Anda di halaman 1dari 12

Seorang Laki-Laki 77 Tahun dengan Hipoglikemia, DM Tipe II.

BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas
o Nama : Tn. Y
o Usia : 77 tahun
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Status : Sudah menikah
o Alamat : Kartasura, Sukoharjo
o Tanggal Periksa : 07/03/23
o No.RM : 0005xxxx
B. Keluhan Utama
o Pusing nggliyer 3 hari SMRS
C. Riwayat Penyakit Sekarang

D. Riwayat Penyakit Dahulu


o Riw keluhan serupa : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat diabetes : (+) diakui
o Riwayat hipertensi : (+) diakui
o Riwayat stroke : disangkal
o Riwayat peny. jantung : (+) diakui
o Riwayat peny. paru : disangkal
o Riwayat peny. ginjal : disangkal
o Riwayat keganasan : disangkal
o Riwayat mondok : disangkal
o Riwayat operasi : disangkal
E. Riwayat Penyakit Keluarga
o Riwayat keluhan serupa : disangkal
o Riwayat asma : disangkal
o Riwayat alergi : disangkal
o Riwayat diabetes : disangkal
o Riwayat hipertensi : disangkal
o Riwayat stroke : disangkal
o Riwayat peny. jantung : disangkal
o Riwayat peny. paru : disangkal
o Riwayat maag : disangkal
o Riwayat penyakit ginjal : disangkal
o Riwayat keganasan : disangkal
F. Riwayat Sosial Ekonomi
o Pasien sudah tidak bekerja, pasien merupakaan seorang pensiunan
guru
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Sakit sedang, GCS E4V5M6
Vital Sign
 TD : 170/105 mmHg (MAP: 127)
 RR : 20 x/menit
 HR : 70 x/menit, reguler
 Suhu : 36,7oC
 SpO2 : 97% O2 ruang
 Kepala : Normocephal, jejas (-)
 Mata :Mata cowong (-/-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/), refleks cahaya (+/+), pupil isokor (3mm/3mm)
 Hidung : Nafas cuping hidung (-/-), mimisan (-) sekret (-/-)
 Mulut :Mukosa kering (-), sianosis (-), perdarahan mukosa (-), pe
mbengkakan gusi (-), gusi berdarah (-), lidah kotor (-), ikterik sublingual
(-), atrofi papil lidah (-)
 Leher : peningkatan JVP (-), pembesaran KGB (-)

 Thorax :
Cor
 Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
 Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
 Perkusi : Batas jantung normal
 Auskultasi : S1 & S2 reguler, bunyi jantung tam
bahan (-)
Pulmo
 Inspeksi : Normochest, simetris kanan kiri, ret
raksi (-)
 Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri,
nyeri tekan (-) massa (-)
 Perkusi : Sonor/sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : Suara dasar vesikuler, RBH (-/-), R
BK (-/-), wheezing (-/-)

 Abdomen

Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding d
ada, petechiae (-), jejas (-), caput medusae (-)
 Auskultasi : Bising usus (+)
 Perkusi : Timpani
 Palpasi : supel, nyeri tekan suprapubik (-), nyeri ket
ok ginjal (-/-), hepatomegali (-), splenomegali (-), ro
vsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), turg
or kulit kembali cepat.
H. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium Darah
Kesan : Terjadi penurunan kadar gula darah sewaktu, serta kadar
kalium yang menurun

I. Assesment
 Hipoglikemia
 DM tipe II
 Hipokalemia
J. Tatalaksana
o Terapi
 Stop obat DM sementara
 Inf D5 40% 20tpm
 Jika GDS <100 inj D40 3 fl
 KSR 3x 1
o Plan Pemeriksaan
 HbA1c
o Monitoring
 Evaluasi KUVS/8 Jam
 Evaluasi GDS/ 15 menit

K. Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan pria berusia 77 tahun datang ke IGD RS
UNS mengeluhkan pusing nggliyer sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluhkan sema
kin hari semakin lemas, hingga pasien merasa sulit untuk beraktivitas dan memutu
skan untuk ke IGD. Pasien mengaku keluhan yang dirasa saat ini juga disertai lem
as. Selain itu pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan selama kurang lebih 1
minggu SMRS.
Awalnya pasien merasa nafsu makan menurun selama 1 minggu ini, lalu p
asien mengeluhkan lemas kemudian pasien mengeluhkan pusing nggliyer pada 3
hari SMRS, hingga pasien merasa sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehi
ngga pasien dan keluarga memutuskan untuk datang ke IGD RS UNS.
Pasien saat ini juga sudah terdiagnosis diabetes lebih dari 10 tahun yang la
lu, dan saat ini juga rutin untuk kontrol ke poliklinik penyakit dalam di RS UNS d
an diberikan obat rutinan glimepirid 1x4 mg, metformin 3x500 mg, avodart 1x1, h
arnal 1x0,4 mg. 1 Minggu yang lalu, oleh karena gula darah belum mencapai targe
t, maka pasien diberikan tambahan obat galvus 2x1.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di bangsal pasien merasa masih lemas da
n keluhan pusing berkurang, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasie
n tidak ditemukan adanya kelainan.
Pada pemeriksaan gula darah sewaktu pasien adalah 68 mg/dl dibawah har
ga normal gula darah sewaktu yaitu 70 – 140 mg/dl, hal ini bisa disebabkan karen
a pasien mengalami penurunan nafsu makan kurang lebih selama 1 minggu, serta
penambahan obat galvus yang digunakan untuk mencapai target gula darah pada
pasien,
Pasien juga mengalami hipokalemia yang disebabkan karena kurangnya
“intake” makanan, karena nafsu makan pasien selama kurang lebih 1 minggu
terakhir mengalami penurunan nafsu makan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang
ditandai peningkatan gula dalam darah disebabkan kelainan sekresi
insulin, kerja dari insulin ataupun bisa disebabkan karena keduanya
(Perkeni, 2021)
B. Etiologi
Pada pulau Langerhans di pankreas, ada dua subkelas
utama sel endokrin yaitu: sel beta penghasil insulin dan sel alfa
yang mensekresi glukagon. Sel beta dan alfa lalu akan mengubah
tingkat sekresi hormon mereka berdasarkan lingkungan glukosa
sekitar. Tanpa keseimbangan antara insulin dan glukagon, kadar
glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kasus ini, insulin tidak ada
dan/atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin), dan
dengan demikian terjadi hiperglikemia.
Pada kasus DM tipe I terjadi destruksi sel beta pada
pancreas yang disebabkan karena penyakit autoimun, yang pada
akhirnya menyebabkan kadar insulin menjadi rendah atau bahkan
bisa tidak ada kadar insulin dalam tubuh.
Kasus DM tipe II memiliki onset yang lebih tersembunyi,
di mana terdapat kadar insulin dan sensitivitas hormon insulin yang
tidak seimbang, menyebabkan defisit fungsi hormon tersebut.
Banyak factor yang dapat menyebabkan resistensi insulin, tetapi
biasanya muncul karena obesitas dan penuaan.
C. Epidemiologi
Secara global, 1 dari 11 orang dewasa menderita DM (90%
menderita DMT2). Timbulnya DMT1 secara bertahap meningkat
sejak lahir dan memuncak pada usia 4 sampai 6 tahun dan
kemudian lagi dari 10 sampai 14 tahun. Sekitar 45% anak hadir
sebelum usia sepuluh tahun. Prevalensi pada orang di bawah usia
20 adalah sekitar 2,3 per 1000.
Sementara sebagian besar penyakit autoimun lebih sering
terjadi pada wanita, tidak ada perbedaan gender yang jelas dalam
kejadian DMT1 masa kanak-kanak. Pada beberapa populasi,
seperti pada laki-laki yang lebih tua asal Eropa (lebih dari 13
tahun), mereka lebih mungkin mengembangkan DMT1
dibandingkan dengan perempuan (rasio laki-laki dan perempuan
3:2).

D. Patofisiologi
Resistensi insulin oleh karena kadar asam lemak yang
berlebihan dan sitokin proinflamasi, mengakibatkan gangguan
perpindahan gula dan meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada
respon atau produksi insulin yang kurang mencukupi, respon dari
tubuh adalah dengan meningkatkan glukagon secara tidak tepat,
sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap hiperglikemia.
Sementara resistensi insulin adalah komponen dari DMT2,
penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang
tidak memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin mereka.
E. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI pada tahun 2021
terdapat pada table berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Diabetes Melitus.


F. Diagnosis
Diagnosis DM didasarkan pada tingkat glukosa dalam
darah dan Hba1c. Tes glukosa darah enzim dengan plasma darah
vena merupakan pemeriksaan kadar glukosa dalam darah yang
dianjurkan. Berbagai penyakit yang menimbulkan kecurigaan DM
antara lain :

 Keluhan klasik :Poliuria, polidipsi, polifagi serta


berat badan yang menurun tanpa penyebab yang diketahui
 Keluhan lain : tubuh terasa lemas, rasa gatal,
pandangan kabur, serta gangguan ereksi.

Berikut adalah kriteria diagnosis DM menurut PERKENI


Tahun 2021.

Tabel 2. Kriteria Diagnosis DM.


Bila hasil tidak normal didapatkan saat pemeriksaan.
G. Tatalaksana
Edukasi diabetes dan keterlibatan pasien sangat penting dalam
manajemen. Pasien memiliki hasil yang lebih baik jika mereka
dapat mengatur diet mereka (karbohidrat dan pembatasan kalori
secara keseluruhan), berolahraga secara teratur (lebih dari 150 menit
setiap minggu), dan memantau glukosa secara mandiri.
Tatalaksana untuk pasien diabetes adalah untuk meningkatkan
kualitas hidup dari penderitau, penatalaksanaan meliputi :

 Jangka pendek: mengurangi gejala DM, memperbaiki kualit


as hidup dan menurunkan kemungkinan risiko komplikasi ak
ut
 Jangka panjang: antisipasi komplikasi Mikroangiopati
maupun Makroangiopati
 Tujuan akhir pengobatan adalah untuk mengurangi morbidit
as dan mortalitas DM.

Tatalaksana DM diawali dengan mengubah kebiasaan pasien


yaitu dengan pola hidup sehat dengan terapi nutrisi secara medis se
rta edukasi mengenai aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Dapat di
ikuti obat-obatan anti hiperglikemia oral maupun suntik.
Edukasi pasien untuk memantau gula darah secara mandiri
serta diberikan pelatihan terlebih dahulu.

Obat Antihiperglikemia Oral


Menurut bagaimana obat antihiperglikemia oral bekerja, obat ini di
bagi menjadi 6 jenis:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)
 Sulfonilurea
Obat ini dapat meningkatkan sekresi insulin dari sel
beta di pankreas. Contoh obat ini : glibenklamide, glipizide,
glimepiride, glukidone, dan gliklazide.
 Glinid
Obat ini memiliki berfungsi seperti golongan sulfoni
lurea namun berbeda reseptor. Contoh obat ini ada 2 : Repa
glinid dan Nateglinid
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin Sensitizers)
 Metformin
Metformin berfunsi mengurangi glukoneogenesis, d
an memperbaiki pengangkutan glukosa di jaringan perifer.
 Tiazolidinedion
Golongan ini berfungsi mengurangi resistensi insuli
n dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa
sehingga meningkatkan pengangkutan glukosa di jaringan
perifer.
C. Penghambat Alfa Glukosidase
Fungsinya adalah dengan menghalangi aktivitas enz
im alfa-glukosidase di saluran cerna, mencegah penyerapan
glukosa di usus kecil.
D. Penghambat enzim Dipeptidil Peptidase-4
Dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) merupakan protease
serin yang disebarkan secara luas dengan cara membelah du
a asam amino dari peptida yang mengandung alanin atau pr
olin pada posisi kedua dari N-terminus peptida.
E. Penghambat enzim Sodium Glucose co-Transporter 2
Obat ini berfungsi menghambat proses reabsorpsi gl
ukosa di tubulus proksimal ginjal dan meningkatkan ekskre
si glukosa melalui urin.

Obat Antihiperglikemia Suntik


Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, GLP-1 RA dan k
ombinasi insulin dan GLP-1 RA.

H. Edukasi
a. Mempromosikan hidup sehat,
b. Edukasi mengenai latihan fisik meliputi intensitas serta
durasi
c. Penyulit DM dan risikonya
d. Edukasi hubungan antara makanan, antihiperglikemia oral
atau insulin serta obat-obatan lain.
e. Monitoring gula darah secara mandiri
f. Mengenal gejala dan tatalaksana awal hipoglikemia
g. Edukasi perawatan kaki

Anda mungkin juga menyukai