Anda di halaman 1dari 45

GNAPS

OLEH :

PEMBIMBING :
dr. Sp.A
PENDAHULUAN

Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap


akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis yang
dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan utama
terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.
PENDAHULUAN

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau secara


menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala umum berupa
sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah, biasanya disertai hipertensi.
Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis, dan 10%
berakibat fatal.
LAPORAN KASUS

Nama : An. M
Jenis kelamin : Laki - laki
Umur/Tgl lahir : 15 tahun 14 hari (12 Desember 2016)
Alamat : Teluk Jatidawang Rt 1 Rw 2 Kec Tambak, Kab Gresik
Masuk RS : 26 Oktober 2022
No RM : 828612
IDENTITAS ORANG TUA
Nama Ibu : Ny.A
Umur : 35 Tahun
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Tani
ANAMNESIS
• Keluhan Utama : Penurunan Kesadaran
 Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien rujukan RS Umar Wasud Bawean, Ibu pasien
mengatakan anaknya mengalami penurunan kesadaran sejak 1 hari setelah di infus
pasien sadar, sebelumnya ibu pasien mengatakan anaknya sempat demam sekitar  4
hari , sebelumnya ibu pasien mengatakan anaknya sempat pusing, mual (+), muntah (-),
pada hari senin sekitar 3 hari yang lalu pasien sempat kejang 1x, kejangnya < 5 menit
dan kesadaran menurun. BAK (+) normal, BAB (+) normal, Nafsu makan menurun, ibu
pasien mengatakan badan pasien terasa lemas.
 ± 2 hari SMRS, pasien mengeluh muka sembab, sembab terutama di kedua pipi dan
kelopak mata. Sembab terutama tampak saat bangun tidur pagi hari dan berangsur
menghilang saat siang. Pasien juga mengeluh perutnya menegang, terasa lebih
kencang. BAB tidak ada keluhan. BAK kuning jernih, BAK kecoklatan disangkal.
• Pasien berobat ke poli anak, dan dilakukan pemeriksaan darah dan urin. Pasien kemudian
dirawat.
• Riwayat penyakit dahulu :
•Riwayat pusing dan sembab sebelumnya disangkal.

•Riwayat sakit batuk, pilek dan nyeri tenggorokan disangkal

•Riwayat infeksi kulit disangkal

•Riwayat ruam kupu – kupu di daerah wajah atau ruam di badan disangkal
• Riwayat penyakit keluarga :
•Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
pasien.
•Tidak ada anggota keluarga yang menderita kelainan ginjal

•Kakek pasien menderita Hipertensi

• Riwayat sosial ekonomi :


• Ayah dan ibu pasien bekerja sebagai petani, Penghasilan keluarga rata-
rata per bulan Rp.1.000.000,- menanggung 2 orang anak, biaya
pengobatan ditanggung asuransi kesehatan (ASKES).
•Kesan sosial ekonomi : kurang mampu
• Riwayat pemeliharaan antenatal :

Periksa kehamilan An M tidak rutin setiap bulan dikarenakan terkendala


biaya, penyakit selama kehamilan disangkal, ibu pasien tidak mengkonsumsi
obat-obatan dan vitamin apapun
• Riwayat persalinan.
– Anak pertama, ♀ BBL 2900 gram, cukup bulan, ditolong bidan, normal,
umur 18 tahun, sehat.
– Anak kedua (pasien) ♂ BBL 2600 gram, cukup bulan, ditolong
bidan ,normal , umur 15 tahun 14 hari, lahir langsung menangis dan
tidak biru.

• Riwayat pemeliharaan post natal :


– Periksa di dokter anak untuk dilakukan imunisasi dan kontrol kesehatan.
• Riwayat pertumbuhan dan perkembangan :
•Berat badan umur 1 tahun 8 kg

•Berat badan umur 7th (masuk SD) 20 kg

•Jumlah Gigi susu

•Pasien kelas 3 SMP.

• Riwayat makan dan minum :


– ASI diberikan sejak lahir hingga umur 12 bulan, lama menyusui 5 – 10
menit, setelah selesai menyusu anak tertidur. Sejak umur 6 bulan anak
juga sudah makan nasi tim saring. Umur 1 tahun anak sudah makan –
makanan keluarga
– Anak biasa makan 3x/hari, setiap kali makan 1 piring, diantara waktu
makan anak minum susu.
• Riwayat imunisasi :
•BCG : 1 kali, umur 0 bulan, skar positif.
•Polio : 1 kali, umur 0 bulan.
•Vaksinasi dasar sudah diberikan sesuai umur

• Riwayat keluarga berencana :


•Ibu tidak menggunakan kontrasepsi pil KB.
PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal : 26 Oktober 2022)

Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi baik)


BB ideal 25,5
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital

• Tekanan darah : 180/100 mmHg


• Denyut nadi : 68 x/menit
• Suhu : 36,5o C
• Respirasi : 24 x/menit
Kulit :
• Warna : Kuning langsat
• Turgor : Normal, <2 detik
• Efloresensi : Ruam (-)
• Tonus : Baik
• Sianosis : (-)
• Pigmentasi : (-)
• Oedema : (-)
• Jaringan parut : (-)
• Lapisan lemak : Dalam batas normal
Kepala :
• Bentuk : Normocephal
• Rambut: Hitam, lurus, sulit dicabut
• Mata : Anemis (-), ikterus (-), edema palpebra (-)
• Hidung : Rhinorrhea (-)
• Telinga : Otorrhea (-),
• Mulut : Bibir kering (-), tonsil T2/T2 hiperemis (-)

Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)


Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax
Paru-paru
Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-)
Palpasi : Vokal fremitus (+) kesan normal, massa (-), nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru, batas paru-
hepar SIC VII dextra
Auskultasi : Bunyi vesikular (+/+), Ronkhi (-),
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea
midclavicula sinistra
Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan
jantung SIC V linea parasternal dextra, batas kiri
jantung SIC V linea axilla
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-),
gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Bentuk datar, massa (-), distensi (-),
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal
Perkusi : Pekak hepar(+), shifting dulness (+)
Palpasi : Hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri
tekan (-)
GENITALIA: Normal, tidak ditemukan kelainan
 
ANGGOTA GERAK
Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
DIAGNOSIS
Observasi Konvulsi e.c glomerulonefritis akut post Streptococcal

DIAGNOSIS BANDING
Sindrom Nefrotik
TERAPI
- AFR NGT
- Infus Dextrosa 5 % 250 cc/ 24 jam
- Inj Diazepam 0,3 mg k/p
- Inj. Ceftriaxone 2x250 mg
- Inj. Santagesik 4x250 mg
- inj. Lisinopril 2mg/12 jam
- Spironolakton 1x2 g p.o
FOLLOW UP
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Pemeriksaan darah ( tanggal 26 Oktober 2022 )
ASTO : Negatif
 
2. Pemeriksaan darah ( tanggal 01 November 2022 )
LED : 23 mm/jam
Hemoglobin : 11.00 gram /dl
Leukosit : 14.50 sel/mm3 (4000 – 10.000 sel / mm3)
Hematokrit : 33
Diff.Count : 10/2/0/21/6/33
Trombosit : 352.000 sel/mm3 (150.000 – 450.000)
GDS : 78 mg/dl
3. Pemeriksaan urin : (tanggal 01 November 2022)
Makroskopis
Warna : Kuning
Kejernihan : Keruh
Kimiawi
Protein :-
Reduksi : -
Urobilin : -
Bilirubin : -
Benda Keton : -
Eritrosit : 50 ery/ul
Mikroskopis
Epitel :+
Leukosit : 1-2 / LPB
Eritrosit : 13-15 / LPB
Kesan : leukosituria, hematuria
NO MASALAH AKTIF

1. Krisis Hipertensi
   
2. Glomerulonefritis akut
   
3. Observasi Konvulsi
PEMBAHASAN

Dari kasus An. M, ♂ 15 tahun 14 hari datang dengan keluhan penurunan


kesadaran didapatkan daftar masalah, sebagai berikut :
1. Krisis hipertensi
2. Observasi Konvulsi
3. Glomerulonefritis akut
Krisis Hipertensi

Pada pasien ini, dipikirkan suatu keadaan krisis hipertensi, berdasarkan


keluhan pusing yang terjadi tiba-tiba disertai muntah dan dari pemeriksan fisik
didapatkan tekanan darah 180 /100 mmHg. Sebagaimana yang didefinisikan
dalam literatur, hipertensi dinyatakan sebagai suatu kondisi dimana rerata TDS
dan/atau TDD > persentil 95 menurut jenis kelamin, usia dan tinggi badan pada >
3 kali pengukuran1. Sedangkan krisis hipertensi itu sendiri didefinisikan suatu
kondisi dengan tekanan darah rerata TDS atau TDD >5 mmHg di atas persentil 99
disertai gejala dan tanda klinis1. Dalam literatur lain menyebutkan, krisis hipertensi
bila tekanan sistolik > 180 mmHg dan atau diastolik > 120 mmHg.
Pada pasien ini, didapatkan tekanan darah normal
berdasarkan jenis kelamin, umur, dan persentil tinggi
(penjelasan lihat lampiran 1 dan lampiran 2) yaitu :

• Tekanan sistol 97 – 99 mmHg,

• Tekanan darah diastol : 58 – 59 mmHg.


Pada pasien ini, dipikirkan suatu hipertensi sekunder. Mengingat data yang
terkumpul dari anamnesis bahwa keluhan pusing yang disertai dengan
tekanan darah tinggi baru dialami pertama kali oleh pasien. Disertai dengan
keluhan berupa muka yang menjadi sembab.

Hipertensi primer yang dikaitkan dengan obesitas, dapat disingkirkan


dengan adanya hasil status gizi sebagai berikut :

Status Gizi : BB terukur x 100% = 24 x 100 % = 94,1 % (kesan : gizi


baik)
BB ideal 25,5

 
 

Hipertensi primer dikaitkan dengan resistensi insulin seperti


pada diabetes melitus juga dapat disingkirkan dengan tidak
adanya keluhan khas berupa poliuria, polidipsi, dan polifagi,
serta diperkuat dengan adanya hasil GDS 78 mg/dL.

Sehingga pada pasien ini dipikirkan krisis hipertensi yang terjadi


merupakan suatu hipertensi sekunder.
1. Glomerulonefritis akut
Dipikirkan pasien ini menderita glomerulonefritis akut, yaitu penyakit ginjal
dengan suatu inflamasi dan proliferasi sel Glomerulus3, dikarenakan :
a. Pasien adalah seorang anak laki – laki, usia 7 th 11 bulan.
Glomerulonefritis akut paling sering terjadi pada anak usia sekolah dengan
usia antara 5-8 tahun. Perbandingan anak laki-laki dan anak perempuan 2 : 1.
b. Adanya keluhan berupa muka sembab, perut terasa lebih tegang dan tidak
nyaman, pusing serta adanya hipertensi semakin mengarahkan pada kecurigaan
adanya glomerulonefritis. Dan keadaan ini semakin didukung dengan adanya hasil
laboratorium berupa penurunan kadar Hb (9,8 gr/dL), hematokrit 28% (hemodilusi),
hipoalbuminemia 3,1 gr/dL, proteinuria ++, leukosituria, hematuria mikroskopik.
Diagnosis sindroma nefritik akut dibuat
berdasarkan adanya:
(i) Oliguri,
(ii) Edema
(iii) Hipertensi serta
(iv) Kelainan urinalisis berupa proteinuri kurang dari 2
gram/hari dan hematuri serta silinder eritrosit
Keluaran urine dapat menurun, oliguria serta retensi garam dan air merupakan
faktor penyebab utama edema, kongesti sirkulasi, hipertensi, serta gangguan
elektrolit. Proteinuria dapat bervariasi dari yang ringan hingga rentang nefrotik, ekresi
protein urine biasanya < 1,0 gr/ 24 jam. Beratnya keterlibatan ginjal dapat bervariasi
dari hematuria mikroskopis tidak bergejala dengan fungsi ginjal yang normal sampai
gagal ginjal3.
Hipoalbuminemia ringan sering didapatkan pada GNA karena efek dilusi akibat
penambahan volume intravaskular.
Pada pemeriksaan darah ditemukan anemia ringan normokorm dan
normositer karena retensi natrium dan hemodilusi. Pada sediaan darah tepi
dijumpai sistosit, fragmentasi eritrosit disertai tandatanda mikroangiopati. Laju
endapan darah meninggi walaupun tidak mempunyai arti diagnosis maupun
prognosis4. Jumlah lekosit dan trombosit masih dalam batas normal4.
Penurunan laju filtrasi glomerulus berhubungan dengan penurunan koefisien
ultrafiltrasi glomerulus. Penurunan laju filtrasi glomerulus diikuti penurunan
ekskresi atau kenaikan reabsorbsi natrium sehingga terdapat penimbunan
natrium dengan air selanjutnya akan diikuti kenaikan volume plasma dan volume
cairan ekstraselular sehingga akan timbul gambaran klinis oliguria, hipertensi,
edema dan bendungan sirkulasi4
KESIMPULAN

Glomerunefritis merupakan penyakit perdangan ginjal bilateral.


Glomerulonefritis akut paling lazim terjadi pada anak-anak 5 sampai
10 tahun meskipun orang dewasa muda dan remaja dapat juga
terserang , perbandingan penyakit ini pada pria dan wanita 2:1.

GNA ialah suatu reaksi imunologis pada ginjal terhadap bakteri


atau virus tertentu.Yang sering terjadi ialah akibat infeksi2. tidak semua
infeksi streptokokus akan menjadi glomerulonefritis, hanya beberapa
tipe saja. Timbulnya GNA didahului oleh infeksi ekstra renal, terutama
di traktus respirotorius bagian kulit oleh kuman streptokokus beta
hemolitikus golongan A tipe 12, 4, 16, 25 dan 49. dari tipe tersebut
diatas tipe 12 dan 25 lebih bersifat nefritogen disbanding yang lain.
Mengapa tipe tersebut lebih nefritogen dari pada yang lain tidak di
ketahui.
Gejala-gejala umum yang berkaitan dengan permulaan penyakit
adalah rasa lelah, anoreksia dan kadang demam,sakit kepala, mual,
muntah. Gambaran yang paling sering ditemukan adalah :hematuria,
oliguria,edema,hipertensi.

Tujuan utama dalam penatalaksanaan glomerulonefritis adalah untuk


Meminimalkan kerusakan pada glomerulus, Meminimalkan metabolisme
pada ginjal, Meningkatkan fungsi ginjal.

Tidak ada pengobatan khusus yang mempengaruhi penyembuhan


kelainan glomerulus. Pemberian pinisilin untuk membrantas semua sisa
infeksi,tirah baring selama stadium akut, diet bebas bila terjadi edema
atau gejala gagal jantung dan antihipertensi kalau perlu, sementara
kortikosteroid tidak mempunyai efek pada glomerulofritis akut pasca
infeksi streptokokus.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai