PNEUMONIA
OLEH :
K1B1 20 039
PEMBIMBING
dr. Mustaring, Sp.A
FAKULTAS KEDOKTERAN
KENDARI
2021
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : An. SS
Tanggal Lahir : 24 Agustus 2019 (2 Tahun 2 Bulan)
Alamat : Jl. Saano, Puuwatu
Suku : Tolaki
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
No. RM : 22 85 52
Tanggal Masuk RS : 20 Oktober 2021 (22.00 WITA)
B. Anamnesis (Alloanamnesis)
1. Keluhan Utama
Demam
2. Anamnesis Terpimpin
Anak perempuan usia 2 tahun 2 bulan diantar orang tuanya ke IGD
dengan keluhan demam yang dirasakan sejak 3 hari SMRS. Demam
terus menerus. Keluhan lain batuk (+) sejak 3 hari SMRS. Dahak (+).
Keluhan lain seperti mual (-), muntah (-), nyeri tenggorokan (-), sesak
(+), nyeri perut (-), lemas (+), nafsu makan menurun (+), BAB dan
BAK dalam batas normal.
Riwayat penyakit dahulu : Riwayat rawat inap 1 minggu di RS Aliyah
karena muntah
Riwayat penyakit keluarga : -
Riwayat pengobatan : -
Riiwayat kelahiran : cukup bulan, gemeli, lahir SC
Riwayat kehamilan ibu : tidak pernah konsumsi obat dan sakit. Rajin
memeriksa diri ke bidan.
Riwayat imunisasi : Lengkap sesuai usia
C. Pemeriksaan Fisik
1. Status Generalis
- Keadaan umum : Sakit berat
- Kesadaran : Compos Mentis (E4V5M6)
- Tanda Vital
Tekanan darah : - mmHg
Nadi : 118 x/menit
Suhu : 39,1 oC
Pernafasan : 48 x/menit
SpO2 : 99 %
- Pucat :-
- Ikterus :-
- Sianosis :-
- Turgor : Kesan Normal
- Tonus : Kesan Normal
- Edema : (-/-)
2. Pemeriksaan Fisik
- Berat Badan : 11 kg
- Tinggi Badan : 95 cm
- Status Gizi : Kurang
BB/TB % : Z < -2 SD (Gizi Kurang)
- Kepala : normocephal
- Muka : simetris kiri dan kanan
- Rambut : hitam, tidak mudah tercabut
- Ubun-ubun besar : sudah tertutup
- Telinga : otitis (-/-), serumen (-/-), otorhea (-/-)
- Mata : edema palpebra (-/-), pendarahan
subkonjungtiva (-/-), konjungtiva anemis (-/-), mata cekung (-/-)
- Hidung : napas cuping hidung (+), Epitaksis (-/-), rinore
(-)
- Bibir : pucat (-), kering (-), sianosis (-)
- Lidah : kotor (-), tremor (-)
- Mulut : pendarahan gusi (-), stomatitis (-)
- Tenggorok : hiperemis (-)
- Tonsil : T1-T1 , hiperemis (-)
- Leher : tidak ada pembesaran KGB
- Bentuk dada : Normochest, simetris, iga gambang (-)
Jantung
Ictus cordis : tidak teraba, tidak tampak
Batas kiri : ICS 4 linea midclavicularis sinistra
Batas kanan : ICS 5 linea parasternalis dekstra
Irama : BJ I/BJ II murni reguler
Paru
Inspeksi : simetris kiri dan kanan, retraksi subcostal (+/+)
Palpasi : krepitasi (-), nyeri tekan (-), massa tumor (-), batas paru
hepar ICS 5,
Perkusi : sonor kiri dan kanan
Auskultasi : bunyi napas bronkovesikuler (+/+), krepitasi (-/-),
ronkhi (+/+), wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : datar, mengikuti gerak napas, distensi abdomen(-)
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Perkusi : timpani (+)
Palpasi : distended (-), nyeri tekan (-)
Limfa : tidak teraba
Hepar : tidak teraba
Alat kelamin : edema (-), tidak ada kelainan
Kelenjar limfe : tidak teraba pembesaran
Kulit : sianosis (-/-), ikterus (-/-), peteki (-/-)
Agggota gerak : peteki (-/-), akral dingin (-/-), sianosis (-/-), CRT < 2
detik
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah Rutin
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Darah Rutin Tanggal 20/10/2021
F. Perencanaan
1. Rencana Diagnostik
Observasi tanda-tanda vital, keadaan umum, balance cairan,
pemeriksaan darah rutin, foto thoraks, dan mantoux test.
2. Rencana Terapi
a. Non Medikamentosa
Monitoring tanda-tanda vital, keadaan umum, balance cairan, dan
tirah baring.
b. Medikamentosa
1) O2 0,5-1 Lpm
2) IVFD D5% 10 Tpm (Mikro)
3) Cefotaxim inj 500mg/12j/IV
4) Gentamisin inj 20mg/12j/IV
5) PCT inf 110mg/6j/IV prn demam
6) Ambroxol 3x1/2 cth
7) Multivitamin 1x1/2 cth
G. Follow Up
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi
alveolus dan jaringan interstisial.walaupun banyak pihak yang
sependapat bahwa pneumonia adalah suatu keadaan inflamasi, namun
sangat sulit untuk merumuskan satu definisi tunggal yang universal.
Pneumonia adalah sindrom klinis, sehingga didefinisikan berdasarkan
gejala dan tanda klinis, dan perjalanan penyakitnya.Salah satu definisi
klinis klasik menyatakan pneumonia adalah penyakit respiratorik yang
ditandai dengan batuk, sesak napas, demam, ronki basah, dengan
gambaran infiltrat pada foto rontgen toraks. Dikenal istilah lain yang
mirip yaitu pneumonitis yang maksudnya lebih kurang sama. Banyak
yang menganut pengertian bahwa pneumonia adalah inflamasi paru
karena proses infeksi sedangkan pneumonitis adalah inflamasi paru non-
infeksi. Namun hal inipun tidak sepenuhnya ditaati oleh para ahli.1
B. Epidemiologi
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah
kesehatan utama pada anak di negara berkembang. Pneumonia
merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak di bawah
lima tahun (balita) sehingga World Health Oganization (WHO)
menjulukinya sebagai “the leading killer of children worldwide”.
Diantara lima kematian balita, satu disebabkan oleh pneumonia, namun
tidak banyak perhatian terhadap penyakit ini sehingga pneumonia
disebut juga pembunuh balita yang terlupakan atau the forgotten killer
of children. Insidens pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju
adalah 2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-
20 kasus/100 anak/tahun,
Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun di
negara berkembang. Diperkirakan hampir sperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita, meninggal setiap tahun
karena pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara.
Menurut Survei Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian bayi
dan 22,8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh penyakit sistem
respiratorik, terutama pneumonia.2,3
Di Indonesia, Pneumonia menduduki peringkat kedua penyebab
kematian bayi (12,3%) dan balita (13,2%) setelah diare. Pneumonia
termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak penyakit rawat inap di
rumah sakit tahun 2010.6 Berdasarkan data Laporan Rutin Subdit ISPA
Tahun 2017, didapatkan insiden (per 1000 balita) di Indonesia sebesar
20,54. Data dari Riskesdas juga menyatakan bahwa prevalensi
pneumonia di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2017 ke
tahun 2018 yaitu dari 3.55% di tahun 2017 menjadi 4% di tahun 2018.
Di Bali sendiri, prevalensi pneumonia juga mengalami peningkatan
yaitu 2.05% pada 2017 menjadi sekitar 3.25% pada tahun 2018.4
Selain itu menurut Sarlis dan Filda (2018) yang mengutip dari
Kementerian Kesehatan memaparkan bahwa angka kejadian pneumonia
anak dan balita pada tahun 2008 sekitar 26,26%, tahun 2009 sekitar
25,91%, tahun 2010 sekitar 23%, tahun 2011 sekitar 23,98%, tahun
2012 sekiatar 23,42%, tahun 2013 sekitar 24,46%, tahun 2014 sekitar
29,47%, tahun 2015 sekitar 63,45%. Angka kematian yang diakibatkan
oleh pneumonia pada balita tahun 2015 sebesar 0,16 lebih besar
dibandingkan pada tahun 2014 yaitu sebesar 0,08%. Pneumonia
merupakan penyebab kematian pada balita yang menempati nomor urut
kedua setelah kasus diare.6
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) memaparkan
bahwa di Indonesia Pneumonia telah didiagnosis pada kelompok umur
<1 tahun sebesar 2,1%, kelompok umur 1-4 tahun sebesar 2,1%,
kelompok umur 5-14 tahun sebesar 1,7% dan kelompok umur 15-24
sebesar 1,8%.7
C. Etiologi
Berbagai mikroorganisme dapat menyebabkan pneumonia, antara
lain virus, jamur, dan bakteri. Etiologi pneumonia pada neonates dan bayi
kecil meliputi Streptococcus group B dan bakteri gram negative seperti E.
Coli, Pseudomonas sp, Klebsiella sp. Sedangkan S. pneumoniae
merupakan penyebab tersering pneumonia bacterial pada semua kelompok
usia. Virus lebih sering ditemukan pada anak kurang dari 5
tahun.Respiratory Synctial Virus (RSV) merupakan virus penyebab
tersering pada anak usia kurang dari 3 tahun. Pada umur yang lebih muda,
adenovirus, parainfluenza virus, dan influenza virus juga ditemukan.
Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia, lebih sering
ditemukan pada anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering
yang ditemukan pada anak lebih dari 10 tahun.3
D. Patomekanisme
Lobus masih tetap padat dan warna merah berubah menjadi pucat
kelabu terjadi karena sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru
yang terinfeksi. Permukaan pleura suram karena diliputi oleh fibrin.
Alveolus terisi fibrin dan leukosit, tempat terjadi fagositosis
pneumococcus, kapiler tidak lagi kongestif.
2. Manifestasi Klinis
Pneumonia pada anak dapat diketaui dengan melihat gejala klinis.
Adapun gejala klinis yang sering dijumpai pada pneumonia antara
lain:14
a. Didapatkan retraksi epigastrik, interkostal ataupun substernal
b. Frekuensi napas diatas batas normal dan anak bernapas dengan
menggunakan cuping hidung
c. Biasanya didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagianatas
d. Didapatkan demam, dispneu dan kadang disertai muntah
sertadiare
e. Batuk dimulai dari batuk kering kemudian menjadi
batukproduktif
f. Pada pemeriksaan fisik auskultasi didapatkan ronki basa halus
Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada anakdengan
pneumonia yaitu demam (92,7%) dengan suhu 37,6oC, batuk
92,1% serta muntah sekitar 39,3%. Gejala yang paling menonjol
pada anak yaitu sesak ditandai dengan frekuensi napas yang
didapatkan lebih dari 60x/menit.4
3. Diagnosis
b. Pemeriksaan Fisis
1) Menilai keadaan umum anak, frekuensi napas serta nadi harus
dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan lain yang dapat
menyebabkan anakrewel
2) Menilai keadaan umum antara lain kesadaran dan kamampuan
makan serta minumanak
3) Melihat apakah terdapat gejala distres pada anak seperti
takipnea, retraksi subkostal, batuk, kreapitasi dan penurunan
suaraparu
4) Hasil pengukuran suhu didapatkan suhu melabihi batas normal
dan didapatkansianosis
5) Pada anak yang berusia dibawah lima tahun mungkin tidak
menunjukan gejala pneumonia yang khas. Pada anak yang
demam dan sakit akut didapatkan gejala nyeri yang
diproyeksikan ke abdomen. Pada bayi muda didapat gejala
pernapasan tak teratur dan hypopnea.
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Radiologi
a) Foto polos dada tidak direkomendasikan secara rutin
dilakukan pada anak dengan infeksi saluran pernapasan
bagian bawah akut tingan tanda adakomplikasi
b) Pemeriksaan foto polos dada disarankan atau
direkomendasikan pada penderita pneumonia yang dirawat
inap atau bila dijumpai tanda dan gejala klinis
yangmembingungkan
c) Pemeriksaan foto polos dada follow up hanya dilakukan
apabila didapatkan adanya kolaps pada lobus paru, dicurigai
adanya komplikasi, pneumonia berat, gejala yang menetap
atau memburuk dan tidak akanya respon terhadap antibiotik
d) Pemeriksaan foto polos dada tidak dapat menentukan agen
penyebab terjadinyapneumonia
2) Pemeriksaan Laboratorium
a) Pemeriksaan jumlah leukosit serta perlu dilakukan untuk
membantu menentukan pemberianantibiotik
b) Pemeriksaan kultur bakteri dan pewarnaan Gram pada
sputum dengan kualitas yang baik direkomendasikan dalam
menatalaksana anak dengan pneumonia berat
c) Pemeriksaan kultur darah tidak disarankan dilakukan secara
rutin pada pasien rawat jalan, namun direkomendasikan
pada pasien rawat inap dengan kondisi berat dan pada
setiap anak yang dicurigai menderita pneumonia
akibatbakterial
3) Pemeriksaan Lain
Pada setiap anak yang dirawat inap dengan kasus
pneumonia perlu dilakukan pemeriksaan pulse oxymetry.
Pemeriksaan pulse oxymetry ini bertujuan untuk mengetahui
saturasi oksigen saat dilakukan pemberian maupun
penghentian terapi dengan menggunakan oxygen.6
4. Penatalaksanaan
Tatalaksana yang dapat diberikan pada pasien pneumonia yaitu
terapi supportif dan terapi berdasarkan kausal atau penyebab dari
pneumonia itu sendiri. Adapun terapi supportif yang dapat diberikan
berdasarkan Pedoman Palayanan Medis yang di keluarkan oleh
World Health Organization (WHO) yaitu pasien dengan saturasi
oksigen dibawah dari 92% perlu diberikan oksigen dengan
menggunakan nasal kanul atau sungkup dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen dan menaikannya diatas 92%.
Terapi cairan yang diberikan pada pasien anak yang mengalami
pneumonia yaitu dengan pemberian infus dextrosa 5% sebanyak 8
tetas permenitnya.
E. Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empyema torasis,
pericarditis purulenta, pneumotoraks, sepsis atau infeksi ekstrapulmoner
seperti meningitis.7
F. Prognosis
Pada umumnya dapat sembuh namun mortalitas makin tinggi jika
sudah terjadi komplikasi. Mortalitas diakibatkan oleh bakterimia oleh
karena Streptococcus pneumoniae dan Staphylococcus aureus, tetapi di
negara berkembang juga berkaitan dengan malnutrisi dan kurangnya akses
perawatan. Penyakit ini juga merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas anak berusia <5 tahun.5
BAB III
ANALIS KASUS
Kasus Analisis
Demam (+), Sesak (+), Batuk Gejala klinis yang paling sering dijumpai pada
(+) sejak 3 hari SMRS anak dengan pneumonia yaitu demam (92,7%)
dengan suhu 37,6oC, batuk (92,1%) serta
muntah sekitar (39,3%). Gejala yang paling
menonjol pada anak yaitu sesak ditandai dengan
frekuensi napas yang didapatkan lebih dari
60x/menit.
Anak perempuan Usia 2 Tahun Anak dengan sistem imunitas yang tidak
2 Bulan sempurna menyebabkan daya tahan tubuh
terhadap penyakit infeksi menjadi berkurang,
sehingga anak mudah terkena pneumonia, dan
lubang pernapasan yang masih relatif sempit
Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas,
2018) memaparkan bahwa di Indonesia
Pneumonia telah didiagnosis pada kelompok
umur <1 tahun sebesar 2,1%, kelompok umur1-
4 tahun sebesar 2,1%, kelompok umur 5-14
tahunsebesar1,7% dan kelompok umur15-24
sebesar 1,8%.7
Pemeriksaan Fisik : Pada pneumonia akan didapatkan suara
• Pernapasan cuping hidung tambahan berupa suara rhonki akibat adanya
(+), udara yang melewati saluran napas yang
• Respirasi: Bronkovesikuler mengalami penyempitan atau obstruksi. Gejala
(+/+), Ronkhi (+/+), distress napas pada anak seperti takipnea,
Retraksi subcostal (+/+), retraksi subkostal, interkostal, batuk, kreapitasi
Wheezing (-/-) dan penurunan suara paru.19