PNEUMONIA NEONATAL
Disusun Oleh :
Rizky Rivonda
2012730090
Dokter Pembimbing
dr. Desiana D, Sp.A
BAB I
LAPORAN KASUS
I.1
I.2
Identitas Pasien
Nama
: By. M.F
Umur
: 16 hari
Tanggal Lahir
: 9 Oktober 2016
Jenis kelamin
: Laki - Laki
Alamat
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Pekerjaan
: Di Bawah Umur
: 24 Oktober 2014
Bangsal
: Badar
No.RM
: 00951883
Kelompok pasien
: Umum
Anamnesis (Subyektif)
Keluhan utama
I.3
: Compos Mentis
: 142 x/menit
Respiration Rate
: 66 x/menit
Suhu
: 37,2 0C
Antropometri
BB sebelumnya : 3,4 kg
BB sekarang
: 3,4 kg
TB
: 48 cm
Status Gizi
Status generalis
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
Thoraks
Cor
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
angkat (-)
Auskultasi: BJ I,II regular, bising (-)
Pulmo
Inspeksi : gerak simetris (statis dan dinamis), retraksi suprasternal (+)
subcostal (-)
Perkusi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Punggung
PEMERIKSAAN
HASIL
SATUAN
RUJUKAN
17.9
g/dL
12,7 18,7
Leukosit
8.59
Ribu/uL
5.0 19.50
Hematokrit
50
42 62
Trombosit
565
Ribu/uL
217 491
Eritrosit
5.30
juta/uL
3.70-6.10
MCV
95
mEq/L
84-128
MCH
34
mEq/L
26-38
MCHC
36
mEq/L
26-34
Pemeriksaan Radiologi
Jenis Pemeriksaan : Ro THORAX
I.5
COR normal
Hilus : normal
Resume
An. MF 16 hari 3,4 Kg, datang dengan sesak napas sejak 1 jam SMRS. Sejak 7
hari SMRS, pasien juga mengalami batuk, BAB dan BAK normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: keadaan umum tampak sakit sedang, Suhu
37,2OC, Respirasi:66x/menit, Tipe Pernapasan: cepat Nadi:142x/ menit, Regular, kuat
angkat, nafas cuping hidung (+), vesikuler (+) wheezing (-/-), rhonki (+/+), Retraksi
dada (+/+)
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Trombosit sedikit menignkat (565 rb)
I.6
Assesment
I.7
Diagnosa banding
Pneumoia Neonatal
Bronkopneumonia
Bronkiolitis
I.8
DIAGNOSA KERJA
1.9
Dyspnea
Batuk
Ronkhi
Retraksi dada
Trombositosis
Diagnosa Klinis
Diagnosa Gizi
: Gizi Baik
Diagnosa Imunisasi
Diagnosa Tumbang
Planning
Planning Diagnostik
Pemeriksaan foto rontgen
a. Farmakologi
O2 0,2 liter/menit
Injeksi Cefotaxime 2 x 150 mg
Injeksi Gentamisin 2 x 15 mg
D10 1/5 N5
CPAP Fio2 = 21-40%
b. Non-Farmakologi
Observasi
Os dipasang OGT
Minum 8x10 cc via OGT
I.10 Follow Up
Tanggal 24 Oktober 2016
Date
24 Oktober
Os dyspneu
2016
Menangis
cukup
KU : tampak sakit
Pneumonia
sedang
Neonatal
Kesadaran : CM
Thoraks :
(+).
P
Kanul O2 0,2 L /
menit
Infus
Dextrose
10 1/5 N5
Os
dipuasakan
sementara
pasang OGT
Abdomen : supel,
BU (+)
minum
Ekstremitas : akral
cc via OGT
8x10
detik.
dada,
Tanda Vital :
meningkat,
HR : 142 x/menit
pasang
RR : 66 x/menit
Fio2: 21-40%
S : 37,2 C
RR
CPAP
Injeksi
Cefotaxime
2x150 mg
Injeksi
Gentamycin
1x15 mg
Th/oral
Azitromycin
1x1
25 Oktober
KU : tampak sakit
Penumonia
2016
on
sedang
neonatal
CPAP
Fi02
30%
Kesadaran : CM
Inj Meropenem
2x125mg
Inhalasi
Combivent
Thoraks :
3x1/3
Pulmo
SDV
Pulmicort
Foto
:
+/+,
rontgen
Thorax
RH(+/
+),Retraksi
dada
(+),
cuping
hidung(+)
Abdomen : supel,
BU (+)
Ekstremitas : akral
hangat, CRT < 2
detik.
SpO2 : 80-84%
KU : Tampak sakit Neonatus
D10 N5
sedang
pneumonia
IVFD
Kesadaran : CM
perawatan hari
(TM:130ml/kg
BAB
ke 2
/h)
25 Oktober
Sesak
2016
menurun,
BAK(+)
napas
(+)
on
dan
Meropenem
Thoraks :
Cor : S1>S2
Reg
Pulmo
SDV
:
+/+,
Ronkhi
+)
ASI 8x5-10ml
(+/
retraksi
dada (+)
Abdomen : supel,
BU (+)
Ekstremitas : akral
3x100 mg
Azitromicin 30
g p ogt
Sesak
2016
berkurang,
napas
On
pneumonia
Kesadaran : CM
BAK normal
ASI/PASI 8 x 15
20 ml
Cor : S1>S2
Reg
Pulmo
SDV
:
+/+,
RH(+/+),
Retraksi
dada (+)
Abdomen : supel,
BU (+)
Ekstremitas : akral
hangat, CRT < 2
detik.
Tanda Vital :
SpO2 : 92%
I.11
PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonaM
TM:140mg/kg
bb/h
Thoraks :
IFVD
PEMBAHASAN
II.1
Pneumonia
II.1.1 Definisi
Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Walaupun
banyak pihak yang sependapat bahwa pneumonia adalah suatu keadaan inflamasi,
namun sangat sulit untuk merumuskan suatu definisi yang universal
(Setyoningrum, 2006).
Menurut Pedoman Pelayan Medis (2009), pneumonia adalah infeksi akut
parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial.
Pneumonia
diawali oleh infeksi virus yang kemudian mengalami komplikasi infeksi bakteri.
Secara klinis pada anak sulit membedakan pneumonia bakterial dengan
pneumonia viral. Demikian pula pemeriksaan radiologis dan laboratorium tidak
menunjukkan perbedaan nyata. Namun sebagai pedoman dapat disebutkan bahwa
pneumonia bacterial awitannya cepat, batuk produktif, pasien tampak toksik,
leukositosis, dan perubahan nyata pada pemeriksaan radiologis (IDAI, 2012).
I.1.2 Epidemiologi
Pneumonia adalah penyakit yang terjadi secara umum di semua bagian
dunia. Pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada semua kelompok
usia. Pada anak-anak, kematian banyak terjadi selama periode neonates. WHO
10
memperkirakan satu dari tiga bayi mengalami kematian akibat pneumonia dan
lebih dari 2 juta anak dengan usia dibawah 5 tahun meninggal setiap tahunnya
(Medical News, 2011).
Nessen (2007), mengemukakan risiko terbesar dari kematian akibat
pneumonia di masa anak-anak ialah pada masa neonatal. Setidaknya sepertiga dari
10,8 juta kematian pada anak-anak di seluruh dunia terjadi pada 28 hari
kehidupan, dengan proporsi yang besar diakibatkan oleh pneumonia. Diperkirakan
bahwa pneumonia memberikan kontribusi antara 750 000 dan 1,2 juta kematian
neonatal per tahun, terhitung 10% kematian anak secara global. Dari semua
kematian neonatal, 96% terjadi di Negara berkembang.
Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama
pada anak di negara berkembang.
morbiditas dan mortalitas diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita,
meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan
Asia Tenggara.
Di Indonesia menurut survey kesehatan nasional (2001) 27,6% kematian
bayi dan 22,8% kematian balita disebabkan oleh penyakit sistem respiratori,
terutama pneumonia (IDAI, 2012). Menurut data yang dikutip dari Pedoman
Pelayanan Medis, insiden pneumonia pada anak <5 tahun di negara maju adalah
2-4 kasus/100 anak/tahun, sedangkan di negara berkembang 10-20 kasus/100
anak/tahun. Pneumonia menyebabkan lebih dari 5 juta kematian per tahun pada
anak balita di negara berkembang.
I.1.3 Etiologi
Pada neonatus, agen penyebab infkesi umumnya bakteri daripada virus.
Infeksi ini sering diperoleh pada saat proses persalinan, dapat berasal dari cairan
ketuban atau jalan lahir, tetapi juga dapat terjadi sebagai akibat dari intubasi dan
ventilasi. Tanda-tanda klinis dan radiografi pneumonia pada neonatal dapat nonspesifik.
Kegagalan
untuk
mengobati
pneumonia
pada
neonatal
dapat
Bakteri
Bakteri
E. colli
Bakteri anaerob
Streptococcus group B
Streptococcus group D
Liseria monocytogenes
Haemophillus influenza
Usia
Lahir - 20 hari
Streptococcus pneumonia
Virus
CMV, HSV
Bakteri
Bakteri
Chlamidya trachomatis
Bordetella pertussis
Streptococcus pneumonia
Virus
Moraxella catharallis
Adenovirus
Staphylococcus aureus
Virus Influenza
Ureaplasma urealyticum
Virus
CMV
Bakteri
Bakteri
Chlamidya pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Moraxella catharalis
Streptococcus pneumonia
Neisseria meningitides
Virus
Staphylococcus aureus
Adenovirus
Virus
Virus Parainfluenza
3 minggu - 3 bulan
4 bulan 5 tahun
12
Rinovirus
Respiratory Syncytial virus
Bakteri
Bakteri
Chlamidya pneumonia
Mycoplasma pneumonia
Legionalle sp
Streptococcus pneumonia
Staphylococcus aureus
5 tahun remaja
Virus
Adenovirus
Varisela Zoster virus
Respiratory Syncytial virus
Epstein-Barr virus
I.1.4 Klasifikasi
Berdasarkan tempat terjadinya infeksi, dikenal dua bentuk pneumonia,
yaitu : 1) Pneumonia-masyarakat (community-acquired pneumonia), bila
infeksinya terjadi di masyarakat, dan 2) pneumonia-RS atau pneumonia
nosokomial (hospital-acquired pneumonia), bila infeksinya didapat di RS. Selain
berbeda dalam lokasi tempat terjadinya infeksi, kedua bentuk pneumonia ini juga
berbeda dalam spectrum etiologi, gambaran klinis, penyakit dasar atau penyakit
penyerta, dan prognosisnya. Pneumonia yang didapat di RS sering merupakan
infeksi sekunder pada berbagai penyakit dasar yang sudah ada, sehingga spectrum
etiologinya berbeda dengan infeksi yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu,
gejala klinis, derajat penyakit dan komplikasi yang timbul lebih kompleks.
Pneumonia yang didapat di RS memerlukan penanganan khusus sesuai dengan
penyakit dasarnya (IDAI, 2012).
13
terdapat fibrin dan leukosit PMN di alveoli dan terjadi proses fagositosis yang
cepat.
Selanjutnya, jumlah
60x/menit, retraksi dada, batuk dan mendengus. WHO tidak membedakan antara
pneumonia neonatal dan bentuk lain dari sepsis berat, seperti bakteremia, karena
gejala-gejala yang tampak hamper sama, dan keterlibatan organ dan pengobatan
empirik rejimen yang sama. Takipnea merupakan tanda yang paling sering
didapatkan dalam 60-89% kasus, termasuk tanda lain seperti retraksi dada (3691% kasus), demam (30-56%), ketidakmampuan untuk makan (43 -49%), sianosis
(12-40%), dan batuk (30-84%) (Nessen, 2007).
14
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat-ringannya
infeksi, tetapi secara umum adalah sebagai berikut :
Gejala infeksi umum :
Demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan napsu makan, keluhan
gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare
Gejala gangguan respiratori :
Batuk, sesak napas, retraksi dada, takipnea, napas cuping hidung, air hunger,
merintih dan sianosis.
Tanda awal dan gejala pneumonia mungkin tidak spesifik, seperti malas
makan, letargi, iritabilitas, sianosis, ketidakstabilan temperatur, dan keseluruhan
kesan bahwa bayi tidak baik. Gejala pernapasan seperti grunting (mendengus),
tachypnea, retraksi, sianosis, apnea, dan kegagalan pernafasan yang progresif.
Pada bayi dengan ventilasi mekanik, kebutuhan untuk dukungan ventilasi
meningkat dapat menunjukkan infeksi. Tanda-tanda pneumonia pada pemeriksaan
fisik, seperti tumpul pada perkusi, perubahan suara napas, dan adanya ronki,
radiografi thorax didapatkan infiltrat baru atau efusi pleura. Tanda akhir
pneumonia pada neonates tidak spesifik seperti apnea, takipnea, malas makan,
distensi abdomen, jaundice, muntah, respirasi distress, dan kolaps sirkulasi (Stoll,
2011).
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah dan ronki. Akan tetapi pada neonates dan bayi kecil, gejala
dan tanda pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi
dan auskultasi paru umumnya tidak ditemukan kelainan (Pedoman Pelayanan
Medik, 2009).
15
Di
samping itu, infeksi dapat terjadi akibat kontaminasi dengan sumber infeksi dari
masyarakat (community-acquired pneumonia).
Gambaran klinis pneumonia pada neonates dan bayi kecil tidak khas,
mencakup serangan apnea, sianosis, merintih, napas cuping hidung, takipnea,
letargi, muntah, tidak mau minum, takikardi atau bradikardi, retraksi subkosta,
dan demam. Pada bayi BBLR sering terjadi hipotermi. Gambaran klinis tersebut
sulit dibedakan dengan sepsis atau meningitis. Sepsis pada pneumonia nenonatus
dan bayi kecil sering ditemukan sebelum 48 jam pertama. Angka mortalitas
sangat tinggi di negara maju, yaitu dilaporkan 20-50%.
Angka kematian di
Indonesia dan negara berkembang lainnya diduga lebih tinggi. Oleh kerana itu,
setiap kemunkinan adanya pneumonia pada neonates dan bayi kecil berusida
dibawah 2 bulan harus segera dirawat di RS.
ditemukan leukosit dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi, pada
pneumonia didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm3
dengan predominan PMN.
16
dahak, kultur darah dan serologi. Kultur darah dapat positif pada 20- 25%
penderita yang tidak diobati. Analisis gas darah menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia, pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis respiratorik.
17
foto
rontgen
thoraks
dapat
membantu
mengarahkan
Infiltrate
I.1.8 Diagnosis
Diagnosis etiologi berdasarkan pemeriksaan mikrobiologis dan/atau
serologis merupakan dasr terapi yang optimal. Akan tetapi, penemuan bakteri
penyebab tidak selalu mudah karena memerlukan laboratorium penunjang yang
memadai.
adalah tidak dapat minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk;
tanda bahaya untuk bayi berusia dibawah 2 bulan adalah malas minum, kejang,
kesadaran menurun, stridor, mengi dan demam/badan terasa dingin.
Berikut adalah klasifikasi pneumonia berdasarkan pedoman tersebut :
Bayi dan anak berusia 2 bulan 5 tahun :
Pneumonia berat
Bila ada sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotic
Pneumonia
Bila tidak ada sesak napas
Ada napas cepat dengan laju napas :
Bukan pneumonia
Bila tidak ada napas cepat dan sesak napas
Tidak perlu dirawat dan tidak perlu antibiotic, hanya diberikan
pengobatan simptomati seperti penurun panas
Pneumonia
Bila ada napas cuping cepat (>60 x/menit) atau sesak napas
Harus dirawat dan diberikan antibiotik
Bukan pneumonia
Tidak ada napas cepat atau sesak napas
Tidak perlu dirawat, cukup diberikan pengobatan simptomatis.
19
I.1.9 Penatalaksanaan
Sebagian besar pneumonia pada anak tidak perlu dirawat inap. Indikasi
perawatan terutama berdasarkan berat-ringannya penyakit, misalnya toksis,
distress pernapasan, tidak mau makan/minum, atau ada penyakit dasar lain,
komplikasi, dan terutama mempertimbangkan usia pasien. Neonates dan bayi
kecil dengan kemungkinan klinis pneumonia harus dirawat inap.
Dasar penatalaksanaan pneumonia rawat inap adalah pengobatan kausal
dengan antibiotic yang sesuai, serta tindakan suportif.
Pengobatan suportif
dengan adekuat, komplikasi yang mungkin terjadi harus dipantau dan diatasi.
Penggunaan antibiotic yang tepat merupakan kunci utama keberhasilan
pengobatan.
sedangkan
Anak :
-
kamar harus diberikan terapi oksigen dengan kanul nasal, head box, atau sungkup
untuk mempertahankan saturasi oksigen >92%.
-
Pada pneumonia berat atau usapan per oral kurang, diberikan cairan
dengan pneumonia
Antipiretik dan analgetik dapat diberikan untuk mejaga kenyamanan
I.1.11.Komplikasi
Komplikasi pneumonia pada anak meliputi empiema torasis, perikarditis
purulenta, pneumotoraks, atau infeksi ekstrapulmoner seperti mengitis purulenta.
Empiema torasis merupakan komplikasi tersering yang terjadi pada pneumonia
bacteria.
Ilten F, dkk melaporkan mengenai komplikasi miokarditis (tekanan sistolik
ventrikel kanan meningkat, kreatinin kinase meningkat, dan gagal jantung) yang
cukup tinggi pada seri pneumonia anak berusia 2-24 bulan.
Oleh karena
oksigen,
deteksi
dan
pengobatan
hipoksemia
dan
apnea,
Strategi
untuk
mencegah
dan
mengobati
pneumonia
neonatal
23
DAFTAR PUSTAKA
Ali
Nawaz,
dkk.
2014.
Neonatal
Pneumonia
Imaging.
24