Anda di halaman 1dari 13

Judul Laporan: Demam Tifoid

S/

Pasien datang dengan keluhan demam sejak 2 hari smrs. Demam dirasakan naik turun, naik pada sore
menjelan malam hari dan turun ketika menjelang pagi. 1 hari smrs demam masih naik turun dan sudah
diberikan obat tetapi tidak ada perbaikan. Pasien mengatakan kadang nyeri pada perut bagian pusar dan
rasa pahit pada mulut. Pasien tidak merasakan mual dan muntah tetapi nafsu makan berkurang namun
minum masih baik. Tidak ditemukan mual dan muntah. Tidak ditemukan batuk dan sesak. Buang air kecil
tidak ada keluhan. Ibu pasien mengatakan anaknya hanya dirumah saja dan tidak tahu apakah jajan
sembarangan di luar rumah atau tidak. Menurut pasien, pasien kadang sering jajan di luar dan lupa
untuk cuci tangan sebelum makan.

O/

PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos mentis

Tanda – Tanda Vital

Nadi : 100 kali/menit

Pernapasan : 20 kali/menit

Suhu : 36.9 ºC

Status Gizi

Berat Badan : 28 Kg

Tinggi Badan : 125 Cm

Status Generalisata

• Kepala

o Bentuk : Normochepal

o Rambut : Rambut hitam, tipis dan tidak mudah rontok

• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)

• Hidung : PCH (-), Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

• Telinga : Normotia (+/+),Serumen (-/-)

• Mulut : Mukosa bibir lembab, lidah kotor (-), stomatitis (-)

• Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-), tonsil T1:T1


Thorax

o Inspeksi : Bentuk dan gerakan simetris, retraksi intercosta (-)

o Palpasi : Tidak dilakukan

o Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

o Auskultasi :

- Cor BJ I,II murni, reguler, murmur (-), gallop (-)

- Pulmo Vesikuler +/+, Ronkhi -/-, Wheezing -/-

• Abdomen

o Inpeksi : Datar, retraksi epigastrium (-)

o Auskultasi : Bising usus (+)

o Palpasi : Nyeri tekan (+) pada umbilical, turgor kulit kembali cepat, hepar dan lien tidak
ada pembesaran.

o Perkusi : Timpani pada seluruh lapang abdomen.

• Ekstremitas : Akral hangat +/+, CRT < 2 detik, edema tungkai (-/-)

Status Neurologis

• Refleks Meningen :

- Kaku Kuduk (-)

- Kernig Sign (-)

- Brudzunski I (-)

- Brudzunski II (-)

A/

Diagnosa Kerja : Demam Tifoid

Differential Diagnosis : Demam Dengue

P/

Penatalaksanaan

• Infus RL 24 cc/jam

• Cefotaxim 3 x 1 gr iv
• Parasetamol 3 x 300 mg iv

• Gentamisin 1 x 160 mg iv

• Diet makan lunak

Abstraksi Laporan

Demam tifoid merupakan penyakit sistemik yang disebabkan oleh infeksi dan diseminasi bakteri
Salmonella typhi dan/atau Salmonella paratyphi dengan karakteristik berupa demam dan nyeri
abdomen. Infeksi ini melibatkan pembesaran plak Peyer dan limfe nodi mesenterikus. Terdapat 22 juta
kasus demam typhoid di seluruh dunia dengan 200.000 kematian setiap tahunnya. Insidensi tertinggi
dapat dijumpai pada Asia Tenggara dan Asia Selatan (>100 kasus per 100.000 populasi per tahun).
Bakteri penyebab demam typhoid adalah Salmonella typhi dan/atau S. paratyphi. Tatalaksana terdiri
dari non-medikamentosa dan medikamentosa. Nonmedikamentosa terdiri dari Pencegahan
menggunakan vaksin typhoid Ty21a, Diet lunak, Istirahat di rumah hingga pulih sempurna untuk
mempercepat proses penyembuhan. Kemudian terapi medikamentosa terdiri dari antipiretik seperti
paracetamol dapat digunakan untuk memperbaiki kondisi febris pada pasien.Terapi antibiotik
setidaknya harus tetap diberikan selama 5-10 hari setelah demam membaik tanpa antipiretik.

Kata Kunci

Demam tifoid
Judul Laporan: Grave Disease

S/

Pasien perempuan usia 38 tahun mengeluhkan terdapat benjolan di leher kanan ± 1 minggu
sebelum masuk RS. Benjolan berukuran 10 cm dan tidak nyeri saat dipegang. Benjolan
awalnya kecil, membesar seiring pertambahan waktu. Pasien juga mengeluhkan sakit kepala,
jantung berdebar, dan nafsu makan meningkat tetapi berat badan malah menurun.

O/

A. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum :Tampak sakit sedang

Kesadaran :Kompos mentis

Status Gizi

 Berat Badan : 44kg

 Tinggi Badan : 150 cm

 IMT : 20,0 (Ideal)

Tanda - Tanda Vital :

 Tekanan darah : 170/90 mmHg


 Nadi : frekuensi 130 kali/menit dengan regular, teraba kuat angkat.
 Temperature : 36,5oC
 Respiratory rate : 20 kali/menit, regular

Status Generalis

Kepala : Normocephali, Rambut warna hitam, Mudah dicabut(-), Rontok(-)


Mata : Konjungtiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-), eksoftalmus (+/+)

Hidung : PCH (-/-), Sekret (-/-),Epistaksis (-/-)

Telinga : Normotia, Sekret (-/-), darah (-/-)

Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), Stomatitis (-), Lidah kotor (-), Perdarahan
gusi (-)

Leher : Pembesaran tiroid (+), ikut gerakan menelan. Pembesaran KGB (-)

Pulmo

Inspeksi : simetris kanan kiri, retraksi (-)

Palpasi : pergerakkan dinding dada simetris, vokal fremitus teraba sama di


seluruh lapang paru

Perkusi : Sonor di kedua lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis tidak teraba

Perkusi : Batas atas = ICS II linea parasternalis sinistra

Batas kanan = ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri = ICS IV linea midclavicula sinistra

Auskultasi : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)

Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar, massa (-)

Auskultasi : Bising usus (+) normal


Palpasi : Soepel, Nyeri tekan epigastrium (+)

Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

Extremitas: Atas Bawah

Akral : hangat hangat

Edema : -/- -/-

Sianosis : -/- -/-

CRT : <2 detik <2 detik

A/

Grave Disease
Hipertensi
Hipoglikemia

P/

Rencana medikamentosa
- RL 1500cc IVFD
- Dextrose 5% 1000cc IVFD
- Ranitidin 3x1 IV
- Thyrozol 3x10mg tab p.o
- Propanolol 3x10mg tab p.o
- Digoxin 1x0,25mg tab p.o
- Amlodipin 1x10mg tab p.o
- Ramipril 1x5mg tab p.o
- Analsik 3x1 tab p.o
- Cavit D3 2x1 tab p.o

Abstraksi Laporan
Penyakit Graves adalah adalah penyakit autoimun akibat adanya infiltrasi antigen sel T
spesifik terhadap reseptor hormon Thyroid Stimulating Hormone (TSH). Penyakit Graves
merupakan penyebab tersering hipertiroidisme, dengan persentase 60% - 80% dari seluruh kasus
hipertiroidisme. Belum ada data yang menjelaskan prevalensi penyakit Grave secara rinci di
Indonesia, tetapi data Riskesdas tahun 2013 menyebutkan terdapat 700.000 orang terdiagnosis
hipertiroidisme dari 176.689.336 orang penduduk Indonesia berusia >15 tahun. Etiologi Grave's
disease adalah gangguan autoimun yang timbul karena sel limfosit T menjadi sangat sensitif
terhadap antigen reseptor TSH atau Thyroid Stimulating Immunoglobulin (TSI) yang
dipresentasikan di kelenjar tiroid. Gejala-gejala hipertiroidisme dapat berupa manifestasi
hipermetabolisme dan aktifitas simpatis yang berlebihan. Pasien mengeluh lelah, gemetar, tidak
tahan panas, keringat semakin banyak bila panas, kulit lembab, berat badan menurun walaupun
nafsu makan meningkat, palpitasi, takikardi, diare dan kelemahan serta atrofi otot. Penggunaan
indeks Wayne untuk skrining hipertiroidisme, dengan interpretasi bila skor >20 maka
hipertiroidisme. Tatalaksana penyakit Graves bertujun untuk mengontrol keadaan hipertiroidisme.
Penyakit Graves tanpa komplikasi dapat ditatalaksana dengan rawat jalan menggunakan obat antitirod
seperti prophythiouracil (PTU), carbimazole (CBZ), dan metabolit aktifnya metimazole (MMI).
Judul Laporan: Sindrom Nefrotik

S/

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang sejak dirasakan 2 minggu yang lalu.
awalnya hanya sesak nafas dan hilang namun sejak 1 hari terakhir sesak nafas pada pasien
semakin memberat. pasien juga mengeluhkan bengkak pada seluruh tubuh yang dirasakan sejak
2 minggu yang lalu. Bengkak awalnya muncul pada saat bangun tidur hanya pada bagian mata
tetapi lama kelamaan bengkak tersebut sampai ke seluruh tubuh.

O/

A. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum: Tampak sakit sedang
Kesadaran: Kompos mentis
Status Gizi
Berat Badan : 79 kg
Tinggi Badan : 170 cm
IMT : 27,33 (Obesitas)
Tanda - Tanda Vital :
Tekanan darah : 160/100 mmHg
Nadi: frekuensi 100 kali/menit dengan regular, teraba kuat angkat.
Temperatur: 36,9oC
Respiratory rate: 24 kali/menit,

Status Generalis
Kepala : Normocephali, Rambut warna hitam, Mudah dicabut(-), Rontok(-)
Mata : Konjungtiva anemis (-/-),Sklera ikterik (-/-), edema periorbital (+/+)
Hidung : PCH (-/-), Sekret (-/-),Epistaksis (-/-)
Telinga : Normotia, Sekret (-/-), darah (-/-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-), Stomatitis (-),Lidah kotor (-),
Perdarahan gusi (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-)
Pulmo
Inspeksi : Simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
Palpasi : Pergerakkan dinding dada simetris, vokal fremitus teraba sama
di seluruh lapang paru
Perkusi : Sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas atas = ICS II linea parasternalis sinistra
Batas kanan = ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri = ICS IV linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ I & II regular, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, massa (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+),murphy sign (-), Hepatomegali (+)
3 jari di bawah arcus costa, splenomegali (-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)
Extremitas : Atas Bawah
Akral : hangat hangat
Edema : +/+ +/+
Sianosis : -/- -/-
CRT : <2 detik <2 detik

A/

Glomerulopati primer ec
DD/ Sindrom Nefrotik
IgA Nefropati
Hipertensi
CHF
P/

: Rencana medikamentosa
- Furosemid 2x80mg iv
- Spironolakton 1x100mg
- Atorvastatin1x20mg
- Metilprednisolon 1x 62,5mg iv
- Elkana 2x1 tab
- Ramipril 1x5mg tab p.o

Abstraksi Laporan

Sindrom nefrotik (SN) merupakan salah satu gambaran klinik penyakit glomerular yang ditandai
dengan proteinuria masif >3,5 gram/24jam/1.73 m 3 disertai hipoalbuminemia, edema anasarka,
hiperlipidemia, lipiduria dan hiperkoagulabilitas. Perubahan patologis yang mendasari pada
sindrom nefrotik adalah proteinuria, yang disebabkan oleh peningkatan permeabilitas dinding
kapiler glomerolus. Penyebab peningkatan permeabilitas ini tidak diketahui tetapi
dihubungkan dengan hilangnya glikoprotein bermuatan negatif pada dinding kapiler.
Manifestasi klinis yang paling sering ditemukan adalah edema yang menyeluruh dan
terdistribusi mengikuti gaya gravitasi bumi. Edema sering ditemukan dimulai dari
daerah wajah dan kelopak mata pada pagi hari, yang kemudian menghilang, digantikan
oleh edema di daerah pretibial pada sore hari.Pada kasus sindrom nefrotik yang
diketahui untuk pertama kalinya, sebaiknya penderita di rawat di rumah sakit dengan
tujuan untuk mempercepat pemeriksaan dan evaluasi pengaturan diet, penanggulangan
edema, memulai pengobatan steroid, dan edukasi bagi orang tua.

Kata kunci:
Sindrome nefrotik
Judul Laporan: Efusi Pleura dan Ca. Mammae Post Mastektomi
S/
Pasien mengeluhkan sesak nafas sejak 1 minggu yang lalu dan memberat sejak 2 hari.
Keluhan dirasakan terus menerus, mengganggu aktivitas sehari-hari. Keluhan
bertambah berat jika tidur terlentang dan pasien lebih nyaman jika posisi duduk. Selain
itu pasien juga mengeluhkan tangan dan kaki kanan bengkak sejak lebih kurang 1
minggu ini, dan lama baliknya saat ditekan. Pasien mengatakan bahwa pada bulan Mei
2020, pasien dilakukan operasi pengangkatan seluruh payudara kanan di RSUD
Jampang, kemudian dokter spesialis bedah di RSUD Jampang menyarankan pasien
untuk melakukan kemoterapi, tetapi pasien menolak. Pasien sudah beberapa kali
mengalami keluhan sesak nafas. Sebelumnya pada bulan Juli 2020, pasien dilakukan
tindakan Thoracosintesis di RSUD Indramayu. Lalu pada bulan Agustus 2020, pasien
juga dilakukan tindakan Thoracosintesis di RSUD Cirebon.
Awalnya pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil sebesar buah melinjo di
daerah payudara kanan sekitar 1 tahun yang lalu. Benjolan tersebut makin lama makin
membesar, benjolan tidak nyeri. Kemudian pasien berobat ke dokter spesialis bedah di
RSUD Indramayu, lalu dilakukan biopsi.

O/
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Status gizi : Normal, BMI: 25 (BB: 60 kg, TB: 155 cm)
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda-tanda vital : TD: 140/90 mmHg, N: 123 x/m regular, RR: 28 x/m, suhu 36,5
oC, Sp. O2 : 95%

Status Lokalis
Mammae dextra
 Inspeksi :
Bentuk : Mammae dextra (-), bekas post operasi mastektomi total (+)
Permukaan : datar
Kulit : kemerahan (+) kerut +
Areola mammae : Tidak tampak
Papillae mammae : Tidak tampak
 Palpasi :
Permukaan : Mammae (-), tidak teraba benjolan disekitar area bekas operasi
Konsistensi : keras
Suhu Raba : hangat, sama dengan jaringan sekitar
Pergerakan : tidak dilakukan
Massa Tumor : Tidak tampak benjolan disekitar area yang sudah dioperasi

Mammae sinistra
Inspeksi :
Bentuk : Bergelambir
Permukaan : tidak terdapat benjolan
Kulit : warna kecoklatan sesuai area sekitar dengan area papilla mammae yang
berwarna lebih gelap
Areola mammae : pus -, sekret -
Papillae mammae : retraksi (-) , pus (-)
Palpasi :
Permukaan : Kering
Suhu Raba : hangat, sama dengan jaringan sekitar

A/
Diagnosa kerja : Efusi Pleura dextra
Diagnosa sekunder : Ca. Mammae Dextra post mastektomi

P/
tatalaksana IGD:
O2 3 lpm
Injeksi ranitidine amp/12jam
Inkesi ketorolac amp/12jam
Tatalaksana di ruangan:
Pro Thoracosintesis
Rontgen Thorax post tindakan
cefftriaxone 2 x 1 gr (iv)
Ketorolac 2 x 1 (iv)

Abstraksi laporan:
Kanker payudara (Carcinoma mammae) dalam bahasa Inggris disebut breast cancer
merupakan kanker pada jaringan payudara. Berdasarkan Pathological Based
Registration di Indonesia, ca mammae menempati urutan pertama dengan frekuensi
relatif sebesar 18,6%. Angka kejadian ca mammae di Indonesia diperkirakan
12/100.000 wanita. Penyakit ini juga dapat diderita oleh laki-laki dengan frekuensi
sekitar 1%. Lebih dari 80% kasus ca mammae di Indonesia ditemukan pada stadium
lanjut sehingga upaya pengobatan sulit dilakukan. Pemahaman mengenai upaya
pencegahan, diagnosis dini, pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi
yang baik sangat diperlukan agar pelayanan pada penderita dapat dilakukan secara
optimal. Penyebab spesifik ca mammae masih belum diketahui, tetapi terdapat banyak
faktor yang diperkirakan mempunyai pengaruh terhadap terjadinya ca mammae antara
lain faktor reproduksi, penggunaan hormon, riwayat keluarga dan faktor genetik, faktor
umum. Terapi pada kanker payudara harus didahului dengan diagnosa yang lengkap dan
akurat (termasuk penetapan stadium). Diagnosa dan terapi pada kanker payudara
haruslah dilakukan dengan pendekatan secara komprehensif.

Kata kunci:

kanker payudara, ca. mammae

Anda mungkin juga menyukai