Pendahuluan
Sindrom wolff parkinson white (WPW) merupakan salah satu abnormalitas irama
jantung (aritmia) yang disebabkan oleh adanya jalur aksesori (berkas Kent). Sindrom
WPW sebagai salah satu sindrom praeksitasi yang menyebabkan jantung berdetak
cepat. Sinyal listrik yang berjalan pada jalur aksesori ini akan menstimulasi ventrikel
untuk berkontraksi sebelum waktunya sehingga menyebabkan takikardi pada jantung.
Sindrom WPW memengaruhi sekitar 0.1 % dan 0,3% dalam populasi. Kasus sindrom
WPW baru terdiagnosa sekitar 4 kasus pada 100.000 populasi di dunia setiap
tahunnya. Kejadian kematian jantung mendadak pada orang dengan sindrom WPW
jarang yaitu sekitar < 0.6 %. Adanya kelainan kongenital maupun genetik sering
dihubungkan pada kasus sindrom WPW termasuk gangguan pada katup jantung yang
diketahui sebagai anomali epstein, prolapse katup mitral, dan hipertrofi
kardiomiopati.
Sindrom WPW mungkin tidak menimbulkan gejala dan dalam beberapa kasus tidak
terdeteksi sehingga perlu dilakukannya elektrokardiografi. Penderita sindrom WPW
biasanya mengalami palpitasi jantung, pusing, dispnea, dan kegelisahan. Henti
jantung dapat ditemukan namun kasusnya jarang. Prognosis sindrom WPW berkaitan
dengan lokasi jalur aksesori serta ketepatan diagnosis.2 Menilik pentingnya kasus
sindrom WPW untuk ditinjau lebih lanjut maka penulis ingin mengevaluasi lebih
lanjut mengenai sindrom WPW dalam student project ini sehingga dapat
mendiagnosis, mencegah dan menangani kasus sindrom WPW sehingga dapat
menurunkan angka kejadian sindrom WPW khususnya di Indonesia.
BAB II
MEDICAL RECORD
I. IDENTITAS
Nama : Tn. C
Tanggal Lahir : 02-10-1990
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Pekerjaan : Wasit
Alamat : Subang
Datang di RS : 28-10-2019
No.MR : 5432xx
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis
- Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
- Kesadaran : Compos Mentis, GCS 15 (E4M6V5)
- Vital Sign
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Nadi : 75x/menit
Respirasi : 24x/menit
Suhu : 36,7oC
SpO2 : 99%
- Kepala : konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), sianosis (-),
reflek pupil (+/+), pupil isokor (+/+) 2mm/2mm, coated
tongue (-)
- Leher : massa (-),pembesaran kelenjar limfe (-)
- Thorax :
Cor
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
o Perkusi : Redup, batas jantung normal
o Auskultasi : BJ I=II ireguler, murmur (-), gallop (-)
Pulmo
o Inspeksi : simetris, retraksi dinding dada (-)
o Palpasi : fremitus dextra et sinistra sama, NT tekan
(-)
o Perkusi : sonor pada kedua hemithorax
o Auskultasi : SDV (+/+), ronki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen :
Inspeksi : Datar
Auskultasi : BU (+) normal
Perkusi : Timpani (+)
Palpasi : Nyeri terkan (+) epigastrium
- Genitalia Eksterna : Tidak dinilai
- Ekstremitas :
Atas : edema -/-, CRT<2s
Bawah : edema -/-, CRT<2s
C. PEMERIKSAAN EEKTROKARDIOGRAM
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (29 Oktober 2019)
No Jenis Pemeriksaaan Hasil Satuan
1 Leukosit 9,30 ribu/µL
2 Eritrosit 3,86 juta/ µL
3 Hemoglobin 11,1 g/dL
4 Hematokrit 32,1 %
5 MCV 83,1 Fl
6 MCH 28,6 Pg
7 MCHC 34,4 g/dL
8 Trombosit 232 ribu/µL
9 Gula Darah Sewaktu 98 mg/dL
10 Natrium 140 mEq/l
11 Kalium 3,9 mEq/l
12 Clorida 104 mg/dL
13 Kalsium 2,3 mg/dL
14 Ureum 15 mg/dL
15 Creatinin 1,1 mg/dL
16 Salmonella typhi O 1/40
17 Salmonella typhi H 1/80
18 Salmonella paratyphi AO 1/40
19 Salmonella paratyphi AH 1/80
20 Kolesterol total 130
21 Kolesterol HDL 38
22 Trigliserida 131
E. DIAGNOSIS:
- Wolff Parkinson White Syndrome
- Ventrikel Fibrilasi
III. FOLLOW UP
A. Senin, 28 Oktober 2019; Pukul 22:00
S Sesak napas (+), nyeri dada (+)
O Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
KU : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis (GCS 15 : E4 V5 M6)
Vital signs
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 84x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,50C
SpO2 : 99%
Kepala
Normocephal, , konjungtiva anemis, tidak ada ikterik. Pupil bulat
isokhor, refleks cahaya (+), coated tongue (-)
Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-), JVP tidak meningkat.
Thoraks
Retraksi (-), fremitus taktil ka=ki, sonor, vesikuler +/+, Rh-/-, Wh -/-,
BJSI-II ireguler, gallops (-), murmur (-)
Abdomen
Datar, BU (+) N, tympani (+), nyeri tekan epigastrium(+), hepar dan
lien tidak teraba
Ekstremitas
Edema (-/-/-/-), akral hangat, CRT <2s
EKG
Vital signs
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Nadi : 75x/menit
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 360C
SpO2 : 99%
EKG
Vital signs
Tekanan darah : 90/60 mmHg
Nadi : 58x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 360C
SpO2 : 99%
Urine: 1,6L/18jam
Diuresis: 1,3cc/kgBB/jam
Balance: +430cc
EKG
Vital signs
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi : 75x/menit
Pernapasan : 20 x/menit
Suhu : 36,10C
SpO2 : 99%
Urine: 4L/24jam
Diuresis: 2,6cc/KgBB/jam
Balance: -2062
EKG
Tn.C 29 tahun, seorang pekerja olah raga datang ke IGD RSUD Subang pada
tanggal 28 Oktober 2019 dengan keluhan utama sesak napas 2 hari SMRS.
Keluhan disertai nyeri dada dan mual. Sebelumnya Os demam 5 hari. Keluhan
serupa 4 bulan lalu dan rutin mengonsumsi trizedon 1x1tablet dan concor 1x1
tablet. Riwayat keluarga ibu meninggal karena penyakit jantung. Riwayat
aktivitas berat.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum tampak sakit sedang kesadaran compos mentis
TD 90/70 mmHg, nadi 75x/menit, pernapasan 28 x/menit, suhu 36oC
Pulmo dalam batas normal
Cor BJ SI-II reguler
Abdomen terdapat nyeri tekan epigastrium
Ekstremitas dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang
Lekosit 9,30 ribu/ul
Hemoglobin 11,1 g/dl
Trombosit 232 ribu/ul
Ureum 15 mg/dl
Creatinin 1,1 mg/dl
GDS 98 mg/dL
Natrium 140 mEq/L
Chlorida 104 mEq/L
Kalsium 2,3 mEq/L
Kalium : 3,9 mEq/L
Salmonella typhi O/H: 1/40;1/80
Kolesterol total: 120
HDL: 38
Trigliserida: 131
V. DIAGNOSIS KERJA
Wolff Parkinson White Syndrome
Ventrikel Fibrilasi
VII. PENATALAKSANAAN
- O2 3LPM
- IVFD RL 60cc/jam
- Miozidine 3x1tab PO
- Omeprazole 1x40mg IV
- Azitromisin 1x500mg PO
- Parasetamol 3x500mg PO
VIII. PROGNOSIS
a. Quo ad vitam : dubia ad bonam
b. Quo ad functionam : dubia ad bonam
c. Quo ad sanactionam : dubia ad bonam
BAB III
ANALISIS KASUS
A. Diagnosis
Anamnesis
Tn.C 29 tahun, seorang pekerja olah raga datang ke IGD RSUD Subang pada
tanggal 28 Oktober 2019 dengan keluhan utama sesak napas 2 hari SMRS.
Keluhan disertai nyeri dada dan mual. Sebelumnya Os demam 5 hari. Keluhan
serupa terjadi pertama kali 4 bulan lalu saat pasien sedang berolahraga hingga
menyebabkan pasien pingsan. Riwayat melakukan aktivitas fisik berat sebagai
pekerja olah raga (atletik).
Pasien dengan sindrom WPW biasanya tanpa gejala akan tetapi pada beberapa
pasien memiliki gejala yang bervariasi tergantung pada usia penderita dan
tingkat keparahan penyakit. Adapun manifestasi klinis yang dapat ditemukan
seperti jantung berdebar, pusing, sinkop, dyspnea, nyeri dada, rasa cemas
berlebih, kesulitan beraktivitas, henti jantung, dan serangan bersifat
mendadak. Pada bayi terdapat beberapa manifestasi yang ditemukan seperti
takipnea, iritabilitas, muka pucat, intoleransi menyusui, demam bersifat
interkuren, dan gagal jantung kongestif. Pada anak-anak terdapat beberapa
manifestasi seperti sakit dada, palpitasi, kesulitan bernapas. Pada pasien
dewasa, terdapat manifestasi klinis berupa jantung yang berdebar-debar dan
menyebabkan kesulitan beraktivitas.
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital terhadap pasien Tn.C tidak ditemukan kelainan.
Pemeriksaan fisik ditemukan denyut jantung ireguler. Sindrom WPW tidak
memiliki pemeriksaan fisik yang spesifik kecuali memiliki gejala gangguan
aritmia dan sebagian besar memiliki temuan pemeriksaan jantung yang
normal. Pemeriksaan fisik pada sindrom WPW yakni adanya resting
tachycardia dengan gejala minimal (seperti jantung berdebar, lemah, dan
pusing), meskipun melebihi denyut jantung cepat. Saat anamnesis pasien
biasanya merasa badannya dingin, berkeringat berlebih, dan juga hipotensi.
Rasa gemercik di paru mungkin dirasakan karena denyut jantung yang cepat
menyebabkan kongesti vaskuler paru sehubungan dengan congestive heart
failure (CHF). Selama SVT, ritmenya tidak bervariasi dengan intensitas yang
konstan sejak suara jantung pertama. Tekanan vena jugularis dapat meningkat,
namun gelombangnya biasanya tetap konstan. Adapun kelainan jantung
seperti kardiomiopati, anomali Ebstein, dan kardiomiopati hipertropik dapat
ditemukan bersamaan dengan sindrom WPW.
Pemeriksaan Elektrokardiografi
Pola klasik EKG pada sindrom WPW yakni adanya pemendekan interval PR
(< 0,12 detik), adanya gelombang delta (penyatuan upstroke pada bagian awal
dari kompleks QRS) (≥ 0.12 detik), pemanjangan kompleks QRS akibat
adanya gelombang delta, adanya abnormalitas segment ST dan gelombang T
akibat abnormalitas repolarisasi, kadang terlihat pseudo infaction pattern
karena gelombang delta negatif menyerupai gelombang Q patologis.
Pemendekan interval PR menunjukkan penurunan waktu dari awal
depolarisasi atrium (gelombang P) sampai awal depolarisasi ventrikel
(gelombang QRS). Kompleks QRS melebar lebih dari 0,1 detik. Tidak seperti
blokade cabang berkas ketika kompleks QRS melebar karena ada
keterlambatan aktivitas ventrikel. Pelebaran kompleks QRS pada sindrom
WPW menggambarkan denyut fusi yakni sebagian miokardium ventrikel yang
diaktivasi melalui jalur konduksi normal tetapi sebagian kecil area
didepolarisasi lebih awal melalui berkas Kent. Daerah kecil miokardium yang
didepolarisasi lebih awal memunculkan gambaran khas berupa garis tanjakan
awal yang kurang jelas dikompleks QRS yang disebut gelombang delta,
terjadinya gelombang delta karena aktivasi dini ventrikular miokardium
dengan konduksi impuls melewati jalur aksesori
Pada umumnya, penyebab kasus sindrom WPW masih belum jelas. Beberapa
studi yang membahas mengenai hal-hal yang dapat menyebabkan sindrom
WPW. Kasus sindrom ini memiliki kaitan yang erat dengan faktor genetik.
Orang yang terlahir dari penderita sindrom WPW akan memiliki risiko tiga
kali lebih tinggi untuk mengalami sindrom ini. Bentuk familial dari kelainan
ini biasanya memiliki pola inherediter autosomal dominan, yang berarti satu
salinan gen yang berubah, cukup dapat menyebabkan terjadinya sindrom ini.
Kemungkinan penyebab yang lainnya adalah adanya mutasi gen PRKAG2.
Gen PRKAG2 memberikan kode dalam pembuatan protein yang merupakan
bagian dari enzim yang disebut AMP-activated protein kinase (AMPK).
Enzim ini merespon kebutuhan energi di dalam sel sehingga hal ini mungkin
dapat terlibat dalam perkembangan jantung sebelum lahir, namun proses ini
masih belum jelas diketahui. Suatu studi menunjukan bahwa ketidaknormalan
aktivitas AMPK berhubungan dengan perubahan regulasi saluran ion tertentu
di jantung. Saluran ini merupakan tempat keluar masuknya atom muatan
positif pada sel otot jantung, yang sangat berperan untuk mempertahankan
ritme normal jantung.
Fibrilasi atrium merupakan salah satu aritmia yang terjadi pada WPW,
meskipun lebih jarang dibanding TSV. Aktivitas atrium yang kacau (frekuensi
hingga 350 – 500 kali / menit) menimbulkan penyebaran konduksi impuls
besarbesaran menuju ventrikel melalui berkas kent dan nodus AV. Nodus AV
tersumbat akibat konduksi impuls yang banyak. Hal ini menimbulkan
frekuensi ventrikel naik hingga 200 kali per menit.
Laboratorium
Tidak ditemukan kelainan temuan laboratorium.
B. Diagnosis Banding
Lown-Ganong-Levine (LGL) Syndrome merupakan sindroman preeksitasi
dari ventrikel jantung yang diakibatkan karena adanya jalur tambahan yang
menyebabkan adanya aktivitas jalur tambahan yang mengakibatkan
komunikasi elektrik abnormal dari atrium ke ventrikel. Gejala dapat berupa
palpitasi, pusing, pingsan, nyeri dada atau rasa tidak nyaman pada dada.
Bundle Branch Block merupakan suatu alterasi dari konduksi ventricular yang
terjadi olah karena adanya proses iskemik atau nekrosis pada jalus konduksi
akibat infark atau perluasan infark yg terjadi. Bundle Branch Block terbagi
atas Right Bundle Branch Block (RBBB) dan Left Bundle Branch Block
(LBBB). Gejala dapat berupa palpitasi, nyeri atau rasa tidak nyaman di dada,
pingsan, dan pusing.
Fibrilasi atrial merupakan takikardi dari supraventikular dengan karakteristik
aktivitas kontraksi atrium serta aktivitas listrik atrium yang tidak
terkoordinasi. Biasanya menyebabkan ventrikel berkontraksi lebih cepat dari
biasanya. Gejalanya dapat berupa palpitasi, sesak nafas, nyeri dada, pusing,
pingsan, ansietas.
C. Penatalaksanaan
Pengobatan Akut WPW
Pengobatan dari atrial fibrilasi (AF) yang berkaitan dengan sindrom WPW
berbeda dengan pada pasien yang memiliki jantung sehat. Prinsip dasar
pengobaan WPW AF adalah untuk memanjangkan periode refrakter dari jalur
aksesoris relatif ke nodus AV. Prompt cardioversion dari pasien WPW dengan
AF direkomendasikan dan merupakan pilihan pengobatan pada pasien yang
tidak stabil. Pengobatan takikardia yang berkaitan dengan WPW sama dengan
mengobati PSVT yaitu fokus kepada menghancurkan siklus transmisi impuls.
Hal ini paling baik dicapai dengan memanjangkan periode refrakter nodus AV
secara temporer dengan obat seperti adenosine. Pada pasien stabil, adenosine
(6 mg rapid IV push; apabila tidak berhasil, 12 mg rapid IV push) merupakan
terapi lini pertama pada takikardia reguler manapun, walaupun kompleksnya
melebar atau menyempit.
Pada pengobatan akut pasien sindrom WPW dengan AF, selain pengobatan
dengan prompt cardioversion terdapat pula pengobatan lainnya, yaitu:
- Apabila AF diobati dengan cara konvensional dengan obat yang
memanjangkan periode refrakter dari nodus AV (contohnya adalah Ca
channel Blocker, β blocker, digoxi), transmisi melalui jalur aksesoris akan
meningkat, sesuai dengan laju ventrikel. Hal ini dapat menimbulkan
konsekuensi berbahaya, kemungkinan menimbukan aritmia yang memburuk
ke VF.
- Procainamide (17 mg/kg IV infusion, tidak lebih dari 50 mg/menit)
menghalangi jalur aksesoris, namun memiliki efek aksesoris yaitu
meningkatkan transmisi melalui nodus AV. Walaupun procainamide bisa
mengontrol laju AF melalui jalur aksesoris, secara potensial ia dapat
membentuk AF konvensional yang berbahaya yang memerlukan pengobatan
lainnya.
Lebih rincinya lagi pada penanganan pasien takikardia yang berkaitan dengan
sindrom WPW harus diperhatikan beberapa hal, yaitu:
a. Ketika pergerakan sirkus (circus movement) hancur, pasien biasanya
mengubahnya menjadi ritme sinus. Perlu dicatat bahwa baik kompleks
QRS yang reguler maupun ireguler membedakan pergerakan sirkus
takikardia (circus movement tachycardia / CMT) dari AF dalam EKG.
b. Apabila kompleks QRS reguler, aritmia dapat diobati dengan
adenosine dengan aman.
c. Apabila kompleks QRS ireguler, aritmia yang ditemui mungkin adalah
AF. Pada kasus ini kardioversi adalah pilihan pengobatannya.
Adenosine harus digunakan dengan hati-hati karena bisa menimbulkan
AF dengan laju ventrikel yang cepat pada pre-eksitasi takikardia.
Penggunaan Ibutilide, procainamide, orflecainide yang mampu
memperlambat konduksi melalui jalur dianjurkan.
Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Penanganan non-farmakologi untuk sindrom WPW adalah elektrofisiologi
(EPS) dengan frekuensi radio (RF) ablasi kateter, manuver vagal,
pembedahan, diet, menghindari aktivitas berat seperti kegiatan olahraga yang
berat. Salah satu penanganan non farmakologi utama terhadap sindrom WPW
adalah elektrofisiologi (EPS) dengan frekuensi radio (RF) ablasi kateter dan
manuver vagal. Elektrofisiologi dengan ablasi merupakan penanganan lini
pertama untuk sindrom WPW simptomatik dan untuk pasien dengan risiko
pekerjaan yang tinggi. Penangan ini telah menggantikan penanganan dengan
pembedahan dan juga sebagian besar penanganan dengan menggunakan obat-
obatan. Namun penanganan ini khusus dapat dilakukan dengan pasien anak-
anak dengan usia yang lebih tua. Sedangkan manuver vagal dapat dilakukan
dengan pasien bayi maupun anak-anak dengan usia yang lebih muda.
D. Prognosis
Prognosis jangka panjang pada sindrom WPW sangat bervariasi. Pasien
dengan sindrom WPW memiliki peningkatan resiko terhadap fibrilasi atrium,
yang dapat menyebabkan fibrilasi ventrikel. Kekambuhan dapat terjadi pada
sindrom WPW simptomatik yang terjadi pada bayi. Pasien dengan sindrom
WPW asimptomatik memiliki prognosis yang lebih baik. Walaupun demikian,
sebagian kecil kasus sindrom WPW yang tidak teratasi dapat mengalami henti
jantung dan kematian mendadak. Salah satu kepustakaan menyebutkan
insiden kematian mendadak sindrom WPW berkisar antara 1-2 /1000 kasus
tiap tahun. Prognosis pasien sindrom WPW baik dengan pemberian sotalol,
TSV menunjukkan perbaikan gejala klinis dan gambaran elektrokardiogram.
Pada pasien yang sudah cukup besar, dapat dilakukan pemeriksaan
elektrofisiologi dan dilanjutkan dengan ablasi pada jaras aksesoris
DAFTAR PUSTAKA
Wren C. Concise guide to pediatric arrhythmias. John Wiley & Sons; 2011. 4. NIH
U.S. National Library of Medicine. Wolff-Parkinson-White Syndrome [Internet].
Genetic Home Reference. 2017 [cited 2017 Apr 17]. Available from:
https://ghr.nlm.nih.gov/condition/meniere-disease#inheritance