dalam tubuh
(Sapra A., et al, 2022).
Kasus DM tipe II memiliki onset yang lebih tersembunyi, di mana
terdapat kadar insulin dan sensitivitas hormon insulin yang tidak seimbang,
menyebabkan defisit fungsi hormon tersebut. Banyak factor yang dapat
menyebabkan resistensi insulin, tetapi biasanya muncul karena obesitas dan
penuaan(Sapra A., et al, 2022).
C. Epidemiologi
Secara global, 1 dari 11 orang dewasa menderita DM (90% menderita
DMT2). Timbulnya DMT1 secara bertahap meningkat sejak lahir dan
memuncak pada usia 4 sampai 6 tahun dan kemudian lagi dari 10 sampai 14
tahun. Sekitar 45% anak hadir sebelum usia sepuluh tahun. Prevalensi pada
orang di bawah usia 20 adalah sekitar 2,3 per 1000 (Goyal R., et al 2023)
Sementara sebagian besar penyakit autoimun lebih sering terjadi pada
wanita, tidak ada perbedaan gender yang jelas dalam kejadian DMT1 masa
kanak-kanak. Pada beberapa populasi, seperti pada laki-laki yang lebih tua
asal Eropa (lebih dari 13 tahun), mereka lebih mungkin mengembangkan
DMT1 dibandingkan dengan perempuan (rasio laki-laki dan perempuan 3:2)
(Goyal R., et al 2023).

D. Patofisiologi
Resistensi insulin oleh karena kadar asam lemak yang berlebihan dan
sitokin proinflamasi, mengakibatkan gangguan perpindahan gula dan
meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada respon atau produksi insulin
yang kurang mencukupi, respon dari tubuh adalah dengan meningkatkan
glukagon secara tidak tepat, sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap
hiperglikemia. Sementara resistensi insulin adalah komponen dari DMT2,
penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang tidak
memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin mereka. (Sapra A., et al,
2022)
E. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI pada tahun 2021 terdapat pada
table berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Melitus.


F. Diagnosis
Diagnosis DM didasarkan pada tingkat glukosa dalam darah dan
Hba1c. Tes glukosa darah enzim dengan plasma darah vena merupakan
pemeriksaan kadar glukosa dalam darah yang dianjurkan. Berbagai penyakit
yang menimbulkan kecurigaan DM antara lain :

 Keluhan klasik :Poliuria, polidipsi, polifagi serta berat badan


yang menurun tanpa penyebab yang diketahui
 Keluhan lain : tubuh terasa lemas, rasa gatal, pandangan
kabur, serta gangguan ereksi.

Berikut adalah kriteria diagnosis DM menurut PERKENI Tahun 2021.


Tabel 2. Kriteria Diagnosis DM.
Bila hasil tidak normal didapatkan saat pemeriksaan.

 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Glukosa plasma puasa


100 - 125 mg/dL dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <
140 mg/Dl

 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Glukosa plasma 2 - jam


setelah TTGO antara 140 - 199 mg/dL dan glukosa plasma puasa <
100 mg/dL

 Diagnosis prediabetes dapat juga dilihat dari hasil HbA1c pada


angka 5,7 - 6,4% (Perkeni, 2021)..

G. Tatalaksana
Edukasi diabetes dan keterlibatan pasien sangat penting dalam manajemen.
Pasien memiliki hasil yang lebih baik jika mereka dapat mengatur diet mereka
(karbohidrat dan pembatasan kalori secara keseluruhan), berolahraga secara
teratur (lebih dari 150 menit setiap minggu), dan memantau glukosa secara
mandiri. (Sapra A., et al, 2022)
Tatalaksana untuk pasien diabetes adalah untuk meningkatkan kualitas hidup
dari penderitau, penatalaksanaan meliputi :

 Jangka pendek: mengurangi gejala DM, memperbaiki kualitas hidup da


n menurunkan kemungkinan risiko komplikasi akut
 Jangka panjang: antisipasi komplikasi Mikroangiopati maupun Makroa
ngiopati
 Tujuan akhir pengobatan adalah untuk mengurangi morbiditas dan mort
alitas DM (Perkeni, 2021)..

Tatalaksana DM diawali dengan mengubah kebiasaan pasien yaitu


dengan pola hidup sehat dengan terapi nutrisi secara medis serta edukasi
mengenai aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Dapat diikuti obat-obatan anti
hiperglikemia oral maupun suntik (Perkeni, 2021)..
Edukasi pasien untuk memantau gula darah secara mandiri serta
diberikan pelatihan terlebih dahulu (Perkeni, 2021)..

Obat Antihiperglikemia Oral


Menurut bagaimana obat antihiperglikemia oral bekerja, obat ini dibagi
menjadi 6 jenis:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
 Sulfonilurea
Obat ini dapat meningkatkan sekresi insulin dari sel beta di pan
kreas. Contoh obat ini : glibenklamide, glipizide, glimepiride, glukidon
e, dan gliklazide.
 Glinid
Obat ini memiliki berfungsi seperti golongan sulfonilurea
namun berbeda reseptor. Contoh obat ini ada 2 : Repaglinid dan
Nateglinid
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin Sensitizers)
 Metformin
Metformin berfunsi mengurangi glukoneogenesis, dan
memperbaiki pengangkutan glukosa di jaringan perifer.
 Tiazolidinedion
Golongan ini berfungsi mengurangi resistensi insulin dengan
meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga
meningkatkan pengangkutan glukosa di jaringan perifer.
C. Penghambat Alfa Glukosidase
Fungsinya adalah dengan menghalangi aktivitas enzim alfa-
glukosidase di saluran cerna, mencegah penyerapan glukosa di usus
kecil.
D. Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4
Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) merupakan protease serin yang
disebarkan secara luas dengan cara membelah dua asam amino dari pe
ptida yang mengandung alanin atau prolin pada posisi kedua dari N-ter
minus peptida.
E. Penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2
Obat ini berfungsi menghambat proses reabsorpsi glukosa di
tubulus proksimal ginjal dan meningkatkan ekskresi glukosa melalui
urin. (Perkeni, 2021).

Obat Antihiperglikemia Suntik


Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, GLP-1 RA dan kombinasi
insulin dan GLP-1 RA. (Perkeni, 2021)
H. Edukasi
a. Mempromosikan hidup sehat,
b. Edukasi mengenai latihan fisik meliputi intensitas serta durasi
c. Penyulit DM dan risikonya
d. Edukasi hubungan antara makanan, antihiperglikemia oral atau insulin
serta obat-obatan lain.
e. Monitoring gula darah secara mandiri
f. Mengenal gejala dan tatalaksana awal hipoglikemia
g. Edukasi perawatan kaki. (Perkeni, 2021)
DAFTAR PUSTAKA
1. Endokrinologi Indonesia PEDOMAN PENGELOLAAN DAN
PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE, P. (n.d.). PEDOMAN
PENGELOLAAN DAN PENCEGAHAN DIABETES MELITUS TIPE 2
DEWASA DI INDONESIA-2021 PERKENI i Penerbit PB. PERKENI.
2. Sapra A, Bhandari P. Diabetes Mellitus. [Updated 2022 Jun 26]. In: StatPearls
[Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Available fr
om: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551501/.
3. Goyal R, Jialal I. Diabetes Mellitus Type 2. [Updated 2022 Jun 19]. In: StatPe
arls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. Availabl
e from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513253/

Anda mungkin juga menyukai