Anda di halaman 1dari 409

Pembahasan TO 5

1 A. Obstruksi jalan nafas


2 B. Corynebacterium Diphteria
• Keywords:
- Anak usia 8 tahun demam + batuk.
- Selaput putih keabuan pada orofaring.
- Swab tenggorok: basil halus, gram (+), granula
pada kedua kutub.
• Diagnosis ? Difteria
• Etiologi : Corynebacterium Diphteria
• Komplikasi ? Obstruksi jalan nafas
• TATALAKSANA • KOMPLIKASI
- ADS (Anti Diphteria - Obstruksi jalan nafas
Serum) 40.000 IU - Paralisis otot rongga
secara IM atau IV mulut
- Antibiotik - Miokarditis
Penisilin G, eritromisin
- Suportif
Antipiretik
Patensi jalan nafas
3 B. Crazy pavement dermatosis
• Keywords:
- Anak 6 tahun tampak kurus, kulit tampak kering,
tipis, mengkilat.
- Atrofi lapisan basalis epidermis disertai
hiperkeratosis.

• Diagnosis? Suspek kwashiorkor


• Apakah sebutan untuk kelainan tersebut ?
Crazy pavement dermatosis
Kwashiorkor vs. Marasmus
PILIHAN LAIN
Acrodermatitis enteropatika
PELAGRA Defisiensi zink
(dermatitis berbentuk kalung) Manifestasi di periorifisial dan akral
 Defisiensi vit B3
4 D. Inkompatibilitas ABO
• Keywords:
- Bayi berusia 32 jam kuning sejak lahir.
- Bayi lahir cukup bulan dari seorang ibu dengan HIV
nonreaktif pada perinatal, streptokokus grup B
negative, hepatitis B negatif.
- Anak terlihat kuning di dada. Pemeriksaan darah ibu
O+ dan ayah B+  kemungkinan darah anak B+.

• Masalah ? Ikterus patologis


• Penyebab paling mungkin?
Inkompatibilitas ABO
SYARAT INKOMPATIBILITAS
• Inkompatibilitas ABO • Inkompatibilitas rhesus
Terjadi pada : Terjadi pada:
- Ibu O, anak A atau B - Ibu Rh-, anak Rh +
- Ibu A, anak B
- Ibu B, anak A
Keywords untuk PILIHAN LAIN
• Sepsis  bayi merintih, susah menetek, tanda
vital bayi abnormal, faktor risiko pecah
ketuban pada ibu.
• Breast Milk Jaundice  kuning setelah lahir 1
minggu, ASI eksklusif (+).
• Breast Feeding Jaundice  kuning pada hari
2-7, bayi kesulitan minum.
• Atresia biliaris  kuning paling sering 2
minggu awal, BAB dempul (akolik).
5 A. Tes Coombs
• Keywords:
- Bayi 32 jam tampak kuning, Bayi lahir cukup
bulan, infeksi ibu selama perinatal (-).
- Anak tampak sehat, terlihat kuning di dada.
Pemeriksaan golongan darah ibu rhesus (+) dan
bayi rhesus (+).
• Masalah : ikterus patologis  masih ada
kemungkinan inkompatibilitas ABO.
• Pemeriksaan laboratorium yang paling mungkin?
Tes Coomb’s
PRINSIP: deteksi antibodi yang
menyerang antigen pada RBC.
PRINSIP :
- Direk : dilakukan pada RBC

- Indirek : dilakukan pada


plasma (serum).
6 A. Reaksi kompleks imun
• Keywords:
- Anak 10 tahun kencing berwarna seperti air cucian daging.
- Keluhan juga disertai bengkak pada bawah mata dan
tungkai.
- Tekanan darah: 130/60 mmHg, Urinalisis: eritrosit 5 lpb,
protein: +1.
• Diagnosis ? Sindrom nefritik. Sindrom nefritik pada anak
paling sering disebabkan oleh GNAP (Glomerulonefritis
Akut Post Streptokok)
• Mekanisme ?
Reaksi kompleks imun
Reaksi hipersensitivitas:
- Tipe 1 (tipe cepat)
 Oleh Ig E
Contoh: anafilaktik
- Tipe 2 (tipe sitotoksik)
 Oleh Ig M, Ig G
Contoh : anemia hemolitik
- Tipe 3 (kompleks imun)
 Oleh antigen-antibodi-
komplemen.
Contoh : GNAPS
- Tipe 4 (tipe lambat)
 Oleh sel T
Contoh : tes tuberkulin
7 A. Hipospadia
• Keywords:
Anak 3 tahun memiliki lubang kencing yang
terletak tepat diantara batang penis dan
kantung kemaluan.
• Diagnosis ? Hipospadia
 Hipospadia = lubang kencing di sisi ventral
 Epispadia = lubang kencing di sisi dorsal.
8 A. Lunak, rendah serat
• Keywords:
- Anak 6 tahun, demam 7 hari, cenderung naik
pada sore hari, nafsu makan berkurang, nyeri
perut hilang timbul, tidak bisa BAB, lidah kotor
+.
- Leukopeni dan tubeks +.
• Diagnosis ? Demam tifoid
• Diet yg disarankan? Lunak, rendah serat
• Tatalaksana:
1. Antibiotik :
kloramfenikol,
amoksisilin,
kotrimoksazol, sefiksim.
2. Suportif:
- Kebutuhan cairan dan
kalori cukup.
DEMAM
- Makanan mudah
NYERI PERUT, DIARE,
dicerna tidak berserat.
KONSTIPASI, MUNTAH,
KEMBUNG
LIDAH TIFOID, KOMPLIKASI:
HEPATOMEGALI -PERFORASI USUS
ANEMIA, LEUKOPENIA -TIFOID ENSEFALOPATI
9 E. Atresia bilier tipe perinatal
• Keywords:
- Bayi usia 3 minggu kuning sejak 1 minggu yang
lalu, BAB warna dempul.
- Laboratorium didapatkan bilirubin total 11 g%,
bilirubin direk 10,2 g%, bilirubin indirek 0,8
g%.
• Diagnosis ? Atresia bilier tipe perinatal.
• 2 tipe:
- Embrional  terkait situs inversus,
polisplenia/ asplenia, + kelainan kongenital
lainnya.
Biasanya terjadi dalam 2 minggu awal.
- Perinatal/ postnatal  hanya atresia bilier
saja (tersering).
Terjadi dalam > 2 minggu.
10 D. IgM HAV +
• Keywords:
- Anak 8 tahun mengeluh mata kuning sejak seminggu.
Gejala sistemik konstitusional (+). Kencing berwarna
seperti teh pekat. Teman sekolah pasien menderita
sakit serupa. Sering jajan sembarangan.
- Sklera ikterik (+/+), hepar teraba 2 cm BAC, lien tak
teraba.

• Diagnosis? Hepatitis A akut.


• Hasil pemeriksaan serologi ? IgM anti HAV +
Hepatitis A Akut
• Demam • Tatalaksana:
• Keluhan sistemik tidak 1. Suportif
khas (mual, muntah, nyeri - Antipiretik
perut). - Asupan kalori cukup
• Kencing seperti air teh.
• Faktor risiko fekal oral
• PF: ikterus, hepatomegali,
nyeri tekan perut kanan
atas.
• Lab : SGPT, SGOT, IgM anti
HAV.
11 E. Infiltrat + hiperinflasi dada
• Keywords:
- Anak 1 tahun batuk, pilek , dan demam tinggi.
- Suhu 38o C, nafas cuping hidung, retraksi
intercostal dan subcostal, wheezing dan ronkhi
basah kasar.
• Diagnosis ? Bronkiolitis
• Gambaran radiologi ?
Streaky infiltrate seluruh lapang paru disertai
hiperinflasi dada
Bronkiolitis
Etiologi : virus RSV.
• DEMAM TINGGI • TATALAKSANA:
• RETRAKSI DINDING - Suportif
DADA, DADA O2, suction
HIPERINFLASI - antiviral, antibiotik,
• RONKI BASAH, MENGI , inhalasi salbutamol +
EKSPIRASI MEMANJANG ipratropium,
kortikosteroid (belum
inkonklusif)
12 A. Insulin Dependent DM
• Keywords:
- Anak 8 tahun penurunan kesadaran. 3 bulan
yang lalu pasien mudah capek dan BAK sering.
- Pasien dalam keadaan koma, TD 80/60, nadi
130x/menit. GDS 310.
• Diagnosis ? IDDM (DM Tipe 1)
• DM Tipe 1 maupun tipe 2 • Tatalaksana DM T1:
pada anak, memiliki gejala - Insulin
klasik 3 P. - Pengaturan makan
• Perbedaannya: - Olahraga
- DMT1  pasien mudah - Edukasi
lelah, kurus, biasanya
datang karena penurunan - Pemantauan gula darah
kesadaran (KAD), C peptide mandiri.
rendah/ (-) karena fungsi sel
Beta rusak.
- DMT2  usia > 10 tahun,
obesitas, ada riwayat
keluarga DMT2, C peptide
normal / tinggi.
13 A/ D Asam valproat / Fenobarbital
• 13. Anak Jordan 2 tahun, dengan demam tinggi
datang setelah kejang 10 menit. Sebelumnya
anak dalam satu hari ini sudah kejang sebanyak 2
x, diantara kejang anak sadar, saat ini anak belum
bisa berjalan. Terapi rumatan yang paling tepat?
• A. As. Valproat selama 1 tahun bebas kejang
• B. As. Valproat selama 2 tahun bebas kejang
• C. Fenitoin rumatan
• D. Fenobarbital rumatan
• E. Diazepam saat kejang
TATALAKSANA :
1. Profilaksis intermiten dengan antipiretik dan antikejang
(diazepam)
2. Terapi jangka panjang / Rumatan dengan fenobarbital
atau asam valproat yang diberikan sampai 1 tahun
bebas kejang.
 Diberikan pada kejang demam > 15 menit, disertai
defisit neurologis sebelum maupun sesudah kejang,
kejang fokal.
Namun, profilaksis intermiten lebih disukai karena efek
sampingnya lebih sedikit.
14 A. Trombositopenia, PT normal,
aPTT normal.
• Keywords:
- Anak 3 tahun, bintik bintik kemerahan pada
tungkai bawah sejak 3 hari yang lalu.
- Riwayat mimisan, lebam, dan trauma (-).
- Anemis, sklera ikterik, dan organomegali (-).
- Petekie pada palatum mole dan multipel
ekimosis superfisial pada ekstremitas.
• Diagnosis ? ITP
• Pemeriksaan penunjang ?
Trombositopenia, PT normal, aPTT normal
WAJIB DIBEDAKAN
• HEMOFILIA • ITP
- bayi: bengkak, hematom - petekia, purpura pada
spontan pada saat mulai kulit dan mukosa.
merangkak. Anak : - Biasanya pasca infeksi
hemartrosis di sendi virus atau bakteri.
lutut, siku. - Trombositopenia, BT
- Riwayat kelainan serupa memanjang.
dalam keluarga  pada
saudara laki-laki.
- aPTT, CT memanjang.
15 D. Pemeriksaan Darah Lengkap
• Keywords:
- Anak 12 tahun mengeluh benjolan dileher kiri sejak 1
minggu.
- Riwayat nyeri menelan dan demam 6 minggu
sebelumnya. Keluhan batuk berdahak dan keringat
malam (-).
- PF: benjolan diameter 1,5 cm kenyal dan mobile.
• Diagnosis ? Limfadenopati koli sinistra e.c suspek
infeksi non spesifik.
• Pemeriksaan paling tepat?
Pemeriksaan darah lengkap.
Benjolan di leher
• Pasien mengeluh benjolan 1,5 cm, kenyal, mobile
pasca demam + nyeri menelan  kemungkinan
limfadenopati nonspesifik akibat proses infeksi
rongga mulut.
TIDAK MUNGKIN:
• Limfadenopati TB  dicurigai bila benjolan KGB
multipel, konfluens (menyatu), nyeri (-).
Oleh karena itu, pemeriksaan saat ini yang
dianjurkan hanya darah lengkap untuk
membuktikan ada tidaknya infeksi saat ini.
16 E. Gangguan pembentukan
surfaktan
• Keywords:
- Anak umur 1 hari sesak nafas, riwayat lahir
prematur dengan BB 1750 gram.
- Pemeriksaan foto thorax : tampak bercak
granuler halus pada kedua paru dengan air
bronkhogram (+) .
• Diagnosis ? Penyakit Membran Hialin
• Penyebab ? Defisiensi surfaktan
• Etiologi : defisiensi surfaktan
 tegangan permukaan turun
sehingga alveolus kolaps.
• Penyakit membran hialin
sering dijumpai pada
persalinan prematur.
- Takipneau
- Merintih
• 01:
retikulogranuler (ground - Retraksi dinding dada
glass) - Sianosis
• 02: 01 + air bronchogram • Tatalaksana :
• 03: 02 + batas jantung paru - Terapi O2
kabur
• 04: 03 + white lung. - Surfaktan
17 E. Furosemid
• Keywords:
- Anak 6 bulan, riwayat menetek terputus-
putus, sejak lahir bibir biru.
- Peningkatan JVP dan pembesaran hepar.
• Terapi untuk menurunkan preload jantung?
Furosemid
PEMBAHASAN
• Pasien kemungkinan memiliki penyakit jantung
bawaan.
• Ada tanda-tanda kongestif cairan : JVP meningkat,
hepatomegali  tatalaksana: diuretik kuat (furosemid)
untuk menurunkan preload jantung.
• PILIHAN LAIN:
- Kaptopril  vasodilator arteriol eferen ginjal (sedikit
menurunkan preload jantung), dominan menurunkan
after load (tahanan perifer).
- Dobutamin, Dopamin  meningkatkan kardiak output.
- Digoksin  inotropik
18 C. PTU
• Keywords:
- Bayi usia 10 minggu, pembesaran pada leher.
- Tampak lesu, hipotonia, jaundice, dan
makroglosia.
- TSH serum meningkat dan free T4 menurun.
• Diagnosis ? Hipotiroid kongenital
• Kemungkinan obat yang dikonsumsi ibu saat
hamil ?
PTU (suatu obat anti tiroid).
• Ibu hamil dengan hipertiroid seringkali harus
diberikan pengobatan antitiroid. Obat terpilih
yang digunakan adalah PTU.
• PTU lebih dipilih dibandingkan metimazol
karena memiliki efek samping lebih sedikit.
• Meskipun demikian, kejadian hipotiroid
kongenital masih dapat terjadi akibat PTU.
19 A. Motorik kasar
• Keywords:
- Bayi 6 bulan tidak dapat menegakkan kepala.

• Gangguan ? Motorik kasar


20 D. Giardiasis
• Keywords:
- Anak 9 tahun mencret2, perut kembung,
sering buang angin.
- Makroskopis: feses bau busuk, berlemak dan
berlendir. Mikroskopis didapatkan kista inti 4
dengan axostyle.
• Diagnosis ? Giardiasis
• Tatalaksana ? Metronidazol
• Diare berminyak
• Bloating

Penunjang : kista inti 4


atau tropozoit.
Tatalaksana : metronidazol
21 E. Metronidazol
• Keywords:
- Anak 10 tahun berak-berak encer + darah
sejak 2 hari yang lalu.
- Pemeriksaan feses ditemukan Entamoeba
histolytica.
• Diagnosis ? Disentri amoeba
• Penatalaksanaan ? Metronidazol.
• Disentri
• Gambaran kista atau
tropozoit
• Tatalaksana :
metronidazol
• Komplikasi : abses
hepar.
22 C. Pielonefritis akut
• Keywords:
- Bayi berusia 20 hari, BAK sedikit, air kencing
berbau busuk. Demam (+), Ruam popok (+),
• Diagnosis ? Pielonefritis Akut
Spektrum ISK
• Pielonefritis akut: demam, mual muntah, nyeri
pinggang. Namun, pada neonatus seringkali
gejala tidak spesifik : rewel, susah menetek.
• Sistitis akut: disuria, frekuensi, demam (-)
• Asimtomatik bakteriuria: kultur urin (+) tetapi
manifestasi klinis (-), biasanya pada
perempuan.
23 C. Vibrio Cholera
• Keywords:
Anak 8 tahun mengeluh diare sudah 5 kali
seperti air cucian beras.

• Diagnosis ? Kolera
• Etiologi ? V. Cholera
• Tatalaksana ? Tetrasiklin, doksisiklin.
KOLERA

TATALAKSANA :
1. Rehidrasi
2. Antibiotik yang efektif :DOKSISIKLIN,
TETRASIKLIN
Alternatif : kotrimoksazol, eritromisin.
3. Zink
4. Edukasi dan Gizi
24 C. Kotrimoksazol
• Keywords:
- Anak 5 tahun nyeri saat BAK, BAK berwarna
merah.
- Nyeri tekan supra pubik.
• Diagnosis ? Sistitis akut
• Terapi ? Kotrimoksazol
Siprofloksasin dikontraindikasikan pada anak < 18
tahun karena mengganggu pertumbuhan tulang
rawan.
Infeksi Saluran Kemih
• Diagnosis • Tatalaksana
- Gejala khas : frekuensi, 1. Higieni
nyeri kencing, demam 2. Antibiotik :
- Tanda : nyeri ketok CVA, - Rawat jalan  amoksilin,
nyeri tekan suprasimfisis. sefiksim, kotrimoksazol
- Penunjang : - Rawat inap  ampicilin,
Urinalisis sefotaksim, gentamisin
Kultur urin bermakna Antibiotik biasanya
diberikan empirik dahulu.
Kuman penyebab
tersering: E coli.
25 B. ETEC
• Keywords :
Bayi 2 bulan, diare cair, dehidrasi (+), gejala
disentri (-), tanda kesakitan(-).
- Pemeriksaan feses: bakteri gram negatif, agar
darah Mac Conkey: pertumbuhan bakteri baik,
koloni bundar, halus dan memfermentasi
glukosa.
• Etiologi ?
Enterotoxin E.coli (ETEC)
E Coli
• Bakteri gram negatif
• Koloni pink pada agar McConkey 
fermentasi gula.
• Dibedakan menjadi beberapa subtipe
berdasarkan patogenesisnya: ETEC, EHEC,
EIEC, EPEC, dan EAEC.
TIPS MEMBEDAKAN
ETEC EHEC EIEC EPEC & EAEC
JENIS DIARE CAIR DISENTRI DISENTRI MUKOID
NYERI PERUT NEGATIF POSITIF POSITIF POSITIF
FEKAL NEGATIF NEGATIF POSITIF POSITIF
LEUKOSIT
KARAKTERISTIK SERING
MENIMBULKAN
HUS

Enterophatogenic E.coli (EPEC)


HUS : HEMOLITIK UREMIK
Enterotoxin E.coli (ETEC) SYNDROME
Enterohemorhagic E.coli (EHEC) - ANEMIA HEMOLITIK
EnteroInvasive E.coli (EIEC) --TROMBOSITOPENIA
-- GAGAL GINJAL AKUT
EnteroagregativeE.coli (EAEC)
26 C. Penyakit jantung reumatik
• KU: Sesak 1 minggu SMRS
– Berhubungan dengan aktivitas
– Riwayat Poliartritis Migrans
• PF: Murmur (+)  Karditis
• WD: Penyakit Jantung Reumatik
– Bukti Infeksi
Penyakit Jantung Reumatik

Medscape.com
Jones Criteria (ARF)

medinterestgroup.com
27 B. Profilaksis sekunder
• WD: Penyakit jantung reumatik (bukan
demam reumatik akut)
• Rx: Profilaksis sekunder
Profilaksis Demam Reumatik Akut

WHO, 2014
Durasi Profilaksis

Am Fam Physician. 2010 ;81(3):346-59.


Profilaksis Demam Reumatik Akut

Am Fam Physician. 2010 ;81(3):346-59.


Profilaksis Demam Reumatik Akut

Am Fam Physician. 2010 ;81(3):346-59.


28 E. Honeycomb appearance
• KU: Batuk berdhak 3 hari SMRS
– Infeksi paru rekuren
• PF: Suhu 39,2 C, Ronkhi basah kasar (+)
• Sputum: Makroskopik: gambaran 3 lapis
• WD: Bronkiektasis
• Rontgen: honeycomb appearance
Three layer sputum - Bronchiectasis
29 A. Elektrolit
• KU: Sering kerim
• Riwayat Hipertensi dan Gagal Jantung
• Current Rx: Furosemid, propranolol, captopril
• Mengarahkan kepada hipokalemia
– Periksa kadar elektrolit
Manifestasi Hipokalemia

Medscape.com
30 A. Menambahkan spironolakton
• WD: Hipokalemia
• Rx: Tatalaksana untuk memperbaiki kadar
kalium
• Menambahkan Spironolakton (Potassium
Sparring diuretic)
– Meningkatkan kadar kalium
31 C. H. pylori
• KU: Rasa terbakar di ulu hati
– Tidak berhubungan dengan aktivitas
(menyingkirkan angina pektoris)
• WD: GERD
• Mikroorganisme terkait: H. pylori

Nhs.uk
30 C. Barrett Esofagus
• Metaplasia mukosa
esofagus proksimal dari
sfingter bawah esofagus
Barrett Esofagus

http://library.med.utah.edu
Barrett Esofagus

http://pathology2.jhu.edu
33 E. A+C
• KU: demam kronik (1 bulan)
– Fokus infeksi (-): Batuk (-), keluhan BAK dan BAB (-
)
– Riwayat operasi katup jantung
• WD: Endokarditis infektif
• Pemeriksaan:
– Kultur 2 saat dan 2 tempat yang berbeda
– Ekokardiografi
Modified Dukes Criteria

Fpnotebook.com
Modified Dukes Criteria

Fpnotebook.com
Modified Dukes Criteria

http://img.docstoccdn.com
34 A. Osler’s Node
• Extracardial manifestation
– Osler’s Node
– Janeway Lesions
– Roth’s Spot
– Other vascular phenomenone
Osler’s Node & Janeway lesion

http://stanfordmedicine25.stanford.edu
Roth Spot

N Engl J Med 2014; 370:e38


35 A. Koarktasio Aorta
• KU: Kedua kaki mudah lelah sejak 1 bulan
SMRS
– Sebelumnya asimtomatik
• PF: Pulsasi nadi a. radialis asimetris
– Tekanan darah lengan kiri dan kanan berbeda jauh
– Refleks fisiologis dan patologis  singkirkan
stroke
Koarktasio aorta

Medscape.com
Koarktasio aorta

Radiopaedia.org
36 A. Edukasi gaya hidup sehat + GDS
GDP ulang
• KU: polifagi, polidipsi, poliuri dan BB turun
– Gejala khas DM
• Lab: GDS dan GDP (-)
• WD: Diabetes melitus
• Rencana: Ulang pemeriksaan GDS dan GDP
Algoritme Diagnosis DM II

PERKENI, 2011
37 A. Pasien meminum larutan gula
75g dan periksa GD sebelum dan 2 jam
sesudahnya
• Hasil Lab GDS dan GDP Ulang (-)
– Lakukan pemeriksaan TTGO 75g GD2PP
• Meminum larutan gyula 75g dalam 5 menit
dan periksa GD 2 jam setelahnya
38 B. Ganti metformin dengan
golongan lain
• Pasien DM
– Current Rx: Sulfonilurea, metformin dan acarbose
– On Continuous renal replacement therapy (CRRT)
 menandakan gangguan ginjal tahap akhir atau
lanjut
• Metformin dikontraindikasikan pada pasien
dengan gangguan fungsi ginjal
Terapi Medikamentosa DM pada CKD

Clin Diabet. 2007;25(3):90-7


39 C. Limfoma hodgkin
• KU: Benjolan tidak nyeri.
– Tanda dan gejala mengarah kepada Limfadenopati
• Lab PA: Reed Sterberg Cell  Tipikal Limfoma
Hodgkin
Reed Sternberg Cell
40 D. Sebaiknya tidak diberikan
levofloksasin
• KU: Batuk produktif 3 minggu
• Lab:
– BTA (-)
– X-Ray Toraks: meragukan
• WD: CAP
• DD: Tb Paru
• Rencana:
– Percobaan terapi empiris CAP tanpa menggunakan
antibiotik yang efektif thd M. tuberculosis
(Levofloksasin)
Algoritma diagnosis Tb Paru

PDPI, 2011
41 C. Washed PRC Gol Darah B+
• Produk darah dengan efek samping minimal
– Efek samping berbanding lurus dengan
konsentrasi sel darah putih
• Jumlah leukosit/unit
– Whole Blood: 109 sel
– Leucodepleted Blood product: 70% less Leukocyte
– Washed PRC: PRC dicuci dengan normal saline
untuk menurunkan jumlah leukosit dan kadar
antibodi (Leukosit <1x106)
MJAFI 2006; 62 : 174-177
42 C. Defisiensi vitamin B12
• KU: Lelah yang memberat
– Konsumsi alkohol berat
• Lab: Hb 7mg/dl, makrositik
• Dx: Anemia makrositik normokrom
– Etiologi: Defisiensi Vit B12/9
• Konsumsi alkohol mengganggu absorpsi vit
B12
43 C. Mallory Weiss Tear
• Ruptur dari dinding gaster
– Biasanya disebabkan oleh penyebab mekanik
(Trauma)
• Pemicu
– Muntah, batuk, hiccup, trauma tumpul, atau CPR
• Faktor risiko
– Hernia hiatal, konsumsi alkohol (sering muntah)

Emedicine.medscape.com
Mallory-Weiss Tear

Emedicine.medscape.com
44 C. Asthma Control Test (ACT)
• Penyesuaian terapi menggunakan parameter ACT
– Menilai derajat kendali asma dalam 1 bulan terakhir
• Interpretasi
– Terkontrol sempurna (25): Pertahankan atau turunkan
intensitas terapi
– Terkontrol sebagian (20-24): Tingkatkan intensitas
terapi
– Tidak terkontrol (<20): Tingkatkan intensitas terapi
Level of asthma control

Medscape.com
ACT

Medscape.com
45 A. Meningkatkan intensitas terapi
• Dx: Asma persisten
ringan
• Current Rx:
– Kortikosteroid inhalasai
dosis rendah
• Skor ACT 24 
terkontrol sebagian
– Tingkatkan intensitas
terapi  tambahkan
LABA (bukan
kortikosteroid oral)
46 C. Hepar, Mata, Ginjal
• KU: Demam 4 hari SMRS.
– Kuning 2 hari setelahnya
– Nyeri otot di betis
• PF: Suhu 28,9 C, Sklera ikterik (+), Mata merah (+)
• Mengarahkan ke leptospirosis derajat berat
(Weil’s disease)
– Mata merah  conjunctival suffusion
– Ikterik  Hepar
– Ureum & kreatinin meningkat  Ginjal
Tanda dan Gejala Lepstospirosis
• Tanda dan gejala dapat diklasifikasikan
– Ikterik/NonIkterik
– Acute stage/Immune stage
– Mild/Severe (Weil’s disease): muncul beberapa hari
setelah gejala ringan mereda
• Weil’s disease  melibatkan multiorgan
– Hepar, ginjal, kardiak
– SSP
– Pulmonal
– Mata
Gejala ringan
• 90% kasus menunjukkan gejala mild
– a high temperature (fever) that is usually between 38 and
40°C (100.4-104°F)
– chills
– sudden headaches
– nausea and vomiting
– loss of appetite
– muscle pain, particularly affecting the muscles in the
calves and lower back
– conjunctivitis (irritation and redness of the eyes)
– cough
– a short-lived rash
Conjunctival suffusion
45 B. Melalui sel M pada plak Peyeri
• KU: Demam 1 minggu SMRS
– Konstipasi
• Demam <7 hari
– Infeksi Dengue
– Parasit
– Leptospirosis
• Lab: Leukopeni, Trombosit normal  Infeksi
dengue less likely
• WD: Infeksi Salmonella typhii
– Melalui sel M pada plak Peyeri
Patofisiologi S. Typhii

bio.davidson.edu
48 B. IgM/IgG Salmonella typhii
• Pemeriksaan penunjang untuk Demam
Typhoid
– Kultur feses
– Aspirasi sumsum tulang  gold standard
– Kultur darah
– Serologi (TUBEX – IgM/IgG Salmonella typhii) >5
hari
Pemeriksaan penunjang Demam
Tiphoid

WHO, 2014
Pemeriksaan Lab vs kultur darah

WHO, 2014
49 C. Emboli paru
• KU: Nyeri dada tiba-tiba
– Sedang tirah baring
– Riwayat keganasan on kemoterapi
• PF: Hipotensi, Takipneu
• EKG: Fenomena S1Q3T3 (McGinn-White sign)
– S1Q3T3 menandakan adanya cor pumonale
– Faktor prognostik dan diagnostik emboli paru
– EKG menyingkirkan kegawatdaruratan lainnya
pada nyeri dada (ACS)

Chan TC, Vilke GM, et al. J Emerg Med. 200; 21(3):263-70.


McGinn-White ECG sign

http://www.ipej.org
50 C. Trombosis vena dalam
• Etiologi Emboli paru
– Deep vein thrombosis (pada tungkai bawah)
– Emboli lemak
– Emboli dari jaringan tumor
– Emboli udara
• Pada pasien tersebut kemungkinan besar DVT
merupakan etiologi
– Perlu skrining DVT pada pasien dengan emboli
paru
Faktor risiko PE

Circulation. 2002; 106: 1436-1438


Triad Virchow
• Blood stasis
– Tirah baring lama
• Hypercoagulability
– Malignancy
• Endothelial dysfunction
– Pada kasus ini tidak ada informasi
Kecurigaan PE

Am Fam Physician. 2004 Jun 15;69(12):2829-2836.


Diagnosis PE-DVT
Diagnosis PE-DVT

Am Fam Physician. 2004 Jun 15;69(12):2829-2836.


51. B. Etika Kedokteran
Keywords :
• Dokter, berpraktik hingga larut malam

• Kesehatan seorang dokter kemungkinan akan


terganggu
•  Pasal 20 KODEKI 2012
KODEKI 2012
52. D. Kemandirian Profesi
Keywords :
• Seorang dokter yang bekerjasama dengan
perusahaan farmasi
• Memberikan obat milik perusahaan farmasi
tersebut tanpa indikasi yang jelas
KODEKI 2012
53. C. Plasenta ada dan masih melekat
Keywords :
• Ditemukan mayat bayi, BB 2200, PB 48
• Plasenta ada dan melekat, lanugo ada
• Memar bibir dan wajah
• Paru mozaik, teraba seperti spons

 Termasuk Infantisida / pembunuhan anak sendiri


jika tidak ada tanda perawatan, yakni plasenta
ada/melekat dan lanugo masih ada.
Pembunuhan
• Pembunuhan anak sendiri: dilakukan oleh ibu
atas anak kandungnya ketika dilahirkan/tidak
berapa lama setelah dilahirkan
• (Syarat: dilakukan ibu kandung, jika dibunuh
orang lain = pembunuhan  hukuman >>
berat), waktu: saat belum timbul kasih sayang

Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik FKUI


Tanyakan...
1. Viabel?  >28 mgg; PB >35; BB>1000 g;
LK>32, tidak ada cacat bawaan fatal
2. Apakah lahir mati/hidup?  tidak bernapas
(dada belum mengembang, uji apung paru
negatif)
3. Apa sudah dirawat?  verniks kaseosa, tali
pusat, pakaian
4. Apa sebab kematiannya?  trauma lahir?
asfiksia?
Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik FKUI
54. B. Berkas rekam medis adalah milik
rumah sakit
Keywords :
• RS A merawat seorang pasien anak
• Oleh orang tua dipindahkan ke RS B
• Orang tua meminta rekam medis pasien
tersebut dari RS A namun tidak diberikan

• PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008
tentang REKAM MEDIS
Jadi jika diminta, RS berhak memberikan isi rekam medis kepada
pasien (ingat, isi adalah milik pasien). Namun isi yang dimaksud
bukanlah dalam bentuk fotokopi/salinan rekam medis,
melainkan ringkasan rekam medis (resume
pulang/perawatan/dll)

PERMENKES 269/MENKES/PER/III/2008 tentang REKAM MEDIS


55. C. Melakukan Operasi tanpa
Informed Consent
Keywords :
• Kasus gawat darurat, butuh laparotomi
eksploratif cito
• Keluarga/kerabat pasien tidak ada
• Pengantar pasien ada
56. C. Luka lecet berbentuk bulan sabit
Keywords :
• Dugaan pembunuhan akibat cekikan pada
leher

• Dapat ditemukan luka lecet berbentuk bulan


sabit (e.c kuku jari orang yang mencekik)
Jawaban Lain
• Alur jerat vertikal: cenderung ke arah bunuh
diri dengan cara gantung diri
• Alur jerat horizontal: cenderung ke arah
kekerasan oleh orang lain dengan cara
menjerat dari belakang
• Patah tulang krikoid: dapat diakibatkan
gantung diri
57. E. Mengumpulkan Data
Postmortem
Keywords :
• Kecelakaan pesawat terbang (massal)
• Sudah dilakukan pengamanan serta
dokumentasi tempat kejadian oelh komanda
operasi evakuasi
• Langkah selanjutnya? Data postmortem
dengan pemeriksaan mayat
Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2012; 2(1): 5-7
58. C. Profil gigi
Keywords :
• Data primer untuk pemeriksaan postmortem

– Primer/1o identifier: sidik DNA, sidik jari pihak


berwenang (keluarahan, kepolisian), odontogram
– Sekunder/2o identifier: unique/personal features
(tato, skar, baju, dokumen, perhiasan)

www.interpol.int/Media/Files/INTERPOL.../DVI/White-Paper-DVI
59. A. Otonomi
Keywords :
• Seorang penyandang retardasi mental, diperkosa
• Keluarga menyetujui sterilisasi dan Anda sebagai
dokter melakukannya

Meskipun tidak langsung persetujuan kepada


pasien (karena dalam hal ini pasien tidak
kompeten), tindakan tetap dilakukan atas
persetujuan keluarga  otonomi
60. C. Aritmia Ventrikuler
Keywords :
• Meninggal akibat sengatan listrik

Aritmia ventrikuler, semisal fibrilasi ventrikel


(VF) sering diinduksi akibat sengatan arus listrik
kuat (sekitar 30 miliAmpere, dengan frekuensi
listrik AC sebesar 50-60 Hz)
61. D. Nervus optikus
62. A. Intoksikasi Metanol
Keywords :
• Laki-laki, 24 tahun
• Buta mendadak
• Pesta minuman keras, kemungkinan “dioplos”
dengan metanol (alkohol industri yang murah
harganya, tidak kena pajak minuman keras,
namun toksik dan bukan untuk diminum)
Methanol-Induced Optic Neuropathy
• Diduga metabolit metanol, yakni asam format
bertanggung jawab terhadap kerusakna saraf
optik
• Kadar serum yang berkesesuaian adalah 20
mg/dL
• Perubahan funduskopi: edema diskus optikus,
hiperemia
• Selain itu metanol mengakibatkan asidosis
metabolik
http://emedicine.medscape.com/article/1174890-overview
Methanol-Induced Optic Neuropathy
• Gejala awal intoksikasi terhadap pkular:
fotofobia, pandangan kabur, nyeir saat
pergerakan bola mata, pupil tidak reaktif
Right (A) and left (B) optic discs of the patient with
pseudoglaucomatous optic neuropathy secondary to
methanol intoxication (optic disc area both eyes: 2.6 mm2;
neuroretinal rim area right eye: 1.1 mm2; left eye: 0.92
mm2). Note intensely pale appearance of the optic disc
with alteration of neuroretinal rim configuration and (most
likely) pre-existing peripapillary atrophy zone. Note also
the “washboard-like” pattern of the internal limiting
membrane (arrow) secondary to acute loss of retinal
nerve fibres.

Br J Ophthalmol 2002;86:1064-1065 doi:10.1136/bjo.86.9.1064


63. B. Tonometri Schiotz
Keywords :
• Perempuan, 50 tahun
• Pandangan kiri buram sejak 6 jam yang lalu
• OS: merah, berair, AVOS 3.60, injeksi silier, edema
kornea, bilik mata depan dangkal
• Nyeri kepala berdenyut kiri

• Glaukoma akut  untuk tekanan bola mata uji


dengan Tonometer, termasuk Tonometer Schiotz
Uji Lain
• Uji Anel: untuk uji saluran/duktus
nasolakrimalis
• Kampimetri: untuk uji lapangan pandang.
Untuk kasus glaukoma kronik, bukan
glaukoma akut
• Uji Hirschberg: untuk uji kedudukan bola mata
dengan senter/pen-light
• Uji Schrimer: untuk uji fungsi ekskresi kelenjar
lakrimalis
64. D. Tetes mata kloramfenikol 1% 6
kali sehari
Keywords :
• Perempuan, 27 tahun
• Mata merah, injeksi konjungtiva, sekret
purulen sejak 5 hari

• Konjungtivitis bakterialis  Tx dengan tetes


mata kloramfenikol/antibakterial lain
http://www.clinicaladvisor.com/therapeutic-strategies-for-bacterial-
conjunctivitis/article/209142/
65. A. Kompres hangat dan antibiotik
topikal
Keywords:
• Laki-laki, 42 tahun
• Gatal pada tepi kelopak mata, berat, panas
• Mata lengket pagi hari
• Edema, hiperemis pada margo palpebra
superioris

• Dx: blefaritis
• Tx: seka dengan air hangat untuk mempermudah
evakuasi pus (kompres hangat)
• Bersihkan tepi palpebra untuk membersihkan
dengan krusta (juka dengan kain hangat)
• Antibiotik
http://emedicine.medscape.com/article/1211763-treatment
66. D. Sinar sejajar tidak dibiaskan
secara seimbang di semua meridian
Keywords :
• Anak, 9 tahun
• Penglihatan kabur perlahan
• Koreksi terbaik dengan lensa silindris (C)
67. E. Fluorescein
Keywords :
• Laki-laki 18 tahun
• Mata nyeri dan merah
• Lensa kontak, namun jarang dirawat

• Dx: keratitis, dugaan e.c bakterial


Keratitis Bakterialis
• Komplikasi paling sering dari penggunaan
lensa kontak yang tidak higienis
• ‘Penyebab: Streptococus, Pseudomonas,
Enterobacteriaceae (Klebsiella),
Sptaphylococcus
• Rapid onset of pain, fotoboia, pandangan
kabur, pada PF ditemukan ulserasi epitel,
infiltrat kornea
Tx
• Antibiotik topikal spektrum luas, seperti FQ
drops
• Jika berat perlu diberikan
tobramisin/gentamisin setiap jam
68. Pterigium gr. II
Keywords :
• Laki-laki, 58 tahun
• Tidak ada gangguan penglihatan
• Mata terasa mengganjal
• Jaringan kekuningan dari limbus hingga 3 mm
arah kornea, tidak melewati pupil
Rev. bras.oftalmol. vol.71 no.6 Rio de Janeiro Nov./Dec. 2012
69. E. Rujuk ke dr. Sp.M secepatnya
Keywords :
• Anak, 7 tahun
• Terkena shuttlecock pada mata
• AVOS 1/60, genangan darah 1/3 kamera okuli
anterior

• Hifema
Hifema

Grade Keberadaan darah di COA


1 < 1/3
2 1/3 sampai ½
3 Lebih dari ½
4 Total (Penuh)
a.k.a blackball /
8-ball hyphema
70. B. Oklusi Vena Retina Sentral
Keywords :
• Laki-laki, 67 tahun
• Pandangan kabur mendadak, sudah pulih
• Perdarahan berbentuk flame, dengan
gambaran copperwire
CRVO  mata tenang visus turun
mendadak
• Perubahan arteriosklerosis  gambaran copper
wire (retinopati HT)  arteri jadi rigid 
menekan vena retinal sentral, gangguan
hemodinamik
• CRAO berkaitan dengan CRVO
• Hipertensi adalah faktor risiko utama CRVO
• Funduskopi: retinal hemorrhage, dot and blot,
flame  blood and thunder appearance
• Tx: Belum ada yang efektif, namun dapat dicoba
aspirin dan NSAID dan injeksi intravitreal
terhadap steroid dan ranibizumab/afibercept
Jawaban Lain
• CRAO: cherry red spot, visus turun mendadak
• Arteritis temporal: terlihat dilatasi pembuluh
darah di wajah disertai gangguan pnelgihatan
• Amaurosis fugax: “ocular stroke”, pulih
sempurna pada umumnya
• Ablatio retina: lapang pandang tertutup tirai,
berkaitan dengan retinopati DM dan miopia
berat
71. B. Perdarahan vitreous
Keywords :
• Perempuan, 58 tahun
• Penderita DM
• Saat ini funduskopi: cotton wool spot, tidak ad
neovaskularisasi

• Retinopati DM
• Komplikasi?
Perdarahan Vitreous
• Diakibatkan pecahnya neovaskularsiasi di
lapisan retina (sering akibat komplikasi
langsung diabetes melitus)
• Painless unilateral floaters, visual loss

http://www.aao.org/publications/eyenet/200703/pearls.cfm
72. D. Katarak kongenital
Keywords :
• Riwayat ibu bersin, pilek, demam  infeksi
akut dari viral, kemungkinan Rubella
• Anak: mata kucing, leukokoria

• Dx: katarak kongenital e.c susp. Rubella


kongenital
Congenital Rubella

http://www.sajch.org.za/index.php/SAJCH/article/view/461/358
73. A. Katarak
Keywords :
• Visus yang membaik dengan pin-hole

Jika dengan pin-hole visus membaik, dapat


dipastikan kelainan yang terjadi adalah refraksi.
Katarak bukan kelainan refraksi, sedangkan
astigmatisma, miopia, hipermeteropia, dan
presbiopia adalah kelainan refraksi.
Mengapa pinhole memperbaiki visus
pada kelainan refraksi?
74. E. Ambliopia
Keywords :
• Anak, 6 tahun
• Pandangan kabur sejak lama
• Visus terbaik dengan koreksi tidak 6/6!

• = ambliopia/mata malas
75. A. IgE
Keywords :
• Perempuann, 18 tahun
• Mata merah, hilang timbul, gatal hebat
• Cobble stone di konjungtiva

• Dx: konjungtivis vernal  terkait dengan


hipersensitivitas tipe I = IgE
76. B. Vaginosis bakterial
Keywords:
• keluar cairan dari vagina sejak 3 hari yll
• Pasien merupakan sekual aktif
• PF: Serviks berwarna pink, cairan putih kental,
test amin “whiff” (+).
Tes Untuk BV
• Wet mount: Sampe duh vagina dicampurkan
dengan larutan garam pada slide mikroskopik,
dan diperiksa keberadaan bakteri, sel darah
putih, dan CLUE CELLS. Jika Clue Cells (+)
mungkin diagnosis = BV
• Whiff test: 1 tetes KOH 10% diteteskan pada
sekret vagina  terdapat fishy odor
• pH Vagina: normal pH vagina = 3.8 - 4.5.
– Bacterial vaginosis sering menyebabkan pH > 4.5
• Oligonucleotide probes: Pemeriksaan DNA
bakteria penyebab BV tidak rutin dikerjakan
Kriteria Diagnosis KLINIS
“Amsel criteria”
• Thin, white, yellow, homogeneous discharge
• Clue cells on microscopy
• pH of vaginal fluid >4.5
• Release of a fishy odor on adding alkali—
10% potassium hydroxide (KOH) solution.

Paling sedikit 3 dari 4 (+) untuk confirm diagnosis

“Modified Amsel Criteria”  kriteria sama seperti Amsel,


tetapi cukup 2 SAJA untuk konfirm BV (+)
77. B. Haemophillus ducreyi
Keywords:
• Luka pada batang alat genital, terasa nyeri
• Sering berganti-ganti pasangan
• PF: ulkus lebih dari 1, ukuran 2-3 cm,
menggaung, tepi tidak teratur, dasar kotor,
dan teraba lunak

Diagnosis: Chancroid/Ulkus Mole


Chancroid Vs Sifilis
• Chancroid biasanya
timbul awal seabagai
papul, dan cepat
berkembang menjadi
pustular dan mengalami
ulserasi
• Ulkus membesar ,
batasnya compang-
camping, batas tepi
eritema Terapi:
• TIDAK SEPERTI sifilis, lesi Azithromycin 1g PO SINGLE DOSE, atau
chancroid nyeri dan batas Kanamicin 2x500 mg i.m. 6-14 hari,
atau
ulkus TIDAK ada indurasi Ofloxacin 400 mg singe dose
78. D. Dinyatakan sembuh
Keywords:
• Keluhan kencing nanah. Setelah dilakukan
pengecatan gram, didapatkan diplococcus
gram negatif intrasel
• Setelah diberi terapi selama 7 hari,
diplococcus dan leukosit sudah tidak
ditemukan

Diagnosis: GO
79. A. Trichomonas vaginalis
Keywords:
• Keputihan dirasakan 2 minggu ini, kuning dan
berbuih
• Nyeri dan panas saat kencing
• Mikroorganisme bentuk buah pear, dengan
flagel, Berinti satu
Flagellated organism : Trichomonas Vs Giardia Lamblia
Trichomonas Giardia Lamblia
• Bentuk: pyriform • flattened pear shaped
• Nukleus tunggal • 2 nuclei, 8 flagella arising
• looking like tennis rackets
without the handle
• comical face-like
appearance (tampak depan)
80. E. Steroid
Keywords:
• Luka berwarna kemerahan pada kedua siku
lengannya. Keluhan dialami sejak 2 bulan yang
lalu setelah pasien bermain tenis
• PF: jaringan keratin yang tebal dengan dasar
berupa makula eritem pada siku lengan dan
lutut

Diagnosis: Psoriasis
CORTICOSTEROIDS
• Topical corticosteroids are the cornerstone of
treatment for the majority of patients with
psoriasis
• EFEK: Anti inflamasi, anti proliferasi,
imunosupresi, vasokonstriksi
81. D. Erisipelas
Keywords:
• keluhan ada bercak dan bengkak pada lutut kiri,
nyeri apabila disentuh dan terasa hangat pada
daerah tersebut
• Awalnya anak terjatuh dan terkena beberapa kali
pada lutut kiri.
• Demam tinggi, sakit tenggoroan dan lemas.
• Pemeriksaan: Eritema edematous dengan batas
jelas, didapati bula dan vesikel, disertai tanda-
tanda radang pada daerah tersebut.
Erisipelas
• Infeksi akut Streptococcus ẞ hemolitikus
menyerang epidermis dan dermis
• Gejala:
– Gejala konstitusi: demam, malaise
• Didahului trauma predileksi : tungkai bawah
• PF: eritema batas tegas, pinggir meninggi dengan
tanda2 radang akut, dapat disertai: edema,
vesikel, bula. Lab: leukositosis
• Terapi: Antibiotik sistemik, topikal: kompres
larutan antiseptik
Pilihan Lain
• A. Furunkulosis  peradangan Folikel + jaringan
sekitar (awalnya papul/pustul eritematosa 
nodus eritematosa)
• B. Impetigo bulosa  Keadaan umum tidak
dipengaruhi (eritema, bula, dan bula hipopion)
• C. Sellulitis  batas tidak tegas
• E. Urtika  reaksi vaskular ditandai edema
setempat, pucat kemerahan, meninggi di
permukaan kulit
82. D. Alopesia
Keywords:
• An. Charles, 3 tahun keluhan rambut kepala
rontok sejak 10 hari yang lalu, dan disertai
rasa nyeri dan anak rewel

Diagnosis: Kerion
Kerion
• Reaksi peradangan berat pada tinea kapitis
berupa pembengkakkan sarang lebah dengan
sebukan sel radang yang padat disekitarnya
• Penyebab: Microsporum canis, Microsporum
gypseum
– Jarang: Trichophyton tonsurans, Trichophyton
violaceum
Komplikasi
• Komplikasi kerion
jangka panjang:
Alopesia menetap
dengan jaringan parut
83. A. Dermatitis numularis
Keywords:
• Alfonso, 45 tahun: bercak merah sebesar uang
logam 500 di betis, Sangat gatal sering
kambuh.
• Status Dermatologis : di regio kruris tampak
lesi soliter diameter 2 cm, permukaan
eksudatif, sebagian tampak krusta hitam.
Dermatitis Numularis (discoid
eczema/neurodermatitis numular)
• Lesi bentuk mata uang (coin) atau agak
lonjong, batas tegas dengan efloresensi
papulovesikel, biasanya mudah pecah 
basah (oozing)
• Penyebab: multifaktor:
stafilokokus&mikrokokus dan Mekanisme
hipersensitivitas, lingkungan (kelembaban
rendah), stres emosional, minuman alkohol,
trauma fisik/kimia (terutama di tangan)
• Sign & symptoms:
– Sangat gatal
– Vesikel & papulovesikel (0.3-1.0 cm), kemudian
berkonfluens membentuk coin, berbatas tegas
– Penyembuhan dimulai dari tengah  mirip
dermatomikosis
• Terapi:
– emolien
– steroid topikal
– Bila masih eksudatifkompres permanganas kalikus
1:10.000
84. B. Vulvovaginitis Kandida
Keywords:
• Susilawati, usia 27 tahun hamil 7 minggu,
keputihan dan gatal sejak 2 bulan yang lalu,
• Pemeriksaan fisik: vulva hiperemi, maserasi.
Serviks hiperemi, udem, flour abous
berwarna putih seperti pecahan susu
• Kehamilan Esterogen level ↑ 
Penimbunan Glikogen dalam eputel vagina
• Keluhan utama: gatal di daerah vulva, pada
infeksi lanjut: rasa panas, nyeri sesudah miksi,
dan dyspareunia
• Khas: fluor albus kekuningan, gumpalan
kepala susu (massa yang terlepas dari dinding
vulva atau vagina, terdiri atas bahan nekrotik,
sel epitel, jamur)
Terapi
• Pada kehamilan:
– suppositoria:
• Miconazole (Monistat)
• Clotrimazole (Gyne-Lotrimin)
85. E. Klindamisin
Keywords:
• Komar, 15 tahun keluhan wajah berjerawat.
• Pemeriksaan: tampak papul, nodul, komedo
yang disertai pustulasi eritem
Antibiotik pilihan pada akne vulgaris
• Topikal
– Tetrasiklin 1%
– Eritromisin 1%
– Kllindamisin fosfat 1%
• Sistemik
– Tetrasiklin (250mg-1g/hari)
– Eritromisin (4x250 mg/hari)
– Doksisiklin (50mg/hari)
– Trimetoprim (3x100 mg/hari)
86. B. Impetigo bulosa
Keywords:
• An. Linda, 5 tahun lepuh-lepuh berisi nanah
pada daerah leher dan dada kanan
• Pemeriksaan: bula hipopion dan coleret pada
lesi.
Impetigo Bulosa
• Predileksi: Ketiak, dada, punggung
• Efloresensi: Eritema, bula, bula hipopion
• Kadang vesikel atau bula sudah pecah  saat
pasien datang hanya tampak koleret dan
dasarnya masih eritematosa
Pilihan lain
• A. Impetigo krustosa bukan bula, tetapi eritema,
vesikelpecahkrusta madu di daerah wajah sekitar
lubang hidung dan mulut
• C. Impetigo neonatorum  pada neonatus, lokasi
menyeluruh, dapat disertai demam
• D. Epidermolisis bulosa  penyakit bulosa kronik
diturunkan, bisa dipicu trauma. Bula jernih, kadang
hemoragik. Diagnosis: mikroskop elektron untuk
melihat taut dermoepidermal
• E. Herpes zoster  umut lebih sering pada dewasa,
didahului gejala prodromal, vesikel berkelompok sesuai
dermatom
87. E. Neurodermatitis sirkumskripta
• Nunung, usia 20 tahun gatal pada belakang
leher dan punggung kaki
• Hal ini dirasakan ketika pasien mau ujian
• Pemeriksaan: plak hiperpigmentasi dengan
likenifikasi, skuama, dan ekskoriasi
Neurodermatitis sirkumskripta
(LSK/Liken Vidal)
• Perdangan kulit kronis, gatal, sirkumskrip, dengan
likenifikasi akibat garukan berulang
• Bila muncul, sulit untuk tahan tidak digaruk
• Lesi biasanya tunggal, sedikit eritem, lambat laun
edema, menebal, likenifikasi, ekskoriasi,
sekitarnya hiperpigmentasi, batas dengan kulit
normal TIDAK JELAS
• Predileksi: biasanya: Skalp, tengkuk, leher, lengan
ekstensor, pubis, vulva, skrotum, perineum, paha
medial, lutut, tungkai bawah lateral
• Terapi:
– Antipruritus
– Kortikosteroid topikal
atau intralesi
– Ter
– UVB/PUVA
88. E. Seluruh tubuh kecuali wajah
• Munaroh, usia 19 tahun, keluhan tercapat
bintil-bintil kemerahan berisi air di sekitar
kemaluannya
• Pasien adalah seorang PSK
• Menemukan sendiri kutu di pubis
Treatment tips

• Treatment for public lice will be more effective if a few simple


guidelines are followed, including: Usually the whole body from
neck to toes should be treated, including the perineum (the skin
between the vagina and the anus) and the anal area.
• Read and follow the instructions on the medication carefully.
• The skin should be cool, clean and dry when the cream is applied.
• Apply the cream and leave it on overnight. It can be washed off the
next morning. You don’t need to apply the cream to head hair.
• Wash clothing, towels and bedding at the same time as treatment
(hot machine washing and drying is sufficient).
• The treatment should be repeated after one to two weeks as it is
not effective against unhatched eggs. Eggs hatch in 6–10 days.
• Avoid close personal contact until you and your sexual contacts or
partner are treated.
89. C. Permethrin
• An. Bejo, 1 tahun, keluhan gatal dan rewel di
sela-sela jari dan kaki terutama malam hari.
Keluhan sudah dirasakan sejak 2 minggu yang
lalu dan ada anggota keluarga yang terkena.
• PF: papul-papul eritematous, vesikel, dan
krusta di sela-sela jari dan kaki. Terapi yang
tepat pada kasus ini adalah?
Tatalaksana Skabies
• Pilihan utama = Permetrin (kecuali bayi dibawah
2 bulan)
• Sulfur presipitatum  Dapat dipakai pada semua
umur tetapi penggunaan harus lebih dari 3 hari,
berbau, mengotori pakaian, iritasi
• Boric acid: antiseptic untuk luka bakar minor,
mencuci mata (diencerkan), vaginal douche
untuk bacterial vaginosis karena pH yang alkali,
juga candidiasis karena non candida albicans,
terapi acne.
90. E. Sulfur endapan
Keywords:
• Tn. Agus, 30 tahun mengeluh gatal diserta
bercak di siku, lutu, dan di kepala
• PF: plak dengan skuama berlapis-lapis, kasar,
dan berwarna putih seperti mika
Terapi Psoriasis (sistemik)
• Kortikosteroid
• Obat sitostatik: metotreksat
• Levodopa
• DDS
• Etretinat dan asitretin
• Siklosporin
Terapi psoriasis: Topikal
• Preparat Ter
• Kortikosteroid
• Ditranol (antralin)
• Penyinaran: UV menghambat mitosis ( UVA) dan
dapat dikokmbinasi dengan psoralen (PUVA), UVB
• Calcipotriol
• Tazaroten
• Emolien
91. D. Presbikusis
Keywords:
• Keluhan penurunan pendengaran sehingga
kesulitan komunikasi dengan lingkungannya
• Keluhkan telinga berdenging (tinnitus)
• Sebelumnya tidak ada masalah THT
Presbiakusis (Tuli sensorineural pada
Geriatri)
• Tuli Sensorineural frekuensi tinggi, muali pada
usia 65 tahun
• Gejala klinis: Berkurang pendengaran perlahan,
progresif, simetris (kapan mulai berkurang
pendengaran tidak diketahui)
• Keluhan lain: telinga berdenging (tinnitus nada
tinggi): Dapat mendengar percakapan tapi sulit
memahaminya, terutama jika latar nya bising
(cocktail party deafness), bila suara ditinggikan 
nyeri telinga
92. C. Dekongestan oral
Keywords:
• Keluhan telinga terasa penuh dan penurunan
pendengaran setelah berenang
• Nyeri telinga (-), Keluar cairan dari telinga (-).
Otitis media efusi (otitis media serosa)
•  sekret telinga NONPURULEN di telinga tengah,
Membran timpani UTUH
• Kalau sekret cair  otitis media serosa (karena
perbedaan tekanan hidrostatik)
• Jika kental  otitis media mukoid (glue ear)
(karena sumbatan Tuba)
• Gejala: Penurunan pendengaran, rasa tersumbat
pada telinga, suara sendiri terdengar lebih
nyaring atau berbeda pada telinga yang sakit
(diplacusis binauralis), seperti ada cairan bergerak
saat berubah posisi kepala
Pengobatan
• Medikamentosa: dekongestan tetes hidung,
dan kombinasi anti histamin-dekongestan
peroral
• 3 bulan ridak berhasil  Miringotomi & pipa
ventilasi
93. E. Kiri normal, kanan sensorineural
Keywords:
• Pendengaran berkurang sejak 2 minggu yang
lalu
• PF: kedua membrane timpani utuh
• Tes penala: swabach memendek pada telinga
kanan, rine (+) pada kedua telinga, weber
lateralisasi ke kiri
• Swabach memendek pada telinga kanan 
sensori neural kanan
• Swabach sama pada telinga kiri  telinga kiri
normal
• Rinne: + pada kedua telinga  konfirmasi
telinga kiri normal dan telinga kanan
sensorineural
• Weber lateralisasi ke kiri (ke telinga normal) 
Tuli sensorineural kanan
94. E. Dekongestan
Keywords:
• keluar cairan dari telingan kanan. Sebelumnya
pasien tidak demam
• Pasien mengeluh mengalami penurunan
pendengaran
• Pasien suka berenang di sungai
• Ditemukan perforasi membrane timpani dan
secret.

• Diagnosis: Barotrauma
Barotrauma Telinga
• Definisi: Keadaan terjadinya perubahan
tekanan tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam,
menyebabkan tuba gagal membuka.
• Tatalaksana: Dekongestan
• Jika Menetap sampai beberapa minggu: Pipa
ventilasi (Gourmmet)
• Komplikasi: Perforasi membran timpani,
infeksi, hilang pendengaran, vertigo
95. C. Otosclerosis
Keywords:
• Ny. Lala, usia 50 tahun mengeluh fungsi organ
pendengarannya semakin menurun
• Dua bulan yang lalu pasien pernah periksa dan
didiagnosis menderita tuli konduksi
• Dari hasil pemeriksaan telinga tengah
diperoleh membran timpani dan fungsi tuba
eustachius normal
Otosclerosis
• Spongiosis di kaki stapesstapes kaku
hantaran suara ke labirin tidak baik
• AWALNYA tuli KONDUKTIF, bila menyebar ke
koklea TULI CAMPUR atau SENSORINEURAL
• Penyebab: tidak diketahui, mungkin keturunan
dan gangguan perdarahan pada stapes
• Gejala: Pendengran berkurang progresif,
tinitus, kadang vertigo
• Membran timpani utuh
• Tuba paten
• Tidak ada riwayat penyakit telinga atau
trauma
• Diagnosis: audiometri nada murni dan
impedance

• Terapi: ABD, stapedektomi/stapedotomi


96. E. Aerotitis
Keywords:
• An. Alejandro umur 8 tahun: kurang
mendengar, dan telinganya terasa nyeri.
Riwayat demam sebelumnya disangkal.
• Riwayat keluar cairan dan batuk juga disangkal
• Pasien dan Ibu 1 minggu yang lalu pergi ke Bali
dengan pesawat udara
Barotrauma (Aerotitis)
• Definisi: Keadaan terjadinya perubahan
tekanan tiba-tiba di luar telinga tengah
sewaktu di pesawat terbang atau menyelam,
menyebabkan tuba gagal membuka.
• Tatalaksana: Dekongestan
• Jika Menetap sampai beberapa minggu: Pipa
ventilasi (Gourmmet)
• Komplikasi: Perforasi membran timpani,
infeksi, hilang pendengaran, vertigo
97. B. Dix-Hallpike
• Perasat yang digunakan untuk mendiagnosis BPPV adalah:
– Dix-Hallpike
– Side Lying
• Perasat untuk terapi:
– Epley
– Brand-Daroft
– Liberatory (semont)

• Kobrak: Pemeriksaan keseimbangan dengan menginduksi


nistagmus dengan air es (0o C, 5 cc, selama 20 detik)
• Dix-Hallpike lebih sering digunakan daripada side lying
karena pada posisi kepala tersebut sempurna untuk
canalith repositioning treatment
98.
Keywords:
• Keluhan demam sejak 3 hari yang lalu, disertai
nyeri menelan yang hebat, dan nyeri telinga
sebelah kanan
• PF: Mulut berbau, banyak ludah
(hipersalivasi), sukar membuka mulut, dan
suara gumam
• Teraba KGB submandibular diameter 2,5 cm
yang disertai nyeri tekan
Abses Peritonsil
• Gejala-gejala diatas menujuk ke gejala abses
peritonsil, yaitu: Odinofagia (nyeri menelan),
Otalgia (nyeri telinga), Mulut berbau (foetor
ex ore), banyak ludah (hipersalivasi), suara
gumam (hot potato voice), sulit membuka
mulut (trismus), dan pembengkakkan KGB
disertai nyeri tekan
• Uvula bengkak dan
terdorong ke sisi
kontralateral, tonsil
bengkak, hiperemis,
mungkin banyak
detritus dan terdorong
ke tengah, depan,
bawah
• Terapi: PUNGSI pada
daerah abses 
dilanjutkan INSISI
99. C. EBV
Penyebab karsinoma nasofaring hampir dapat
dipastikan adalah Virus Epstein-Barr
Selain EBV, banyak faktor yang menyebabkan
timbulnya KNF: Letak geografis, ras, jenis
kelamin, genetik, pekerjaan, lingkungan,
kebiasaan hidup, kebudayaan, sosial ekonomi,
infeksi kuman/parasit
100. E. BERA
Keywords:
• An. Zara, 1 tahun, memeriksakan fungsi
pendengaran ke dokter
• Didiagnosis gangguan tumbuh kembang oleh
dokter anak. Alat yang dapat digunakan oleh
dokter tersebut adalah:
TES Pendengaran
BERA Free Field test
• Untuk menilai fungsi • Untuk menilai ambang
pendengaran dan fungsi N. VIII
secara objektif dengan dengar anak di dalam
merekam potensial listrik yang ruangan khusus
dikeluarkan sel koklea hingga
ke batang otak • Menilai kemampuan anak
• Sangat BERMANFAAT pada dalam memberikan respons
keadaan tidak memungkinkan terhadap rangsangan bunyi
pemeriksaan biasa, cth: bayi, yang diberikan
anak gangguan sifat &
perilaku, intelegensia rendah,
cacat ganda, penurunan
kesadaran
Audiometri bermaik Echocheck & Emisi otoakustik
• Audiometri nada murni • Menilai fungsi koklea secara
pada saat anak bermain objektif, sebagai skrining
• Dilakukan pada anak usia 3- pendengaran pada bayi dan
4 tahun bila cukup anak
kooperatif
101. A. Plasmodium Malariae
102. B. Artesunat+amodiakuin
Keyword:
• Wanita, 20 tahun, demam sejak 3 hari yang lalu
• meningkat setiap 3 hari  kuartana
• disertai menggigil
• kembali dari Papua  daerah endemis malaria
• PF: konjungtiva anemis, splenomegali
• apusan darah : basket form dan band form.

• Diagnosis? Malaria
• Vektor? Plasmodium Malariae
• Pengobatan? Artesunat+amodiakuin
Sediaan darah tipis

Trofozoid tua P.malariae Trofozoid P.malariae


(band form) (basket form)

Schizont P.malarie

P.malariae: eritrosit yang terinfeksi


ukurannya lebih kecil, terdapat band
form atau basket form.
Gametosit P.malariae
Pilihan lain
• P. Falciparum: trofozoit berbentuk cincin (accole).
Gametosit berbentuk sabit/pisang/sosis. Terapi:
ACT+primakuin 1 hari
• P. Vivax: eritrosit membesar, gametosit bulat, skizon
berisi 12-24 merozoit. Terapi: ACT+primakuin 14 hari
• P. Ovale: eritrosit membesar berbentuk oval,
gametosit bulat, skizon berisi 8-12 merozoit. Terapi:
ACT+primakuin 14 hari
103. C. Telur
104. A. Albendazol 400 mg dosis tunggal

Keyword:
• Laki-laki, 5 tahun, BAB cair disertai nyeri perut sejak
7 hari yang lalu
• tampak kurus, pernah keluar cacing dari anus
• Feses ditemukan telur

• Diagnosis? Ascariasis
• Stadium infektif? telur
• Stadium infektif  telur
• Diagnosis: menemukan
telur dalam feses, cacing
dewasa keluar sendiri
melalui mulut, hidung
atau feses
• Tatalaksana:
- pirantel pamoat 10
mg/kgBB
- mebendazol 500 mg
- albendazol 400 mg
 dosis tunggal
105. B. Gonorrhea
Keywords:
• Wanita, 22 tahun, keputihan dan gangguan berkemih
• Suami : periksa kencing bernanah
• pewarnaan HE: diplococcus gram negatif

• Diagnosis? Gonorrhea
Pilihan lain
• Sifilis, disebabkan Treponema
palidum. Bakteri berbentuk
T. palidum Trichomonas
spiral. vaginalis
• Trihcomoniasis, disebabkan oleh
Trichomonas vaginalis. Bakteri
berbentuk seperti buah pir dan
berflagel.
• Candidiasis, disebabkan oleh Candida albicans
Candida albicans. Pada sediaan
KOH, ditemukan pseudohifa.
• Chlamidiasis, disebabkan oleh
Chlamidia trachomatis.
106. C. Gunakan forceps
Keywords:
• Wanita, 28 tahun, hamil G2P1A0 datang dirujuk ke rumah
sakit karena persalinan kala II tidak maju. PF : kepala bayi di
hodge III-IV, kontraksi kurang bagus, pasien kelelahan

• Pasien ini mengalami kala II memanjang  kontraksi kurang


bagus + pasien kelelahan  gunakan forceps
• Syarat ekstraksi vakum / forsep: • Keuntungan Forsep
– Tidak ada disporporsi – Tidak tergantung his,
– Pembukaan lengkap sedangkan pada vakum
– Kepala sudah masuk panggul membutuhkan bantuan dari
pasien untuk mengedan dan
– Ketuban pecah dilakukan penarikan pada
– Kepala bayi posisi normal saat puncak his
(ubun-ubun anterior) – Pada kasus ini pasien
kelelahan dan kontraksi
• Indikasi vakum dan forsep: kurang bagus sehingga lebih
– Preeklamsia dipilih forsep.
– Penyakit jantung
– Inersia kala dua
– Doitosia kala dua
– Gawat janin (bradikardi)
Pilihan lain
• SC Cito dilakukan jika syarat
vakum dan forsep tidak
terpenuhi
• Pimpin ibu meneran tidak
bisa lagi dilakukan karena ibu
sudah kelelahan
• Manuver Mc Robert
merupakan salah satu
manuver yang dilakukan jika
Manuver Mc Robert
ada tanda-tanda distosia
bahu
107. C. Manual plasenta
Keywords:
• Wanita, 36 tahun, baru saja melahirkan anak
kedua sudah 30 menit plasenta belum lahir.

• Retensio plasenta  plasenta belum dilahirkan


dalam 30 menit setelah kelahiran bayi.
• Tindakan yang sebaiknya dilakukan? manual plasenta
• Tata Laksana:
– Berikan 20-40 unitoksitosin dalam 1000 ml larutan NaCl
0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 60 tetes/menitdan
10 UNIT IM. Lanjutkan infus oksitosin 20 UNIT dalam
1000ml larutan NaCl0,9% / RingerLaktat, dengan
kecepatan 40 tetes/menit hingga perdarahan berhenti
– Lakukan tarikan tali pusat terkendali
– Bila tarikan tali pusat terkendali tidak berhasil, lakukan
plasenta manual secara hati-hati
– Berikan antibiotika profilaksis dosis tunggal (ampisilin 2 g
IV DAN metronidazol500mgIV).

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


108. C. Hamil 34 minggu dengan
ketuban pecah
Keywords:
• Wanita, 31 th, G1P0A0 hamil 34 minggu, TFU 33 cm,
keluhan mulas dan keluar air-air serta kontraksi yang
teratur dalam 1x/15 menit lamanya 25 detik.
• Pemeriksaan dalam : portio lunak, bukaan 1, kepala
masuk PAP, hasil tes dengan kertas lakmus merah
jadi biru
• Ketuban Pecah dini : Pecahnya selaput ketuban
sebelum dimulainya persalinan atau tanda inpartu
(penipisan dan pembukaan serviks, kontraksi uterus yg
mengakibatkan perubahan serviks dg frek min 2 kali
dalam 10 menit, keluarnya darah dari vagina)
• Diagnosis dilakukan dengan anamnesis berupa
keluarnya cairan banyak secara tiba-tiba dan inspekulo
berupa adanya cairan yang keluar dari serviks
• Dapat dilakukan tes konfirmasi dengan:
– Tes nitrazin : kertas lakmus berubah warna dari merah jadi
biru
– Tes pakis : cairan ketuban diletakan dalam object glass
yang dibiarkan mengering, lalu dilihat gambaran pakis
secara mikroskopis

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


• His teratur : kontraksi minimal 3 kali dalam 10
menit dengan lamanya lebih dari 40 detik pada
setiap kontraksi.
109. E. Mola Hidatidosa

Keywords:
• Wanita, usia 25 tahun, G1P0A0, hamil 6 minggu
dengan keluhan keluar darah dari jalan lahir sejak 1
jam yang lalu, mual (+), muntah (+). Uterus teraba
setinggi pusat dan lembek, serviks uteri tertutup,
kadar βHCG meningkat
• Mola Hidatidosa
– bagian dari penyakit trofoblastik gestasional, yang
disebabkan oleh kelainan pada villi khorionik yang
disebabkan oleh proliferasi trofoblastik dan edem
• Diagnosis
– Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah
banyak
– Mual dan muntah hebat
– Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan (setinggi
pusat20 minggu)
– Tidak ditemukan janin intrauteri
– Nyeri perut
– Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
– Takikardi, berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


• Macam-macam abortus

WHO. Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan dasar dan Rujukan.


110. B. Kista endometrium
Keywords:
• Wanita, 23 tahun, nyeri tiap haid yang tidak
mengganggu aktivitas. 3 bulan terakhir nyeri makin
berat, sudah menikah 6 bulan.
• Pemeriksaan dalam : vagina normal, porsio tertarik
ke belakang, uterus terfksir, terdapat massa terfiksir
pada adneksa 7cm.
• Kista endometrium atau endometriosis adalah
jaringan endometrium yang tumbuh di tempat lain,
yang umumnya tumbuh pada pelvis (anterior dan
posterioi cul-de-sac, ligamen uterosakral, tuba,
ovarium)
• Gejala : dismenorea, perdarahan iregular, nyeri pelfis,
nyeri pada punggung bawah, dispareunia, diskezia,
nyeri inguinal, nyeri saat mikturisi, dan nyeri saat
exercise.

Endometriosis. www.nlm.nih.gov/medlineplus/endometriosis/html
Endometriosis. Emedicine.medscape.com/article/271899-overview.
Pilihan lain
• Adneksitis atau salpingo-oovoritis : radang pada tuba
falopi dan ovarium yang terjadi secara bersamaan. Biasa
terjadi karena infeksi yang menjalar ke atas sampai
uterus/akibat tindakan post kuretase maupun post
pemasangan IUD.
• Vulvovaginitis: infeksi atau inflamasi pada bagian vulva dan
vagina yang bisa disebabkan oleh jamur, bakteri, virus dan
faktor lingkungan.
• Nyeri ovulasi : merupakan nyeri pada pelvis atau perut
bawah yang terjadi saat ovulasi. Hal ini terjadi karena saat
ovulasi, ovum dan cairan serta darah keluar dari ovarium
dan dapat mengiritasi rongga abdomen sehingga
mengakibatkan nyeri.
Vulvovaginitis: Cause, symptomps, &diagnosis. www.healthline.com
Painful Ovulation. www.webmd.com/women/guide/mittelschmerz.
111. A. Kortikosteroid IM
Keywords:
• Wanita, 25 tahun, G1P0A0, hamil 32 minggu
• nyeri perut yang menjalar ke pinggang belakang,
dirasakan setiap 30 menit
• pemeriksaan dalam: pembukaan 1 dan kepala di hodge 1

• Tindakan yang dilakukan selanjutnya? Kortikosteroid IM


(setiap 6 jam)
• Pasien inpartu usia kehamilan < 34 minggu diberikan
kortikosteroid untuk pematangan paru janin
112. B. Prolaps uteri
Keywords:
• Wanita, 50 tahun, keluar benjolan dari kemaluan. 1 bulan
lalu mengalami hal serupa tetapi dapat masuk kembali.
Pasien meiliki 7 orang anak.

• Prolaps uteri : penonjolan keluar serviks dan uterus menuju


introitus vagina yang umumnya disebabkan oleh gangguan
pada ligament apikal uterosakral atau kardinal
• Faktor risiko :Kelemahan otot dasar panggul kongenital,
Kesulitan dan trauma persalinan, Multiparitas-trauma,
penyakit kronik  chronic obstructive airway, konstipasi,
straining, tumor abdomen, Obesitas, merokok, sering
mengangkat beban berat, Menopause, operasi pelvis

Cunningham G, Leveno K, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ. Williams Obstetrics. 23rd edition. US: McGraw-Hill, 2010.
Tipe Prolaps Uteri
Derajat 1
• Uterus turun dari posisi anatominya (os eksterna berada di
spina iliaka . Os eksterna masih berada didalam vagina

Derajat 2
• Os eksterna berada pintu vagina tapi uterus masih di
dalam

Derajat 3
• Serviks berada di luar vagina

Derajat 4
• Seluruh uterus berada di luar vagina

Cunningham G, Leveno K, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ. Williams Obstetrics. 23rd edition. US: McGraw-Hill, 2010.
Pilihan lain
• Mioma
– Neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan
jaringan ikat yang menopangnya
• Kista endometrium
– jaringan endometrium yang tumbuh di tempat lain,
yang umumnya tumbuh pada pelvis (anterior dan
posterioi cul-de-sac, ligamen uterosakral, tuba,
ovarium)
• Kista Bartolin
– Obstruksi pada kelenjar bartolin sehingga cairan
menunmpuk dan mengakibatkan bengkak yang tidak
nyeri.
113. C. Ginekoid
Keywords:
• Jenis panggul dengan bentuk agak lonjong
dengan diameter transversal lebih panjang
sedikit dari diameter anteroposterior dan
jenis paling banyak pada wanita normal
• Jenis ginekoid: panggul
paling baik untuk
perempuan. Panjang
diameter antero-posterior
kira-kira sama dengan
diameter transversa.
• Jenis android: panggul pada
pria. Bentuk pintu atas
panggul hampir segitiga.
• Jenis antropoid: bentuk
pintu atas panggul agak
lonjong. Panjang diameter
antero-posterior lebih besar
daripada diameter
transversa.
• Jenis platipelloid: ukuran
melintang jauh lebih besar
114. A. Poly cyclic ovarian syndrome
Keyword
• Wanita, 37 tahun, infertil
• Gejala utama: akne, histuarism, dan alopesia.

• Diagnosis yang mungkin? Polycyclic ovarian


syndrome (PCOS)
Polycyclic ovarian syndrome (PCOS)
Gambaran umum:
• Pertumbuhan polikistik ovarium
kedua ovarium, amenorea
sekunder, oligomenorea, dan
infertilitas
• Sekitar 50% pasien mengalami
hirsutisme dan obesitas.
• Usia 15-30 tahun
Pilihan lain
• Hipertiroid  berdebar-debar, mudah
berkeringat, penurunan BB, diare, TSH menurun,
T4 meningkat
• Choriocarcinoma  suatu penyakit trofoblas
gestasional. Merupakan tumor ganas yang terdiri
dari lapisan-lapisan sel sitotrofoblas dan
sinsiotrofoblas dengan perdarahan, nekrosis, dan
invasi pembuluh darah yang jelas
• Endometritis  radang endometrium
115. A.Cephalopelvic disproportion
Keyword
• Wanita, 38 tahun, hamil anak kedua usia kehamilan 39 minggu
• kenceng – kenceng sejak semalam
• tanda vital normal
• TFU 32 cm, DJJ (+) 144 x/menit, letak kepala
• kontraksi 4x dalam 10 menit, durasi 50 detik  power baik
• Pemeriksaan dalam pembukaan 7 cm, penipisan 75%
• Presentasi kepala
• Dalam evaluasi 4 jam kemudian tidak didapatkan kemajuan
persalinan, didapatkan moulase maksimal, caput (+)

• Diagnosis yang tepat? Cephalopelvic disproportion


Persalinan dipengaruhi oleh tiga Tanda-tanda CPD
aspek (3P) :
Pemeriksaan abdominal
• Power yaitu kekuatan his dan
kekuatan mengedan • Ukuran anak besar.
• Kepala anak menonjol di simphisis
• Pelvis yaitu keadaan jalan lahir. pubis.
• Passenger yaitu keadaan janin Pemeriksaan pelvis
yang dikandung • Servik mengecil setelah pemecahan
ketuban
• Arrest of descent: Failure of the • Edema servik
presenting fetal part to • Penempatan kepala tidak baik lagi di
servik
continue to descend during the
• Kepala belum dipegang pintu atas
second stage of labor despite panggul
uterine contraction and • Ditemukan kaput
maternal effort (pushing) • Ditemukan molage
• Cephalopelvic Disproportion • Ditemukan kepala defleksi
(CPD) merupakan 50% • Ditemukan asinklitismus
penyebab Arrest of descent
pada nulipara dan pada
multipara hanya 29,7%
116. B. Gardnerella vaginalis
117. C. Metronidazol
Keywords:
• Wanita, 28 tahun, keluar cairan dari vagina berwarna
putih keabuan sejak 1 minggu yang lalu
• berbau fishy odor
• Terdapat clue cell

• Diagnosis? Bacterial vaginosis


• Organisme penyebab? Garnerella vaginalis
 Gejala klinis BV yaitu
Cairan/duh berbau amis,
berwarna
jernih/putih/keabuan, tidak
ada peradangan
 Diagnosis: 3 dari 4 kriteria Amsel
• Sekret homogen tipis
• Ph vagina >4,5
• Whiff test (+)
• Ditemukan clue cells
 Tata laksana: Metronidazole
2x500 mg PO selama 7 hari
118. C. Biopsi
Keywords:
• Wanita, 55 tahun, keluar darah dari kemaluan setiap
berhubungan, disertai nyeri, menikah pertama kali
umur 15 tahun, 4 orang anak dari 3x pernikahan.
Suami sopir truk antarpulau
• Inspekulo: massa rapuh di serviks, darah (+), fluor
albus (-).
Kanker Serviks
• Gejala
– Stage awal tidak menunjukan gejala jika kanker semakin tumbuh
maka akan timbul perdarahan vagina yang terjadi diantara periode
regular mens, perdarahan sesudah berhubungan seksual/pemeriksaan
pelvis, menstruasi yang lebih bayak dan lama dari sebelumnya,
perdarahan walaupun sudah menopause. Gejala lain berupa
peningkatan vaginal discharge, nyeri pelvis dan nyeri selama
berhubungan seksual

• Faktor risiko
– Merokok
– Penurunan sistem imun
– Mengkonsumsi kontrasepsi oral lebih dari 5 tahun
– Mempnyai anak (semakin banyak anak faktor risiko semakin besar)

Cervical cancer. http://www.medicinenet.com/cervical_cancer


LESI PRA KANKER

KANKER
(masa mirip
kembang kiol
atau terdapat
ulkus
Pilihan lain
• Test IVA : skrining lesi pra kanker dengan
menggunakan asam asetat sehingga
menimbulkan gambaran acetowhite
• Tes pap smear : metode skrining lesi pra kanker
dengan melihat gambaran selpada zona
transformasi pada serviks
• Biopsi : untuk diagnosis pasti kanker serviks,
dilakukan jika terdapat gambaran kanker serviks
berupa gambaran mirip kembang kol atau adanya
ulkus
119. C. HPV 16 dan 18
• Low risk type ( HPV 6 & 11 ) tidak menyebabkan
kanker  menyebakan anogenital warts
• High risk type ( HPV 16 & 18) menyebabkan
kanker serviks
120. C. Ca serviks stadium III
• Sel kanker telah menyebar ke jaringan lunak
sekitar vagina dan serviks sepanjang dinding
panggul

Cervical cancer staging. http://emedicine.medscape.com/article/2006486-overview


121. D. Pemeriksaan fluor albus
dengan NaCl 0,9%
Keywords:
• Wanita, 21 tahun, keluar cairan dari vagina
berwarna putih keabuan sejak 5 hari yang lalu
• Inspekulo: bintik-bintik merah pada serviks dan
dinding vagina merah (strawberry appearance)

• Diagnosis? Trichomoniasis
• Etiologi? Trichomonas vaginalis
• Pemeriksaan? Pemeriksaan fluor albus dengan
NaCl 0,9%
• Gejala klinis trichomoniasis:
Duh hjau kekuningan
berbusa, terdapat
strawberry appearance,
dyspareunia, disuria
• Diagnosis: menemukan sel
berflagel bergerak-gerak
pada peeriksaan mikroskopis
sediaan basah NaCl
• Tatalaksana: Metronidazole
2x500 mg PO selama 7 hari
Strawberry appearance
122. D. Abortus inkomplit
123. B. Kuretase
Keywords:
• Wanita, 25 tahun, G3P2A0 hamil 6 minggu,
perdarahan pervaginam sejak 5 jam yang lalu
• tanda vital normal
• Pemeriksaan bimanual : serviks livid, OUE terbuka,
teraba jaringan yang keluar

• Diagnosis? Abortus inkomplit


• Tatalaksana? Kuretase
124. D. Tubektomi
• Keyword:
– Pasien P5
– Usia 50 tahun (>35 tahun)
– Tidak ingin hamil lagi

• Metode KB yang paling sesuai: sterilisasi


(tubektomi)
125. D. Preeklampsia berat
Keywords:
• Wanita, 20 tahun, hamil anak pertama, hamil 36
minggu
• TD 170/110 mmHg, kedua kaki edema (+)
• tidak memiliki riwayat hipertensi sebelum
kehamilan
• pandangan kabur, nyeri ulu hati, kejang disangkal
• proteinuri (+3)

• Diagnosis? PEB
Pilihan lain
• Hipertensi kronik: hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari
sebelum kehamilan dan menetap setelah persalinan
• Hipertensi gestasional: hipertensi tanpa proteinuria yang timbul
setelah kehamilan 20 minggu dan menghilang setelah persalinan
• Preeklampsia ringan: TD ≥140/90mmHg pada usia kehamilan
>20minggu. Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau
pemeriksaan protein kuantitatif menunjukkan hasil >300 mg/24
jam
• Eklampsia: kejang umum dan/atau koma, ada tanda dan gejala
preeklampsia, tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya
epilepsi, perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)
126. C. Vesikolitiasis
Keywords:
• Nyeri saat BAK
• BAK sering berhenti dan lancar lagi dengan
perubahan posisi
• Tidak ada demam (bukan INFLAMASI) maupun
nyeri pinggang (bukan di GINJAL)
Vesikolitiasis
• Vesikolitiasis  batu pada kandung kemih
• Patofisiologi:
– Terbentuk secara de novo
– Beberapa terbentuk dari plak Randal yang turun ke kandung kemih
ditambah deposisi kristal  batu berkembang
– Laki-laki tua biasanya terdiri dari batu asam urat; batu kalsium
terbentuk di ginjal
– Anak-anak biasa terdiri dari batu amonium asam urat, kalsium oksalat,
atau campuran
• Etiologi:
– Pembesaran prostat  obstruksi kandung kemih  batu kandung
kemih
– Benda asing di kandung kemih  iatrogenik (kateter Foley), non
iatrogenik (benda sengaja ditaruh di kandung kemih dengan alasan
tertentu)
– Striktur uretra, neurogenic bladder, divertikula, anomali kongenital

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview
Vesikolitiasis
• Diagnosis:
– Gejala: tanpa gejala hingga nyeri suprapubik, disuria,
intermiten, frekuensi, hesitancy, nokturia, dan retensi
urin, hematuria gross, dan tiba-tiba BAK terhenti
– Pemeriksaan: urinalisis (pH asam), BNO IVP
(radioopak), USG (hiperekoik dgn bayangan posterior
u/ batu radiolusen)
• Tatalaksana:
– u/ batu asam urat  alkalisasi dgn kalium sitrat
– Bedah: transuretral sistolitopaksi, sistolitopaksi
suprapubik perkutan, sistostomi suprapubik terbuka

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview
Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/2120102-overview
Pilihan lain
A. Nefrolitiasis  batu ginjal
B. Ureterolitiasis  batu ureter
D. Uretrolitiasis  batu uretra
E. Inkontinensia urin  tidak dapat BAK
127. A. Torsio testis
Keywords:
• Laki-laki 24 tahun
• Nyeri tiba-tiba pada kemaluan
• Tidak ada trauma
• PF: benjolan spt tali di inguinale kanan dan
testis kanan tidak teraba pada skrotum
Diagnosis?
128. C. USG abdomen
Keywords:
• Nyeri perut kanan atas
• Demam
• Kuning
• Mual, muntah
• Lemah
Diagnosis? Curiga kolangitis
Kolangitis
Kolelit Koled Kolesis Kolan • Kolangitis  ingat
iasis okoliti titis gitis – Trias Charcoat: demam,
asis ikterus, nyeri RUQ
Nyeri kolik + + +/- +/- – Reynolds pentad: demam,
ikterus, nyeri RUQ, syok
septik, perubahan status
Nyeri - - + +
mental
tekan/Mur
phy’s sign • Pemeriksaan Penunjang
– Foto polos abdomen 
Demam - - + (low- + evaluasi awal tapi diagnosis
grade) (high- tidak signifikan
grade) – USG  sensitifitas dan
Ikterus - + - + spesifisitas tinggi
– ERCP  penyebab dan letak
sumbatan; dapat langsung
terapi

Sumber: Sekilas Materi PADI


129. A. Ultrasonografi
Keywords:
• Nyeri pada skrotum
• Tidak ada trauma
• PF: skrotum membesar, nyeri tekan, eritema
• Refleks kremaster hilang  khas TORSIO testis
Diagnosis: Torsio testis
Gold standard pemeriksaan penunjang: USG
Doppler  u/ lihat aliran darah ke testis
130. E. Colon in loop
Keywords:
• Laki-laki 62 tahun
• Diare berulang 2 bulan
• Bercampur darah
• Kurus dan lemah
Diagnosis: curiga Ca colon
Ca Colon
• Pemeriksaan penunjang:
– Kolonoskopi
– CT Scan  u/ lihat metastasis
• Colon in loop  teknik pemeriksaan dari usus
besar dgn kontras retrograde
– Tujuan: melihat gambaran anatomis kolon
– Indikasi: kolitis, Ca, divertikel, megakolon,
obstruksi, invaginasi, stenosis, volvulus, atresia ani
– Kontraindikasi: perforasi, obs akut, diare berat

Sumber: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/colon-cancer/basics/tests-
diagnosis/con-20031877
131. C. Ruptur uretra posterior
Keywords:
• Gangguan BAK
• Pasca kecelakaan
• PF: keluar darah dr OUE
• Colok dubur: flying prostate
Diagnosis?
Ruptur Uretra
• Ruptur uretra :
- Ruptur uretra anterior  retensi urin, hematom
di meatus uretra eksternus, flying prostat (-)
- Ruptur uretra posterior  retensi urin, hematom
perineum, flying prostat (+)

Penunjang : uretrografi
Tatalaksana : pungsi suprapubik

Sumber: Pembahasan TO1 no 75


132. B. Fraktur basis kranii
Keywords:
• Jatuh dari ketinggian
• PF: memar daerah mastoid kiri
• Keluar cairan jernih dari lubang hidung dan
telinga
Diagnosis?
Fraktur Basis Cranii
• Gejala klinis:
– Fraktur pada tl temporal: otorrhea dan memar
pada mastoid (Battle sign)
– Fraktur pada fosa kranial anterior: rinorea dan
memar daerah mata (raccoon eyes)
– Hilang kesadaran
• Tatalaksana: bedah

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/248108-overview
Pilihan Lain
A. Hematoma epidural  perdarahan pada
epidural; interval Lucid; bentuk bikonveks
C. Herniasi tonsilaris  tonsil serebelum turun
ke foramen magnum
D. Komosio cerebri  gegar otak; penurunan
kesadaran tanpa kerusakan anatomis
E. Contusi cerebri  memar pada jar otak
dengan hiperdensitas serebri pada CT Scan

Sumber: Sekilas Materi PADI


133. A. Dekompresi pleural space
kanan
Keywords:
• KLL
• Sesak nafas dan nyeri dada
• PF: palpasi toraks tidak simetris, paru kanan
hipersonor, auskultasi vesikuler (-)
Diagnosis? Curiga tension pneumotoraks paru
dextra
134. C. Subdural hematom
135. C. Bridging vein
Keywords:
• KLL
• Pusing, mual
• Luka lecet temporal sinistra
• GCS 10
• CT Scan  lesi hiperdens, bentuk semilunar
• Diagnosis?
Pilihan
A. Epidural hematom: pecah a. meningeal
media; interval lusid; gambaran BIKONVEKS
B. Subarachnoid hematom: kaku kuduk (+)
C. Subdural hematom: pecah bridging veins;
gambaran CT Scan BULAN SABIT
D. Intraventrikular hematom: klinis buruk; CT
Scan perdarahan di ventrikel
E. Intraserebral hematom: pecah pembuluh
darah besar; CT Scan hiperdensitas mencolok

Sumber: Sekilas Materi PADI


136. B. Hemoroid interna grade II
Keywords:
• Berak berdarah + benjolan dari anus
• Benjolan dapat masuk sendiri!!!
Hemoroid

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/775407-treatment
Hemoroid
• Faktor risiko: • Derajat hemoroid interna
– Penurunan venous return – Grade I: sering berdarah tapi
– Konstipasi dan mengedan tidak prolaps
– Hamil – Grade II: keluar dari anal tapi
– Hipertensi portal dan varises dapat masuk spontan
anorektal – Grade III: keluar dari anal dan
– Kurang postur tegak butuh reduksi manual
– Kecenderungan dalam keluarga – Grade IV: prolaps dan tidak
– Diare kronik dapat direduksi
– Keganasan kolon • Tatalaksana hemoroid interna
– Penyakit hati – Grade I: konservatif dan hindari
– Obesitas konsumsi NSAID serta makanan
pedas
– Trauma med spinalis
– Grade II dan III: prosedur nn
– Hilang tonus otot rektal bedah
– Bedah rektal – Grade III yang mengganggu dan
– Episiotoi IV: hemoroidektomi
– Hubungan seks anal – Grade IV atau inkaserata atau
– IBD gangren: bedah segera

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/775407-treatment
137. D. Invaginasi ileokolika
Keywords:
• Anak 3 tahun
• Sakit perut
• Riwayat diare dan mendapat puter
• Palpasi abd: defans muskular (+), massa di
perut kiri atas, perut kanan bawah kosong
• Colok dubur: portio-like sign
Diagnosis?
Intusepsi
• Usus bagian distal masuk ke usus proksimal
• Penyebab ileus obstruksi tersering <3 thn
• Penyebab: tidak diketahui
• Faktor risiko: usia (6 bln-3 thn), jenis kelamin
(laki2 >>>), pembentukan usus tidak normal,
riwayat intusepsi sebelumnya, AIDS
• Pem penunjang: USG, X-Ray (“bull’s eye”), CT
scan, barium enema
• Tatalaksana: barium enema, bedah jika usus
robek
Sumber: http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/intussusception/basics/definition/con-
20026823
138. E. Dual energy X-Ray
absorptiometry
Keywords:
• Osteporosis
Diagnosis: osteoporosis senilis
139. Barium enema
Keywords:
• Anak 3 tahun
• Sakit perut
• Riwayat diare dan mendapat puter
• Palpasi abd: defans muskular (+), massa di perut
kiri atas, perut kanan bawah kosong
• Colok dubur: portio-like sign
Diagnosis? Invaginasi
Pembahasan baca no 137
140. A. Hernia inguinalis direk
Keywords:
• Benjolan pada pangkal paha keluar masuk
• PF: benjolan menyentuh jari bagian medial
Diagnosis?
Hernia
• Hernia inguinalis – di atas lipatan
abdominokrural pada laki2
– Direk/ medial  dewasa
– Indirek/ lateral  anak2 karena tidak sempurna
penutupan dari kanalis inguinalis
• Hernia femoralis – di bawah lipatan
abdominokrural pada wanita tua
• Hernia umbilikalis: pada ibu hamil
Tatalaksana: herniotomi-herniorafi-hernioplasti

Sumber: Sekilas Materi PADI


141. B. Kolitis ulseratif
Keywords:
• Usia 55 tahun
• Diare berdarah 1 bulan terakhir
• Endoskopi: gambaran granular dan
pseudopolip
• Ba enema: lead pipe
Diagnosis?
Klasifikasi IBD KOLITIS ULSERATIF CHRON’S DISEASE (CD)
Inflamasi transmural
Inflamasi idiopatik pada mukosa
DEFINISI idiopatik pada saluran cerna;
kolon
skip lession
Nonfriable mucosa;
Granular, friable mucosa with
PATOLOGI cobblestoning, aphthous
diffuse ulceration; pseudopolyps
ulcers, deep & long fissure
Sharp lesions, cobblestoning,
Hazy margins, loss of haustra
BARIUM ENEMA long ulcers & fissures (“string
(“lead pipe”)
sign”)
Mucus containing, non
GEJALA KLINIS Grossly bloody diarrhea
grossly bloody diarrhea
KOMPLIKASI Ca Colon Ca Colon

http://emedicine.medscape.com/article/179037-overview
142. A. Peritonitis primer
Keywords:
• Nyeri perut + mual + muntah
• Riwayat sirosis hati
• PF abdomen: fenomena papan catur
Diagnosis?
Peritonitis
• Primer: infeksi monomikrobial;
ekstraperitoneal yang menyebar secara
hematogen
– Contoh: sirosis hepatis dgn asites, sindrom
nefrotik, peritoneal dialisis
• Sekunder: infeksi intraabdomen akibat
perforeasi organ berongga
• Tersier: kegagalan respon inflamasi;
superinfeksi

Sumber: http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34725/4/Chapter%20II.pdf
143. E. Tumor phylloides
Keywords:
• Wanita 40 tahun
• Benjolan di payudara kanan
• Awal kelereng  buah jeruk
• Tidak dipengaruhi siklus mens
• PF: kulit mengkilat, ukuran 8x8 cm, kenyal, tidak
nyeri
Diagnosis? Tumor phylloides
Lihat pembahasan TO4 no 128
Sumber: www.spandidos-publications.com
144. E. AFP
Keywords:
• 55 tahun
• Badan lemah 3 bulan terakhir, mual, demam
• PF: kulit kuning, sklera ikterik
• PF abdomen: hepar berbenjol-benjol
• Lab: anti HCV (+)
Diagnosis? Hepatoma
Marker keganasan hati: AFP
145. C. Ro Panoramik
Keywords:
• KLL
• GCS 12
• Fraktur mandibula dan maksila Le Fort I
Pemeriksaan Penunjang
• X-Ray Waters, Stevens, Townsend  u/ tulang
wajah
• CT Scan  midface fracture
• Panoramik  u/ lihat hubungan oklusi
ortnografik, terutama fraktur mandibula
• MRI  dilakukan 48 jam setelah trauma 
kurang akurat dibanding CT
• Angiografi dibutuhkan jika ada hubungan
dengan a. karotis/ a. maksila interna

Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/391129-overview#a24
Le Fort
146. B. Menghambat pertumbuhan
tulang dan tulang rawan
Keywords:
• Anak usia 2 tahun
• Nyeri BAK + demam
• Antibiotik pilihan utama tidak dapat diberikan
Kemungkinan Ab golongan tetrasiklin
Efek Samping Tetrasiklin
• Reaksi kepekaan
• Reaksi toksik dan iritatif
– Terikat pada jaringan tulang yang sedang tumbuh
 menghambat pertumbuhan tulang
– Gigi susu dan gigi tetap  disgenesis dan
perubahan warna permanen (kuning coklat)
– Tidak diberikan hingga anak usia 8 tahun
• Reaksi akibat perubahan biologik

Sumber: Farmakologi dan Terapi ed 5


147. A. PTU
Keywords:
• Anak lemah, kuning, ukuran lidah besar, pusar
membonjol keluar  tanda hipotiroid
• Riwayat hipertiroid pada kehamilan  konsumsi
obat antitiroid
Antitiroid yang dilarang saat hamil karena
menyebabkan bayi hipotiroid adalah yodium
radioaktif, karena yang ditanya adalah “yang
dikonsumsi” lebih tepat PTU
Propanolol diberikan pada ibu hamil hanya pada
saat tiroid storm
Sumber: Farmakologi dan Terapi ed 5
148. D. Nateglinid
Keywords:
• Keluhan pusing, nyeri perut, berkeringat,
pucat  gejala hipoglikemia
• GDS 60 mg/dL
Obat penyebab hipoglikemia? Golongan insulin
secretagogue (sulfoniurea/ glinid)

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia 2011
149. B. Rifampisin
Keywords:
• Pasien didiagnosis TB
• Riwayat pengobatan DM dengan glimepirid
Interaksi?
Rifampisin dgn glimepirid
Interaksi Rifampisin
• Pemicu metabolisme obat hipoglikemik oral,
kortikosteroid, dan kontrasepsi oral 
efektifitas berkurang
• Mengganggu penyerapan vitamin D 
osteomalasia
• Meningkatkan hepatotoksisitas ING pada
asetilator lambat

Sumber: Farmakologi dan Terapi ed 5


150. C. Pirazinamid
Keywords:
• Diagnosis TB dan sedang OAT
• Kuning seluruh badan
• SGOT dan SGPT tinggi
OAT hepatotoksisitas? Pirazinamid
151. B. Pemberian IVIG atau plasmaferesis
• Keywords:
– Diani, berusia 28 tahun dengan keluhan kedua
tungkainya lemah mendadak. Kelemahan simetris
dan disertai kesemutan di telapak kaki
– Beberapa jam kemudian kedua lengannya ikut lemah
(ascending paralysis)
– Riwayat sakit tenggorokan 9 hari yl
– PF: kekuatan motorik amat menurun disertai refleks
fisiologis yang menurun
• Diagnosis: Guillain Barre syndrome
• Tatalaksana: IVIG, plasmaferesis
GBS
Patogenesis
Demielinasi serabut saraf perifer
akibat proses autoimun

Tatalaksana :
plasmafaresis atau IVIG
Sumber :
www.emedicine.Medscape.com
152. A. A. Paraplegia e.c cedera
medulla spinalis total
• Keywords:
• Toni, 30 tahun, mengalami jatuh dari
gedung lantai 2
• Ia dalam keadaan sadar tetapi kedua
kakinya tidak dapat digerakkan dan
terasa baal. Kedua tangannya masih
dapat digerakkan. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan kekuatan motorik
ekstremitas atas adalah 5 dan
ekstremitas bawah adalah 0
– (paraplegia, parestesia
• Ia pun tidak bisa menahan BAK
(gangguan otonom)
• Diagnosis: paraplegia e.c cedera medula
spinalis total
– Total : mengenai sensorik, motorik dan
autonom
153. A. BPPV
• Keywords
– Ponco, 33 tahun, keluhan pusing berputar
terutama ketika berubah posisi. Pada
pemeriksaan didapatkan hasil dix hallpike
manuever (+) (tes diagnostik utk BPPV)
– Diagnosis: BPPV
– Tatalaksana:
• Betahistine
• Appley maneuver
Epley manuver=terapi
Pendekatan vertigo
• Pusing berputar  vertigo. Bedakan dengan dizziness atau
melayang!! Kalo vertigo pasien merasa dirinya/lingkungannya
yang berputar. Dizziness = seperti di atas kapal, melayang
Secara umum vertigo dapat dibagi menjadi dua:
• Vertigo sentral
– Onset gradual
– less-intense
– Ada riwayat HT, CVA, gangguan keseimbangan/koordinasi
• Vertigo perifer
– Onset mendadak (bedakan dengan soal yang keluhannya sudah
berlangsung lama)
– Disertai mual/muntah + keluhan telinga (tinnitus/penurunan
pendengaran)

Sumber :
www.emedicine.Medscape.co
Penyakit Meniere, Labirinitis Supuratif &
Neuritis Vestibularis
PENYAKIT MENIERE LABIRINITIS SUPURATIF
Peningkatan tekanan dalam sistem endolimfatik
telinga dalam Komplikasi meningitis atau otitis media

Gejala dan tanda


Manifestasi klinis
•Gangguan pendengaran
•Vertigo Gangguan keseimbangan dan gangguan
•Tinnitus pendengaran
•Telinga terasa penuh

Tata laksana : Penunjang


Betahistine, diazepam (vestibulosupresan), MRI dengan kontras (baku emas)
surgery

NEURITIS VESTIBULARIS
Serangan vertigo mendadak tanpa
pencetus, tapi pendengaran normal.

Tata laksana
Prednison
154. Kolinesterase inhibitor
• Sukirno, 86 tahun, dibawa ke dengan keluhan
akhir-akhir ini sering lupa dan memori jangka
pendeknya terganggu. Riwayat terkena stroke
1 tahun yang lalu.

• Diagnosis: Alzheimer Demensia


• Terapi: cholinesterase inhibitor
Alzheimer (ATROFI SEREBRAL, terutama
LOBUS TEMPORAL)
Sulit menyerap informasi baru
Sifat progresif
Usia > 65 tahun
Belum diketahui penyebab pasti
Terapi : inhibitor kolinesterase, antagonis
NMDA
155. D. Demensia Alzheimer
• Keywords:
– Dion, 78 tahun saat ini sulit mengenali istri cucu
bahkan anak. Awalnya sering lupa meletakkan
benda dan sering tersesat.
– Skor MMSE 5, CT scan ditemukan atrofi serebral
• Diagnosis: Alzheimer Demensia
Alzheimer (ATROFI SEREBRAL, terutama LOBUS TEMPORAL)
Sulit menyerap informasi baru
Sifat progresif
Usia > 65 tahun
Belum diketahui penyebab pasti
Terapi : inhibitor kolinesterase, antagonis NMDA
• Demensia : hilangnya fungsi otak yang terjadi pada
beberapa penyakit.
• Kehilangan fungsi ini adapat mengenai memori, fungsi
kognitif, bahasa, serta perilaku
Keypoint untuk demensia vaskular:
ada riwayat HT, DM, stroke, PAD
Usia 55-75 tahun
Lupa hal-hal simple pada awalnya lama2 sulit mengurus diri sendiri
Onset gradual

Sumber : www.nlm.nih.gov
www.alz.org
• Dementia with Lewy body :
– berhubungan dengan Parkinson
– Gejala utama : fluktuasi kesadaran sepanjang
hari, halusinasi visual
– Terapi : inhibitor kolinesterase

• Parkinson :
– Degenerasi ganglia basal di substansia nigra
– Gejalanya TRAP : tremor istirahat, rigiditas,
akinesia, postural reflexes loss
– Terapi : levodopa, antagonis NMDA
(Amantadin), antikolinergik,
Sumber : Konsensus Tatalaksana
Penyakit Parkinson
156. C. Stroke iskemik karena sumbatan
arteri serebri media bagian superior
• Didit, 52 tahun, dibawa karena pasien mengeluh lemah sisi
tubuh sebelah kanan mendadak sejak 3 jam yang lalu
ketika sedang bekerja. Bagian tubuh sebelah kanan lebih
sedikit gerak dibandingkan tubuh sebelah kiri, kelemahan
ini dirasakan lebih berat pada anggota tubuh atas. Pasien
juga mengalami kebas pada sisi tubuh sebelah kanan
(hemiparetesia). Pasien juga sulit untuk berbicara, tetapi
masih dapat mengerti pembicaraan orang lain (afasia
broca motorik). Tekanan darah 180/100 mmHg.
• Diagnosis: Stroke iskemik
• Gejala: hemiparesis (atas>bawah)+hemiparestesia+afasia
motorik sumbatan a. Serebri media bg superior
• A. Cerebri media bg inferior:
– Visual loss (homonim hemianopia, apraxia, afasia
reseptif (wernicke)
• A. Cerebri posterior
– Visual loss (homonim hemianopia kontralateral)
• A. Vertebrobasiler
– Gejala tergantung saraf kranial, seringnya N.8 
gejala vertigo
Tpa= gold standard medikamentosa pada stroke

• Bila diberikan < 3 jam-4,5 jam  meningkatkan


kemungkinan recovery dari stroke
• Pada kasus tidak diberi onset kejadian, tetapi
yang ditanyakan adalah TERAPI DEFINITIF jadi
jawabannya r-TPA
• R-TPA bekerja dengan memecah bekuan darah
 meingkatkan aliran darah ke bagian otak
yang sebelumnya iskemi

Stroke: aspek diagnostik, patofisiologi, amanjemen


157. C. Bridging vein
• Keywords:
• Ranti, 55 tahun mengalami
kecelakaan, datang dengan Hematom subdural : di antara
penurunan kesadaran, ketika dibawa duramater dan arachnoid, yang
ke rumah sakit, pasien sempat sadar pecah bridging vein, CT seperti
sebentar tetapi kemudian mengalami bulan sabit
penurunan kesadaran kembali (lucid Subdural—sabit (S-S); Epidural --
interval) bikonveks
• CT Scan: lesi hiperdens di area
parietooksipital berbentuk bikonveks. Hematom epidural : antara dura
• Diagnosis: perdarahan epidural dengan tabula interna, yang, ada pecah
• Pembuluh darah yang mengalami a. meningea media
perdarahan? lucid interval, CT tampak bikonveks
Pilihan lainnya
• SAH : di antara pia dan duramater. Bisa karena
trauma, pecahnya aneurisma, atau AVM. Ada
nyeri kepala, kaku kuduk, pe↓ kesadaran

• ICH : perdarahan di parenkim. CT akan tampak


hiperdens di parenkim otak.

Sumber : Konsensus Nasional Penanganan Trauma Kapitis


dan Trauma Spinal
ICH

Hematom epidural
Hematom subdural

Dari berbagai sumber


158. C Autoimun, kerusakan lipatan pada
taut neuromuskular
• Keywords:
• Dini, 28 tahun mengeluh sulit membuka kelopak
mata dan suara menjadi serak pada siang hari
setelah beraktivitas. Keluhan berkurang setelah
pasien beristirahat.
• Diagnosis: Myasthenia gravis
• Patofisiologi: Autoimun
• Uji spesifik:
– tes wartenberg (pasien diminta menatap suatu benda
tanpa berkedip, pada penderita MG akan terjadi ptosis)
Miastenia gravis
• penyakit autoimun  jumlah reseptor asetilkolin
pascasinaptik pada taut neuromuskular otot rangka
berkurang
• Asetilkolin sendiri, yang berasal dari saraf presinaptik,
jumlahnya secara alami akan berkurang dengan pemakaian
dan kembali normal dengan istirahat. Pada orang sehat,
penurunan ini tidak bergejala karena jumlah reseptor
normal.
• Karena itu, pasien miastenia gravis diobati dengan
inhibitor asetilkolinesterase (co. piridostigmin) dengan
tujuan memperbanyak kadar asetilkolin di sinaps, sehingga
mengkompensasi penurunan jumlah reseptor
Taut Neuromuskular Normal dan
Miastenia Gravis
159. D. Epilepsi
160. B. ELektroensefalografi
• Dana 14 tahun
• Kejang berulang tanpa
demam
• FR kejang lain (-)

• Diagnosis dan
pemeriksaan yang
dianjurkan
• Epilepsi umum : • Parsial sederhana :
– Absans – Tidak terjadi perubahan
– Mioklonik kesadaran
– Tonik – Kejang awalnya fokal kemudian
– Klonik menyebar di sisi yang sama
– Tonik-klonik – Kepala nengok ke area tubuh
yang kejang
– Atonik
• Parsial kompleks
– Kejang fokal disertai
• Epilepsi parsial : terganggunya kesadaran
– Parsial sederhana – Diikuti automatisme
– Parsial kompleks • Secondary generalized
– Secondary generalized – Kejang parsial yang menjadi
• Terapi : asam valproate kejang umum
(kecuali kejang parsial lini – Kejang umum bersifat tonik
pertamanya carbamazepine) klonik

Sumber : Pedoman Tatalaksana Epilepsi 2008


161.B. Cedera Kepala Sedang
• Joko, 25 tahun, kecelakaan, kepala terbentur,
pingsan, GCS 10.
• CT Scan tidak ada perdarahan
• Diagnosis?

• Klasifikasi cedera kepala berdasar GCS


– Ringan (13-15)
– Sedang (9-12)
– Berat (3-8)
162. B MRI Lumbosakral
• Diagnosis : spondilolistesis
• Pemeriksaan baku emas nya adalah
• Spondilolisthesis adalahh ketidaksegarisan
tulang belakang
– Dapat diperiksa dengan foto X Ray lateral, CT Scan
dan MRI lumbo sakral (Gold standard)
163. E. Hemianopia
• Riko, 38 tahun, dengan kelemahan anggota badan
sebelah kanan.
• CT Scan: lesi hiperdens subkorteks lobus oksipital
• Hasil pemeriksaan?
– Subkorteks lobus oksipital mengarah ke primary visual
korteks gangguan penglihatan
– Hemianopia atau hemianopsia gangguan
penglihatan setengah lapang padang yang biasanya
disebabkan oleh stroke
164. A. Tibialis anterior
• Ronald 17 tahun tidak
bisa melakukan
dorsofleksi. Nervus yang
terganggu adalah

• Dorsoflesi: tibialis
anterior dan peroneus
profundus
• Plantarfleksi: isciadicus,
gastrocnemius, soleus
165. E. Semua benar
• Liko, 60 tahun, badan sebelah kiri mendadak
tidak dapat digerakkan. Saat ini sudah kembali
normal
• Diagnosis: transient ischemic attack
• Terapi yang dapat diberikan pada kasus ini
antiplatelet
– Aspirin
– Clopidogrel
– Cilostazol (anti posfodiesterase 3 inh)
166. B. Gangguan Obsesif Kompulsif
Keywords
• Ninda, 25 tahun, tidak dapat menyelesaikan
pekerjaannya
•Selalu terpikir kalimat yang ditulisnya salah
(obsesi) sehingga berulang-ulang
nmengubahnya (kompulsi)
•Laporannya akhirnya tidak selesai
(mengganggu pekerjaan  gangguan Obsesi
kompulsi, bukan tipe kepribadian lagi)
Sumber: Panduan pelayanan medis psikiatri
Bulimia nervosa
• Bulimia nervosa
– Perilaku membuang kalori setelah
episode makan yang berlebihan
dengan cara purging (muntah
paksa, laksatif) atau nonpurging
(olahraga berlebihan, puasa). Berat
badan normal.
– Tatalaksana: fluoxetine

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


Anorexia nervosa
• Anorexia nervosa:
– Diet ketat yang mengakibatkan berat badan di bawah batas normal
– Takut berat badan naik, meskipun badan kurus
– Self-image buruk (menganggap diri gendut, meskipun kurus)
– Pada wanita bisa menyebabkan amenorea
• Ada dua tipe:
– Restriksi, yaitu mengurangi konsumsi makanan
– Purging, yaitu meningkatkan pengeluaran makanan dari tubuh
(muntah paksa, konsumsi laksatif)
• Tata laksana:
– Koreksi abnormalitas metabolik
– Re-feeding perlahan-lahan (untuk mencegah re-feeding syndrome)
– Konseling psikiatri
Sumber : Panduan pelayanan medis
Departemen Psikiatri RSCM
167. C. Proyeksi
• Donna, 23 tahun, siswi akademi perawat
• Memiliki ketakutan hebat dan menetap pada
jarum suntik sulit menjalani pendidikan
• Mekanisme pertahanan yang paling umum
digunakan?
• Proyeksi impuls internal yang tidak dapat
diterima dan dihadapi  dirasakan dan
ditanggapi seakan-akan berasal dari luar
dirinya
– Usaha menyalahkan orang lain atas kegagalannya
– CO. Nilai olahraga kurang baik karena sedang sakit
– Atau seperti pada kasus, mengalami kegagalan
karena takut jarum
• EkstrenalisasiSuatu keadaan dimana seseorang
tanpa sadar membagi keadaannya yang sama
dengan kondisi di luar
– Misalnya, seseorang yang melihat lukisan ibu dengan
anaknya, kemduian berkata “aku dan ibuku dulu juga
selalu seperti itu”
• Introyeksi keadaan dimana seseorang
memasukkan hal-hal yang mengancamnya
menjadi nilai-nilai dalam kehidupannya
– Misalnya, anak yang semasa kecil sering diperlakukan
dengan keras, memasukkan nilai otoriter dalam
keseharian
• Simbolisasi  mekanisme pertahanan dengan
menggunakan suatu objek untuk mewakili ide, tanpa
disadari oleh orang yang bersangkutan
– Co. Menggunakan pulpen merah utk menunjukkan kemarahan
– Co. Cara berjalan yang menghentak untuk menunjukkan
kemarahan
• Reaksi formasi reaksi mencegah keinginan yang
berbahaya dengan melebih2kan sikap dan perilaku kearah
yang berlawanan agar menjadi rintangan
– Co. Seseorang yang melarang keras perjudian dengan maksud
agar dapat menekan kecenderungannya untuk ke arah itu
– Co. Seseorang yang menyayangi orang lain berlebihan, tetapi
memperlihatkan sikap yang sebaliknya
168. C. Halusinasi auditorik
• Nino, 24 tahun dibawa ke dokter karena sering
mendengar suara-suara teriakan orang yang
mengatakan ingin membunuhnya
• Keluarga sudah meyakinkan bahwa tidak ada
orang-orang tersebut
• Psikopatologi yang terdapat pada kasus adalah
halusinasi auditorik
– Halusinasi: persepsi panca indera yang terjadi tanpa
adanya rangsangan
– Ilusi: persepsi yang salah terhadap suatu rangsang
(jadi ilusi ada rangsang)
• A. Halusinasi visual melihat sesuatu yang
sebenarnya tidak ada
• B. Halusinasi taktil
• D. Depersonalisasi merasa tubuh/bagian
tubuhnya aneh/bukan bagian dari dirinya
• E. Halusinasi olfaktori mencium bau sesuatu
yang sebenarnya tidak ada, biasanya
merupakan gejala awal epilepsi atau kelianan
saraf lain
169. B. Hipersomnia
• Clarisa, 20 tahun, datang dengan keluhan
amat sering tertidur. Pasien juga merasa
mengantuk setiap saat.
• Diagnosis: hipersomnia
– Adanya rasa mengantuk yang berlebihan pada
waktu siang hari atau waktu tidur malam yang
lebih panjang yang terjadi setidaknya 3 bulan
sebelum ditegakkan diagnosis
Pilihan lainnya
• A. Insomnia sulit tidur
• C. Parasomnia kumpulan gangguan tidur
• D. Somnambulisme sleep walking
• E. Narkolepsi tidur mendadak, tanpa
didahului mengantuk
170. A. Asosiasi longgar
• 170. Mintono dibawa ke dokter oleh keluarganya,
percakapan di ruang periksa:
• Dokter J: apa yang anda rasakan?
• Mintono (pasien): harga mangga sedang naik, memang
presiden itu hebat sehingga ruangan harus dicat putih.
• Gangguan yang terdapat pasien adalah ...
– Mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu
sama lain (di awal frase sudah tidak berhubungan dengan
pertanyaan)
– Bedakan dengan flight of ideas, dimana pasien akan
menjawab berhubungan, tetapi sebelum ide nya selesai
dia sudah melompat ke ide yang lain
171. B. Delirium
• Keywords
– Rono, 68 tahun, diantar keluarganya ke IGD karena
suka bingung. Badannya panas, merecau, dan gaduh.
Pasien sering bicara pada tembok dan seolah-olah
ingin mengusir sesuatu (halusinasi auditorik,
halusinasi visual (?)
– Pasien tidak bisa mengenali anaknya, tidak tahu ada
dimana, dan tidak bisa membedakan waktu
(gangguan orientasi mendadak)
– Lab: SGOT dan SGPT jauh diatas normal.
– Diagnosis : Delirium
Pilihan lainnya
• A. Gangguan waham organik
– Waham (+), halusinasi (+), tetapi TIDAK ada
gg.kesadaran
• Jadi pada soal lebih cocok delirium karena
adanya gangguan orientasi yang berarti pasien
mengalami gangguan kesadaran
172. A. Waham kebesaran
• Keywords
– Dinita, 44 tahun, memiliki keyakinan kuat bahwa ia adalah
utusan Tuhan yang dikirim ke dunia untuk menyelamatkan
dunia
– Walaupun semua orang berusaha menyadarkannya, ia tetap
yakin bahwa ia adalah utusan Tuhan yang telah diberi
kelebihan.
• Gangguan apakah yang terdapat pada pasien? Waham kebesaran
• Waham=keyakinan kuat yang tidak dapat digoyahkan
– Waham kebesaran: keyakinan kuat bahwa dirinya memiliki
kelebihan, manusia pilihan
Pilihan lainnya
• B. Waham rujukan keyakinan yang kuat bahwa
ada orang-orang yang berusaha berubuat jahat/
bersekongkol untuk membuatnya gagal
• C. Idea of refference merasa hal-hal yang
umum ditujukan untuk dirinya
• D. Kompulsi dorongan untuk mengerjakan
sesuatu
• E. Halusinasi auditorik merasa mendengar
suara-suara yang sebenarnya tidak ada
173. B. Antisosial
• Keywords
• Donita, 26 tahun, amat suka melanggar
peraturan, sering membuat keributan dengan
orang lain dan tidak suka diatur
• Gangguan kepribadian yg dialami: anti sosial
Gangguan Kepribadian
• Kluster A
– Skizoid : lebih senang menyendiri dan tidak suka
berhubungan dengan orang lain
– Paranoid : penuh rasa tidak percaya dan curiga
terhadap orang lain
– Skizotipal: memiliki pikiran, persepsi, dan perilaku
yang aneh

Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM


10/29/2014
Gangguan Kepribadian
• Kluster B
– Antisosial : tidak peduli hak orang lain dan
senang melanggar peraturan
– Ambang : impulsivitas serta hubungan
interpersonal dan mood yang intens tapi tidak
stabil
– Histrionik : mencari perhatian, suka menggoda
– Narsisistik : melebih-lebihkan diri, merendahkan
orang lain, mudah iri
Sumber : Panduan pelayanan
10/29/2014 medis Departemen Psikiatri
RSCMv
Gangguan Kepribadian
• Kluster C
– Cemas (menghindar) : sangat pemalu, merasa
tidak layak
– Dependen : merasa tidak mampu bertanggung
jawab atas diri sendiri, sehingga terlalu
bergantung pada orang lain, apapun
konsekuensinya
– Obsesif-kompulsif: preokupasi dengan
keteraturan, perfeksionisme yang berlebihan,
terlalu kaku dalam memandang suatu hal
Sumber : Panduan pelayanan
10/29/2014 medis Departemen Psikiatri
RSCM
174. B. Agorafobia
Agorafobia dan Fobia Sosial
• Agorafobia
– Takut ditinggal sendirian di tempat umum
• Fobia sosial
– Takut bersosialisasi dengan orang yang belum dikenal
baik, takut situasi-situasi sosial
• Gangguan panik
– Cemas, tidak ada pencetusnya, hilang timbul
• Reaksi stres akut
– Gejala cemas muncul setelah sebuah kejadian
traumatik, berlangsung sepanjang waktu, sembuh
sendiri dalam waktu <1 bulan
Sumber : Panduan pelayanan
10/29/2014 medis Departemen Psikiatri
RSCM
175. A. Sadisme
• Gangguan seksual lainnya (parafilia)
– Fetishisme: kepuasan seksual didapat dari objek/benda tertentu
– Ekshibisionisme: kepuasan seksual didapat dengan
memperlihatkan alat kelamin di situasi dan tempat yang tidak
semestinya
– Masokisme: kepuasan seksual didapat dengan cara disiksa
– Sadisme: kepuasan seksual didapat dengan cara menyiksa
– Troilisme: kepuasan seksual melalui hubungan seksual dengan
lebih dari satu pasangan pada saat bersamaan (termasuk
menonton pasangannya berhubungan dengan orang lain) saat
ini sudah tidak termasuk parafilia
– Voyeurisme: Kepuasan seksual dengan cara mengintip, tanpa
keinginan melakukan hubungan seksual. Bila menonton dengan
terbuka ia tidak akan merasa puas, harus ada unsur
mengintipnya.
Sumber : Panduan pelayanan medis Departemen Psikiatri RSCM
176. B. TRAKEOSTOMI
• Pasien riwayat kecelakan  terdapat (afonia,
stridor inspirasi dan ekspirasi), kemerahan dileher
dengan emfisema subkutis  TRAUMA SALURAN
NAFAS
• Stridor ekpirasi dan inspirasi  sumbatan
subglotis
SUDAH INDIKASI TRAKEOSTOMI

http://emedicine.medscape.com/article/433779-overview#a0103
INDIKASI TRAKEOSTOMI
177. B. E3M5V1
179. C. Kardioversi 200 joule monofasik

• Pasien VT dengan nadi


• Bergejala  NYERI ANGINA  PASIEN DALAM
KEADAAN UNSTABLE (LIHAT ALGORITM DI SLIDE
SELANJUTNYA)
• LAKUKAN KARDIOVERSI 200 JOULE MONOFASIK
179. E. Mengeluarkan benda asing
dengan teknik sapuan jari
PASIEN CHOKING
• MASIH SADAR  HEIMLICH MANEUVER
• TIDAK SADAR  ? (baca slide selanjutnya)

PENYEBAB CHOKING
• Eating too fast, failing to chew food well enough, or eating with
poorly fitting dentures
• Drinking alcohol (even a small amount of alcohol affects awareness)
• Being unconscious and breathing in vomit
• Breathing in or swallowing small objects (young children)
• Injury to the head and face (for example, swelling, bleeding, or
deformity can cause choking)
• Aftereffects of a stroke with swallowing difficulties
• Enlarging tonsils or tumors of the neck and throat

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000051.htm
• Roll the person onto the back on a hard surface, keeping the back in a straight line
while firmly supporting the head and neck. Expose the person's chest.
• Open the person's mouth with your thumb and index finger, placing your thumb over
the tongue and your index finger under the chin. If the object is visible and loose,
remove it. If the person is older than age 8, sweep two fingers from one side of the
throat to the other to attempt to remove the object.
• Lift the person's chin while tilting the head back to move the tongue away from the
windpipe.
• Place your ear close to the person's mouth and watch for chest movement. For 5
seconds look, listen, and feel for breathing.
• If the person is breathing, give first aid for unconsciousness.
• If the person is not breathing, begin rescue breathing. Maintain the head position, close
the person's nostrils by pinching them with your thumb and index finger, and cover the
person's mouth tightly with your mouth. Give two slow, full breaths with a pause in
between.
• If the person's chest does not rise, reposition the head and give two more breaths.
• Open the person's mouth with your thumb and index finger. If the object is visible and
loose, remove it.
• If the object is removed, but the person has no pulse, begin CPR with chest
compressions. If no object is visible, begin CPR.
• If the person starts having convulsions or seizures, give first aid for this problem

http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000051.htm
180. C. Tiga jadi diatas prosesus
xyphoideus
• Pasien penurunan kesadaran
• Gambaran EKG  asistol  tidak di defibrilasi 
NAMUN DI RJP, POSISI DIMANA?
CHEST COMPRESSION

Locate the correct hand position by placing the heel of one hand on the
person’s sternum (breastbone) at the center of his or her chest.
Place your other hand directly on top of the first hand and try to keep
your fingers off of the chest by interlacing them or holding them
upward.
If you feel the notch at the end of the sternum, move your hands slightly
toward the person’s head. If you have arthritis in your hands, you can
give compressions by grasping the wrist of the hand positioned on the
chest with your other hand.
The person’s clothing should not interfere with finding the proper hand
position or your ability to give effective compressions. If it does, loosen
or remove enough clothing to allow deep compressions in the center of
the person’s chest.

https://www.resus.org.uk/pages/bls.pdf
181. Menarik diri (avoidance)
CARA MENGATASI KONFLIK

• AVOIDANCE
• Dilakukan bila isu/masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting
(potensi konflik tidak seimbang)
• AKOMODASI
• Memberi kesempatan orang lain mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya isu tersebut penting bagi orang lain
• KOMPETISI
• Jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian lebih dibanding lainnya dan tidak ingin kompromi nilai-nilai anda
• KOMPROMI/NEGOSIASI
• Saling memberi dan menerima, meminimalkan kekurangan semua pihak
dan menguntngkan semua pihak
• KOLABORASI/MEMECAHKAN MASALAH
• Pemecahan sama-sama menang, pihak terlibat mempunyai tujuan yang
sama
182. C. Penyuluhan KIA disetiap
kelurahan 1 minggu sekali berpindah
• Cara menurunkan ANGKA KEMATIAN IBU?
• 5 LANGKAH DIRJEN BINA KIA
– Intervensi di hilir dan hulu
– Lengkapi sarana dan prasarana
– Penyediaan obat
– Tingkatkan pemahaman tentang kehamilan
– Melakukan riset melalui badan penelitan dan
pengembangan

Kementrian kesehatan
183. E. Dokter melakukan kunjungan
tokoh agama dan masyarakat untuk
menjelaskan pentingnya imunisasi
• Konteks masyarakat masih primitif
• Kepercayaan nenek moyang masih kental 
perlu PENDEKATAN SASARAN SEKUNDER
• TOKOH AGAMA DAN MASYARAKAT

Kementrian kesehatan
184. E. Tetap memberikan ASI secara
langsung dan benar dan menjelaskan
putting susu terbenam tidak
mempengaruhi pemberian ASI
KESULITAN FISIK
• Pembengkakan payudara
• Putting susu nyeri dan lecet
• Sumbatan pada duktus laktiferus
• Mastitis
• Infeksi Candida albicans
• Retraksi putting (duktus laktiferus pendek)  asal dengan
teknik menyusu yang benar  TIDAK masalah

Buku Gizi Kesehatan masyarakat


185. D. Kontaminasi pada makanan
• Makanan TIDAK higienis  banyak lalat  KONTAMINASI
• Bukan proses pembuatannya
NOMOR:186 B
HEALTH PROMOTION
KEYWORD • Pasien diperiksa TIDAK MENDERITA APA APA
• PECEGAHAN PRIMER 
• Health promotion
• Spesific protection

PRIMARY • Pencegahan SEBELUM timbul penyakit


PREVENTION • Mengurangi insiden dan prevalen
• INTERVENSI: PROMOSI KESEHATAN & SPECIFIC PROTECTION

• Penyakit SUDAH TERJADI


SECONDARY
• NAMUN pasien belum tahu adanya penyakit
PREVENTION
• INTERVENSI: EARLY DIAGNOSIS & PROMPT TREATMENT

• Penyakit (+) dengan gejala


• TUJUAN:
TERTIARY • Menurunkan progresivitas penyakit
PREVENTION • Mencegah komplikasi
• Meningkatkan kualitas hidup
• INTERVENSI: DISABILITY LIMITATION + REHABILITATION
187. E. Psychosocial hazard
• Psychosocial hazards can include
occupational stress, workplace harassment,
workplace aggression and violence, fatigue,
and other negative behaviours that occur at
the workplace
• Traditional hazard  sudah dari lama
menyebabkan penyakit contoh sanitasi buruk
• Modern hazard  limbah, polusi pabrik
ataupun kendaraan bermotor

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2702398/
NOMOR:188 D
MEJA 4
KEYWORD
• Penyuluhan perorangan berdasar KMS

Meja I: Pendaftaran
Menuliskan nama balita pada KMS (Kartu Menuju Sehat) dan secarik kertas yang diselipkan
pada KMS dan mendaftarkan nama ibu Hamil di formulir Ibu Hamil
Meja II: Penimbangan
Menimbang Bayi/Balita dan mencatat hasil penimbangan pada secarik kertas yang akan
dipindahkan pada KMS
Meja III: Pengisian KMS
Memindahkan catatan hasil penimbangan Bayi/Balita dari secarik kertas kedalam KMS
Meja IV: Penyuluhan perorangan berdasarkan KMS
Memberikan penyuluhan kepada setiap Ibu yang mengacu pada data KMS yang menjadi hasil
pengamatan mengenai masalah yang dialami objek posyandu (sasaran) dan memberikan
rujukan ke Puskesmas apabila diperlukan serta memberikan pelayanan gizi dan kesehatan
dasar misalnya pil penambah darah, vitamin A, oralit,dan sebagainya
Meja V: Pelayanan Sektor (KB.Kes)
Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan imunisasi,pelayanan KB, pengobatan dan
pemberian pil penambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obat lainnya.
189.
• Infant mortality rate = 50/450
• Numerator = yang meningggal dibawah 1 tahun =
50 orang
• Denumerator = yang lahir hidup

JUMLAH KEMATIAN BAYI < 1 TAHUN


ANGKA KEMATIAN BAYI =
1000 BAYI LAHIR HIDUP
190. A. Suspek

http://avianflunetwork.blogspot.com/2009/04/case-classifications-what-are-suspected.html
191. B. Analisis SWOT
Teori Blum (kesehatan masyarakat)
192. B. Frekuensi minum teh

• Variabel bebas = bukan hasil

VARIABEL

DEPENDEN / TERGANTUNG HASIL / OUTCOME

INDEPENDEN / BEBAS
193. D. 40/200

• Jumlah penderita yang sakit = 10 + 30 = 40


• Populasi berisiko 200
JUMLAH PENDERITA YANG SAKIT
DISEASE ATTACK RATE =
JUMLAH POPULASI BERISIKO

HATI-HATI !!!
• Pada penyakit yang HANYA satu kali terkena, misalnya campak
• Jumlah populasi  HANYA untuk pasien masih potensial terkena
194. D. Chi kuadrat
• Variabel bebas  Obat nyamuk gelang vs oles
• Variabel tergantung  Pencegahan DBD
NOMINAL X2

2 KELOMPOK

VARIABEL
BEBAS

KATEGORIK/
NUMERIK
195. D. Cluster random sampling

• Semua memiliki kesempatan yang sama


SIMPLE RANDOM • Radomisasi  tabel, pengundian ataupun komputer
SAMPLING
• Syarat: populasi homogen

SYSTEMATIC RANDOM • Setelah di randomisasi


SAMPLING • Diambil berdasarkan urutan atau pola tertentu
PROBABILITY
SAMPLING
• Dibagi menjadi sub-populasi berdasarkan strata/tingkatan baru
STRATIFIED RANDOM di randomisasi
SAMPLING • Cocok pada populasi heterogen
• Setiap strata dirandomisasi

• Dibagi menjadi sub-populasi (cluster) yang terbagi alami


CLUSTER RANDOM
seperti wilayah
SAMPLING
• Dari cluster terpilih yang dirandomisasi
196. A. Kasus kontrol
• Ada kelompok kasus dan kontrol !!!

• 2 jenis kohort: • 2 KELOMPOK: Kelompok kasus • Deskriptif, sewaktu


• Prospective cohort (sakit) dan kelompok kontrol (sehat) • HUBUNGAN ASOSIASI  TIDAK
• Retrospective/historical • Retrospektif, sewaktu KAUSALITAS
cohort • DAPAT melihat KAUSALITAS • CEPAT DAN MURAH
• Subjek diikuti untuk periode tertentu • Umum digunakan pada KASUS • Menghitung RELATIF RISK (RR)
• SANGAT BAIK menilai LANGKA
KAUSALITAS • Menghitung ODDS RATIO (OR)
• Relatif LAMA dan MAHAL
• Menghitung RELATIF RISK (RR)
197. B. Stratified random proportional
sampling
• Sampel sama rata berdasarkan tingkat pendidikan
• Stratified  jumlah sampel sama rata  proportional

• Semua memiliki kesempatan yang sama


SIMPLE RANDOM • Radomisasi  tabel, pengundian ataupun komputer
SAMPLING
• Syarat: populasi homogen

SYSTEMATIC RANDOM • Setelah di randomisasi


SAMPLING • Diambil berdasarkan urutan atau pola tertentu
PROBABILITY
SAMPLING
• Dibagi menjadi sub-populasi berdasarkan strata/tingkatan baru
STRATIFIED RANDOM di randomisasi
SAMPLING • Cocok pada populasi heterogen
• Setiap strata dirandomisasi

• Dibagi menjadi sub-populasi (cluster) yang terbagi alami


CLUSTER RANDOM
seperti wilayah
SAMPLING
• Dari cluster terpilih yang dirandomisasi
198. C. Variabel tergantung

• Variabel tergantung = hasil (tekanan darah)

VARIABEL

DEPENDEN / TERGANTUNG HASIL / OUTCOME

INDEPENDEN / BEBAS
199. Tidak ada jawaban (harusnya
Akomodasi
CARA MENGATASI KONFLIK

• AVOIDANCE
• Dilakukan bila isu/masalah yang memicu konflik tidak terlalu penting
(potensi konflik tidak seimbang)
• AKOMODASI
• Memberi kesempatan orang lain mengatur strategi pemecahan masalah,
khususnya isu tersebut penting bagi orang lain
• KOMPETISI
• Jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan
keahlian lebih dibanding lainnya dan tidak ingin kompromi nilai-nilai anda
• KOMPROMI/NEGOSIASI
• Saling memberi dan menerima, meminimalkan kekurangan semua pihak
dan menguntngkan semua pihak
• KOLABORASI/MEMECAHKAN MASALAH
• Pemecahan sama-sama menang, pihak terlibat mempunyai tujuan yang
sama
200. A. Deskriptif
• Studi untuk mengetahui distribusi penyakit ISPA  DESKRIPTIF

DESIGN PENELITIAN
• LAPORAN KASUS
DESKRIPTIF
• CASE-SERIES
TIDAK ADA PERBANDINGAN
EKSPERIMENTAL OBSERVASIONAL ANTAR TIAP KELOMPOK
• KOHORT
ADA PERLAKUAN /INTERVENSI • CASE-CONTROL
ANALITIK / ETIOLOGI
• CROSS-
ADA PERBANDINGAN ANTAR SECTIONAL/POTONG
TIAP KELOMPOK LINTANG

• 2 jenis kohort: • 2 KELOMPOK: Kelompok kasus • Deskriptif, sewaktu


• Prospective cohort (sakit) dan kelompok kontrol (sehat) • HUBUNGAN ASOSIASI  TIDAK
• Retrospective/historical • Retrospektif, sewaktu KAUSALITAS
cohort • DAPAT melihat KAUSALITAS • CEPAT DAN MURAH
• Subjek diikuti untuk periode tertentu • Umum digunakan pada KASUS • Menghitung RELATIF RISK (RR)
• SANGAT BAIK menilai LANGKA
KAUSALITAS • Menghitung ODDS RATIO (OR)
• Relatif LAMA dan MAHAL
• Menghitung RELATIF RISK (RR)
End of TO 5

Anda mungkin juga menyukai