Disusun Oleh:
K1B1 20 068
Pembimbing:
Nama : An. N
Umur : 9 Tahun
PBL : - cm
BB masuk : 26 kg
TB masuk : 127 cm
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Tolaki
No. RM : 25 52 xx
B. ANAMNESIS
Anamnesis Terpimpin
Anak Perempuan berusia 9 tahun datang ke IGD RSUD Kota Kendari dengan
keluhan sesak napas sejak 1 hari masuk rumah sakit, sesak napas dirasakan
kali/minggu. Saat sesak pasien tampak gelisah lebih senang duduk bertopang
lengan daripada berbaring. Ibu pasien mengatakan jika sesak napas anaknya
combivent dan ibuprofen oleh orang tuanya namun tidak membaik. Batuk
berdahak (+), namun dahaknya tidak bisa dikeluarkan, pilek (-), mual dan
muntah (-), demam (+) sejak 1 hari. nafsu makan berkurang, BAB dan BAK
usinya
C. PEMERIKSAAN FISIK
Antropometri : BB : 26 Kg │ TB : 127 cm
Tanda Vital :
Pernapasan : 38 x/menit
Suhu : 38,6 ºC
Sp02 : 98 %
Kepala : Normocephal
Paru :
Jantung
Perkusi : Pekak
Auskultasi : BJ I/II murni regular, bunyi tambahan (-)
Souffle: -
Thrill : -
Abdomen :
Perkusi : tymphani
Anggota Gerak :Akral hangat (+), Tonus baik, Spastik (-), Ekstremitas
KPR : (+)
APR : (+)
D. PEMRIKSAAN PENUNJANG
keluhan sesak napas sejak 1 hari masuk rumah sakit, sesak napas dirasakan
dan hanya bisa bicara per kata. Sesak napas dirasakan pasien biasa > 1
kali/minggu. Saat sesak pasien tampak gelisah lebih senang duduk bertopang l
engan daripada berbaring. Ibu pasien mengatakan jika sesak napas anaknya
combivent dan ibuprofen oleh orang tuanya namun tidak membaik. batuk
berdahak (+), namun dahaknya tidak bisa dikeluarkan, pilek (-), mual dan
muntah (-), demam (+) sejak 1 hari. nafsu makan berkurang, BAB dan BAK
SpO2 : 98% dan status gizi baik. Pemeriksaan kepala, mata,hidung, telinga
abdomen, jantung dan ekstremitas dalam batas normal. Pada pemeriksaan paru
tanggal 14 Oktober 2021 : Negatif dan pemeriksaan radiologi foto thorax tamp
F. DIAGNOSIS KERJA
G. DIAGNOSIS BANDING
1. Pneumonia
2. Bronkiektasis
H. PENATALAKSANAAN
3. O2 3 LPM
6. FOLLOW UP
Tanggal
DD : Pneumonia, Bronkiektasis
TINJAUAN PUSTAKA
1. ASMA BRONKIAL
A. DEFENISI
saluran respiratori seperti wheezing (mengi), sesak napas, dan batuk yang
klinis ditandai dengan adanya wheezing, batuk, dan sesak napas yang
berulang.2,5
Manifestasi klinis asma dapat berupa batuk, wheezing, sesak napas, dada
tertekan yang timbul secara kronik dan atau berulang, reversibel, cenderung
memberat pada malam atau dini hari, dan biasanya timbul jika ada
pencetus.4
B. EPIDEMILOGI
baik laki-laki maupun perempuan dan dapat muncul kapan saja. Menurut
For Asthma) tahun 2003, lebih dari 5,2 juta orang Inggris mendapat terapi
Asma Bronkial. Jumlah ini terdiri dari 1,1 juta anak- anak dan 4,1 juta
orang dewasa.5
laki dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun
pada usia yang lebih tua. Pada orang dewasa serangan Asma Bronkial dimulai
pada umur lebih dari 35 tahun. Perempuan lebih banyak dari pada pria. Di
C. PATOGENESIS
1. Hiperresponsivitas saluran napas
dispnea setelah terpapar oleh alergen, iritan lingkungan, infeksi virus, udara
hiperresponsif.2,3
otot polos bronkus yang diprovokasi oleh mediator yang dilepaskan sel
jangka waktu yang lama dan inflamasi saluran pernapasan yang semakin
kembali.2,4
3. Hipersekresi mukosa
dan sel goblet pada saluran napas penderita asma yang disebabkan oleh
hampir selalu didapatkan pada asma yang berat. Hipersekresi mukus akan
mengurangi gerakan silia, mempengaruhi lama inflamasi, dan
D. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
yang diterima luas sebagai titik awal diagnosis asma. Gejala respiratori
asma berupa kombinasi dari batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada
- Iritan: asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu
cold,rinofaringitis
bahkan dalam 24 jam. Biasanya gejala lebih berat pada malam hari
(nokturnal).
2. Pemeriksaan fisik
Dalam keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya
tidak ditemukan kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak,
dapat terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung (audible wheeze) atau
yang terdengar dengan stetoskop. Selain itu, perlu dicari gejala alergi lain pada
pasien seperti dermatitis atopi atau rhinitis alergi, dan dapat pula dijumpai tanda
3. Pemeriksaan penunjang
atopi pada pasien. Uji fungsi paru dengan spirometri sekaligus uji reversibilitas
Uji cukit kulit (skin prick test), eosinofil total darah, pemeriksaan
IgEspesifik.
oxide),eosinofil sputum.
E. TATALAKSANA
Obat asma dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu obat pereda
(reliever) dan obat pengendali (controller). Obat pereda atau obat serangan
digunakan untuk meredakan serangan atau gejala asma bila sedang timbul. Bila
serangan sudah teratasi dan gejala tidak ada lagi, maka pemakaian obat ini
jangka waktu lama bergantung pada kekerapan gejala asma dan responnya
terhadap pengobatan.2,5
1. Steroid Inhalasi
steroid inhalasi yang baru, efek sistemik minimal dan deposisi obat di
3. Antileukotrien
diberikan sebagai kombinasi dengan steroid inhalasi pada anak usia di atas
pada anak dengan asma persisten. Preparat teofilin lepas lambat lebih
penggunaan jangka lama kadar teofilin dalam plasma erlu dimonitor. Efek
samping teofilin lepas lambat terutama timbul pada dosis tingg, diatas
5. Anti-imunoglobulin E (Anti-IgE)
mengurangi kadar IgE bebas dalam serum. Pad aorang dewasa dan anak di
atas usia 5 tahun, omalizumab dapat diberikan pada pasien asma yang
telah mendapat steroid inhalasi dosis tinggi dan agonis β2 kerja panjang
dari gejala-gejala batuk, sesak napas, wheezing, rasa dada tertekan, atau
berat, dan ancaman gagal napas. Tatalaksana serangan asma tergatung dari
kesehatan/Rumah Sakit.
1. Tatalaksana di rumah
Jika tidak ada keadaan risiko tinggi seperti pada kotak 2, berikan inhalasi
Berikan agonis β2 kerja pendek, lihat responnya. Bila gejala (sesak napas
Jika gejala belum membaik dalam 30 menit, ulangi pemberian sekali lagi.
Jika dengan 2 kali pemberian agonis β2 kerja pendek via nebulizer belum
- Berikan agonis β2 kerja pendek serial via spacer dengan dosis: 2-4 semprot.
Berikan satu semprot obat ke dalam spacer diikuti 6-8 tarikan napas
melalui antar muka (interface) spacer berupa masker atau mouthpiece. Bila
belum ada respon, berikan semprot berikutnya dengan siklus yang sama.
fasyankes.2,4
Tindak lanjut:
inhalasi daripada preparat oral) dan steroid oral. Pemberian steroid oral
bisa dilanjutkan sampai 3-5 hari lalu dapat dihentikan langsung tanpa
tappering off.
inap.
Oksigen 2-4 liter per menit diberikan sejak awal termasuk pada
saat nebulisasi
rontgen toraks.
Apabila pasien menunjukan gejala dan tanda ancaman gagal napas, pasien
dan/atau pneuomediastinum.
meskipun tentu saja gagal napas dapat terjadi pada kadar PaCO2
Oksigen yang telah diberikan saat pasien masih di UGD tetap diberikan
Setelah pasien menjalani dua kali nebulisasi dalam 1 jam dengan respon
Jika dalam 12 jam klinis tetap baik, maka pasien dipulangkan dan
Jika ada dehidrasi dan asidosis maka berikan cairan intravena dan
koreksi asidosisnya.
Steroid intravena diberikan secara bolus, setiap 6-8 jam. Dosis steroid
oksigen dilanjutkan setiap 1-2 jam. Jika dalam 4-6 kali pemberian
dan kejang.
pemberian peroral.
Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat agonis β2 (hirupan atau oral) yang diberikan setiap 4-6 jam
selama 24-48 jam. Selain itu, steroid oral dilanjutkan hingga pasien
kontrol ke klinik rawat jalan dalam 3-5 hari untuk reevaluasi tatalaksana.
2,6
2. Ipratropium bromida
agomis saja. Kombinasi tersebut dapat diberikan sebagai obat pulang yang
dipakai di rumah jika pasien dapat diedukasi dengan baik dan dapat
3. Aminofilin intravena
4. Steroid sistemik
per oral dengan dsis 1-2 mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum sampai 40
mg/hari, maksimal 1 kali dalam 1 bulan. Lama pemberian 3-5 hari tanpa
tappering off.
5. Adrenalin
7. Steroid inhalasi
8. Mukolitik
berhati-hati pada anak dengan refleks batuk yang tidak optimal. Hati-hati
mukolitik secara inhalasi tidak memunyai efek yang signifikan dan tidak
9. Antibiotik
asma. Pada serangan yang berat perlu dipikirkan adanya suatu penyulit
11. Antihistamin
BAB III
ANALISIS KASUS
A. ANAMNESIS
Anak Perempuan berusia 9 tahun datang ke IGD RSUD Kota Kendari dengan
keluhan sesak napas sejak 1 hari masuk rumah sakit, sesak napas dirasakan
dan hanya bisa bicara per kata. Sesak napas dirasakan pasien biasa > 1
kali/minggu. Saat sesak pasien tampak gelisah lebih senang duduk bertopang l
engan daripada berbaring. Ibu pasien mengatakan jika sesak napas anaknya
combivent dan ibuprofen oleh orang tuanya namun tidak membaik. batuk
berdahak (+), namun dahaknya tidak bisa dikeluarkan, pilek (-), mual dan
muntah (-), demam (+) sejak 1 hari. nafsu makan berkurang, BAB dan BAK
Pada umumnya, kasus asma bronkhial dapat terjadi pada usia berapapun
tetapi paling sering berawal pada anak usia dini. Asma terjadi sebagai hasil
pencegahan. Prevalensi Asma Bronkial terdiri dari 1,1 juta anak- anak.
dan perempuan sebesar 1,5:1 dan perbandingan ini cenderung menurun pada
Pada kasus didapatkan adanya sesak sejak 1 hari yang lalu. Sesak
dirasakan pasien setelah aktifitas fisis seperti berlari dan sesak dirasakan terus
seperti asap rokok, asap bakaran sampah, asap obat nyamuk, suhu dingin,
makanan, pewarna makanan dan bahan allergen seperti debu, tungau debu
rumah, rontokan hewan,dan serbuk sari. Infeksi respiratori akut karena virus,
selesma, common cold, rinofaringitis. Pada kasus ini sesak pasien muncul
ketika aktifitas fisis berlebih seperti berlari. Sesak dialami pasien juga muncul
selain karena aktifitas fisik berlebih ataupun bahan iritan. Sesak dialami biasa
>1 kali perminggu. Gejala respiratori asma yang lain berupa kombinasi dari
batuk, wheezing, sesak napas, rasa dada tertekan, dan produksi sputum. Pada
kasus ini pasien juga mengeluhkan batuk berdahak, namun pasien tidak bisa
mengeluarkan dahaknya.
fisik hari ke 3 dan 4 sudah tidak ditemukan lagi adanya wheezing. Dalam
keadaan stabil tanpa gejala, pada pemeriksaan fisis pasien biasanya tidak
ditemukan kelainan. Dalam keadaan sedang bergejala batuk atau sesak, dapat
terdengar wheezing, baik yang terdengar langsung atau yang terdengar dengan
Tatalaksana asma bronkial terdiri atas obat pereda (reliever) dan obat
serangan yang dialami saat datang difasilitas pelayanan kesehatan. Pada kasus
Pasien dengan gejala dan tanda klinis yang memenuhi kriteria serangan asma
berat harus dirawat di ruang rawat inap. Nebulisasi yang diberikan pertama kali
per menit diberikan sejak awal termasuk pada saat nebulisasi.Pasang jalur
parenteral pada pasien dan lakukan pemeriksaan rontgen toraks. Pada kasus
pasien telah dilakukan pemeriksaan foto thoraks saat tiba di IGD dengan hasil
ma bronkial.
Gambar 3. Tatalaksana Asma Serangan Berat
DAFTAR PUSTAKA