Anda di halaman 1dari 48

Nn.

Y usia 20 tahun
S/ pasien datang dengan keluhan muntah sebanyak 4x akibat meminum deterjen 15menit SMRS.

A/ accidental poisoning by and exposure to other and unspecifiedchemicals and noxious substances
O/
kes: CM
TD: 110/70mmHg
HR: 117x/menit
RR: 22x/m
T: 36,5

Mata: conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)


Thorax: simetris, retraksi (-), FT ka=ki, sonor +/+
Paru : ves (+/+), rh (-/-), wh (-/-)
Cor : BJ I/II reguler
Abd : datar, BU (+), perkusi timpani, NT epigastrium (-), supel (+),
Ekstremitas : akral hangat, edem (-/-)

Pasang ngt
-bilas lambung
-IVFD RL 20tpm
-inj. ceftriaxon 1gr/12jam
-inj. ondancentron 4mg/12jam
-inj. ranitidine amp/12jam

KATEGORI PASIEN :
Dewasa
DATA DASAR PASIEN :
Nn. Umi 20 tahun
DIAGNOSIS :
 A91 - Dengue haemorrhagic fever -
TINDAKAN MEDIS :
 MEMASANG INFUS

Ivfd rl XV tpm
-inj.Ceftriaxone 1gr / 12 jam
-inj.Pantoprazole 1 amp / 24 jam
-inj. Ondancentron 1 amp / 12 jam
-paracetamol 3x1

S / pasien datang dengan keluhan demam, demam dirasakan sejak 4 hari yg lalu, pasien merasakan
nyeri kepala, lemas, mual (+) muntah (+), BAB (+), BAK (+).

O/
Td : 100/70
S : 36.0
RR : 20x / menit
N : 90x / menit

Lab :
Leukosit : 2000
Hb : 11.9
Hct : 36.1
Plt : 70.000
IgG : positif
IgM : positif
S. Typi H : 1/80
S. Parathypi A : 1/160
S. Parathypi B (H) : 1/80
S. Parathypi C (H ) : 1/160
UKP

 Penyakit Paru Obstruktif Kronik

I. ANAMNESIS

I. Identitas Pasien
Nama : Tn. H
Umur : 66 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Waytuba
Tanggal Masuk MRS : 23 juli 2020
No RM : 100909
II. Keluhan Utama
Sesak nafas
III. Riwayat Penyakit Sekarang
Penderita datang dengan keluhan sesak nafas yang diderita sejak ± 2 hari sebelum ke RS, sesak
dirasakan semakin memberat dan meningkat, sesak tidak dipengaruhi oleh makanan dan minuman,
biasanya sesak akan sedikit berkurang bila pasien beristirahat. Sesak nafas diikuti dengan keluhan
batuk dan berdahak yang kadang sulit dikeluarkan, dan dahak keluar kadang berwarna putih dan
kadang sedikit hijau, dahak berdarah (-). Batuk dirasakan pasien sudah lama ± 1 tahun lalu, batuk
dirasakan semakin sering, pasien mengalami demam (-), riwayat mual (-), muntah (-), nyeri disekitar
perut (-), lemas (+), BAK dan BAB normal.
Pasien mempunyai riwayat merokok (+) selama lebih dari 20th yang lalu 1bungkus perhari dan
sekarang sesekali masih merokok.

IV. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat DM : disangkal
Riwayat hipertensi :+
Riwayat sakit jantung : disangkal
Riwayat minum OAT (obat TB) : disangkal
V. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat Jantung : disangkal
VI. Riwayat Penularan Covid
Riwayat Perjalanan :-
Riwayat Kontak beresiko :-
VII. Keadaan Sosial Ekonomi
Pasien seorang wiraswasta (pedagang sembako), tinggal bersama istri dan anaknya. Pasien berobat
dengan menggunakan BPJS.

Objektif
I. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum: Sakit sedang, Compos mentis
B. GCS : E4V5M6
C. Tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 92 x/menit, ireguler, kuat angkat (+)
Pernapasan : 28 x/menit
Suhu : 36,5° C
BB : 60 Kg
TB : 172 cm
IMT : 20,09 kg/m²
CRT : < 2 detik
D. Kepala : normochepali, simetris.
E. Mata : Conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-)
Pupil isokor (3 mm/3mm), Reflek cahaya (+/+).
F. Hidung : darah (-), secret (-).
G. Telinga : darah (-), secret (-).
H. Mulut : Sianosis (-), lidah kotor (-).
I. Leher : JVP <2 cm, limfonodi tidak membesar.
J. Thorax : retraksi (-).
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan dalam batas normal
Batas Atas : linea para sternalis sinistra ICS 2
Batas Kanan : linea sternalis dextra ICS 5
Batas Kiri : linea midclavicula sinistra ICS 5
Auskultasi : Bunyi jantung I-II tunggal, reguler, murmur (-)
Paru
Inspeksi: Pengembangan dada kanan = kiri
Palpasi : Fremitus raba kanan = kiri
Perkusi : hipersonor/hipersonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan Ronki Basah (+/+)
Wheezing (+ min/+)
Ekspirasi memanjang (+)
K. Abdomen
Inspeksi: Dinding perut sejajar dengan dinding dada
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : massa (-) nyeri tekan (-) lapang perut, hepar/lien tidak
teraba, Ginjal : Nyeri ketok (-)
L. Ekstremitas
Akral hangat +/+, edema -/-

II. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Kimia Darah (tanggal 02 Juni 2020)
GDS : 160 mg/dl ↑
Cholesterol total : 151 mg/dl

Hasil :
- Volume paru kesan bertambah dengan bercak infiltrat yang tersebar
- Tidak tampak fibrosis, cavitas, kalsifikasi pada apeks kedua paru
- Cor kesan normal, aorta tidak dilatasi, kalsifikasi pada Knob
- Kedua sinus tampak lancip dan diafragma tampak rendah dan mendatar
- Tulang rongga dada yang tampak intak
Kesan :
Gambaran Emphysema Pulmunom dan infeksi sekunder
Atherosclorosisa Aortae
A. Laboratorium Mikrobiologi (23 Juli 2020)
Bahan : Sputum
Hasil Pemeriksaan : Belum keluar hasil

Assment
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK)
DD/ Astma Bronchial

Plan
IV. PENATALAKSANAAN
1. Infus RL 20 tpm
2. Inj. Ceftriaxone 1gr/12jam
3. Inj. Metyl Prednisolon 4 mg/8 jam
4. Salbutamol 3x 4 mg
5. Ambroxol 3x30mg
6. Curcuma 1x1 tab
7. Nebulizer Fentolin 1amp /12 jam

Abstrakc
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan
aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif yang bersifat non reversibel atau reversibel
parsial.1
Menurut definisinya, PPOK adalah penyakit yang dikarakteristikan dengan adanya keterbatasan
aliran pernapasan yang persisten, bersifat progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon
inflamasi kronis di saluran pernapasan dan paru terhadap partikel atau gas yang berbahaya. 1
Asap rokok merupakan satu-satunya penyebab terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab
lainnya. Faktor resiko genetik yang paling sering dijumpai adalah defisiensi alfa-1 antitripsin, yang
merupakan inhibitor sirkulasi utama dari protease serin.2

Penatalaksanaan bisa dibedakan berdasarkan derajat tingkat keparahan PPOK. PPOK eksaserbasi
didefinisikan sebagai peningkatan keluhan/gejala pada penderita PPOK berupa 3P yaitu: 1.
Peningkatan batuk/memburuknya batuk 2. Peningkatan produksi dahak/phlegm 3. Peningkatan
sesak napas.. Komplikasi bisa terjadi gagal nafas, infeksi berulang dan cor pulmonal. Prognosa PPOK
tergantung dari stage / derajat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain.3
kata kunci PPOK

NHL
1.1 Identitas Pasien
Kode RM : 443713
Nama : Tn. San Ngumar
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir : 5 juli 1953
Usia : 66 tahun
Pekerjaan : Tidak bekerja
Alamat : Kota Agung
Tanggal masuk : 26 agustus 2020

1.2 Anamnesa
Keluhan utama : Benjolan di selangkangan kiri.
Keluhan tambahan : Benjolan timbul sejak 5 bulan yang lalu. Benjolan berukuran diameter ± 20 cm
dirasakan nyeri. Benjolan awalnya berukuran kecil kemudian membesar. Sebelumnya 3 hari yang lalu
benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan nanah dan darah sekitar ± 500cc. selain itu pasien juga
mengeluhkan lemas dan nafsu makan menurun. BAB (N) BAK (N).
- Riwayat penyakit terdahulu : tidak ada
- Riwayat penyakit keluarga : tidak ada
- Riwayat habituasi : merokok (+), minum alcohol (-)

Objektif
1.3 Pemeriksaan fisik
1. STATUS GENERALIS
a. Keadaan Umum: Lemah
b. Kesadaran : Compos mentis
c. Tekanan Darah : 100/70 mmhg
d. Frekuensi Napas : 20 x/menit
e. Frekuensi Nadi : 94 x/menit
f. Suhu : 360C
g. Kepala : Normosefali
h. Mata : Konjungtiva anemis +/+, sclera ikterik -/-
i. Hidung : Normosepta, secret -/-, hiperemis -/-
j. Telinga : Normotia, secret -/-
k. Mulut : Oral hygiene baik, faring tidak hiperemis.
l. Leher : Trakea lurus di tengah.
m. Thoraks
Paru
Inspeksi: pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis
Palpasi : vocal fremitus teraba sama di kedua lapang paru.
Perkusi : sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-

Jantung
Inspeksi: iktus kordis tidak tampak
Palpasi : iktus kordis teraba di ICS V linea midclavicularis sinistra
Perkusi :
Batas jantung kanan : ICS IV linea parasternalis dekstra
Batas jantung kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra
Pinggang jantung : ICS III linea parasternalis sinistra
Auskultasi : bunyi jantung I, II regular,
murmur gallop (-)
n. Abdomen
Inspeksi: Datar
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
Auskultasi : Bising usus (+)
o. Ekstremitas
Superior : Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
Inferior : Akral hangat (+), edema (-), sianosis (-)
2. STATUS LOKALIS

Regio Inguinal Sinistra : Tampak benjolan sebesar diameter ±20 cm, nyeri tekan (+), pus (+), darah (+)
1.3 Pemeriksaan Penunjang
HB : 6,5 g/dl
Leukosit : 21,67 103/uL
Eritrosit : 2,20 106/uL
HCT : 19.4%
MCV : 88,2 Fl
MCH : 29,5 pg
MCHC : 33,5 g/dL
Trombosit : 341 103uL
Neutrofil : 88,1 %
Limfosit: 5,8 %
Monosit : 5,2 %
Eosinofil : 0,2 %
Basofil : 0,1 %
Ureum : 42,10 mg/dl
Kreatinin : 1,10 mg/dl
Asam urat : 5,4 mg/dl
GDS : 132 mg/dl
BILIRUBIN TOTAL : 0,63 mg/dl
DIRECT BILIRUBIN : 0,28 mg/dl
INDIRECT BILIRUBIN : 0,35 mg/dl
SGOT : 35 u/l
SGPT : 13 u/l

PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI
FNAB : NON HODGKIN LIMFOMA

Assment
1.6. DIAGNOSIS
Non Hodgkin Limfoma
Anemia Chronic Disease

plan
1.7 PENATALAKSANAAN
- Perbaikan KU
- Ivfd RL 20 gtt macro
- Inj. Ranitidine 1 amp/12 jam
- Inj. Ketorolac 1 amp/8 jam
- Inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam
- Transfuse PRC 2 kolf
- GV/ hari dengan kasa NaCl

Abstrack
Pasien datang dengan keluhan benjolan di selangkangan kiri. Benjolan timbul sejak 5 bulan yang lalu.
Benjolan berukuran diameter ± 20 cm dirasakan nyeri. Benjolan awalnya berukuran kecil kemudian
membesar. Sebelumnya 3 hari yang lalu benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan nanah dan
darah sekitar ± 500cc . sebelumnya pasien pernah berobat dengan keluhan yang sama di RS lain dan
disarankan untuk kemoterapi tetapi pasien menolak. selain itu pasien juga mengeluhkan lemas dan
nafsu makan menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan konjungtiva anemis+/+, pada regio
inguinal sinistra ditemukan benjolan diameter ± 20cm nyeri tekan (+), pus (+), darah (+). pada
pemeriksaan lab didapatkan Hb : 6,5g/dl Leukosit : 21,670 /ul. Pada pemeriksaan FNAB didapatkan
kesimpulan Non Hodgkin Limfoma.

Jenis Kegiatan :  MEDIK

Dokter Pendamping      :  DR LENI.SH

Judul Lap. Kegiatan      :  Hernia Inguinainalis Lateralis Sinistra (NIHL)

NARA SUMBER

  Dokter Pendamping

PESERTA HADIR

  Peserta PIDI
SUBJECT
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan di lipatan paha sebelah kiri sejak 2bln yang lalu.
pasien mengatakan awal nya benjolan keluar hanya ketika os mengedan atau saat batuk. tetapi sejak
2mingguu ini benjolan keluar dan tidak masuk lagi.
riw penyakit sekarang (-)
riw penyakit terdahulu (-)
riw alergi obat (-)
OBJEC
-Keadaan Umum : Baik
-Sensorium : Compos Mentis
-TD : 130/80 mmhg
- HR : 84 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 36 4'C

Pemeriksaan Fisik :
1. Kepala : normocephali ,edema (-)
2. Mata : konjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
3. Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
6. Toraks :
-Pulmo : simetris (+/+), vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
-Cor : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
7. Abdomen : soepel, nyeri tekan (-), peristaltik normal. Benjolan (+) di regio inguinalis sinistra
8. Ekstremitas : akral hangat (+/+), CRT < 2", edema pretibial (-/-)

Laboratorium
HB: 13
LEUKOSIT: 9900
HEMATOKRIT: 40,1
TROMBOSIT:320.000
GDS: 115
CT: 3'
BT: 4'
ASSEMENT’
Hernia inguinalis lateralis sinistra (NIHL)
PLAN
IVFD RL 20 tpm
Inj. ketorolac 1 amp/12jam
Inj. Ranitidine 1ampl/12jam
Rencana Operasi dengan dr. Harda, Sp.B
ABTRACK
Pasien datang dengan keluhan keluar benjolan di lipatan paha sebelah kiri sejak 2bln yang lalu.
pasien mengatakan awal nya benjolan keluar hanya ketika os mengedan atau saat batuk. tetapi sejak
2mingguu ini benjolan keluar dan tidak masuk lagi.
KATA KUNCI
NIHL
Judul Lap. Kegiatan      :  Kejang Demam Kompleks
Pasien datang ke IGD RSUD diantar oleh orang tuanya dengan
keluhan kejang. Kejang dialami pasien sejak ± 10 menit SMRS dan
msih berlangsung hingga ± 15 menit saat di RS. Kejang seluruh tubuh
dengan kedua tangan dan kaki posisi lurus dan kaku, mata mendelik
ke atas, busa (-), Saat kejang pasien tidak sadar, sebelum kejang Os
sadar dan sesudah kejang pasien langsung menangis. demam (+)
sejak siang hari ini SMRS,mual (-),muntah (-),Batuk (+), pilek (+) mulai
hari ini SMRS. BAB dan BAK tidak ada kelainan, Ibu os mengatakan ini
merupakan kejang pertama kali.
OBJEK
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang,
Kesadaran : Sulit dinilai
Nadi: 114 x/i
RR: 26 x/i
Suhu : 390C
SpO2: 95%
BB : 9,6 kg
TB: 74 cm

Pemeriksaan Fisik Kepala


Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi tidak ada,
kavum nasi lapang, sekret tidak ada, epistaksis tidak ada
Mulut : sianosis (-), mukosa bibir dan lidah kering (-)
Leher
Pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru
• Inspeksi: Statis dan dinamis, simetris kanan = kiri
• Palpasi: Stem fremitus kanan=kiri normal, nyeri tekan tidak ada
• Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru, nyeri ketok tidak ada
• Auskultasi : Suara dasar vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung
• Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
• Perkusi: Batas jantung atas ICS II linea parasternalis sinistra Batas
jantung kiri linea aksilaris anterior ICS VI sinistra Batas jantung kanan
linea sternalis dekstra ICS V

Abdomen
• Inspeksi: datar, simetris, striae (-)
• Auskultasi: BU (+) Normal
• Palpasi: supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium dan hipokondria kanan (-).
• Perkusi: Shifting dullness (-),
• Ekstremitas : Akral hangat, CTR < 2 detik, udem -/- .

Status Neurologis
• Rangsang Meningen : Kaku kuduk (-)
BI/II/III/IV (-)
• R. Fisiologis +/+
• R. Patologis : Babinsky (-)

Laboratorium:

Hasil Laboratorium à
• Hemoglobin : 10,6 gr%
• Leukosit : 10.500 mm3
• Hematokrit : 31%
• Trombosit : 404.000 mm3
• GDS : 151mg/dl
ASSEST
Assement
Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38o C) akibat dari suatu proses
ekstra kranial. Kejang berhubungan dengan demam, tetapi tidak
disebabkan infeksi intrakranial atau penyebab lain seperti trauma
kepala, gangguan kesimbangan elektrolit, hipoksia atau hipoglikemia.

.KLASIFIKASI :
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) membagi kejang
demam menjadi dua:
1. Kejang demam sederhana (harus memenuhi semua kriteria
berikut)
-Berlangsung singkat
- Umumnya serangan berhenti sendiri dalam waktu < 15 menit
- Bangkitan kejang tonik, tonik-klonik tanpa gerakan fokal
- Tidak berulang dalam waktu 24 jam
2. Kejang demam kompleks (hanya dengan salah satu kriteria
berikut)
- Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului
dengan kejang parsial
- Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali
di antara bangkitan kejang

PATOFISIOLOGI KEJANG DEMAM


Patofisiologi kejang demam sampai saat ini masih belum jelas.
Biasanya keiang demam terjadi pada anak-anak di masa
pertumbuhan pada saat ambang kejang masih rendah. Pada masa ini
anak beresiko terkena infeksi sepert ISPA, otitis media, sindrom
infeksi virus yang memberikan reaksi dengan kenaikan suhu tubuh
yang menginduksi pengeluaran interleukin 1 yang menyebabkan
hipereksitabilitas dari neuron.
Kejang demam yang terjadi >20 menit walaupun tidak menimbulkan
kematian pada sel, Namun dapat menimbulkan perubahan yang
lama pada H-channel. H-channel adalah channel kation teraktifasi
hiperpolarisasi yang diebut juga Pacemaker channel yang dapat
bersifat menginhibisi atau mengeksitasi. Perubahan ini berhubungan
dengan kerentanan terjadinya kejang.

Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejang akut adalah


dengan:

a. Diazepam per rektal (0,5mg/kgBB) atau BB


< 12 kg diazepam rektal 5 mg , BB > 12 kg diazepam rektal 10 mg,
atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera diberikan jika akses
intravena tidak dapat diperoleh dengan mudah. Jika akses intravena
telah diperoleh diazepam lebih baik diberikan intravena
dibandingkan rektal. Dosis pemberian IV 0,3-0,5 mg/kgBB/kali
dengan maksimum pemberian 20 mg. Jika kejang belum berhenti
diazepam rektal/IV dapat diberikan 2 kali dengan interval 5 menit.
Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam m
intravena dengan efek samping yang lebih minimal (termasuk
depresi pernapasan) dalam pengobatan kejang akut.

b. Jika dengan 2 kali pemberian diazepam rektal/intravena masih


terdapat kejang dapat diberikan fenitoin IV dengan dosis inisial 20
mg/kgBB, diencerkan dalam NaCl 0,9% dengan pengenceran 10 mg
fenitoin dalam 1 ml NaCl 0,9%, dengan kecepatan pemberian
1mg/kgBB/menit, maksimum 50 mg/menit, dosis inisial maksimum
adalah 1000 mg. Jika dengan fenitoin masih terdapat kejang, dapat
diberikan fenobarbital IV dengan dosis inisial 20 mg/kgBB, tanpa
pengenceran dengan kecepatan pemberian 20 mg/menit. Jika kejang
berhenti dengan fenitoin maka lanjutkan dengan pemberian
rumatan 12 jam kemudian dengan dosis 5-7 mg/kgBB/hari dalam 2
dosis. Jika kejang berhenti dengan fenobarbital, maka lanjutkan
dengan pemberian rumatan 12 jam kemudian denagn dosis 4-6
mg/kgBB/ hari dalam 2 dosis.

Pemberian farmakoterapiuntuk profilaksis untuk mencegah


berulangnya kejang di kemudian hari
a. Profilaksis intermiten dengan diazepam
oral/rektal, dosis 0,3 mg/kgBB/kali tiap
8 jam, hanya diberikan selama episode demam, terutama dalam
waktu 24 jam setelah timbulnya demam.

b. Profilaksis kontinyu dengan fenobarbital dosis 4-6 mg/kgBB/hari


dibagi 2 dosis atau asam valproat dengan dosis 15-40 mg/ kgBB/hari
dibagi 2-3 dosis. Profilaksis hanya diberikan pada kasus-kasus
tertentu seperti kejang demam dengan status epileptikus, terdapat
defisit neurologis yang nyata seperti cerebral palsy. Profilaksis
diberikan selama 1 tahun.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang
demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber
infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat
dikerjakan yaitu:
a. Pemeriksaan darah rutin : Hb, leukosit, trombosit, dan hitung jenis
leukosit
b. Elektrolit: Na, K, Ca, Cl
C. Glukosa darah.
Pungsi Lumbal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan
kemungkinan meningitis.
Pungsi lumbal dianjurkan pada :
• Bayi < 12 bulan sangat dianjurkan
• Bayi antara 12 – 18 bulan dianjurkan
• Bayi > 18 bulan tidak rutin
Bila yakin bukan meningitis secara klinis tidak perlu dilakukan.
• Elektroensefalografi tidak dapat memprediksi berulangnya kejang
sehingga tidak direkomendasikan
PLAN
Medikamentosa à
Terapi saat di IGD
• IVFD RL 13 tpm (makro)
• O2 2-4 lmp NRM
• Stesolid supp 5 mg
• Dumin supp 100 mg
Lapor dr. Sp.A
• Inj. Diazetpam 2 mg IV perlahan , boleh 2 kali kalau kejang
• Kalau tetap masih kejang, inj. Phenobarbital 20 mg/kgBB
• Amoxicillin syr 3 x 1 cth
• Paracetamol syr 1 cth/6 jam

Non-medikamentosa à
Kejang merupakan peristiwa yang menakutkan bagi orang tua,
kecemasan ini dapat dikurangi dengan cara :
• Meyakinkan bahwa umumnya kejang memiliki prognosis baik
• Memberitahu penanganan kejang
• Memberiksan informasi bahwa kejang mungkin berulang kembali
Beberapa hal yang harus dikerjakan bila kembali kejang:
1. Tetap tenang dan tidak panik
2. Kendorkan pakaian yang ketat terutama di daerah leher
3. Bila anak tidak sadar, posisikan anak terlentang dengan kepala
miring, bersihkan muntahan atau lendir pada hidung atau mulut.
Walaupun kemungkinan lidah tergigit jangan memasukkan sesuatu
ke dalam mulut.
4. Ukur suhu, observasi dan catat lama dan bentuk kejang.
5. Tetap bersama pasien selama kejang
6. Berikan diazepam rektal. Dan jangan diberikan bila kejang telah
berhenti.
7. Bawa ke dokter atau rumah sakit bila kejang berlangsung 5 menit
atau lebih.

PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad fuctionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
ABSTRAK –
KATA KUNCI ; KDK

Judul Lap. Kegiatan      :  TETRAPARESE EC HIPOKALEMI


Subjek
Pasien datang ke IGD RSUD Batin Mangunang diantar oleh
keluarganya dengan keluhan lemah kedua tungkai sejak tadi malam
SMRS. Kedua tangan dan kaki terasa kaku dan sulit untuk
digerakan.Pasien hanya berbaring tidak bisa berjalan dan
mengerjakan aktivitas seperti biasanya. Pasien juga mengeluhkan
pusing, mual (+),muntah (-), dan badan terasa lemas, BAB dan BAK
tak ada kelainan.
2. Riwayat Pengobatan/Kebiasaan:
›Riwayat pengobatan sebelumnya disangkal.
›Riwayat rutin mengkonsumsi obat asma sebelumnya.
›Riwayat rutin mengkonsumsi obat hipertensi dan dm disangkal.
›Riwayat rutin mengkonsumsi obat jantung dan stroke disangkal.
›Riwayat merokok disangkal.
›Riwayat mengkonsumsi alkohol disangkal.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
›Riwayat asma sejak masih remaja, rutin minum obat asma.
›Riwayat darah tinggi disangkal.
›Riwayat kencing manis disangkal
›Riwayat alergi disangkal
4. Riwayat Keluarga:
›Riwayat asma disangkal
›Riwayat alergi disangkal.
›Riwayat darah tinggi disangkal.
›Riwayat kencing manis disangkal.
›Riwayat sakit jantung dan/atau stroke disangkal.
Objek
eadaan Umum: Tampak sakit sedang. Kesadaran: Compos Mentis
Tanda vital: Tekanan darah: 110/70 mmHg
Nadi: 71 x/menit,regular
Respirasi: 24 x/menit, regular.
Suhu: 36,oC
Pemeriksaan Fisik Kepala
Mata : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cekung -/-
Telinga: membran timpani intak, hiperemis -/-, sekret -/-
Hidung: Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi tidak ada,
kavum nasi lapang, sekret tidak ada, epistaksis tidak ada
Mulut : sianosis (-), mukosa bibir dan lidah kering (-)
Leher
JVP (5-2) cmH2O, struma tidak ada, pembesaran KGB (-)
Thoraks
Paru
• Inspeksi: Statis dan dinamis, simetris kanan = kiri
• Palpasi: Stem fremitus kanan=kiri normal, nyeri tekan tidak ada
• Perkusi: Sonor pada kedua lapangan paru, nyeri ketok tidak ada
• Auskultasi : Suara dasar vesikular +/+, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung
• Inspeksi: Iktus kordis tidak terlihat
• Palpasi: Iktus kordis tidak teraba
• Perkusi: Batas jantung atas ICS II linea parasternalis sinistra Batas
jantung kiri linea aksilaris anterior ICS VI sinistra Batas jantung kanan
linea sternalis dekstra ICS V
• Auskultasi : BJ I-II normal regular, HR: 92x/m gallop (-), murmur (-)
Abdomen
• Inspeksi: datar, simetris, striae (-)
• Auskultasi: BU (+) Normal
• Palpasi: supel, hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium dan hipokondria kanan (-).
• Perkusi: Shifting dullness (-), nyeri ketok CVA tidak ada .
Ekstremitas : Akral hangat, CTR < 2 detik, udem -/- .
Kekuatan tonus otot 4/4 /2/2

Laboratorium:
Jenis Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin
14.0
gr/dl
13-18
Hematokrit
39
%
40-48
Eritrosit
4.6
jt/uL
4,5-5,5
MCH
32
Pg
27-31
MCV
83
fL
82-92
MCHC
16.8
g/dL
32 – 37
Leukosit
18.300
ribu / uL
4-10
Trombosit
442.000
ribu / uL
150-500
Hitung jenis leukosit
Netrofil
74
%
50-70
Limfosit
18
%
20-40
Monosit
6
%
2-8
Eosinofil
0
%
1-3
Basofil
0
%
0-1
Kimia Klinik
GDS
97
mg/dl
<180
Kalium
1,9
Mmol/l
3.4-5.5
Natrium
139
mg/dl
135-145
Klorida
117
mg/dl
90-109
Assement
A. Definisi
Hipokalemia adalah suatu keadaan dimana konsentrasi kalium dalam
darah dibawah 3.5 mEq/L yang disebabkan oleh berkurangnya
jumlah kalium total di tubuh atau adanya gangguan perpindahan ion
kalium ke sel-sel. Penyebab yang umum adalah karena kehilangan
kalium yang berlebihan dari ginjal atau jalur gastrointestinal.1
Walaupun kadar kalium dalam serum hanya sebesar 2% dari kalium
total tubuh dan pada banyak kasus tidak mencerminkan status
kalium tubuh; hipokalemia perlu dipahami karena semua intervensi
medis untuk mengatasi hipokalemia berpatokan pada kadar kalium
serum. 2

B. Etiologi
Penyebab Hipokalemia diantaranya ialah:
1. Deplesi Kalium
Hipokalemia juga bisa merupakan manifestasi dari deplesi cadangan
kalium tubuh. Dalam keadaan normal, kalium total tubuh
diperkirakan 50 mEq/kgBB dan kalium plasma 3,5--5 mEq/L. Asupan
K+ yang sangat kurang dalam diet menghasilkan deplesi cadangan
kalium tubuh. Walaupun ginjal memberi tanggapan yang sesuai
dengan mengurangi ekskresi K+, melalui mekanisme regulasi ini
hanya cukup untuk mencegah terjadinya deplesi kalium berat. Pada
umumnya, jika asupan kalium yang berkurang, derajat deplesi kalium
bersifat moderat. Berkurangnya asupan sampai <10 mEq/hari
menghasilkan defisit kumulatif sebesar 250 s.d. 300 mEq (kira-kira 7-
8% kalium total tubuh) dalam 7—10 hari4. Setelah periode tersebut,
kehilangan lebih lanjut dari ginjal minimal. Orang dewasa muda bisa
mengkonsumsi sampai 85 mmol kalium per hari, sedangkan lansia
yang tinggal sendirian atau lemah mungkin tidak mendapat cukup
kalium dalam diet mereka3.

2. Disfungsi Ginjal
Ginjal tidak dapat bekerja dengan baik karena suatu kondisi yang
disebut Asidosis Tubular Ginjal (RTA). Ginjal akan mengeluarkan
terlalu banyak kalium. Obat yang menyebabkan RTA termasuk
Cisplatin dan Amfoterisin B.
3. Kehilangan K+ Melalui Jalur Ekstra-renal
Kehilangan melalui feses (diare) dan keringat bisa terjadi bermakna.
Pencahar dapat menyebabkan kehilangan kalium berlebihan dari
tinja. Ini perlu dicurigai pada pasien-pasien yang ingin menurunkan
berat badan. Beberapa keadaan lain yang bisa mengakibatkan
deplesi kalium adalah drainase lambung (suction), muntah-muntah,
fistula, dan transfusi eritrosit.

4. Kehilangan K+ Melalui Ginjal


Diuretik boros kalium dan aldosteron merupakan dua faktor yang
bisa menguras cadangan kalium tubuh. Tiazid dan furosemid adalah
dua diuretik yang terbanyak dilaporkan menyebabkan hipokalemia.
5. Endokrin atau Hormonal
Aldosteron adalah hormon yang mengatur kadar potasium. Penyakit
tertentu dari sistem endokrin, seperti aldosteronisme, atau sindrom
Cushing, dapat menyebabkan kehilangan kalium. 3

C. Patogenesis
Hipokalemia bisa terjadi tanpa perubahan cadangan kalium sel. Ini
disebabkan faktor-faktor yang merangsang berpindahnya kalium dari
intravaskular ke intraseluler, antara lain beban glukosa, insulin, obat
adrenergik, bikarbonat, dsb. Insulin dan obat katekolamin
simpatomimetik diketahui merangsang influks kalium ke dalam sel
otot. Sedangkan aldosteron merangsang pompa Na+/K+ ATP ase
yang berfungsi sebagai antiport di tubulus ginjal. Efek perangsangan
ini adalah retensi natrium dan sekresi kalium 1.
Pasien asma yang dinebulisasi dengan albuterol akan mengalami
penurunan kadar K serum sebesar 0,2—0,4 mmol/L2,3, sedangkan
dosis kedua yang diberikan dalam waktu satu jam akan mengurangi
sampai 1 mmol/L3. Ritodrin dan terbutalin, yakni obat penghambat
kontraksi uterus bisa menurunkan kalium serum sampai serendah
2,5 mmol per liter setelah pemberian intravena selama 6 jam.
Teofilin dan kafein bukan merupakan obat simpatomimetik, tetapi
bisa merangsang pelepasan amina simpatomimetik serta
meningkatkan aktivitas Na+/K+ ATP ase. Hipokalemia berat hampir
selalu merupakan gambaran khas dari keracunan akut teofilin. Kafein
dalam beberapa cangkir kopi bisa menurunkan kalium serum sebesar
0,4 mmol/L. Karena insulin mendorong kalium ke dalam sel,
pemberian hormon ini selalu menyebabkan penurunan sementara
dari kalium serum. Namun, ini jarang merupakan masalah klinik,
kecuali pada kasus overdosis insulin atau selama penatalaksanaan
ketoasidosis diabetes. Hipokalemia moderat didefinisikan sebagai
kadar serum antara 2,5--3 mEq/L, sedangkan hipokalemia berat
didefinisikan sebagai kadar serum < 2,5 mEq/L. Hipokalemia yang < 2
mEq/L biasanya sudah disertai kelainan jantung dan mengancam
jiwa.

D. Gejala Klinis Hipokalemia


a CNS dan neuromuskular
Lelah, tidak enak badan, reflek tendon dalam menghilang.
b Pernapasan
Otot-otot pernapasan lemah, napas dangkal (lanjut)
c Saluran cerna
Menurunnya motilitas usus besar, anoreksia, mual muntah.
d Kardiovaskuler
Hipotensi postural, disritmia, perubahan pada EKG.
e Ginjal
Poliuria,nokturia.
E. Diagnosis
Untuk memastikan hipokalemia, akan dilakukan serangkaian
pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang, seperti
kadar K dalam serum kurang dari 3.5 mEq/L, kadar K, Na, Cl dalam
urin 24 jam, kadar Mg dalam serum, analisis gas darah, dan terdapat
gelombang U pada elektrokardiografi (EKG).9

F. Penatalaksanaan Hipokalemia
Untuk bisa memperkirakan jumlah kalium pengganti yang bisa
diberikan, perlu disingkirkan dulu faktor-faktor selain deplesi kalium
yang bisa menyebabkan hipokalemia, misalnya insulin dan obat-
obatan. Status asam-basa mempengaruhi kadar kalium serum.
Koreksi dilakukan berdasarkan kadar kalium, yaitu:
1. Kalium 2,5 – 3,5 mEq/LBerikan 75 mEq/kgBB per oral per hari
dibagi tiga dosis.
2. Kalium <2,5 mEq/L
Ada 2 cara, berikan secara drip intravena dengan dosis:
a. [(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + 2 mEq/kgBB/24 jam,
dalam 4 jam pertama.
[(3,5 – kadar K+ terukur) x BB(kg) x 0,4] + (1/6 x 2 mE/ kgBB/24jam),
dalam 20 jam berikutnya.
b. (3,5 – kadar K+ terukur) + (1/4 x 2 mEq/kgBB/24 jam), dalam 6
jam.

a. Jumlah Kalium
Walaupun perhitungan jumlah kalium yang dibutuhkan untuk
mengganti kehilangan tidak rumit, tidak ada rumus baku untuk
menghitung jumlah kalium yang dibutuhkan pasien. Namun, 40—100
mmol K+ suplemen biasa diberikan pada hipokalemia moderat dan
berat.
Pada hipokalemia ringan (kalium 3—3,5 mEq/L) diberikan KCl oral 20
mmol per hari dan pasien dianjurkan banyak makan makanan yang
mengandung kalium. KCL oral kurang ditoleransi pasien karena iritasi
lambung. Makanan yang mengandung kalium cukup banyak dan
menyediakan 60 mmol kalium 6.

b. Kecepatan Pemberian Kalium Intravena


Kecepatan pemberian tidak boleh dikacaukan dengan dosis. Jika
kadar serum > 2 mEq/L, maka kecepatan lazim pemberian kalium
adalah 10 mEq/jam dan maksimal 20 mEq/jam untuk mencegah
terjadinya hiperkalemia. Pada anak, 0,5—1 mEq/kg/dosis dalam 1
jam. Dosis tidak boleh melebihi dosis maksimum dewasa.
Pada kadar < 2 mEq/L, bisa diberikan kecepatan 40 mEq/jam melalui
vena sentral dan monitoring ketat di ICU. Untuk koreksi cepat ini, KCl
tidak boleh dilarutkan dalam larutan dekstrosa karena justru
mencetuskan hipokalemia lebih berat.

c. Koreksi Hipokalemia Perioperatif 8


• KCL biasa digunakan untuk menggantikan defisiensi K+, karena juga
biasa disertai defisiensi Cl-.
• Jika penyebabnya diare kronik, KHCO3 atau kalium sitrat mungkin
lebih sesuai.
• Terapi oral dengan garam kalium sesuai jika ada waktu untuk
koreksi dan tidak ada gejala klinik.
• Penggantian 40—60 mmol K+ menghasilkan kenaikan 1—1,5
mmol/L dalam K+ serum, tetapi ini sifatnya sementara karena K+
akan berpindah kembali ke dalam sel. Pemantauan teratur dari K+
serum diperlukan untuk memastikan bahwa defisit terkoreksi.

d. Kalium iv
• KCl sebaiknya diberikan iv jika pasien tidak bisa makan dan
mengalami hipokalemia berat.
• Secara umum, jangan tambahkan KCl ke dalam botol infus.
Gunakan sediaan siap-pakai dari pabrik. Pada koreksi hipokalemia
berat (< 2 mmol/L), sebaiknya gunakan NaCl, bukan dekstrosa.
Pemberian dekstrosa bisa menyebabkan penurunan sementara K+
serum sebesar 0,2—1,4 mmol/L karena stimulasi pelepasan insulin
oleh glukosa.10
• Infus yang mengandung KCl 0,3% dan NaCl 0,9% menyediakan 40
mmol K+ /L. Ini harus menjadi standar dalam cairan pengganti K+.
• Volume besar dari normal saline bisa menyebabkan kelebihan
beban cairan. Jika ada aritmia jantung, dibutuhkan larutan K+ yang
lebih pekat diberikan melalui vena sentral dengan pemantauan EKG.
Pemantauan teratur sangat penting. Pikirkan masak-masak sebelum
memberikan > 20 mmol K+/jam.
• Konsentrasi K+ > 60 mmol/L sebaiknya dihindari melalui vena
perifer, karena cenderung menyebabkan nyeri dan sklerosis vena.

e. Diet Kalium
Diet yang mengandung cukup kalium pada orang dewasa rata-rata
50-100 mEq/hari (contoh makanan yang tinggi kalium termasuk
kismis, pisang, aprikot, jeruk, advokat, kacang-kacangan, dan
kentang).
Plan
Medikamentosa
Terapi saat di IGD
• IVFD 20 tpm
• Inj. Cefotaxim 1 gr
• Inj. Ondansetron 4 mg

Lapor dr. Sp.PD


• Inj. Cefotaxim 2 x 1 gr IV
• Inj. Ondansetron 3 x 4 mg K/P IV
• Inj. Omeprazol 2 x 4o mg IV
• Drip KCL 1 flash dalam Nacl gtt 20 x/i
• KSR 2 x 1 PO
• Dexametason 1 x 1 IV
Prognosis
Dengan mengkonsumsi suplemen kalium biasanya dapat
mengkoreksi hipokalemia. Pada hipokalemia berat, tanpa
penatalaksanaan yang tepat, penurunan kadar kalium secara drastis
dapat menyebabkan masalah jantung yang serius yang dapat
berakibat fatal.

- Quo ad vitam : dubia ad malam


- Quo ad functionam : dubia
- Quo ad sanationam : dubia.
Abstrak –
Kata kunci; hipokalemia

UKM
 Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Kehamilan resiko tinggi sudah masuk borang
Kehamilan resiko tinggi
Kehamilan resiko tinggi adalah kehamilan atau janinnya mempunyai outcome yang buruk apabila
dilakukan tata laksana secara umum seperti yang dilakukan pada kasus normal. Penyabab kehamilan
resiko tinggi antara lain adalah karena kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan produksi,
rendahnya status sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah.
Penyebab langsung kematian ibu sebesar 90% terjadi pada saat persalian dan segera setelah
persalian. Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), eklamsia (24%) dan infeksi
(11%). Sedangkan penyebab kematian tidak langsung adalah Kurang Energi Kronik (KEK) pada
kehamilan (37%) dan anemia pada kehamilan (40%).
Resiko tinggi kehamilan meliputi: Hb kurang dari 8 g/dl, tekanan darah tinggi (systole >140mmHg
dan diastole >90mmHg), Edema, Preeklamsi/eklamsi, perdarahan per vagina, ketuban pecah dini,
letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 32 minggu, letak sungsang pada primigrafida, infeksi
berat atau sepsis, persalinan prematur, kehamilan ganda, penyakit kronis pada ibu (jantung, paru,
ginjal), riwayat obstetri buruk, riwayat seksio sesaria, dan komplikasi kehamilan.
Penyebab tersebut sebenarnya dapat dicegah dengan pemeriksaan kehamilan (antenatal care) yang
memadai. Antenatal Care (ANC) sebagai salah satu upaya penapisan awal dari faktor resiko
kehamilan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) antenatal care selama kehamilan untuk
mendeteksi dini terjadinya resiko tinggi terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan
angka kematian ibu dan memantau keadaan janin
Permasalahan
Masih dijumpai beberapa ibu hamil dengan resiko tinggi. Penyebab dari hal tersebut adalah karena
kurangnya kesadaran ibu hamil untuk melakukan kontrol rutin ke puskesmas Talang Padang atau
bidan desa setempat, riwayat kehamilan sebelumnya dengan penyulit, usia yang terlalu tua hingga
terlalu muda untuk ibu hamil, serta jarak yang berdekatan dengan kehamilan yang sebelumnya.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan saat Posyandi di Desa Suka Merindu pada hariJumat , 13 Maret 2020 pada
pukul 09.00-10.30 WIB. Peserta sejumlah 25 Orang. Materi yang diberikan meliputi pengenalan
tentang kehamilan resiko tinggi, faktor – faktor pemyebab, akibat dari kehamilan resiko tinggi serta
cara pencegahan agar tidak terjadi kehamilan resiko tinggi.
Setelah pemberian materi selesai, ada pun peserta yang bertanya, antara lain :
1. Apakah makan buah nanas dan durian dapat menyebabkan keguguran ?
Sering dikatakan bila makan buah nanas dan durian menyebabkan keguguran. Hal ini juga di kaitkan
karena kandungan asam yang tedapat dalam buah nanas dan durian, sebenarnya konsumsi buah
tersebut tidak apa – apa asal mengkonsumsinya tidak berlebihan, karena sesuatu yang berlebihan itu
tidak akan baik untuk kesehatan,
2. Saat hamil badan akan merasa pegal dan cepat lelah, apa boleh kita konsumsi obat – obat dari
warung ?
Sebaiknya untuk konsumsi obat – obatan apalgi untuk ibu hamil, baiknya di konsultasikan oleh
dokter atau bidan yang ada, karena konsumsi obat secara sembarangan juhga akan meningkatkan
resiko keguguran, terutama pada trimester 1 kehamilan.

Monitoring
Monitoring dan evaluasi hasil dari kegiatan ini adalah dengan memberikan pertanyaan seputar
materi yang telah diberikan. Dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman peserta akan materi
yang telah diberikan.
Kesimpulan dari kelas ibu hamil yang telah berlangsung, peserta memahami akan kehamilan resiko
tinggi. Dihrapkan peserta dapat mngerti dan meningkatkan kemauan untuk memeriksakan
kehamilan secara rutin di puskesmas atau bidan setempat agar resiko terburuknya dapat terhindari.
Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL sudah masuk borang

Kesehatan ibu dan anak me jadi target dalam tujuan Milineum Development Growth (MDG),
tepatnya pada tujuan 4 dan 5 yaitu menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan kesehatan
ibu. Program kesehatan ibu dan anak merupakan unsur penting pembangunan, hal ini mengandung
pengertian bahwa dari seorang ibu akan dilahirkan calon penerus bangsa yang akan dapat
memberikan manfaat bagi bangsa maka harus diupayakan kondisi ibu dan anak yang sehat. Dalam
upaya pencapaian MDG dan tujuan pembangunan kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu
diprioritaskan yaitu dengan menurunkan angka kematian ibu.
Untuk menurunkan AKI diperlukan upaya-upaya yang terkait dengan kehamilan, kelahiran dan nifas.
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-an melalui program
Safe Motherhood yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam
maupun luar negeri. Pada akhir tahun 1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya
menajamkan strategi dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS)
yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000.
Salah satu program dari Kementrian Kesehatan dalam upaya pencapaian MDG yaitu berupa
peningkatan pelayanan kesehatan ibu dengan memprioritaskan pada menurunkan angka kematian
ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup
pada tahun 1992. Untuk mempercepat pencapaian program MDG ini, diperlukan upaya percepatan
penurunan kematian ibu dan bayi melalui peningkatan pengetahuan dan perubahan perilaku ibu dan
keluarga.

Permasalahan
Program yang diselenggarakan oleh kementerian kesehatan untuk mendukung langkah tersebut
kelas ibu hamil. Kelas ibu hamil adalah sarana belajar kelompok tentang kesehatan bagi ibu hamil,
dalam bentuk tatap muka bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu- ibu
mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas, dan perawatan bayi baru lahir.
Kurangnya interaksi antara ibu hamil serta antar ibu hamil dan petugas kesehatan menjadi salah satu
alasan dilaksanakannya kelas ibu hamil ini. Selain itu, dengan kelas ibu hamil ini diharapkan adanya
peningkatan pengetahuan dan pemahaman ibu hamil tentang kehamilan dan persalinan serta
perawatan bayi.

Perencanaan
Kegiatan kelas ibu hamil diadakan di Posyandu Suka Merindu tanggal 13 Maret 2020.
Susunan kegiatan berupa penyuluhan mengenai antenatal care (ANC), persiapan persalinan, tanda
dan bahaya dalam kehamilan serta penyuluhan mengenai inisiasi menyusui dini dan pentingnya ASI
eksklusif.

Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan Kelas Ibu Hamil diikuti oleh para ibu hamil di Pekon Suka Merindu Sususnan
kegiatan pada Kelas Ibu Hamil adalah sebagai berikut:
1. Penyuluhan mengenai antenatal care (ANC), penyakit yang dapat menyertai selama kehamilan,
persiapan persalinan, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan pemberian ASI eksklusif
2. Interaksi dalam bentuk tanya jawab antara petugas kesehatan dengan ibu hamil setealah materi
diberikan
3. Pemeriksaan gigi dan mulut di poli gigi
4. Vital sign

monitoring
1. Evaluasi Struktur
Persiapan kegiatan penyuluhan dilakukan dengan mempersiapkan peralatan dan bahan
penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
Peserta yang hadir kurang lebih 15 orang. Penyuluhan berjalan sebagaimana yang diharapkan
walaupun masih ada beberapa peserta yang tidak memperhatikan dengan seksama. Peserta
penyuluhan dirasa cukup antusias mengikuti kegiatan penyuluhan dan sebagian besar peserta aktif
dalam kegiatan ini dengan memberikan pertanyaan.
3. Evaluasi Hasil
Peserta penyuluhan yang hadir mampu memberikan umpan balik kepada pemateri mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada peserta. Hal ini membuktikan bahwa peserta
penyuluhan tertarik dan memperhatikan penyuluhan yang telah diberikan.

 Jenis Kegiatan :  F3 - Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Penyuluhan dan pelaksanaan imunisasi Dasar sudah masuk di borang

Imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan kematian pada bayi dengan memberikan vaksin.
Dengan imunisasi, seseorang menjadi kebal terhadap penyakit khususnya penyakit infeksi. Dengan
demikian, angka kejadian penyakit infeksi akan menurun, kecacatan serta kematian yang
ditimbulkannya akan berkurang. Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan, menjadikan
imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan
penyakit yang utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan.
Imunisasi bayi dan anak dipandang sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan pelayanan
kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator pencapaian pelayanan
kesehatan.
Imunisasi merupakan bentuk intervensi kesehatan yang sangat efektif dalam menurunkan Angka
Kematian Bayi dan Balita dan tidak dapat ditunda pelaksanaannya. Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi antara lain TBC, Difteri, Pertusis, Tetanus, Hepatitis B, Poliomyelitis, dan Campak.
Pemberian imunisasi pada bayi dan anak tidak hanya memberi pencegahan penyakit tertentu, tetapi
juga memberikan dampak yang lebih luas karena dapat mencegah penularan penyakit untuk anak
lain. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap orang tua terutama ibu sangat penting untuk
memahami tentang manfaat imunisasi bagi anak Indonesia.

Permaslahan
Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pemberian imunisasi dasar lengkap
pada anak, dilihat dari kehadiran yang masih ada yg tidak hadir dalam kegiatan imunisasi di Pekon
Suka Merindu,
Perencanaan
1. Melakukan penyuluhan mengenai imunisasi dasar lengkap kepada masyarakat di Posyandu
Suka Merindu
2. Melakukan pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi dan balita di Posyandu Suka
Merindu

Pelaksanaan
1. Dilakukan penyuluhan mengenai imunisasi dasar lengkap kepada masyarakat di Posyandu Suka
Merindu
dengan metode diskusi secara langsung , pertama dengan memberikan marteri secara langsung ,
dan kemudian di lakukan tanya jawab kepada peserta seberapa pemahaman yang telah di dapatkan
setelah melakukan penyuluhan.

2. Dilakukan pemberian imunisasi dasar lengkap kepada bayi dan balita di Posyandu Suka Merindu
dengan melakukan pemberian imunisasi sesuai kebutuhan dari bayi yang akan di imunisasi .

monitoring
1. Menilai cakupan imunisasi dasar
berjalan dengan baik .
2. Memantau dan menanggulangi KIPI
tidak ada balita yang mengalami KIPI

  Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar


Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Tension Headache

Tension Type Headache merupakan sensasi nyeri pada daerah kepala akibat kontraksi terus menerus
otot-otot kepala dan tengkuk (M.splenius kapitis, M.temporalis, M.maseter, M.sternokleidomastoid,
M.trapezius, M.servikalis posterior, dan M.levator skapula). Etiologi dan Faktor Resiko Tension Type
Headache (TTH) adalah stress, depresi, bekerja dalam posisi yang menetap dalam waktu lama,
kelelahan mata, kontraksi otot yang berlebihan, berkurangnya aliran darah, dan ketidakseimbangan
neurotransmitter seperti dopamin, serotonin, noerpinefrin, dan enkephalin.
Gejala klinis dapat berupa nyeri ringan- sedang – berat, tumpul seperti ditekan atau diikat, tidak
berdenyut, menyeluruh, nyeri lebih hebat pada daerah kulitkepala, oksipital, dan belakang leher,
terjadi spontan, memburuk oleh stress,insomnia, kelelahan kronis, iritabilitas, gangguan konsentrasi,
kadang vertigo, danrasa tidak nyaman pada bagian leher, rahang serta temporomandibular.

Permasalahhan
Pasien datang ke dengan keluhan nyeri kepala sejak 2 hari sebelum datang ke petugas pusling di
pekon SINAR PETIR. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala terutama bagian leher dan kepala
bagian belakang. Terasa seperti diikat dan terasa berat, namun tidak berdenyut. Keluhan dirasakan
terus menerus dan makin lama makin memberat hingga pasien juga kesulitan untuk tidur. Mual (-),
muntah (-), pandangan kabur (-), mata dan hidung nrocos (-), pusing berbutar (-), demam (-).
Dua bulan sebelumnya, pasien sudah berobat dan diberikan obat (pasien lupa nama obat tersebut).
Keluhan dirasakan berkurang, tetapi kemudian kambuh kembali. Keluhan seperti ini dirasakan
kambuh-kambuhan terutama jika pasien banyak pikiran dan kelelahan.
A. Vital Sign
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36,7oC

B. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala : normocephali , edema (-)
2. Mata : konjuntiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
3. Hidung : pernapasan cuping hidung (-)
4. Mulut : Sianosis (-)
5. Leher : kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah bening (-)
6. Toraks :
-Pulmo : simetris (+/+), vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
-Cor : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
7. Abdomen : soepel, nyeri tekan (-), peristaltik normal
8. Ekstremitas : akral hangat (+/+), CRT < 2", edema pretibial (-/-)

Perencnaan
a. Menjelaskan mengenai definisi, faktor risiko, penyebab, penatalaksanaan, dan prognosis
tension type headache pada pasien.
b. Menjelaskan kepada pasien bahwa keluhannya tersebut berkaitan dengan stress pikiran
maupun fisik dan kecemasan, bukan karena ada kelainan di dalam kepala atau otak. Sehingga
pengobatannya pun didasarkan pada penyebab yang mendasari.
c. Keluarga pasien diharapkan ikut serta membantu menjelaskan kepada pasien bahwa tidak
ditemukan kelainan fisik dalam rongga kepala atau otaknya sehingga dapat menghilangkan rasa
takut akan adanya tumor otak atau penyakit intracranial lainnya.
d. Keluarga pasien diharapkan ikut membantu mengurangi beban pikiran/kecemasan yang
menjadi pencetus keluhan yang dirasakan saat ini.

Pelakasannan
engobatan yang diberikan kepada pasien adalah Analgetik golongan NSAID berupa Natrium
Diklofenac dengan dosis 2x50 mg. Pasien juga mengalami kesulitan tidur, bisa dipertimbangkan
pemberian Diazepam 2 mg malam hari sebelum tidur jika perlu. Alprazolam menjadi pilihan akhir
karena memiliki efek ketergantungan jika dikonsumsi terus menerus.

R/ IBuProfen tab mg 400 No.X


S 2 dd tab I p.c.
R/ Vit Bcomplek tab no.X
S 1dd 1 tab p.c
Monitoring
Pasien perlu dimotivasi agar lebih memahami bahwa keluhan nyeri kepala yang dialami bukan
karena ada masalah di dalam kepala/otak namun dicetuskan karena faktor psikis seperti stress
pikiran. Hendaknya pasien lebih terbuka terhadap keluarga atau suami jika sedang ada masalah
sehingga mengurangi beban pikiran.
Rujukan perlu dilakukan jika nyeri kepala tidak membaik setelah diberi obat pereda nyeri, dapat
dipertimbangkan untuk diberi rujukan ke spesialis syaraf di fasilitas pelayanan kesehatan sekunder.

   Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar


Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Pasien dengan Diabetes Mellitus Tipe II Sudah masuk borang

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit gangguan


metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa darah melebihi normal.
Terdapat beberapa tipe DM yang diketahui dan umumnya disebabkan oleh suatu
interaksi yang kompleks antara kompleks genetik, lingkungan dan gaya hidup. Bila
hal ini dibiarkan tidak terkendali dapt terjadi komplikasi metabolik akut maupun
komplikasi vaskuler jangka panjang, baik mikroangiopati maupun makroangiopati.
Jumlah penderita DM di dunia dari tahun ke tahun mengalami peningkatan,
hal ini berkaitan dengan jumlah populasi yang meningkat, urbanisasi yang merubah
pola hidup tradisional ke pola hidup modern, prevalensi obesitas meningkat dan
kegiatan fisik kurang. DM perlu diamati karena sifat penyakit yang kronik progresif,
jumlah penderita semakin meningkat dan banyak dampak negatif yang ditimbulkan.
Di Indonesia, berdasarkan penelitian epidemiologis didapatkan prevalensi DM
sebesar 1,5 – 2,3% pada penduduk yang berusia lebih dari 15 tahun, bahkan di daerah
urban prevalensi DM sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%. Prevalensi
tersebut meningkat 2 – 3 kali dibandingkan dengan negara maju, sehingga DM
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. Berdasarkan data Badan Pusat
Statistik Indonesia tahun 2003 penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun
sebesar 133 juta jiwa, maka pada tahun 2003 diperkirakan terdapat penderita DM di
daerah urban sejumlah 8,2 juta dan di daerah rural 5,5 juta. Selanjutnya berdasarkan
pola pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 akan terdapat 194 juta
penduduk yang berusia 20 thn

permasalahan
Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit menahun yang akan diderita
seumur hidup. Selain dokter, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain, peran pasien dan
keluarga menjadi sangat penting Banyak penderita DM yang belum tahu dan
mengerti tentang pengelolaan penyakit secara komprehensif meliputi pengetahuan
tentang penyakit DM, pengaturan dan perubahan pola makan, aktivitas jasmani dan
pemberian obat. Edukasi kepada pasien dan keluarganya bertujuan dengan
memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan, penyulit, dan
penatalaksanaan DM, akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga
dalam usaha memperbaiki hasil pengelolaan.
Perencanaan
Laporan ini disusun berdasarkan data dari pasien yang datang ke Poliklinik
Umum Puskesmas Padang Guci dengan keluhan kaki dan tangan sering
kesemutan, lemas, sering buang air kecil dimalam hari, sering haus, dan sering lapar,
Metode intervensi yang digunakan dengan tahapan berikut :
1. Melakukan anamnesa
2. Melengkapi pemeriksaan fisik sederhana dan pemeriksaan penunjang terhadap
pasien
3. Menyampaikan hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
4. Menyampaikan hasil diagnosa, rencana terapi, dan edukasi mengenai
pengetahuan dasar mengenai penyakit, pencegahan dan pengendalian
penyakit.

Pelaksannaan
1. Waktu dan Tempat Pemeriksaan
Hari/Tanggal : 19 Maret 2020
Waktu : Pukul 10.00 WIB
Tempat : Pekon SInar Petir
2. Subjektif
a) Keluhan Utama :
Kaki dan tangan sering kesemutan
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kaki dan tangan sering kesemutan sejak ± 2
minggu belakangan ini. Keluhan dirasa makin lama makin memberat kadang
disertai mati rasa daerah kaki. Keluhan juga disertai sering buang air kecil
terutama malam hari, BAK >5x, pasien juga merasa sering haus dan sering
lapar.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya.
Pasien juga mempunyai penyakit hipertensi
c) Riwayat Penyakit Keluarga :
Riwayat penderita DM di keluarga disangkal.
3. Objektif
a) Pemeriksaan Fisik :
 KU/Kes : Sedang, Compos mentis
 BB : 76 kg
 Vital Sign : TD = 140/90 mmHg
N = 88 x/menit
RR = 20 x/menit
S = 36,5 °C
b) Status Lokalisata :
Kepala
Mata : Mata cekung (-), pupil isokor kanan = kiri, konjungtiva
Telinga : Serumen (-)
Hidung : Simetris, sekret (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), sianosis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-)
Thorax
Inspeksi : Simetris, retraksi dinding dada (-)
Auskultasi :
Pulmo : Suara dasar vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Cor : S1 > S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : Datar
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Timpani
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), Hepar/Lien tidak teraba
Genitalia : ♀, tidak diperiksa
Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), sianosis (-/-)
Inferior : Edema (-/-), sianosis (-/-)

4. Diagnosis
Diabetes Mellitus (DM) Tipe II

5. Plan
a) Terapi medikamentosa
Edukasi :
 Diet DM : rendah gula, rendah lemak dan rendah karbohidrat
 Olahraga secara teratur dan perbanyak aktifitas fisik
 Minum obat dan kontrol ke dokter secara teratur
b) Terapi medikamentosa
 Metformin 3 x 500 mg
 Glibenclamide 1x2 mg sebelum makan
 Vit B complex 1 x 1 tablet

Monitoring
1. Monitoring
a. Memperhatikan respon pasien pada saat dilakukan anamnesa penyakit,
penjelasan mengenai hasil diagnosa, merencanakan terapi, pemberian edukasi
mengenai pengetahuan, pengelolaan dan pencegahan komplikasi penyakit.
b. Mengarahkan pasien untuk memberikan pertanyaan.
c. Menjawab pertanyaan yang diajukan.
d. Pasien bersedia untuk datang kembali setelah obat habis untuk memfollow up
kondisi kesehatannya.
2. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
Pasien mendengarkan dengan seksama setiap penjelasan yang disampaikan.
b. Evaluasi Proses
Pasien antusias dalam mengajukan pertanyaan mengenai penyakit yang
dideritanya.
c. Evaluasi Hasil
Pasien mengerti dan memahami setiap penjelasan yang diberikan.

 Jenis Kegiatan :  F6 - Upaya Pengobatan Dasar


Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  HIPERTENSI sudah masuk di borang

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, di satu pihak
penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena masih banyak kasus
belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang semula dapat dikendalikan muncul
kembali dengan penyebaran tidak mengenal batas-batas daerah maupun batas antar negara. Dilain
pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit
akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit degeneratif.
Proporsi penyebab kematian karena penyakit kardiovaskuler tahun 1986, 1992, 1995 dan 2001
cenderung meningkat. Faktor risiko penyakit Kardiovaslerantara lain merokok, obesitas, diet rendah
serat tinggi lemak dengan akibat gangguan kadar lemak dalam darah, dan kurangnya olah raga.
Diperoleh data bahwa di Indonesia terdapat 28 % perokok pada usia 10 tahun ke atas, kurang
aktivitas fisik merupakan proporsi terbanyak yaitu 92% dari penduduk usia 15 tahun ke atas di pulau
Jawa dan Bali terutama untuk kelompok perempuan. Overweight dan obesitas lebih tinggi
prevalensinya pada perempuan dan cenderung meningkat dengan bertambahnya umur.
Sedangkan angka penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir
oleh The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi.
Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar 29% orang
dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi.
Pada saat ini hipertensi adalah faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian dini,
hipertensi berakibat terjadinya gagal jantung kongestif serta penyakit cerebrovaskuler. Penyakit ini
dipengaruhi oleh cara dan kebiasaan hidup seseorang, sering disebut sebagai the killer disease
karena penderita tidak mengetahui kalau dirinya mengidap hipertensi. Penderita datang berobat
setelah timbul kelainan organ akibat Hipertensi. Hipertensi juga dikenal sebagai heterogeneouse
group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur, sosial dan
ekonomi. Kecenderungan berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi, modernisasi dan globalisasi
memunculkan sejumlah faktor risiko yang dapat meningkatkan angka kesakitan hipertensi.

PERMASALAHAN
Identitas Pasien
Nama : Tn. p
Umur : 57 tahun
Alamat : Pekon Sinar Petir
Pekerjaan : Petani
Tanggal Periksa : 19 Maret 2020
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesa pada tanggal 19 Maret 2020
1. Keluhan Utama
Pusing
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan pusing sejak 2 hari yang lalu. Pusing dirasakan terus menerus. Pasien
juga mengeluh leher terasa kencang sehingga pasien tidak bisa tidur. Pasien merupakan pasien rutin
pengobatan hipertensi sejak 1 tahun yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat hipertensi : (+) sejak 5 tahun yang lalu
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat sakit jantung : disangkal
d. Riwayat mondok : disangkal
e. Riwayat asma/alergi : disangkal
4. Riwayat Kebiasaan
a. Riwayat merokok : (+) sudah berhenti sejak 2 tahun yang lalu
b. Riwayat konsumsi alkohol : disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat hipertensi : disangkal
b. Riwayat DM : disangkal
c. Riwayat asma/alergi : disangkal
d. Riwayat sakit jantung : disangkal

6. Riwayat Gizi
Pasien sehari – hari makan dengan nasi sayur tiga kali sehari @ 1 piring dengan lauk tahu tempe,
kadang telur, jarang makan buah dan tidak minum susu.
7. Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien adalah seorang pensiunan. Pasien tinggal bersama istrinya. Saat ini, biaya perawatan pasien
menggunakan mandiri..
III. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 4 November 2014
1. Keadaan Umum: Sakit sedang, compos mentis, gizi kesan cukup.
2. Tanda Vital
a. Tensi : 170 / 100 mmHg
b. Nadi : 85 x/menit, irama reguler, isi dan tegangan cukup.
c. Pernapasan : 16 x/menit
d. Suhu : 37,2 °C per axiler
3. Status Gizi
BB = 72 kg TB = 165 cm
BMI = = 26,45 kg/m2 (overweight)
4. Kulit
Ikterik (-), ekhimosis di kaki (-), turgor menurun (-), kulit kering (-).
5. Kepala
bentuk mesocephal, rambut warna hitam dan putih
6. Wajah
Simetris, eritema (-)
7. Mata
Konjungtiva pucat (-/-), sklera ikterik (-/-), perdarahan subkonjungtiva (-/-), pupil isokor dengan
diameter 3 mm/3 mm, reflek cahaya (+/+) normal, oedem palpebra (-/-), strabismus (-/-), cowong
(-/-)
8. Telinga
Sekret (-), darah (-), nyeri tekan mastoid (-) gangguan fungsi pendengaran (-)
9. Hidung
Deviasi septum nasi (-), epistaksis (-), nafas cuping hidung (-), sekret (-)
10. Mulut
Sianosis (-), gusi berdarah (-), kering (-), stomatitis (-), pucat (-), papil lidah atropi (-)
11. Leher
JVP (R+2) cm, trakea di tengah, simetris, pembesaran tiroid (-), pembesaran kelenjar getah bening
(-).
12. Thoraks
Bentuk normochest, simetris, retraksi intercostalis (-), pernafasan abdominothorakal, sela iga
melebar (-)
Jantung :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak, pulsasi precardial, epigastrium dan parasternal tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat.
Perkusi :
batas jantung kiri atas : spatium intercostale II, linea sternalis sinistra
batas jantung kiri bawah: spatium intercostale V, 1 cm medial linea medio
clavicularis sinistra
batas jantung kanan atas : spatium intercostale II, linea sternalis dextra
batas jantung kanan bawah : spatium intercostale IV, linea sternalis dextra
pinggang jantung : spatium intercostale III, linea parasternalis sinistra
Kesan : batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : HR 85 x/menit, bunyi jantung I-II intensitas normal,bising (-), gallop (-)
Pulmo Depan
Inspeksi
Statis : simetris, sela iga tidak melebar, iga tidak mendatar.
Dinamis: pengembangan dada simetris kanan = kiri, sela iga tidak melebar, retraksi intercostal
(-).
Palpasi
Statis : simetris
Dinamis : pergerakan kanan = kiri, fremitus raba kanan = kiri
Perkusi
Kanan : sonor
Kiri : sonor
Auskultasi
Kanan : Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Pulmo Belakang
Inspeksi :
Statis : punggung kanan kiri simetris
Dinamis : pengembangan dada simetris
Palpasi : fremitus raba simetris
Perkusi : paru kanan sonor, paru kiri sonor
Batas paru kanan bawah setinggi vertebre thoraks VI
Batas paru kiri bawah setinggi vertebre thoraks VII
Penanjakan diafragma : 5 cm kanan sama dengan kiri
Auskultasi:
Kanan: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
Kiri: Suara dasar vesikuler normal, suara tambahan (-)
13. Abdomen
Inspeksi : dinding perut sejajar dinding dada, distended (-), venektasi (-), sikatrik (-).
Auskultasi : peristaltik (+) normal
Perkusi : tympani, pekak alih (-), ascites (-), undulasi (-)
Palpasi : supel (-), nyeri tekan (-), Ballotement (-), Hepar dan lien tidak teraba
14. Kelenjar getah bening inguinal
tidak membesar
15. Ekstremitas : normal

PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI


1. DIAGNOSIS : Hipertensi Stage II
2. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana pengendalian hipertensi dilakukan dengan pendekatan:
a. Promosi kesehatan diharapkan dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan
diri serta kondisi lingkungan sosial, diintervensi dengan kebijakan publik, serta dengan meningkatkan
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai prilaku hidup sehat dalam pengendalian
hipertensi.
b. Preventif dengan cara larangan merokok, peningkatan gizi seimbang dan aktifitas fisik untuk
mencegah timbulnya faktor risiko menjadi lebih buruk dan menghindari terjadi rekurensi faktor
risiko.
c. Kuratif dilakukan melalui pengobatan farmakologis dan tindakan yang diperlukan. Kematian
mendadak yang menjadi kasus utama diharapkan berkurang dengan dilakukannya pengembangan
manajemen kasus dan penanganan kegawatdaruratan disemua tingkat pelayanan dengan
melibatkan organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan yang dibutuhkan dalam
pengendalian hipertensi.
d. Rehabilitatif dilakukan agar penderita tidak jatuh pada keadaan yang lebih buruk dengan
melakukan kontrol teratur dan fisioterapi Komplikasi serangan hipertensi yang fatal dapat
diturunkan dengan mengembangkan manajemen rehabilitasi kasus kronis dengan melibatkan unsur
organisasi profesi, pengelola program dan pelaksana pelayanan di berbagai tingkatan.

Pelaksannan
Terapi Non-farmakologis:
Pengendalian faktor risiko yang dapat saling berpengaruh terhadap terjadinya hipertensi, hanya
terbatas pada faktor risiko yang dapat diubah, dengan usaha-usaha sebagai berikut :
a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan
b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh
c. Ciptakan keadaan rileks dan melakukan olah raga teratur
d. Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol

Terapi famakologis:
Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan kematian
akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas
hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa kerja yang panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditarnbahkan selama beberapa
bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi yang cocok bergantung pada
keparahan penyakit dan respon penderita terhadap obat anti hipertensi.
Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :
a. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi
b. Pengobatan hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
c. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur
hidup.
Terapi farmakologis yang diberikan adalah:
- Terapi Oral:

R/ Captopril 25 mg No. X
S 3 dd 1 tab
Edukasi yang diberikan kepada pasien:
a. Menjelaskan kepada pasien bahwa hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh
namun dapat dikontrol dengan modifikasi gaya hidup dan obat
b. Mengontrol faktor risiko, antara lain menurunkan kelebihan berat badan, mengurangi
asupan garam sehari-hari, menciptakan keadaan rileks, melakukan olah raga teratur
c. Meminum obat secara teratur dan kembali kontrol sebelum obat habis
d. Rujukan dilakukan bilamana terapi yang diberikan di pelayanan primer belum dapat
mencapai sasaran pengobatan yang diinginkan atau dijumpai komplikasi penyakit lainnya akibat
penyakit hipertensi.

Monitoring
Apabila pasien datang untuk kontrol, dilakukan evaluasi apakah keluhan yang dialami sudah
berkurang atau belum. Memeriksa tekanan darah pasien. Ditanyakan apakah obat masih ada atau
tidak. Jika tekanan darah masih belum memenuhi sasaran setelah beberapa kali pengobatan dan
modifikasi gaya hidup yang tepat atau ditemukan komplikasi dari hipertensi, maka pasien perlu
dirujuk ke dokter spesialis.
 Jenis Kegiatan :  F2 - Upaya Kesehatan Lingkungan
Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Penyuluhan dan pelatihan cuci tangan Untuk Pencegahan Virus Covid 19
sudah masuk borANG.

Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling pentingdalam pencegahan dan pengontrolan
infeksi (Potter & Perry, 2005).Mencuci tangan merupakan proses pembuangan kotoran dan debu
secara mekanis dari kedua belah tangan dengan memakai sabun dan air. Tujuan cuci tangan adalah
untuk menghilangkan kotoran dan debu secara mekanis dari permukaan kulit dan mengurangi
jumlah mikroorganisme (Tietjen, 2003 dalam Moestika ).
Yang Saat ini magi di gemborkan soal VIrus covid 19 ini merupakan pencegahan sebagai pemutus
rantai penularan.
Diare biasanya kuman ditransmisikan dari tangan yang tidak bersih ke makanan. Kuman-kuman
kemudian memapar ke person yang makanan tersebut. Hal ini bisa diegah dengan selalu mencuci
tangan setelah menggunakan toilet dan sebelum menyiapkan makanan ( Darmiatun, 2013).
Mencuci tangan juga dapat menghilangkan sejumlah besar virus yang menjadi penyebab berbagai
penyakit, terutama penyakit yang menyerang saluran cerna, seperti diare dan saluran nafas seperti
influenza. Hampir semua orang mengerti pentingnya mencuci tangan pakai sabun, namun masih
banyak yang tidak membiasakan diri untuk melakukan dengan benar pada saat yang penting ( Umar,
2009 dalam Mirzal ).
Sebagian masyarakat mengetahui akan pentingya mencuci tangan, namun dalam kenyataanya masih
sangat sedikit ( hanya 5% yang tahubagaimana cara melakukanya dengan benar. Hal ini sangat
penting untuk di ajarkan pada masyarakat agar bias mencegah terjadinya penyakit ( Siswanto, 2009
dalam Zuraidah ).
Menurut penelitian WHO, 100 ribu anak Indonesia meninggalsetiap tahunnya karena diare. Data
yang dirilis oleh Riskedas tahun 2007 menyebutkan diare termasuk salah satu dari dua penyebab
kematian terbanyak pada anak-anak, selain pneumonia. Kematian pada pada anak umur 4-11 tahun
yang disebabkan diare sebanyak 25,5% dan pneumonia15,5%. Sebanyak 40 hingga 60 % diare pada
anak terjadi akibat rotavirus. Biasanya virus masuk mulut melalui tangan yang terkontaminasi
kotoran akibat tidak mencuci tangan.

Permasalhan
saati ini yaitu dengan adanya pandemi virus covid 19 , sehingga salah satu pencegahan penularan
covid 19 yaitu dengan salahsatunya cuci tangan .
laporan di dapatkan terdapat di sebuah Pondok Pesantren Al Falah , terdapat santri yang setelah
berpergian dari pulau jawa yang di sinyalir sebaai zona merah di Indonesiaa . berjumlah kurang lebih
100 santri dan santriwati. karena dari pengarahan dari pemerintah setempat semua warga yang
datang dari zona merah harus di lakukan pemantauan atau yang di sebut ODP (orang dalam
pengawasan). maka dari itu ini merupakan masalah yang menjadi patokan untuk melkukan screaning
dan pengecekan pada santi ini.

Perencanaan
1. Masalah dan intervensi
permasalhan saati ini yaitu dengan adanya pandemi virus covid 19 , sehingga salah satu pencegahan
penularan covid 19 yaitu dengan salahsatunya cuci tangan .
2. Sasaran
Sasaran dari program ini adalahseluruh santri yang ada di ponpes AL Falah
3. Tujuan
Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran peserta didik akan pentingnya perilaku hidup bersih dan
sehat di lingkungan podok pesantren dengan mencuci tangan dengan menggunakan sabun yang
baik dan benaragar penularan virus covid 19 dapat terhenti.
4. Kegiatan
Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pemberdayaan. Pemberdayaan disini dilakukan dengan
memberi edukasi dan demonstrasi dalam bentuk pelatihan cara mencuci tangan dengan sabun yang
baik dan benar. Adapun materi yang diberikan berupa edukasi dan demonstrasi cara cuci tangan
dengan sabun yang baik dan benar.
5. Metode
Metode yang dilakukan adalah pemberian edukasi secara lisan dan demonstrasi secara langsung di
depan peserta didik.
6. Evaluasi kegiatan
Evaluasi kegiatan dengan memberikan pertanyaan terkait materi setelah diberikan penyuluhan,
serta kemampuan peserta didik untuk melakukan cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar
setelah diberikan pelatihan.

Pelaksanaan
Penyuluhan dilakukan di Pondok Pesantren Al Falah pada hari Kamis tanggal 2 April 2020 pada pukul
10.00 – 11.45 WIB. Peserta sejumlahkurang lebih 100 Orang. Materi yang diberikan meliputi tentang
cara cuci tangan yang baik dan benar serta demonstrasi cara cuci tangan dengan sabun yang baik
dan benar. Materi edukasi dan demonstrasi disampaikan kurang lebih selama 10 menit. Kemudian
dilanjutkan dengan sesi tanya jawab untuk mengetahui pemahaman para peserta didik akan materi
yang telah di berikan dilanjutkan dengan praktek secara langsung oleh peserta didik bagaimana cara
cuci tangan dengan sabun yang baik dan benar.

Monitoring
sekitar 65% paraa santri sudah menaati tentang cucitangan sebelum dan sesudah melakukan
kegiatan, namun masih ada yang malas untuk cuci tangan hanya dengan menggunakan
handsanitizer.
semua peserta dapat melakukan cuci tangan dengan baik dan benar sesuai prosedur namun masih
ada beberapa orang belum hafal langkah langkahnya

 Jenis Kegiatan :  F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular
Dokter Pendamping      :  Kasinem
Judul Lap. Kegiatan      :  Pencegahan Virur Covid 19

Pandemi koronavirus 2019–2020 atau dikenal sebagai pandemi COVID-19 adalah peristiwa
menyebarnya penyakit koronavirus 2019 (bahasa Inggris: coronavirus disease 2019, disingkat COVID-
19) di seluruh dunia. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru yang diberi nama SARS-
CoV-2 Wabah COVID-19 pertama kali dideteksi di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok pada bulan
Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11
Maret 2020. Hingga 28 Maret, lebih dari 620.000 kasus COVID-19 telah dilaporkan di lebih dari 190
negara dan teritori, mengakibatkan lebih dari 28.800 kematian dan 137.000 kesembuhan.
Virus SARS-CoV-2 diduga menyebar di antara orang-orang terutama melalui percikan pernapasan
(droplet) yang dihasilkan selama batuk. Percikan ini juga dapat dihasilkan dari bersin dan pernapasan
normal. Selain itu, virus dapat menyebar akibat menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi
dan kemudian menyentuh wajah seseorang. Penyakit COVID-19 paling menular saat orang yang
menderitanya memiliki gejala, meskipun penyebaran mungkin saja terjadi sebelum gejala muncul.[9]
Periode waktu antara paparan virus dan munculnya gejala biasanya sekitar lima hari, tetapi dapat
berkisar dari dua hingga empat belas hari. Gejala umum di antaranya demam, batuk, dan sesak
napas. Komplikasi dapat berupa pneumonia dan sindrom gangguan pernapasan akut. Tidak ada
vaksin atau pengobatan antivirus khusus untuk penyakit ini. Pengobatan primer yang diberikan
berupa terapi simtomatik dan suportif. Langkah-langkah pencegahan yang direkomendasikan di
antaranya mencuci tangan, menutup mulut saat batuk, menjaga jarak dari orang lain, serta
pemantauan dan isolasi diri untuk orang yang mencurigai bahwa mereka terinfeksi.
Upaya untuk mencegah penyebaran virus termasuk pembatasan perjalanan, karantina,
pemberlakuan jam malam, penundaan dan pembatalan acara, serta penutupan fasilitas. Upaya ini
termasuk karantina Hubei, karantina nasional di Italia dan di tempat lain di Eropa, serta
pemberlakuan jam malam di Tiongkok dan Korea Selatan, berbagai penutupan perbatasan negara
atau pembatasan penumpang yang masuk, penapisan di bandara dan stasiun kereta, serta informasi
perjalanan mengenai daerah dengan transmisi lokal. Sekolah dan universitas telah ditutup baik
secara nasional atau lokal di lebih dari 124 negara dan memengaruhi lebih dari 1,2 miliar siswa.
Pandemi ini telah menyebabkan gangguan sosioekonomi global, penundaan atau pembatalan acara
olahraga dan budaya, dan kekhawatiran luas tentang kekurangan persediaan barang yang
mendorong pembelian panik. Misinformasi dan teori konspirasi tentang virus telah menyebar secara
daring, dan telah terjadi insiden xenophobia dan rasisme terhadap orang Tiongkok dan orang-orang
Asia Timur atau Asia Tenggara lainnya.

Permasalahan
Bedasarkan laporan di dapatkan terdapat di sebuah Pondok Pesantren Al Falah , terdapat santri yang
setelah berpergian dari pulau jawa yang di sinyalir sebaai zona merah di Indonesiaa . berjumlah
kurang lebih 100 santri dan santriwati. karena dari pengarahan dari pemerintah setempat semua
warga yang datang dari zona merah harus di lakukan pemantauan atau yang di sebut ODP (orang
dalam pengawasan). maka dari itu ini merupakan masalah yang menjadi patokan untuk melkukan
screaning dan pengecekan pada santi ini.

Perencanaan
1. Masalah dan intervensi
Terdapat santri yang datang dari pulau jawa yang sebagi zona merah dan kembali ke Pondok
tersebut yaitu Pondok Pesantren AL Falah
2. Sasaran
Semua Santri dan Santriwati yang daru datang dari zona merah untuk di lakukan screaning .
3. Tujuan
sebagai upaya untuk pengawasan terhadap meluasnya virus Covid 19 .
4. Kegiatan
dilakukan wawancara terhadap seluruh santri dan kemudian di lakukan pemeriksan suhu tubuh.
5. Metode
Metode yang di lakukan yaitu wawancara dan pemeriksaan satu-persatu terhadap santri

Pelaksanaan
Pelaksaan di lakukan hari Kamis, 4 April 2020 pukil 10.00
Tempat : Pondok Pesantren Al Falah
pelaksana : 1 dokter , bidan 2. perawat 3, sopir ambulan 1.
Gambaran kegiatan.
1. dilakukan pengarahan sosialisai tentang pengetahuan virus covid 19 dengan cara pembagian
famflet , yang mencakup tentang bahya virus covid 19 , cara penularan, pencegahan, dll
2. dilakiukan anamnesa terhadap seluruh santri . yaitu mencakup keluhan apakaah ada : batuk
demam, nyeri tenggorokan , sesak nafas.
hasil di dapatkan ada yang bergejala batuk sudah lebih dari 1 bulan sebelum berpergian. kemudian
di sarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut di Puskesmas Talang Padang.
3. dilakukan pemeriksaan suhu tubuh
Pemeriksaan dini di lakukan pada seluruh santri di pondok pesantren tersebut .
hasil : tidak terdapat santri yang di indikasi demam .

monitoring
Secara keseluruhan penyuluhan dan pemeriksaan berjalan lancar dan tanpa hambatan.
hasil : hasil di dapatkan ada yang bergejala batuk sudah lebih dari 1 bulan sebelum berpergian.
kemudian di sarankan untuk pemeriksaan lebih lanjut di Puskesmas Talang Padang.
Tidak terdapat santri yang di indikasi demam
Tidak ada gangguan teknis yang terjadi selama penyuluhan dan pemeriksaan berlangsung. Para
peserta merespon dan menerima materi penyuluhan dengan baik dari hasil tanya jawab yang
dilakukan setelah pemberian materi. dan kemudian seluruh santri di pulangkan ke rumah masih2
untuk upaya sebagai pencegahan penyebaran virus covid 19

   Jenis Kegiatan :  F5 - Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

Dokter Pendamping      :  Moch Wahib Hasyim

Judul Lap. Kegiatan      :  VARICELLA

PESERTA HADIR

  Dokter Pendamping

  Peserta PIDI

LATAR BELAKANG
Berbagai jenis penyakit semakin banyak yang muncul salah satu penyebabnya adalah gaya hidup
dan lingkungan yang tidak sehat. Secara umum ada dua jenis penyakit yaitu penyakit menular
(Infectious Diseases) dan penyakit tidak menular (Non Infectious Diseases). Penyebaran penyakit
menular menjadi keprihatinan dan ancaman bagi masyarakat karena penyakit menular umumya
bersifat mendadak dan bisa menyerang seluruh lapisan masyarakat dalam waktu tertentu.
Penyakit Varicella disebut juga dengan Chickenpox, di Indonesia penyakit ini biasa dikenal dengan
cacar air. Varicella adalah suatu penyakit infeksi akut primer menular, disebabkan oleh Varicella
Zooster Virus (VZV), yang menyerang kulit dan mukosa, dan ditandai dengan adanya vesikel-vesikel.
Varisela merupakan penyakit yang tersebar luas diseluruh dunia menyerang terutama anak-anak,
namun dapat pula menyerang orang dewasa. Epidemik varisela terjadi pada musim dingin dan
musim semi, tercatat lebih dari 4 juta kasus, 11.000 rawat inap, dan 100 kematian tiap tahunnya. Di
Indonesia, insidennya cukup tinggi dan terjadi secara sproradis sepanjang tahun. Varisela merupakan
penyakit serius dengan persentasi komplikasi dan angka kematian tinggi pada dewasa, serta orang
imun yang terkompromi. Pada rumah tangga, presentasi penularan dari virus ini berkisar 65%-
86%.VVZ merupakan infeksi yang sangat menular dan menyebar biasanya dari oral, udara atau
sekresi respirasi dan terkadang melalui transfer langsung dari lesi kulit melalui transmisi
fetomaternal.2,3

Transmisi penyakit ini berlangsung secara aerogen. Varicella sangat mudah menular
terutama melalui kontak langsung, droplet atau aerosol dari lesi vesikuler di kulit ataupun melalui
saluran nafas, dan jarang melalui kontak tidak langsung. Masa penularannya, pasien dapat
menularkan penyakit selama 24-48 jam sebelum lesi kulit timbul sampai semua lesi timbul
krusta/keropeng, biasanya kurang lebih 6-7 hari dihitung dari timbulnya gejala erupsi di kulit.
Penyakit ini cepat sekali menular pada orang-orang di lingkungan penderita. Seumur hidup
seseorang hanya satu kali menderita varicella. Serangan kedua mungkin berupa penyebaran ke kulit
pada herpes zoster.
PERMASALAHAN
Mengingat kasus cacar air banyak menyerang anak-anak, sifat penularannya yang begitu cepat dan
dapat menimbulkan kerugian yang cukup besar. Dibutuhkan suatu cara untuk mengendalikan
penyebaran penyakit cacar air agar tidak menjadi wabah dalam suatu populasi.Oleh karena itu
pada penulisan kali ini kami akan mengangkat masalah mengenai varicellauntuk memahami lebih
dalam tentang gambaran klinis varicella dan terjadinya komplikasi berat yang dapat timbul, sehingga
dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
1. An.L laki-laki 14 tahun dengan keluhan muncul plenting-plenting berair di kulit sejak ± 3 hari lalu.
Pada awalnya muncul bintik bintik merah dan plenting berair di sekitar perut dan punggung,
kemudian plenting muncul di kedua tangan, kaki serta wajah.
2. Varicella adalah penyakit infeksi akut primer oleh virus Varicela zooster yang menyerang kulit dan
mukosa , berupa gejala klinik konstitusi, kelainan kulit yang polimorfik, terutama di bagian sentral
tubuh.
3. Diagnosis ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.
PELAKSANAAN
Puskesmas Gabus 1
MONITORING & EVALUASI
1. Monitoring
a. Memperhatikan respon orang tua pasien pada saat dilakukan alloanamnesis, penjelasan
diagnosis, rencana terapi, pemberian edukasi mengenai pengetahuan dan pencegahan penyakit.
b. Mengarahkan orang tua untuk memberikan pertanyaan dan menjawab pertanyaan yang
diajukan.
c. Orang tua pasien bersedia untuk datang kembali untuk kontrol atau membawa putrinya
kembali ke puskesmas bila kondisi belum membaik setelah obat habis. SUDAH MASUK BORANG
 Jenis Kegiatan :  F4 - Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

Dokter Pendamping      :  Moch Wahib Hasyim

Judul Lap. Kegiatan      :  Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat “Penyuluhan ASI Eksklusifpada Peserta Kelas Ibu

Hamil di Desa Soko

PESERTA HADIR

  Dokter Pendamping

  Peserta PIDI

LATAR BELAKANG

Pemberdayaan masyarakat pada program ASI eksklusif ini sangat penting untuk mencapai
kesejahteraan hidup bagi setiap individu maupun masyarakat luas sering disebut sebagai indikator
keberhasilan pembangunan. Keberhasilan pembangunan kesehatan dalam mencapai sasaran dan
target yang strategis sangat ditentukan oleh keberhasilan dalam menciptakan dan melestarikan
perilaku hidup sehat masyarakat. Saat ini derajat kesehatan masyarakat masih belum optimal
dipengaruhi oleh lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan faktor genetika (Kemenkes RI,
2011).
Program peningkatan pemberian Air Susu Ibu (ASI) khususnya ASI eksklusif merupakan program
prioritas. Hal ini dikarenakan memberikan dampak luas terhadap status gizi dan kesehatan balita.
Didukung pula konferensi tingkat tinggi tentang kesejahteraan anak menyepakati bahwa semua
keluarga harus mengetahui arti penting mendukung dalam tugas pemberian ASI saja selama enam
bulan untuk perempuan pada kehidupan pertama bagi anak (Kemenkes RI, 2013).
Rekomendasi terakhir oleh UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara
lainnya menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama enam bulan. Hal ini dikarenakan
ditemukan bukti bahwa pemberian makanan pada usia terlalu dini memberikan efek negatif pada
bayi dan dapat mengganggu pemberian ASI eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi,
selain itu tidak ditemukan bukti yang mendukung bahwa pemberian makanan padat/tambahan pada
usia empat atau lima bulan lebih menguntungkan, bahkan tidak ada dampak positif untuk
perkembangan dan pertumbuhan bayi.
PERMASALAHAN
Kurangnya pengetahuan masyarakat desa Soko mengenai pentingnya pemberian ASI Eksklusif pada
bayi.
PERENCANAAN & PEMILIHAN INTERVENSI
Tujuan
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan diharapkan mampu
memahami tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga mau melakukan pemberian ASI
eksklusif
Sasaran
Peserta kelas ibu hamil desa Soko
PELAKSANAAN
Waktu
Penyuluhan tentang ASI eksklusif dilaksanakan pada :
1. Hari, tanggal : Kamis, 19 Desember 2019
2. Jam : 10.00 – selesai
Tempat
Penyuluhan dilaksanakan di kediaman Bidan Desa Soko.
MONITORING & EVALUASI
Metode
Metode yang digunakan ialah melalui presentasi oral dan diskusi tanya jawab
Media
Media yang digunakan ialah media presentasi / leaflet

Anda mungkin juga menyukai