BAB I
PRESENTASI KASUS
A. Identitas
o Nama : Tn. Y
o Usia : 77 tahun
o Jenis Kelamin : Laki-laki
o Status : Sudah menikah
o Alamat : Kartasura, Sukoharjo
o Tanggal Periksa : 07/03/23
o No.RM : 0005xxxx
B. Keluhan Utama
o Pusing nggliyer 3 hari SMRS
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Thorax :
Cor
Inspeksi : Iktus kordis tak tampak
Palpasi : Iktus kordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : S1 & S2 reguler, bunyi jantung tam
bahan (-)
Pulmo
Inspeksi : Normochest, simetris kanan kiri, ret
raksi (-)
Palpasi : Fremitus taktil simetris kanan kiri,
nyeri tekan (-) massa (-)
Perkusi : Sonor/sonor di seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler, RBH (-/-), R
BK (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen sejajar dinding d
ada, petechiae (-), jejas (-), caput medusae (-)
Auskultasi : Bising usus (+)
Perkusi : Timpani
Palpasi : supel, nyeri tekan suprapubik (-), nyeri ket
ok ginjal (-/-), hepatomegali (-), splenomegali (-), ro
vsing sign (-), psoas sign (-), obturator sign (-), turg
or kulit kembali cepat.
H. Pemeriksaan Penunjang
o Pemeriksaan Laboratorium Darah
Kesan : Terjadi penurunan kadar gula darah sewaktu, serta kadar
kalium yang menurun
I. Assesment
Hipoglikemia
DM tipe II
Hipokalemia
J. Tatalaksana
o Terapi
Stop obat DM sementara
Inf D5 40% 20tpm
Jika GDS <100 inj D40 3 fl
KSR 3x 1
o Plan Pemeriksaan
HbA1c
o Monitoring
Evaluasi KUVS/8 Jam
Evaluasi GDS/ 15 menit
K. Prognosis
Ad Vitam : ad Bonam
Ad Functionam : ad Bonam
Ad Sanationam : ad Bonam
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada kasus ini pasien merupakan pria berusia 77 tahun datang ke IGD RS
UNS mengeluhkan pusing nggliyer sejak 3 hari SMRS. Pasien mengeluhkan sema
kin hari semakin lemas, hingga pasien merasa sulit untuk beraktivitas dan memutu
skan untuk ke IGD. Pasien mengaku keluhan yang dirasa saat ini juga disertai lem
as. Selain itu pasien juga mengeluhkan tidak nafsu makan selama kurang lebih 1
minggu SMRS.
Awalnya pasien merasa nafsu makan menurun selama 1 minggu ini, lalu p
asien mengeluhkan lemas kemudian pasien mengeluhkan pusing nggliyer pada 3
hari SMRS, hingga pasien merasa sulit untuk melakukan aktivitas sehari-hari, sehi
ngga pasien dan keluarga memutuskan untuk datang ke IGD RS UNS.
Pasien saat ini juga sudah terdiagnosis diabetes lebih dari 10 tahun yang la
lu, dan saat ini juga rutin untuk kontrol ke poliklinik penyakit dalam di RS UNS d
an diberikan obat rutinan glimepirid 1x4 mg, metformin 3x500 mg, avodart 1x1, h
arnal 1x0,4 mg. 1 Minggu yang lalu, oleh karena gula darah belum mencapai targe
t, maka pasien diberikan tambahan obat galvus 2x1.
Pada saat dilakukan pemeriksaan di bangsal pasien merasa masih lemas da
n keluhan pusing berkurang, dari pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasie
n tidak ditemukan adanya kelainan.
Pada pemeriksaan gula darah sewaktu pasien adalah 68 mg/dl dibawah har
ga normal gula darah sewaktu yaitu 70 – 140 mg/dl, hal ini bisa disebabkan karen
a pasien mengalami penurunan nafsu makan kurang lebih selama 1 minggu, serta
penambahan obat galvus yang digunakan untuk mencapai target gula darah pada
pasien,
Pasien juga mengalami hipokalemia yang disebabkan karena kurangnya
“intake” makanan, karena nafsu makan pasien selama kurang lebih 1 minggu
terakhir mengalami penurunan nafsu makan.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DIABETES MELLITUS
A. Definisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit metabolik yang
ditandai peningkatan gula dalam darah disebabkan kelainan sekresi
insulin, kerja dari insulin ataupun bisa disebabkan karena keduanya
(Perkeni, 2021)
B. Etiologi
Pada pulau Langerhans di pankreas, ada dua subkelas
utama sel endokrin yaitu: sel beta penghasil insulin dan sel alfa
yang mensekresi glukagon. Sel beta dan alfa lalu akan mengubah
tingkat sekresi hormon mereka berdasarkan lingkungan glukosa
sekitar. Tanpa keseimbangan antara insulin dan glukagon, kadar
glukosa menjadi tidak seimbang. Pada kasus ini, insulin tidak ada
dan/atau memiliki aksi yang terganggu (resistensi insulin), dan
dengan demikian terjadi hiperglikemia.
Pada kasus DM tipe I terjadi destruksi sel beta pada
pancreas yang disebabkan karena penyakit autoimun, yang pada
akhirnya menyebabkan kadar insulin menjadi rendah atau bahkan
bisa tidak ada kadar insulin dalam tubuh.
Kasus DM tipe II memiliki onset yang lebih tersembunyi,
di mana terdapat kadar insulin dan sensitivitas hormon insulin yang
tidak seimbang, menyebabkan defisit fungsi hormon tersebut.
Banyak factor yang dapat menyebabkan resistensi insulin, tetapi
biasanya muncul karena obesitas dan penuaan.
C. Epidemiologi
Secara global, 1 dari 11 orang dewasa menderita DM (90%
menderita DMT2). Timbulnya DMT1 secara bertahap meningkat
sejak lahir dan memuncak pada usia 4 sampai 6 tahun dan
kemudian lagi dari 10 sampai 14 tahun. Sekitar 45% anak hadir
sebelum usia sepuluh tahun. Prevalensi pada orang di bawah usia
20 adalah sekitar 2,3 per 1000.
Sementara sebagian besar penyakit autoimun lebih sering
terjadi pada wanita, tidak ada perbedaan gender yang jelas dalam
kejadian DMT1 masa kanak-kanak. Pada beberapa populasi,
seperti pada laki-laki yang lebih tua asal Eropa (lebih dari 13
tahun), mereka lebih mungkin mengembangkan DMT1
dibandingkan dengan perempuan (rasio laki-laki dan perempuan
3:2).
D. Patofisiologi
Resistensi insulin oleh karena kadar asam lemak yang
berlebihan dan sitokin proinflamasi, mengakibatkan gangguan
perpindahan gula dan meningkatkan pemecahan lemak. Karena ada
respon atau produksi insulin yang kurang mencukupi, respon dari
tubuh adalah dengan meningkatkan glukagon secara tidak tepat,
sehingga berkontribusi lebih lanjut terhadap hiperglikemia.
Sementara resistensi insulin adalah komponen dari DMT2,
penyakit ini terjadi ketika pasien memiliki produksi insulin yang
tidak memadai untuk mengkompensasi resistensi insulin mereka.
E. Klasifikasi
Klasifikasi Diabetes Melitus menurut PERKENI pada tahun 2021
terdapat pada table berikut:
H. Edukasi
a. Mempromosikan hidup sehat,
b. Edukasi mengenai latihan fisik meliputi intensitas serta
durasi
c. Penyulit DM dan risikonya
d. Edukasi hubungan antara makanan, antihiperglikemia oral
atau insulin serta obat-obatan lain.
e. Monitoring gula darah secara mandiri
f. Mengenal gejala dan tatalaksana awal hipoglikemia
g. Edukasi perawatan kaki