Anda di halaman 1dari 4

ASMA

1. Definisi Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) pada National Institute of Health (NIH) Amerika, asma bronkial didefinisikan sebagai penyakit inflamasi kronis yang dikarakterisasi oleh : a. Obstruksi saluran napas yang bersifat reversibel b. Inflamasi jalan napas c. Peningkatan respon jalan napas terhadap berbagai rangsangan (hiperesponsivitas)

2. Klasifikasi Derajat Asma Derajat Asma Asma Intermiten Gejala Gejala < 1 x/mgg Tanpa gejala di luar serangan Serangan singkat Fungsi paru asimtomatik dan normal di luar serangan Asma Persisten Ringan Gejala 1 x/mgg tapi < 1x/hari Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur Asma Persisten Sedang Gejala setiap hari Menggunakan obat tiap hari Serangan mengganggu aktivitas dan tidur Serangan 2x/mgg, bisa berharihari Asma Persisten Berat Gejala terus-menerus Aktivitas fisik terbatas Sering serangan sering VEP1 atau APE 60% prediksi > sekali seminggu > 2 kali sebulan VEP1 atau APE 80 % prediksi VEP1 atau APE 60 80% prediksi Gejala Malam 2 kali sebulan Fungsi Paru VEP1 atau APE 80% prediksi

3. Tujuan terapi asma a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma b. Mencegah kekambuhan

c. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya. d. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise. e. Menghindari efek samping obat asma. f. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel

Derajat Asma Asma Intermiten

Obat Pengontrol (Harian) Tidak perlu

Obat Pelega Bronkodilator aksi singkat, yaitu agonis beta 2 bila perlu Intensitas pengobatan tergantung berat eksaserbasi Inhalasi agonis beta 2 atau kromolin dipakai sebelum aktivitas atau pajanan alergen

Asma Persisten Ringan

Inhalasi kortikosteroid 200 500 g /kromolin/nedokromil atau teofilin lepas lambat Bila perlu ditingkatkan sampai 800 g / ditambahkan bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam. Dapat diberikan agonis beta 2 aksi lama inhalasi atau oral atau teofilin lepas lambat. Inhalasi kortikosteroid 800 2000 g Bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam berupa agonis beta 2 aksi lama inhalasi atau oral atau teofilin lepas lambat. Inhalasi kortikosteroid 800

Inhalasi agonis beta 2 aksi singkat bila perlu dan tidak melebihi 3 4 kali sehari

Asma Persisten sedang

Inhalasi agonis beta 2 aksi singkat bila perlu dan tidak melebihi 3 4 kali sehari

Asma Persisten

Berat

2000 g atau lebih Bronkodilator aksi lama terutama untuk mengontrol asma malam berupa agonis beta 2 aksi lama inhalasi atau oral atau teofilin lepas lambat. Kortikosteroid oral jangka panjang

4. Pengobatan asma: a. Bronkodilator 1) Agonis 2 Obat ini punya efek anti bronkodilatasi. Terbutalin, salbutamol, dan fenoterol memiliki lama kerja 4 6 jam, sedangkan agonis 2 long-acting bekerja lebih dari 12 jam, seperti salmeterol, formoterol, bambuterol dan lain-lain. 2) Metilxantin Teofilin termasuk golongan ini. Efek bronkodilatornya berkaitan dengAn konsentrasinya di dalam serum. Efek samping obat ini dapat ditekan dengan pemantauan kadar teofilin serum dalam pengobatan jangka panjang. b. Antikolinergik Golongan ini menurunkan tonus vagus instrinsik dari saluran nafas. c. Antiinflamasi Antiinflamasi menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek supresi dan profilaksis d. Kortikosteroid Natrium Kromolin (sodium cromoglycate) merupakan antiinflamasi non steroid.

5. Pembahasan obat a. Berotec Merupakan larutan fenoterol HBr 0.1 %. Fenoterol merupakan derivat terbutalin dengan khasiat 2 selektif. Secara oral mulai kerjanya sesudah 1-2 jam. Lama kerjanya 6 jam. Lebih sering menakibatkan takikardi. Efeknya lebih kuat dan bertahan lebih lama daripada salbutamol. Dosis 3 dd 2,5-5 mg (bromida),

suppositoria malam hari 15 mg, inhalasi 1-2 semprot dari 200 g. Inhalasi tunggal 0,2-1 mg 3x/hari interval minimal 3 jam. b. Atrovent Merupakan larutan ipatropium Br 0,025%. Berkhasiat bronkhodilator karena melawan pembentukan cGMP yang menimbulkan konstriksi. Memiliki daya mengurangi hipersekresi di bronkhi yaitu efek mengeringkan dari obat golongan antikolinergik maka amat efektif pada pasien yang banyak mengeluarkan dahak. Khususnya digunakan sebagai inhalasi. Efeknya timbul 15 menit lebih lambat dari -mimetika. Efek maksimal muncul 1-2 jam dan bertahan selama 6 jam. Kombinasi dengan -mimetika memperkuat efek. Resorpsi secara oral buruk. Secara tracheal hanya bekerja setempat dan tidak diserap. Dapat digunakan pada pasien jantung yang tidak tahan terhadap adrenergik. Efek samping berupa mulut kering, mual, nyeri kepala dan pusing. Dosis inhalasi 3-4 dd 2 semprotan dari 20 g. c. Aminofilin Merupakan garam yang dalam darah membebaskan teofilin kembali. Garam ini bersifat basa dan sangat merangsang selaput lendir, sehingga secara oral sering mengakibatkan ganggguan lambung (mual, muntah) juga dalam pengguanaan suppositoria dan injeksi intramuskuler. Pada serangan asma obat ini digunakan sebagai obat injeksi iv. d. Dexametasone Kurang lebih 6x labih kuat dari kortisol. Tidak memiliki daya mineralokortikoid. Sedangkan daya glikokortikoidnya kuat. Dosis oral semula 0,5-9 mg sehari sesudah makan pagi, pemeliharaan 0,5-1 mg sehari pada shock iv 100-300 mg larutan Na-fosfat.

Anda mungkin juga menyukai